J DENGAN MASALAH
SISTEM RESPIRASI : EFUSI PLEURA DI RUANGAN MERANTI
6 RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OLEH :
KELOMPOK 1
Kelompok 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal dirongga pleura yang
diakibatkan oleh transudesi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang
mendasari-nya. Efusi pleura dibedakan menjadi eksudat dan paru dengan efusi
pleura dan bersedia mengikuti penelitian secara tertulis (Informed Consent).
Analisis cairan pleura dan serum dilakukan di laboratorium 24 jam RS
Persahabatan meliputi pemeriksaan makro skopis (warn cairan pleura), kimia
klinik (protein, glukosa dan LDH), mikroskopis (jumlah sel dan hitung jenis sel)
dan serum (protein dan LDH). (Khairani & Partakusuma 2012)
Data WHO hasil prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus
per 100.00 penduduk di Negara industry dengan penyebarannya tergantung
etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di Amerika
Serikat di temukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan penyebab tersering
gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit keganasan, dan emboli
paru (Rubis, 2013). Prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya (Depkes RI, 2006).
Peran perawat dan tim medis diperlukan terutama dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut seperti pneumonia, peneumothoraks, gagal nafas, dan kolaps paru sampai
dengan kematian. Peran perawat secara promotifemisalnya memberikan
penjelesan dan informasi penyakit Effusi pleura, preventifnya mengurangi
merokok dan minum-minuman beralkohol, kuratife misalnya dilakukan
pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD bila diperlukan,
rehabilitatife misalnya melakukan pengecekan kembali kondisi klien ke rumah
sakit atau tenaga kesehatan (Khairani & Partakusuma 2012).
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan klien efusi pleura dengan
ketidakefektifan pola nafas di ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara ?
2. Tujuan Khusus
1) Mampu mengkaji pasien efusi pleura di ruang Meranti 6 RS Universitas
Sumatera Utara
2) Mampu menentukan diagnose keperawatan pada klien efusi pleura di
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
3) Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura di ruang
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien efusi pleura di ruang
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
5) Mampu melakukan evaluasi pada klien efusi pleura di ruang Meranti 6 RS
Universitas Sumatera Utara
6) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura di
ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Tropozoid
Menjalar Secara Melalui Subpleura
Hematogen yang robek
Diafragma
EFUSI PLEURA
Kebutuhan O2 hipertermi
tidak terpenuhi
secara maksimal
Ketidakefektifan Metabolisme
pona napas tubuh
Defisit Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan tubuh
2.1.4 Gambaran Klinis
Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakn klinis effusi pleura tergantung
pada penyakit dasarnya :
1. Sesak napas
2. Rasa berat pada dada
3. Bising jantung (pada payah jantung)
4. Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (ca bronkus)
5. Lemas yang progresif
6. Bb menurun (pada neoplasma)
7. Demam subfebril (pada tb)
8. Demam menggigil (pada empiema)
9. Asitesis (pada sirosi hati)10.Asites dengan tumor pelvis (pada sindrom
meig)
2.1.5 Klasifikasi
2.1.6 Komplikasi
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan
pleura viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase
yang baik. Jika fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan yang
berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran
pleura tersebut.
2. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelektasis.
3. Fibrosis
Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat
cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru
yang menimbulkan peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan penggantian jaringan baru
yangterserangdenganjaringanfibrosis.
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
1. Foto Rontgen
Evaluasi effusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai
jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya
abnormalitas intratorakal yang berkaitan dengan effusi pleura tersebut.
Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA) dan lateral sampai saat ini
masih merupakan yang paling diperlukan untuk mengetahui adanya
effusi pleura pada awal diagnose. Pada posisi tegak, akan terlihat
akumulasi cairan yang menyebabkan hematoraks tampak lebih tinggi,
kubah diafragma tampak lebih ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang
menjadi tumpul.
Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan
BE (base excesses/kelebihan basa).
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Wijaya &Putri (2013) tujuan umum penatalaksanaan adalah
1. Untuk menemukan penyebab dasar
2. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
3. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal
jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.
Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dyspnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage.
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan
prossssssstein dan elektrolit.
3. Obat-obatan
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
5. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 KASUS
Tn. J yang berumur 48 tahun datang ke RS USU dengan keluhan nafas sesak,
sakit di dada terutama dada sebelah kiri serta batuk dahak sejak 2 bulan yang lalu
namun setelah 2 minggu terakhir sebelum masuk ke rumah sakit gejala yang
dirasakan semakin parah. Pasien sehari-harinya sering bekerja dan membakar sampah
tanpa menggunakan masker. Pasien pernah menjalani operasi abses paru kurang lebih
6 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa dirinya kurang nafsu makan dan
mengalami penurunan berat bedan 3 kg dalam waktu 2 minggu. Tidak ada anggota
keluarga pasien yang mengalami penyakit atau tanda gejala yang sama seperti yang
dirasakan pasien
b. Penanggung jawab
Nama : Ny.A
Hub dengan pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pancur batu, kab. Deli Serdang
3. Region
Dimana lokasi nyerinya?
• Di dada
4. Severity
Seberapa parah nyerinya dari rentang 1-10?
• Skala 6
kemudian dilanjutkan ekspresi klien dengan pain rating scale 6 ( hurts even more)
Timing
Kapan nyeri itu timbul?
• Pada saat sesak
Berapa lama sesaknya ?
• Sesaknya sekitar 15 menit setelah mencoba mengatur posisi sedemikian rupa
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu kandung pasien juga menderita sesak napas
Genogram keluarga:
Tn. J ISTI
ANAK
Keterangan :
Inspeksi :
a. Mukosa bibir terlihat kering
b. Klien menahan nyeri
c. Klien tampak gelisah
d. BB turun
e. Dada asimetris (lebih besar dada sebelah kiri)
Palpasi:
a. Vokal fremitus kanan sama dengan yang kiri
b. Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi:
a. Suara nafas vesikuler
b. Ronchi (-)
c. Wheezing (-) dibasal paru
d. Murmur (-)
e. Gallop (-)
Perkusi:
a. Sonor pada seluruh lapangan paru
b. Batas paru – lambung : sela iga VIII garis axillaris anterior kiri
c. Batas paru – hepar : sela iga VI midklavikularis kanan
d. Peranjakan paru : 1 intercostal space
e. Batas atas jantung : sela iga III garis parasternal kiri
f. Batas kiri jantung : sela iga V garis midklavikular kiri
g. Batas kanan jantung : sela iga IV medial garis parasternal kanan
2. Data Objektif
TTV
TD : 150/110 mmHg
RR : 26 x/m
HR : 120 x/m
T : 36 °C
Kesadaran composmentis
BB turun
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan AGDA (laboratorium)
PaO2 : 83 mmHg,
PaCO2 : 75 mmHg.
Saturasi O2 : 96 %.
HCO3- : 28 mEq/L.
pH : 7,35
No
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Klien mengeluh sesak nafas Efusi pleura Pola napas tidak
DO :
efktif
- Respirasi 44x/menit
- Terpasang oksigen 2 liter Adanya akumulasi cairan di
- Ada penggunaan muskulus rongga pleura
intercostalis interna
- Ada retraksi intercostalis
- Pergerakan dada kanan Kemampuan pengembangan
tertinggal dari dada kiri paru terganggu
- Vocal premitus dada kanan
kurang dari dada kiri
Bunyi paru kanan dullness Suplai oksigen berkurang
Sesak
2. DS : Post op pemasangan WSD Gangguan rasa
- Klien mengatakan nyeri pada nyaman nyeri
daerah luka operasi (Nyeri Akut)
DO : Terputusnya kontinuitas
- Terdapat luka operasi WSD di jaringan
dada sebelah kanan
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 3 dari skala 0-5 Merangsang pengeluaran
- TTV bradikinin, histamin, serotonin,
TD : 90/60 mmHg dan prostaglandin
N : 88x/menit
R : 40x/menit
S : 39ºC Merangsang reseptor nyeri
Traktus spinothalamitus
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
TUJUAN DAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
O (SDKI) (SIKI)
(SLKI)
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan 1.Pemantauan respirasi
dengan hambatan upaya napas asuhan keperawatan Observasi
(kelemahan otot pernapasan) selama 2 x 24 jam a. Monitor frekuensi, iram
diharapkan pola nafas kedalaman, dan upaya
tidak efektif dapat nafas
teratasi dengan kriteria b. Monitor pola nafas
hasil: (seperti bradipnea,
Pola Nafas takipnea, hiperventilasi
1. Ventilasi c. Monitor kemampuan
semenit meningkat batuk efektif
2. Tekanan d. Monitor adanya produk
ekspirasi dan sputum
inspirasi meningkat e. Monitor adanya
3. Dispnea sumbatan jalan nafas
menurun f. Palpasi kesimetrisan
4. Pemanjan ekspansi paru
gan fase ekspirasi g. Auskultasi bunyi nafas
menurun h. Monitor saturasi oksige
5. Frekuensi
nafas membaik
6. Kedalam
an nafas membaik
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Kriteria Hasil : 1. Observasi tingkat ny
adanya luka post op WSD 1. Klien mengatakan pada klien
nyeri berkurang
2. Klien tidak 2. Bimbing dan ajark
meringis teknik distraksi
3. Skala nyeri turun
dari 3 menjadi 2 3. Lanjutkan pemberian ob
4. Klien dapat analgetik : rantin 2 x 1 amp
melaksanakan IV
teknik distraksi
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual
asuhan keperawatan
termasuk frekuensi,
selama 2 x 24 jam durasi, tingkat mual, da
faktor yang
diharapkan pola nafas
menyebabkan pasien
tidak efektif dapat mual.
teratasi dengan kriteria 2. Monitor mual ( misal,
hasil: frekuensi, durasi dan
tingkat keparahan )
Kriteria Hasil:
3. Evaluasi efek mual
1. Nafsu makan
terhadap nafsu makan
membaik pasien, aktivitas sehari
hari, dan pola tidur
2. Status menelan
pasien Mandiri
membaik
4. Anjurkan makan sedi
3. Berat badan tapi sering dan dala
tidak menurun keadaan hangat
5. Kendalikan fak
lingkungan penyeb
mual (mis, rangsang
visual yang tid
menyenangkan)
6. Anjurkan pas
mengurangi jum
makanan yang b
menimbulkan mual.
7. Berikan istirahat dan
tidur yang adekuat untu
mengurangi mual
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
obat
1.2.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Ds :
a. Pasien bersedia diberi tindakan
terapeutik (kompres hangat)
Do :
a. Pasien tampak meringis
b. Pasien tampak menahan nyeri
c. Skala nyeri 6
d. Pasien tampak gelisahe.Pasien
tampak paham
Do :
a. Pasien tampak meringis
b. Pasien tampak paham setelah
diberi penjelasan tentang indikasi
analgetik
c. Pasien tampak
menahannyerid.Skala nyeri 6
d. Pasien tampak gelisah
P:
Intervensi dilanjutkan
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya yang
disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses absorbsinya.
Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya pembentukan cairan pleura
dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura tersebut.
4.2 SARAN
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Khairani, R., Syahruddin, E., & Partakusuma, L. G. (2012). Karakteristik Efusi Pleura
Di Rumah Sakit Persahabatan. Jurnal Respiralogi, 12, 155-160.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Al Sagaff H dan Mukti. A, Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press,
Surabaya ; 1995
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995
Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998
Brunner & Suddart, 2002, Buku AjarKeperawatn Medikal Bedah,Vol 3, Edisi
8, Penerbit RGC, Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika (http.doc-
alfari.blogspot.nl/2011/05/komplikasi-efusi-pleura.html), diakses pada 6
Oktober 2014