Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

SIROSIS HEPATIS

DISUSUN OLEH :
WENI SHELOMITA

NIM. 1810105040

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. REVI NEINI IKBAL, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 4 A


STIKES ALIFAH PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


karunia serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul cirrhosis hepatis dengan sebaik-baiknya. Makalah ini,
kami  susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai cirrhosis
hepatis.  Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
matakuliah farmakoterapi II di SekolahTinggiIlmuFarmasi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini  tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah
ini, maka dengan setulusnya kami sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.Tidak ada
manusia yang sempurna, dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapa tmenambah khasanah
keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat memberi pengetahuan mengenai
cirrhosis hepatis.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
A. Konsep Dasar................................................................................................2
1. Definisi......................................................................................................2
2. Jenis/Klasifikasi/Stadium..........................................................................3
3. Patofisiologi...............................................................................................4
4. Tanda dan gejala........................................................................................5
5. Komplikasi................................................................................................6
6. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................8
7. Penatalaksanaan.........................................................................................8
B. Asuhan Keperawatan..................................................................................10
1. Pengkajian...............................................................................................10
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F) dapat
menunjukkan :................................................................................................10
3. Pemeriksaan diagnostik:..........................................................................11
4. Pemeriksaan psikososial..........................................................................11
5. Perencanaan dan implementasi...............................................................12
C. Meningkatkan asupan nutrisi......................................................................14
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi,
pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam
tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi
kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar
paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses
difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture hepar normal
menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga
pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian.
Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati
merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan penyakit
dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada
perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit
Sirosis Hepatis.
2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien
Sirosis Hepatis.
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan
keperawatan klien dengan penyakit Sirosis Hepatis.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan
keperawatan klien dengan dengan Sirosis Hepatis.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada
asuhan keperawatan klien dengan Sirosis Hepatis.

1
2

6. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh
fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak
normal. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba
kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah.
Sirosis hepatis ringan dapat memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga
hati dapat bekerja secara normal kembali. Sedangkan pada sirosis hepatis parah,
jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi hati tidak dapat
berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis hepatis adalah virus, obat-
obatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara penyembuhan terbaik bagi
sirosis hepatis adalah dengan melakukan pencangkokan hati.
Beberapa pengertian menurut para ahli:
 Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena
perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati
dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
 Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan
dengan distorsi arsitektur hati yang abnormal oleh lembar-lembar jaringan
ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati.
 Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan
hati normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel
hati yang mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan
normal (Sylvia Anderson,2001:445).

2
3

2. Jenis/Klasifikasi/Stadium
Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua faktor pencetus utama untuk sirosis
Laennec. Sisrosis pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling
sering dijumpai. Ada tiga jenis sirosis hati, yaitu: 
1. Sirosis portal Laennec disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada
tahap awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap
akhir, hepar mengecil dan nodular. Pada sirosis tipe ini yang paling sering
ditemukan di negara Barat.
2. Sirosis poscanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena
hepatotoksin biasanya berasal dar hepatitis virus akut yang sebelumnya
terjadi. Hepar mengecil dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di
sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi empedu
yang kronis dan infeksi (kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada
insidens sirosis Laennec dan sirosis poscanekrotik.
Dan seacara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
a. Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang
nyata.
b. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik
yang  jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses
hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara
klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.
Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnya
nodul, yaitu:
a. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan
besar nodul lebih dari 3 mm.
b. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa
parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh
4

lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada yang


berubah menjadi makronodular.
c. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler Umumnya
sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.
 
3. Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis,
mengonsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang
utama. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat
menimbulkan kerusakan pada hati. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi
pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan pada individu yang
dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida,
naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular.
Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita,
dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan
penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur
digantikan oleh jaringan parut, akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah
jaringan hati yang masih berfungsi. Jaringan-jaringan normal yang masih tersisa
dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol
sepatu berkelapa besar dalam (hobnail appearance) yang khas. Sirosis Hepatis
biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat
panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih.
Sirosis Pasca Nekrotik (Hepatitis dari Virus tipe B dan C). Infeksi hepatitis
virus tipe B dan C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps
lobulus ati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa
fibrosa difus dan nodu sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi
sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel reikulum
5

penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat
meghubungkan daerah porta dan sentra.
  Sirosis Billier (Obstruksi Billiaris Pascahepatik). Kerusakan sel hati yang
dimulai sekitar duktus biliaris akan menimbulkan pola sirosis yang dikenal
sebagai sirosis biliaris. Penyebabnya oleh karena obstruksi biliaris pascahepatik.
Terjadi stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati
dan kerusakan sel-sel hati. Hati akan membesar keras, bergranula halus. Ikterus
merupakan bagian awal dari dan utama dari sindrom ini.

4. Tanda dan gejala                        


Terdapat beberapa gejala pada sirosis hati, seperti :
1. kelelahan .
2. hilang nafsu makan.
3. mual-mual.
4. badan lemah.
5. kehilangan berat badan.
6. nyeri lambung .
7. air kencing berwarna gelap.
8. kadang-kadang hati teraba keras.
9. gangguan pencernaan.
Selain gejala-gejala yang sudah disebutkan terdapat pula beberapa tanda klinis
yang    terjadi pada penderita sirosis hepatis, yaitu:
1. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis dan Jaundice
(Kuning pada bagian kulit dan putih mata).
2. Timbulnya asites (  akumulasi air di perut ) pada penderita sirosis.
3. Timbulnya edema ( akumulasi air di kaki ) pada penderita sirosis.
4. Hati yang membesar(disebabkan oleh penumpukkan produk empedu
dalam hati)
5. Hipertensi portal
6. Pembentukan batu empedu (karena kurangnya empedu dalam batu
empedu.
6

5. Komplikasi
Pada sirosis hepatis terdapat beberapa komplikas yang akan dialami oleh si
penderita, diantaranya yaitu:
a. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam
dan air berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan
kaki. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema (pitting
edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat
pada suatu pergelangan atau kaki yang mengalami edema akan
menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa
waktu setelah pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih
banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi
dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi
cairan ini disebut ascites yang menyebabkan pembengkakkan perut,
ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.

Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)


Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu
untuk melawan infeksi secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang
mengancam nyawa. Pada beberapa pasien penderita SBP tidak memiliki
gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut dan kelembutan
perut, diare, dan memburuknya ascites.

b. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)


Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan
tekanan vena pada kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya
lambung bagian atas. Perdarahan dari varices-varices biasanya adalah
parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat menjadi fatal.
Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah
(muntahan dapat berupa darah merah bercampur dengan gumpalan-
gumpalan atau “coffee grounds”, yang belakangan disebabkan oleh efek
dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang hitam, disebabkan
7

oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena),


dan kepeningan orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan
oleh suatu kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari
suatu posisi berbaring).
Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara
cukup dalam darah sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur
pada siang hari daripada pada malam hari (berbanding terbalik dengan
pola tidur yang normal) merupakan gejala yang paling dini dari hepatic
encephalopathy. Gejala-gejala lainnya adalah cepat marah,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau melakukan perhitungan,
kehilangan memori, kebingungan atau tingkat kesadaran yang tertekan
(dapat mengakibatkan keparahan pada penyakit ini bahkan dapat
menimbulkan kematian).
Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal
berkurang. Fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan
cara darah mengalir melalui ginjal. Hepatorenal syndrome didefinisikan
sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk membersihkan
unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine yang
memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi
secara berangsur-angsur melalui waktu berbulan-bulan dan yang terjadi
secara cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu.
Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon
tertentu yang dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-
paru berfungsi secara abnormal. Darah yang mengalir melalui paru-paru
dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen dari
udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama
dengan pengerahan tenaga.
8

Hypersplenism
Adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah
yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia),
dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia). Anemia
dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-
infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan
berakibat pada perdarahan yang berkepanjangan (lama).
Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko
kanker hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer)
merujuk pada fakta bahwa tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati
sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan
menyebar (metastasis) ke hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati
dapat menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
b. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus
hepatitis
c. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa
jauh keparahan sirosis hatinya.
d. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang
kronik. Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis
dapat membantu mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
e. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
f. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati,
limpa, organ pencernaan.
7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medik
a. Pencegahan Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan
kemampuan hati untuk mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi
pembekuan darah.
9

b. Tindakan Penjagaan
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat
tidur, menekan setiap lokasi persuntiakn dan menghinadari cedera
dari benda-benda tajam. Perawat harus memahami kemungkinan
melena dan memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah
yang merupakan tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan
penggunaan preparat pelunak feses yang dapat membantu pasien.
Pasien harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi pendarahan
gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda vital, cairan intravena dan
obat-obatan.
c. Jika terjadi Hemoragi
Perawat membantu dokter dengan melakukan tindakan untuk
menghentikan pendarahan, memberikan terapi cairan serta
komponen darah dan obat-obatan. Hemoragi masih akibat
pendarahan dari varises esophagus atau lambung di pindahkan di
unit intensif. Penderita sirosis memerlukan penjelasan tentang
kejadian yang telah dialami.
d. Ensefalopati hepatic
Merupakan komplikasi neurology yang mungkin terjadi dan
mencakup kemunduran status mental serta dimensi di samping
adanya tanda-tanda fisik seperti gerakan volunteer dan involunteer
yang abnormal. Yang disebabkan oleh penumpukan amonia dalam
darah dan ditimbulkan pada metabolisme otak.
e. Terapi
f. Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang
tidak dapat diserap untuk melakukan kadar anomia.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Pemantauan :
Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran
diri pada status mental. Karena gangguan elektrolit dapat timbul
ensefalomati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat
10

jika abnormal. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan


dirumah.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk
perawatan di rumah oleh perawatan melalui intruksi diet. Instruksi
yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari diet.
Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien
tentang perlunya kepatuhan secara total pada rencana terapinya. Yang
mencakup istirahat, kemungkinan perubahan gaya hidup, diet yang
memadai dan pantang alkohol.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada gejala dan riwayat faktor-faktor
pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama
di samping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani
penderita.Pengkajian pada klien sirosis hepatis menurut Engram (1998) dan
Tucker (1998) diperoleh data sebagai berikut :
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
– Alkoholisme                           
– Hepatitis viral
– Obstruksi kronis dari duktus koledukus dan infeksi (kolangitis)
– Gagal jantung kanan berat kronis berkenaan dengan korpulmona.
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F) dapat
menunjukkan :
a. Gangguan GI, mual, anoreksia, flatulens, dispepsia, muntah,
perubahan kebiasaan usus (disebabkan oleh perubahan metabolisme
nutrien).
b. Nyeri abdomen kuadran kanan atas (disebabkan oleh pembesaran
hepar).
c. Pembesaran, hepar dapat diraba (pada tahap lanjut penyakit,
peningkatan pembentukan jaringan parut yang menyebabkan
kontraksi jaringan hepar karenanya mengisutkan hepar.
11

d. Demam ringan (disebabkan oleh penurunan produksi antibodi).

3. Pemeriksaan diagnostik:
a. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG
hati dapat menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
b. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda
virus hepatitis.
c. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami
seberapa jauh keparahan sirosis hatinya.
d. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit
yang kronik. Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic
fibrosis dapat membantu mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya
fibrosis liver.
e. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
f. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ
hati, limpa, organ pencernaan.
g. Scan CT, atau MRI : di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar,
derajat obstruksi dan aliran darah hepatik.d.      Elektrolit serum
menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan
oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap
kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites).

4. Pemeriksaan psikososial
a. Riwayat Sosial 
Keadaan sosial dan ekonomi berpengaruh, apakah pasien suka
berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah mengalami
penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya
mempengaruhi prilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan
lingkungan sekitar yang tidak sehat.
a) Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah
pasien dapat menerima, ada tekanan psikologis berhubungan
12

dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian,


karena pada pasien dengan sirosis hati dimungkinkan terjadi
perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi labil, menarik
diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat
perasaan pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan
body image akibat dari edema, gangguan integument, dan
terpasangnya alat-alat invasive (seperti infuse, kateter).
Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha peran dan
tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial
(Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).
b) Diagnosa Keperawatan.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
dan gangguan rasa nyaman.
 Perubahan status  nutrisi berhubungan dengan
anoreksia.
 Gangguan itegritas kulit edema dan dekubitus.
5. Perencanaan dan implementasi
1. Istirahat.
Penderita penyakit hati yang aktif memerlukan istirahat dan berbagai
tindakan   pendukung lainnya yang memberikan kesempatan kepada
hati untuk membangun kembali kemampuan fungsionalnya. Berat
badan, asupan serat dan cairan yang keluar harus di ukur dan di catat
setiap hari. Pengaturan posisi pasien di tempat tidur agar mencapai
status pernapasan yang efisien. Diperlukan terapi oksigen pada
penderita gagal hati untuk oksigenasi sel-sel yang rusak dan untuk
mencegah destruksi sel lebih lanjut. Pada penderita sirosis diperlukan
istirahat yang cukup, karena istirahat yang cukup akan mengurangi
kebutuhan hati dan meningkatkan suplai darh hati.
2. Perbaikan status nutrisi.
Penderita sirosis yang tidak mengalami asites dan edema harus
mendapatkan diet yang bergizi dan tinggi-protein dengan penambahan
vitamin B kompleks serta vitamin lainnya menurut kebutuhan
13

( termasuk vitamin A, C, K dan asam fosfat ). Asupan makan pada


penderita SH sedikit tapi sering dan mempertimbangkan makanan
kesukaan pasien. Dilakukan pemasangan NGT pada pasien yang
mengalami anoreksia berat atau lama, pasien yang muntah atau tidak
dapat makan dengan alasan apapun. Harus mempertahankan  asupan
kalori yang tinggi.
3. Perawatan Kulit
Perlu ketelitian dalam melakukan perawatan kulit karena dengan
sehubungan edema subkutan, ikterus dan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi serta luka pada kulit. Diperlukan perubahan posisi
untuk mencegah dekubitus. Menggunakan lition diperlukan karena
dapat memperlancar sirkulasi agar ketika dilakukan massase,
mencegah dekubitus dan dan. mendinginkan kulit yang iritasi.
4. Discharge Planning
a. Hindari minuman beralkohol
b. Berikan penyuluhan pada pasien untuk membatasi aktivitas
c. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang terapi
yang diberikan, dosis serta efek samping
d. Tekankan pada pasien untuk control sesuai dengan waktu
yang ditentukan.
5. Evaluasi
a. Memperlihatkan kemampuan untuk turut serta dalam
aktivitas:
 Merencanakan aktivitas dan latihan serta periode
istirahat secara bergantian
 Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan
pasien
 Memperlihatkan peningkatan berat badan tanpa
pertambahan edema dan pembentukan asites
 Turut serta dalam asuhan higienik
14

C. Meningkatkan asupan nutrisi


a. Memperlihatkan asupan nutrien yang tepat dan pantang alkohol yang
dicerminkan oleh cacatan diet
b. Menaikkan berat badan tanpa pertambahan edema dan pembentukan asites
c. Melaporkan perbedaan gangguan anreksia
d. Mengenali makanan dan cairan yang bergizi yang diperbolehkan atau
harus dibatasi dalam dietnya

1. Mengikuti terapi vitamin


a. Menjelaskan dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit
tapi sering.
b. Memperlihatkan Perbaikan Integritas Kulit
c. Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka, infeksi atau
trauma
d. Menunjukkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh
tanpa edema
e. Mengubah posisi dengan sering dan menginspeksi prominensia ( tonjolan )
tulang setiap hari
f. Menggunakan losion untuk meredakan pruritus
 
 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna
pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai
berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang
normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan
perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis
hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi
tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.


Brunner & Suddarths. (2000) Textbook of Medical
Nuhttp://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/07/24/makalah-sirosis-
hepatis/.
http://www.dexa-
medica.com/images/publish_upload080711257643001215763044FA
%20MEDICINUS%208%20MEI%202008%20rev.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31644/4/Chapter%20II.pdf
rsing. 4thed Philadelphia: Lipponcot
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai