Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

J DENGAN MASALAH
SISTEM RESPIRASI : EFUSI PLEURA DI RUANGAN MERANTI
6 RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH :

KELOMPOK 1

1. SWASTI TELAUMBANUA : 200202059


2. NANDA SIMAH BENGI : 200202041
3. HAFIZZUDIN : 200202022
4. ILHAM WAHYU : 200202074
5. AYU SASTIA : 200202009
6. ASRI MIRDANIA HIA : 200202008
7. YUSITA NINGSIH : 200202072

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan pasien
yang mengalami Efusi Pleura di Ruangan Meranti 6 di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medical
bedah dalam menyelesaikan Profesi Ners.. Dalam penyusunan asuhan keperawatan
ini banyak pihak yang membantu penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, Selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Rohani Sinaga., SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ibu Rinco Siregar, S.Kep, MNS selaku Ketua Prodi Keperawatan Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Bapak Ns. JekAmidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J Selaku ketua profesi ners.
6. Ibu Ns.Agnes Marbun,M.Kep Selaku dosen pembimbing stase keperawatan
medikal bedah.
7. Bapak Ns. Johansen Hutajulu,AP, S.Kep, M.Kep, Cand PHD dan Ibu Ns. Laura
Siregar, M.Kep Selaku dosen pembimbing kelompok satu
8. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari
itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di
masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, 28 April 2021

Kelompok 1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal dirongga pleura yang
diakibatkan oleh transudesi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang
mendasari-nya. Efusi pleura dibedakan menjadi eksudat dan paru dengan efusi
pleura dan bersedia mengikuti penelitian secara tertulis (Informed Consent).
Analisis cairan pleura dan serum dilakukan di laboratorium 24 jam RS
Persahabatan meliputi pemeriksaan makro skopis (warn cairan pleura), kimia
klinik (protein, glukosa dan LDH), mikroskopis (jumlah sel dan hitung jenis sel)
dan serum (protein dan LDH). (Khairani & Partakusuma 2012)

Prosedur pemeriksaan laboratorium menggunakan alat Hitachi 911 dan kamar


hitung Fuchs Rosenthal. Pasien akan diamati sampai diagnosis penyebab efusi
pleura ditegakkan atau sampai 1 bulan setelah tindakan punksi pleura. Eksudat
adalah bila efusi pleura disebabkan oleh penyakit lokal di rongga toraks
sedangkan transudat bila efusi pleura disebab-kan oleh penyakit sistemik.
Pengambilan data pasien dilakukan melalui rekam medik rawat jalan dan rawat
inap. (Khairani & Partakusuma 2012)

Data WHO hasil prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus
per 100.00 penduduk di Negara industry dengan penyebarannya tergantung
etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di Amerika
Serikat di temukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan penyebab tersering
gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit keganasan, dan emboli
paru (Rubis, 2013). Prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya (Depkes RI, 2006).
Peran perawat dan tim medis diperlukan terutama dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut seperti pneumonia, peneumothoraks, gagal nafas, dan kolaps paru sampai
dengan kematian. Peran perawat secara promotifemisalnya memberikan
penjelesan dan informasi penyakit Effusi pleura, preventifnya mengurangi
merokok dan minum-minuman beralkohol, kuratife misalnya dilakukan
pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD bila diperlukan,
rehabilitatife misalnya melakukan pengecekan kembali kondisi klien ke rumah
sakit atau tenaga kesehatan (Khairani & Partakusuma 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan klien efusi pleura dengan ketidakefektifan pola
pernafasan di ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan klien efusi pleura dengan
ketidakefektifan pola nafas di ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara ?

2. Tujuan Khusus
1) Mampu mengkaji pasien efusi pleura di ruang Meranti 6 RS Universitas
Sumatera Utara
2) Mampu menentukan diagnose keperawatan pada klien efusi pleura di
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
3) Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura di ruang
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien efusi pleura di ruang
Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
5) Mampu melakukan evaluasi pada klien efusi pleura di ruang Meranti 6 RS
Universitas Sumatera Utara
6) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura di
ruang Meranti 6 RS Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Efusi Pleura

2.1.1 Pengertian Efusi pleura


Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya
yang disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses
absorbsinya. Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya
pembentukan cairan pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura
tersebut.Pada pasien dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan
pleura harus meningkat 30 kali lipatsecara terus menerus agar mampu
menimbulkan suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi
cairan pleura saja tidak akan menghasilkan penumpukan cairan yang
signifikan dalam rongga pleura mengingat tingkat normal pembentukan
cairan pleura sangat lambat (Lee YCG, 2013).

Effusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di


rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya. vena viseral dan parietal, serta saluran getah bening. Jika
terjadi penimbunan cairan dalam rongga pleura maka keadaan ini disebut
sebagai effusi pleural. Seperti halnya pada pneumotoraks, timbunan cairan
pada rongga pleural juga akan menyebabkan desakkan (penekanan) pada
paru-paru. Pada kasus yang lebih berat akan menyebabkan atelectasis,
penekanan pada pembuluh vena besar, dan menurunnya aliran pembuluh
darah balik jantung. Effusi pleural dapat mengakibatkan gangguan paru
trestriktif (Arif Muttaqin, 2008).
2.1.2 Etiologi Efusi pleura
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4
mekanisme dasar :
1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural

Penyebab effusi pleura:


1. Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.
Contoh : Echo virus, riketsia, mikoplasma, Chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen. Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus,
hemopillus,klabssiella. Anaerob: bakteroides seperti peptostreptococcus,
fusobacterium.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek
atau melalui aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran
limfe yang menuju pleura.
4. Fungi Sangat jarang terjadi
Biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan paru.
Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus, Kriptokokus,
Histoplasma.
5. Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk
dalam bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus
diafragma terus ke rongga pleura. Effusi terjadi karena amoeba
menimbulkan peradangan .
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut,
pancreatitis kronis, abses ginjaL,
7. Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA),
sclerpderma.
8. Gangguan Sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal,
hypoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu
berakumulasi kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk),
uremia, miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi
pleura (Saferi Andra, 2013) .

2.1.3 Anatomi Fisiologi

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura yang


membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum.
Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian : 1. Pleura
Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada permukaan
pulmo. 2. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan
dinding thoraks. Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus
pulmonis sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung).Di antara kedua
lapisan pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.
Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.
(Wijaya & Putri, 2013).
2.1.4 Pathway Efusi Pleura

Bakteri Piogenik Fungi Parasit Tuberculosis (TB)

Berasal Dari Infeksi fungi Komplikasi


Jaringan Parenkim aktinomikis dari Infeksi amoeba
TB Paru
jaringan paru

Tropozoid
Menjalar Secara Melalui Subpleura
Hematogen yang robek
Diafragma

EFUSI PLEURA

Pengumpulan Cairan Proses peradangan Indikasi


Berlebihan di Rongga pada rongga pleura pemasangan WSD
Pleura

Tekanan pleura Pengeluaran Endogen Insisi pemasangan


meningkat dan Piogen WSD

Penurunan Ekspansi Febris Nyeri karena


Paru terpasang WSD

Takipnea Demam Nyeri Akut

Kebutuhan O2 hipertermi
tidak terpenuhi
secara maksimal

Ketidakefektifan Metabolisme
pona napas tubuh

Defisit Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan tubuh
2.1.4 Gambaran Klinis

Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakn klinis effusi pleura tergantung
pada penyakit dasarnya :

1. Sesak napas
2. Rasa berat pada dada
3. Bising jantung (pada payah jantung)
4. Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (ca bronkus)
5. Lemas yang progresif
6. Bb menurun (pada neoplasma)
7. Demam subfebril (pada tb)
8. Demam menggigil (pada empiema)
9. Asitesis (pada sirosi hati)10.Asites dengan tumor pelvis (pada sindrom
meig)

2.1.5 Klasifikasi

Effusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Effusi pleura transudate


Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkanoleh faktor
sistematik yang mempengaruhi produksi dan absorb cairan pleura seperti
(gagal jantung kongesif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan
dialysis peritoneum)
2. Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang
rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru terdekat.
Kriteria effusi pleura eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5b.
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase
c. (LDH) lebih dari 0,6c.LDH cairan pleura dua pertiga atas batas
normal LDH serum.

Penyebab effusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit


metastasis (mis, kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium) haemotorak,
infark paru, keganasan, repture aneurismaaorta. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2.1.6 Komplikasi
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan
pleura viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase
yang baik. Jika fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan yang
berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran
pleura tersebut.
2. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelektasis.
3. Fibrosis
Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat
cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru
yang menimbulkan peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan penggantian jaringan baru
yangterserangdenganjaringanfibrosis.
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
1. Foto Rontgen
Evaluasi effusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai
jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya
abnormalitas intratorakal yang berkaitan dengan effusi pleura tersebut.
Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA) dan lateral sampai saat ini
masih merupakan yang paling diperlukan untuk mengetahui adanya
effusi pleura pada awal diagnose. Pada posisi tegak, akan terlihat
akumulasi cairan yang menyebabkan hematoraks tampak lebih tinggi,
kubah diafragma tampak lebih ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang
menjadi tumpul.

Untuk foto toraks PA setidaknya butuh 175-250 ml cairan yang


terkumpul cairan telah melebihi 200 cc, ini merupakan kondisi yang
memungkinkan untuk dilakukan torakosintesis. Namun oada effusi
leculated temuan diatas mungkin tidak dijumpai.Pada posisi supine,
effusi pleura yang sedang hingga masif dapat memperlihatkan suatu
peningkatan densitas yang homogeny yang menyebar pada bagian
bawah paru, selain itu dapat pula terlihat elevasi hemidiafragma,
diposisik kubah diafragma pada daerah lateral.Tomografi computer
(CT-scan) dengan toraks harus dilakukan pada effusi pleura yang tidak
terdiagnosa jika memang sebelumnya belum pernah
dilakukansebelumnya agar dapat terlihat di foto toraks PA. Sementara
foto toraks lateral dekubitus dapat mendeteksi effusi pleura dalam
jumlah yanag lebih kecil yakni 5ml. jika pada foto lateral dekubitus
ditemukan ketebalan effusi 1 cm maka jumlah.
2. Blood Gas Analysis(BGA)
Blood Gas Analysis(BGA)merupakan pemeriksaan penting untuk
penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mngevaluasi
pertukaran Oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan status asam-basa
dalam darah arteri.

Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan
BE (base excesses/kelebihan basa).

3. Pemeriksaan Cairan Pleura


Analisis Cairan pleura merupakan suatu sarana yang sangat
memudahkan untuk mendiagnosa penyebab dari effusi tersebut.Prosedur
torakosintesis sederhana dapat dilakukan secara bedsidesehingga
memungkinkan cairan pleura dapat segera diambil, dilihat secara
makroskopik maupun mikroskopik, serta dianalisa.Indikasi tindakan
torakosintesis diagnostic adalah pada kasus baru effusi pleura atau jika
etiologinya tidak jelas dimana cairan yang terkumpul telah cukup
banyak untuk diaspirasi yakni dengan ketebalan 10 mm pada
pemeriksaan ultrasonografi toraks atau foto lateral decubitus.

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Wijaya &Putri (2013) tujuan umum penatalaksanaan adalah
1. Untuk menemukan penyebab dasar
2. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
3. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal
jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.
Tindakan yang dilakukan yaitu :

1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dyspnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage.
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan
prossssssstein dan elektrolit.
3. Obat-obatan
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
5. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.J DENGAN MASALAH SISTEM


RESPIRASI : EFUSI PLEURA

3.1 KASUS
Tn. J yang berumur 48 tahun datang ke RS USU dengan keluhan nafas sesak,
sakit di dada terutama dada sebelah kiri serta batuk dahak sejak 2 bulan yang lalu
namun setelah 2 minggu terakhir sebelum masuk ke rumah sakit gejala yang
dirasakan semakin parah. Pasien sehari-harinya sering bekerja dan membakar sampah
tanpa menggunakan masker. Pasien pernah menjalani operasi abses paru kurang lebih
6 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa dirinya kurang nafsu makan dan
mengalami penurunan berat bedan 3 kg dalam waktu 2 minggu. Tidak ada anggota
keluarga pasien yang mengalami penyakit atau tanda gejala yang sama seperti yang
dirasakan pasien

Hasil pemeriksaan fisik


TD : 150/110 mmHg
RR : 26 x/m
HR : 120 x/m
T : 36 °C
Hasil pemeriksaan AGDA di dapatkan
PaO2 : 45 mmHg,
PaCO2 : 52 mmHg.
Saturasi O2 : 96 %.
HCO3- : 28 mEq/L.
pH :7
3.2 PENGKAJIAN
3.2.1 ANAMNESA
a. Identitas
Nama Klien : Tn. J
Umur Klien : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Pancur batu, kab. Deli Serdang
Agama : Islam
Diagnosa Medik : Efusi Pleura
Tanggal Masuk RS : 26 April 2020
No.RM : 130056
Tgl Pengkajian : 27 April 2020

b. Penanggung jawab
Nama : Ny.A
Hub dengan pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pancur batu, kab. Deli Serdang

c. Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak napas dan nyeri dada


d. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Provokatif / Paliatif
a. Apa penyebab keluhan ?
Sesak nafas dan nyeri dada dirasakan pada saat pasien sedang
beraktivitas
2. Quality/Quantity
a. Bagaimana rasa sesak dan nyeri yang Anda rasakan?
Seperti ditusuk-tusuk
b. Sejauh mana nyeri dirasakan?
Disekitar dada terutama dada bagian kiri

3. Region
Dimana lokasi nyerinya?
• Di dada

4. Severity
Seberapa parah nyerinya dari rentang 1-10?
• Skala 6

kemudian dilanjutkan ekspresi klien dengan pain rating scale 6 ( hurts even more)

Timing
Kapan nyeri itu timbul?
• Pada saat sesak
Berapa lama sesaknya ?
• Sesaknya sekitar 15 menit setelah mencoba mengatur posisi sedemikian rupa
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu kandung pasien juga menderita sesak napas
Genogram keluarga:

Tn. J ISTI

ANAK

Keterangan :

Laki-laki tanpa Efusi pleura

Perempuan tanpa Efusi pleura

Laki-laki penderita Efusi pleura


f. Psikologi
Tn.J merasa gelisah karena mendengar informasi tentang penyakitnya
yang mengalami kelebihan cairan pada rongga pleura sebelah kiri
g. Sosial
Tn.J tidak merasa malu dengan penyakitnya.
h. Spiritual
Tn.J beragama islam, pasien tetap melakukan ibadah sebisanya

3.2.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Data Subjektif
a. Sesak Nafas
b. Nyeri dada
c. Kurang nafsu makan

Inspeksi :
a. Mukosa bibir terlihat kering
b. Klien menahan nyeri
c. Klien tampak gelisah
d. BB turun
e. Dada asimetris (lebih besar dada sebelah kiri)

Palpasi:
a. Vokal fremitus kanan sama dengan yang kiri
b. Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi:
a. Suara nafas vesikuler
b. Ronchi (-)
c. Wheezing (-) dibasal paru
d. Murmur (-)
e. Gallop (-)

Perkusi:
a. Sonor pada seluruh lapangan paru
b. Batas paru – lambung : sela iga VIII garis axillaris anterior kiri
c. Batas paru – hepar : sela iga VI midklavikularis kanan
d. Peranjakan paru : 1 intercostal space
e. Batas atas jantung : sela iga III garis parasternal kiri
f. Batas kiri jantung : sela iga V garis midklavikular kiri
g. Batas kanan jantung : sela iga IV medial garis parasternal kanan

2. Data Objektif
TTV
TD : 150/110 mmHg
RR : 26 x/m
HR : 120 x/m
T : 36 °C
Kesadaran composmentis
BB turun
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan AGDA (laboratorium)
PaO2 : 83 mmHg,
PaCO2 : 75 mmHg.
Saturasi O2 : 96 %.
HCO3- : 28 mEq/L.
pH : 7,35

2. Pemeriksaan foto toraks


a. Cor : CTR <50%
b. Aorta : tidak ada elongasi
c. Pulmo : corakan bronkovaskuler normal.
d. Tidak tampak infiltrat di kedua paru
e. Sinus, diafragma dan tulang – tulang intak
f. Kesan : jantung dan pulmo dalam batas normal
C. ANALISA DATA

No
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Klien mengeluh sesak nafas Efusi pleura Pola napas tidak
DO :
efktif
- Respirasi 44x/menit
- Terpasang oksigen 2 liter Adanya akumulasi cairan di
- Ada penggunaan muskulus rongga pleura
intercostalis interna
- Ada retraksi intercostalis
- Pergerakan dada kanan Kemampuan pengembangan
tertinggal dari dada kiri paru terganggu
- Vocal premitus dada kanan
kurang dari dada kiri
Bunyi paru kanan dullness Suplai oksigen berkurang

Sesak
2. DS : Post op pemasangan WSD Gangguan rasa
- Klien mengatakan nyeri pada nyaman nyeri
daerah luka operasi (Nyeri Akut)
DO : Terputusnya kontinuitas
- Terdapat luka operasi WSD di jaringan
dada sebelah kanan
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 3 dari skala 0-5 Merangsang pengeluaran
- TTV bradikinin, histamin, serotonin,
TD : 90/60 mmHg dan prostaglandin
N : 88x/menit
R : 40x/menit
S : 39ºC Merangsang reseptor nyeri

Traktus spinothalamitus

Thalamus

Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan

3. DS: Anoreksia Defisit nutrisi


- Ketidakmampuan memakan ↓ kurang dari
makanan Intake nutrisi dan cairan kebutuhan tubuh
- Kurang minat pada makanan menurun
atau kurang nafsu makan ↓
DO: Terjadi erosi lambung
- Penurunan berat badan ↓
Defisit Nutris kurang dari
kebutuhan

3.2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan paru
ditandai dengan sesak nafas
2. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya luka post op WSD
3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan ketidakmampuan memakan makanan

3.2 4 INTERVENSI KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
O (SDKI) (SIKI)
(SLKI)
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan 1.Pemantauan respirasi
dengan hambatan upaya napas asuhan keperawatan Observasi
(kelemahan otot pernapasan) selama 2 x 24 jam a. Monitor frekuensi, iram
diharapkan pola nafas kedalaman, dan upaya
tidak efektif dapat nafas
teratasi dengan kriteria b. Monitor pola nafas
hasil: (seperti bradipnea,
Pola Nafas takipnea, hiperventilasi
1. Ventilasi c. Monitor kemampuan
semenit meningkat batuk efektif
2. Tekanan d. Monitor adanya produk
ekspirasi dan sputum
inspirasi meningkat e. Monitor adanya
3. Dispnea sumbatan jalan nafas
menurun f. Palpasi kesimetrisan
4. Pemanjan ekspansi paru
gan fase ekspirasi g. Auskultasi bunyi nafas
menurun h. Monitor saturasi oksige
5. Frekuensi
nafas membaik
6. Kedalam
an nafas membaik
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Kriteria Hasil : 1. Observasi tingkat ny
adanya luka post op WSD 1. Klien mengatakan pada klien
nyeri berkurang
2. Klien tidak 2. Bimbing dan ajark
meringis teknik distraksi
3. Skala nyeri turun
dari 3 menjadi 2 3. Lanjutkan pemberian ob
4. Klien dapat analgetik : rantin 2 x 1 amp
melaksanakan IV
teknik distraksi
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual
asuhan keperawatan
termasuk frekuensi,
selama 2 x 24 jam durasi, tingkat mual, da
faktor yang
diharapkan pola nafas
menyebabkan pasien
tidak efektif dapat mual.
teratasi dengan kriteria 2. Monitor mual ( misal,
hasil: frekuensi, durasi dan
tingkat keparahan )
Kriteria Hasil:
3. Evaluasi efek mual
1. Nafsu makan
terhadap nafsu makan
membaik pasien, aktivitas sehari
hari, dan pola tidur
2. Status menelan
pasien Mandiri
membaik
4. Anjurkan makan sedi
3. Berat badan tapi sering dan dala
tidak menurun keadaan hangat
5. Kendalikan fak
lingkungan penyeb
mual (mis, rangsang
visual yang tid
menyenangkan)
6. Anjurkan pas
mengurangi jum
makanan yang b
menimbulkan mual.
7. Berikan istirahat dan
tidur yang adekuat untu
mengurangi mual
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
obat
1.2.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
HARI 1
JUMAT 28 APRIL 2021
1. Pola nafas JUMAT, 28 APRIL 2021 JUMAT, 28 APRIL 2021
tidak efektif 1.1 Melakukan monitor pola napas S:
berhubungan (frekuensi, kedalaman, usaha napas) a. Pasien mengatakan masih
dengan DS: sesak
hambatan a. Pasien mengatakan sesak napas. b. Pasien mengatakan jika ber
upaya napas b. Pasien mengatakan saat akan sesak napas dan lelah.
(kelemahan beraktivitas mudah sesak dan lelah mengatakan sudah tidak n
otot daerah pinggang
pernapasan) DO: O:
a. Pasien tampak sesak a. Pasien tampak tidak m
b. Tampak irama pernapasan pasien menahan nyeri lagi
tidak teratur b. Skala nyeri
c. Pasien tampak menggunakan c. Pasien tampak lemah
pernapasan cuping hidung d. Pasien tampak gelisah
d. Pasien menggunakan otot bantu e. Pasien tampak sesak
pernapasan TTV:
e. Pasien tampak menggunakan otot TD: 118/80 mmHg
bantu saat bernapas. N: 80X/menit
f. TD : 114/80 mmHg T: 36,0⁰C
N : 103x/mnt RR: 24X/Menit
RR: 26 X/ menit Spo2:98%
S : 36,2⁰CSpo2 : 97% A:
Masalah belum teratasi
1.2 Melakukan monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,mengi, P:
wheezing, ronci kering) LanjutkanIntervensi

1.3 Memberikan posisi semi fowler /


fowler
1.4 berikan oksigen jika perlu
2. Nyeri Akut 2.1 Melakukan identifikasi skala nyeri S:
Ds : a. Klien mengatakan nyeri ber
a. Pasien mengatakan nyeri di
O:
daerang pinggang
b. Pasien mengatkan Nyeri seperti a. Klien tampak tenang
tertusuk tusuk
b. Klien dapat melakukan
c. Pasien mengatkan Nyeri hilang
timbul distraksi
c. Skala nyeri 3 dari skala 0-5
Do :
a. Skala nyeri 6 A:
b. Pasien tampak meringis
a. Masalah teratasi sebagian
c. Tampak frekuensi nadi meingkat
d. TD : 114/80 mmHg P:
N : 103x/mnt
a. Pertahankan dan l
RR: 26 X/ menit
S : 36,2⁰CSpo2 : 98% intervensi no 1,2,3

2.2 Melakukan identifikasi lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
Ds :
a. Pasien mengatakan nyeri di bagian
bekas luka operasi
b. Pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
c. Pasien mengatakan Nyeri hilang
timbul
Do :
a. Pasien tampak meringis
b. Skala Nyeri 6
c. Pasien tampak menahan nyeri

2.3 Memberikan teknik non farmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

Ds :
a. Pasien bersedia diberi tindakan
terapeutik (kompres hangat)

Do :
a. Pasien tampak meringis
b. Pasien tampak menahan nyeri
c. Skala nyeri 6
d. Pasien tampak gelisahe.Pasien
tampak paham

2.4 Melakukan Kolaborasi pemberian


analgetik, jika perlu.
Ds :
a. Pasien mengatakan bersedia diberi
analgetik

Do :
a. Pasien tampak meringis
b. Pasien tampak paham setelah
diberi penjelasan tentang indikasi
analgetik
c. Pasien tampak
menahannyerid.Skala nyeri 6
d. Pasien tampak gelisah

3. Defisit Nutrisi 3.1 Monitor intake makanan dan hitung S:


masukan kalori perhari, sesuai Pasien mengatakan tidak merasak
kebutuhan tetapi masih sulit menelan makanan
3.2 motivasi pasien untuk mengkonsumsi
makanan sesuai kebutuhan O:
3.3 diskusikan dengan ahli gizi dalam BB masih belum mengalami pening
menentukan kebutuhan protein pasien
3.4 Memberikan informasi yang tepat A:
tentang kebutuhan nutrisi Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya yang
disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses absorbsinya.
Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya pembentukan cairan pleura
dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura tersebut.

4.2 SARAN
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Khairani, R., Syahruddin, E., & Partakusuma, L. G. (2012). Karakteristik Efusi Pleura
Di Rumah Sakit Persahabatan. Jurnal Respiralogi, 12, 155-160.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Al Sagaff H dan Mukti. A, Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press,
Surabaya ; 1995

Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995

Djojodibroto, darmanto, 2009. Respiratori (respiratory medicine). Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran (ECG)

Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998
Brunner & Suddart, 2002, Buku AjarKeperawatn Medikal Bedah,Vol 3, Edisi
8, Penerbit RGC, Jakarta

Khairani, R., Syahruddin, E., & Partakusuma, L. G. (2012). Karakteristik Efusi


Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Jurnal Respiralogi, 12, 155-160

Marrilyn, E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendpkumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC : 1999

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika (http.doc-
alfari.blogspot.nl/2011/05/komplikasi-efusi-pleura.html), diakses pada 6
Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai