Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TENTANG RIBA

DISUSUN OLEH : M. ILHAM DARMAWAN

KELAS : XI IIS 4

GURU PEMBIMBING :
Drs AFLIZAR

SMA NEGERI 4 KOTA SUNGAI PENUH


TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

          Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa pula shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membimbing umatnya
hingga sampai pada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

            Makalah saya susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Islam,
yang membahas tentang “RIBA”. saya menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan
atau kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala tegur sapa, kritik, koreksi dan
saran yang diberikan akan saya sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa
yang akan datang.
            Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi siapa
saja yang membaca dan memanfaatkan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………….........................................................................  i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN
             A.    Latar Belakang............................................................................................................ 1
             B.     Rumusan masalah...................................................................................................... 1
             C.     Tujuan Pembahasan................................................................................................... 2

BAB II: PEMBAHASAN


             A.    Pengertian Riba...........................................................................................................3
             B.     Macam-macam Riba...................................................................................................3
             C.     Dasar-dasar hukum riba............................................................................................. 5
             D.    Riba dalam Perspektif Ekonomi Islam....................................................................... 6
             E.     Dampak Riba pada Ekonomi..................................................................................... 8
F. Perbedaan Riba dengan Jual Beli............................................................................... 8
G. Hikmah di Haramkannya Riba.................................................................................. 8

   BAB III: PENUTUP


             A.    Kesimpulan............................................................................................................... 10
             B.     Saran........................................................................................................................ 10

        DAFTAR PUSTAKA

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek ekonomi
(mua’malah, iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak dan ini
menunjukkan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besar. Ayat yang
terpanjang dalam Al-Quran justru berisi tentang masalah perekonomian, bukan masalah
ibadah (mahdhah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu ialah ayat 282 dalam surah Al-
Baqarah, yang menurut Ibnu Arabi ayat ini mengandung 52 hukum/masalah ekonomi).
Sejak zaman Rasulullah saw semua bentuk perdagangan yang tidak pasti (uncertainty) telah
dilarang, berkaitan dengan jumlah yang tidak ditentukan secara khusus atas barang-barang
yang akan ditukarkan atau dikirimkan. Bahkan disempurnakan pada zaman kejayaan Islam
(bani Umayyah dan Abbasiyah) dimana kontribusi Islam adalah mengidentifikasi praktik
bisnis yang telah dilakukan harus sesuai dengan Islam, selain itu mengkodifikasikan,
mensistematis dan memformalisasikan praktik bisnis dan keuangan ke standar legal yang
didasarkan pada hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Pelarangan gharar, maisir dan riba semakin relevan untuk era modern ini karena pasar
keuangan modern banyak mengandung usaha memindahkan risiko (bahaya) pada pihak lain
(dalam asuransi konvensional, pasar modal dan berbagai transaksi keuangan yang
mengandung unsur perjudian). Dimana setiap usaha bisnis pasti memiliki risiko dan tidak
dapat dihindari. Sistem inilah yang dihapus oleh Islam agar proses transaksi tetap terjaga
dengan baik dan persaudaraan tetap terjalin dan tidak menimbulkan permusuhan bagi yang
melalukan transaksi dalam pasar keuangan.
Dalam makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang konsep dasar dan defenisi dari
berbagai istilah yang berkaitan dengan “Riba”.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian riba?
2.      Apa saja macam-macam riba?
3.      Apa dasar hukum riba?
4.      Apa perbedaan riba dengan jual beli?
5.      Apa hikmah dengan di haramkan jual beli?

i
C.     Maksud dan Tujuan
1.         Untuk mengetahui pengertian riba
2.         Dapat mengetahui macam-macam riba
3.         Dapat memahami larangan-larangan riba yang terdapat dalam Al Qur’an
4.         Mengetahui perbedaan riba dengan jual beli
5.         Mengetahui dampak dan hikmah pelarangan riba

i
BAB II
PEMBAHASAN

                 A.    Pengertian Riba


     Riba menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:
1.      Bertambah, karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu
yang dihutangkan.
2.       Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta
uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.
3.      Berlebihan atau menggelembung.[1]
Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba menurut Al Mali ialah: “Akad yang
terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui pertimbangannya menurut ukuran
syara’, ketika berakad atau dengan mengakhirkan tukaran kedua belah pihak salah satu
keduanya”.
Menurut Muhammad Abduh, yang dimaksud dengan riba ialah penambahan-penambahan
diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya
(uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah
ditentukan.
Menurut Abdurrahman Al-Jaziri, yang dimaksud dengan riba ialah akad yang terjadi dengan
penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut aturan syara’ atau terlambat
salah satunya.[2]
Sedangkan menurut terminologi syara’, riba berarti: “Akad untuk satu ganti khusus tanpa
diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau bersama dengan
mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.” [3]
Dengan demikian, riba menurut istilah ahli fiqih adalah penambahan pada salah satu dari dua
ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba,
karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba
didalamnya hanya saja tambahan yang diistilahkan dengan nama “riba” dan Al-Quran datang
menerangkan pengharamannya adalah tambahan tempo.[4]
          B.     Macam-macam Riba
Riba bisa diklasifikasikan menjadi tiga: Riba Al-Fadl, riba Al-yadd, dan riba An-nasi’ah,riba
Qardhi, Berikut penjelasan lengkap macam-macamnya:

i
1)      Riba Al-Fadhl
Riba Al-Fadhl adalah kelebihan yang terdapat dalam tukar menukar antara tukar menukar
benda-benda sejenis dengan tidak sama ukurannya, seperti satu gram emas dengan
seperempat gram emas,maupun perak dengan perak.[5] Hal ini sesuai dengan hadist nabi
saw. sebagai berikut:
‫ض ِة َو ْزنًا بِ َو ْز ٍن ِم ْثاًل بِ ِم ْث ٍل فَ َم ْن َزا َد أَوْ ا ْستَزَ ا َد فَه َُو ِربًا‬
َّ ِ‫ضةُ بِ ْالف‬
َّ ِ‫ب َو ْزنًا بِ َو ْز ٍن ِم ْثاًل بِ ِم ْث ٍل َو ْالف‬
ِ َ‫ال َّذهَبُ بِال َّذه‬

“Emas dengan emas, setimbang dan semisal; perak dengan perak, setimbang dan semisal;
barang siapa yang menambah atau meminta tambahan, maka (tambahannya) itu adalah riba”.
(HR Muslim dari Abu Hurairah).
2)      Riba Al-Yadd
 Riba Al-Yadd, yaitu riba dengan berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima
antara penjual dan pembeli. Misalnya, seseorang membeli satu kuintal beras. Setelah dibayar,
sipenjual langsung pergi sedangkan berasnya dalam karung belum ditimbang apakah cukup
atau tidak.
‫ا َء‬mَ‫ا إِاَّل ه‬mً‫ير ِرب‬ َّ ِ‫ب ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء َو ْالبُرُّ بِ ْالبُ ِّر ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء َوالتَّ ْم ُر بِالتَّ ْم ِر ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء َوال َّش ِعي ُر ب‬
ِ ‫ ِع‬m‫الش‬ ِ َ‫ال َّذهَبُ بِال َّذه‬
‫َوهَا َء‬
“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan, gandum dengan gandum riba
kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba kecuali dengan dibayarkan
kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali dengan dibayarkan kontan (HR al-Bukhari dari
Umar bin al-Khaththab)
3)      Riba An-Nasi’ah
Riba Nasi’ah, adalah tambahan yang disyaratkan oleh orang yang mengutangi dari orang
yang berutang sebagai imbalan atas penangguhan (penundaan) pembayaran utangnya.
Misalnya si A meminjam uang Rp. 1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian waktu
mengembalikannya satu bulan, setelah jatuh tempo si A belum dapat mengembalikan
utangnya. Untuk itu, si A menyanggupi memberi tambahan pembayaran jika si B mau
menunda jangka waktunya. Contoh lain, si B menawarkan kepada si A untuk membayar
utangnya sekarang atau minta ditunda dengan memberikan tambahan. Mengenai hal ini
Rasulullah SAW. Menegaskan bahwa:
ِ ‫صلَّىاهللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهى ع َْن بَي ِْع الَ َحيَ َوا ِن بِ ْال َحيَ َو‬
ً‫ان ن َِس ْيئَة‬ ٍ ‫ع َْن َس َم َرة ب ِْن ُج ْن ُد‬
َّ ِ‫ب اَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
“Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. Telah melarang jual beli
hewan dengan hewan dengan bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima dan dishahihkan
oleh Turmudzi dan Ibnu Jarud)”

i
4)      Riba Qardhi
Riba Qardhi adalah riba yang terjadi karena adanya proses utang piutang atau pinjam
meminjam dengan syarat keuntungan (bunga) dari orang yang meminjam atau yang
berhutang. Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta)
kemudian diharuskan membayarnya Rp. 1.300.000,- (satu juta Tiga ratus ribu rupiah). 
Terhadap bentuk transsaksi seperti ini dapat dikategorikan menjadi riba, seperti sabda
Rasulullah Saw.:
‫ض َج َّر َم ْنفَ َعةً فَه َُو ِربًا‬
ٍ ْ‫ُكلُّ قَر‬
“Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba.” (Riwayat Baihaqi).
           C.     Dasar-dasar Hukum Riba
Al-Quran menyinggung keharaman rba secara kronologis diberbagai tempat. Pada periode
Mekkah turun firman Allah swt. Dalm surat Ar-Ruum ayat 39:[6]
َ ِ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِعن َد هَّللا ِ َو َما آتَ ْيتُم ِّمن َز َكا ٍة تُ ِري ُدونَ َوجْ هَ هَّللا ِ فَأُوْ لَئ‬
  َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬ ِ ‫َو َما آتَ ْيتُم ِّمن رِّبا ً لِّيَرْ بُ َو فِي أَ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
Pada periode Madinah turun ayat yang seccara jelas dan tegas tentang keharaman riba,
terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 130.[7]
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا ال ِّربَا أَضْ َعافًا ُم‬
َ‫ضا َعفَةً َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda[228]]
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
Dan ayat terakhir yang memperkuat keharaaman riba terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
278-279.[8]
ٍ ْ‫ ر‬m‫) فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا بِ َح‬278( ‫ين‬
‫ولِ ِه َوإِ ْن‬m ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َر ُس‬ mَ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمن‬
)279( َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ‫َظلِ ُمونَ َواَل ت‬
ْ ‫تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم رُ ُءوسُ أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل ت‬
278.”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.
279.“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa
Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”.

i
Dua ayat terakhir di atas mempertegas sebuah penolakan secara jelas terhadap orang yang
mengatakan bahwa riba tidak haram kecuali jika berlipat ganda. Allah tidak memperbolehkan
pengembalian utang kecuali mengembalikan modal pokok tanpa ada tambahan.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim secara jelas riba adalah perbuatan
haram, termasuk salah satu dari lima dosa besar yang membinasakan.
Dalam hadist lain keharaman riba bukan hanya kepada pelakunya, tetapi semua pihak yang
membantu terlaksananya perbuatan riba sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Muslim:
َ َ‫ َوق‬,‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ ِك َل الرِّبا َ َو ُموْ ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َد ْي ِه‬
‫ هُ ْم َس َوا ٌء‬:‫ال‬ َ ِ‫لَ َعنَ َرسُوْ ُل هللا‬
“Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya, dan
dua orang saksinya. Belia bersabda; Mereka semua sama”. (HR Muslim).
      D.    Riba dalam Perspektif Ekonomi Islam
Islam sangat melarang keras riba dalam praktek ekonomi. Salah satudasar pemikiran utama
yang paling sering dikemukakan oleh paracendekiawan muslim adalah keberadaan riba dalam
ekonomi merupakan bentuk eksploitasi sosial dan ekonomi,  yang merusk inti ajaran
Islamtentang keadiln sosial. Oleh karena itu penghapusan riba dari sistemekonomi Islam
ditujukan untuk memberikan keadilan ekonomi dan perilaku ekonomi yang benar secara etis
dan moral.
Dasar pemikiran dari mengapa Al-Qur‟an mewahyukan ayt yang tegasmelarang riba adalah
karena Islam menentang setiap bentuk eksploitasidan mendukung sistem ekonomi yang
bertujuan mengamankansosioekonomi yang luas. Karena itu Islam mengutuk semua
bentukeksploitasi, khususnya ketidakadilan yakni dimana pemberi pinjamandijamin
mendapatkn pengembalian positif tanpa mempertimbangkan9
 pembagian risiko dengan peminjam, atau dengan kata lain peminjammenanggung semua
jenis risiko.Dengan pertimbangan bahwa kekayaanyang dimilliki oleh individu sebenarnya
merupkan amanah dari Allah swt.sebagaimana kehidupan seseorang, maka amanah kekayaan
merupakanhal yang sakral.
 Al-Qur‟an dengan tegas dan jelas melarang akui sisi terhadap milik orang lain dengan cara
yang tidak benar. Isalam mengenal dua tipe ha kmilik :
a). Hak milik yang merupakan hasil kombinasi kerja individual dengansumber daya alam.
b). Hak atau klaim hak milik yang didapat melalui pertukaran,  pembayaran yang dalam
Islam disebut sebagai hak orang miskinuntuk menggunakan sumber daya yang menjadi hak
mereka (zakatdan infak), bantuan tunai dan warisan.
Uang mempresentasikan klaim tunai pemiliknya kepada hak milikyang diciptakan oleh aset
yang diperoleh melalui poin a dan/atau b.Akibatnya meminjamkan uang adalah pengalihan

i
hak milik dari pemberi pinjaman kepada yang meminjam dan yang dapat diklaim untuk di
kembalikan adalah yang berjumlah setara dengan pinjaman tersebut , tidak boleh lebih.
Dalam islam, instrumen keuangan untuk tujuan perdagangan dan produksi di dasarkan atas
pembagian risiko dan pembagian keuntungan sebagai pengembalian atas usaha bisnis dan
modal finansial. Pemberi pinjaman yang meminjamkan uang untuk berdagang dan
berproduksi dapat membuat akad untuk menerima pembagian keuntungan. Dengan
melakukan hal tersebut, dia menjadi bagian dari pemilik modal dan berbagi dalam risiko
usaha bukan sebagai kreditor.         
                E.       Dampak riba pada ekonomi
·         Riba (bunga) menahan pertumbuhan ekonomi dan membahayakan kemakmuran
nasional serta k esejahteraan individual dengan cara menyebabkan banyak terjadinya distrosi
di dalam perekonomian     \nasional seperti inflasi, pengangguran, distribusi kekayaan yang
tidak merata, dan resersi.
Bunga menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi. Ia mendorong orang melakukan
penimbunan (hoarding) uang, sehingga memengaruhi peredaranya diantara sebagian besar
anggota masyarakat. Ia juga menyebabkan timbulnya monopoli, kertel serta konsentrasi
kekayaan di tangan sedikit orang. Dengan demikian, distribusi kekayaan di dalam masyarakat
menjadi tidak merata dan celah antara si miskin dengan si kaya pun melebar. Masyarakat pun
dengan tajam terbagi menjadi dua kelompok kaya dan miskin yang pertentangankepentingan
mereka memengaruhi kedamaian dan harmoni di dalam masyarakat. Lebih lagi karna bunga
pula maka distorsi ekonomi seperti resesi, depresi, inflasi dan pengangguran terjadi.
Investasi modal terhalang dari perusahaan-perusahaan yang tidak mampu menghasilkan laba
yang sama atau lebih tinggi dari suku bunga yang sedang berjalan, sekalipun proyek yang
ditangani oleh perusahaan itu amat penting bagi negara dan bangsa. Semua aliran sumber-
sumber finansial di dalam negara berbelok ke arah perusahaan-perusahaan yang memiliki
prospek laba yang sama atau lebih tinggi dari suku bunga yang sedang berjalan, sekaliun
perusahaan tersebut tidak atau sedikit saja memiliki nilai sosial.
Riba (bunga) yang dipungut pada utang internasional akan menjadi lebih buruk lagi karena
memperparah DSR (debt-service ratio) negara-negara debitur. Riba (bunga) itu tidak hanya
menghalangi pembangunan ekonomi negara-negara miskin, melainkan juga menimbulkan
transfer sumber daya dari negara miskin ke negara kaya. Lebih dari itu, ia juga memengaruhi
hubungan antara negara miskin dan kaya sehingga membahayakan keamanan dan perdamaian
internasional

i
F.      Perbedaan Riba Dengan Jual Beli
Jual beli merupakan salah satu cara  pemenuhan kebutuhan manusia ,manusia tidak mungkin
bisa memenuhi kebutuhannya  tanpa terikat dengan orang lain.Oleh karena itu manusia
melakukan  transaksi ,bahkan  tidak  ada  hari yang dilalui manusia tanpa transaksi .Karena
transaksi merupakan kegiatan sehari-hari manusia maka Allah menghalalkan  jual-beli .Akan
tetapi ,jika manusia tidak cermat dalam memahami aturan islam tentang jual-beli ,bisa-bisa
manusia terjerumus kedalam transaksi yang riba.
Di antara perbedaan jual beli dengan riba adalah adanya sesuatu tambahan pada suatu akad
yang tidak sesuai dengan syara’, karena bisa memberatkan salah satu pihak,dan agama islam
melarang hal semacam ini. Sedangkan tambahan atau laba dalam jual-beli yang di sahkan
adalah dengan cara yang telah ditentukan syara’.[9]
G.    Hikmah di Haramkannya Riba
Sudah menjadi sunnatullah bagi umat islam bahwa apapun yang diharamkan oleh Allah swt
itu banyak mengandung mudharat. Begitupun dengan diharamkannya riba ,adapun bahaya
yang terkandung dalam riba sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Fajar Al Qalami dan
Abdul Wahid Al Banjar  adalah:
1.      Ia dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengikishabi semangat
kerjasama/saling menolong sesama manusia. Padahal  semua agama terutama islam amat
menyeru  agar manusia saling tolong menolong. Disisi lain Allah membenci orang yang
mengutamakan kepentingan sendiri dan orang yang memeras hasil kerja keras orang lain.
2.     Riba akan menimbulkan adanya mental pemboros yang malas bekerja. Dapat pula
menimbulkan kebiasaan menimbun harta tanpa kerja keras, sehingga seperti pohon benalu
yang hanya biasa menghisap tumbuhan lain.
3.   Riba merupakan cara menjajah. Karena itu orang berkata ,“penjajahan berjalan
dibelakang pedagang dan pendeta. Dan   kita  telah  mengenal  riba  dengan  segala  dampak
negatifnya di dalam menjajah Negara kita.
4.      Setelah semua ini,islam menyeru agar manusia suka mendermakan harta kepada
saudaranya dengan baik,yakni ketika saudaranya membutuhkan bantuan[10]

i
BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Ditinjau dari berbagai penjelasan yang kami paparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
a). Riba adalah sesuatu bentuk tambahan pembayaran tanpa ada ganti/imbalan sebagai syarat
terjadinya transaksi hutang piutang atau pinjam meminjam.
b).  Dasar hukum pelanggaran riba diantaranya
  QS. Al-Baqarah ayat 275-280
 QS. Ar-Rum ayat 39
  QS. Ali Imran ayat 130-131
c).      Macam-macam riba ada 4, yaitu :
        Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda)
        Riba Qardhi (meminjamkan dengan ada syarat bagi yang mempiutangi)
        Riba Yadh (bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima)
        Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu
pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga kontan atau harga yang
dinaikan karena pembayaran tertunda.
d). perbedaan Riba dengan jual beli adalah Di antara perbedaan jual beli dengan riba adalah
adanya sesuatu tambahan pada suatu akad yang tidak sesuai dengan syara’, karena bisa
memberatkan salah satu pihak,dan agama islam melarang hal semacam ini. Sedangkan
tambahan atau laba dalam jual-beli yang di sahkan adalah dengan cara yang telah ditentukan
syara’.
e).  Hikmah di Haramkannya Riba
1.    Ia dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan meengikishabi ssemangat
kerjasama/saling menolong sesame manusia.Padahal  semua agama terutama islam amat
menyeru  agar manusia saling tolong menolong. Disisi lain Allah membenci orang yang
mengutamakan kepentingan sendiri dan orang yang memeras hasil kerja keras orang lain.
2.     Riba akan menimbulkan adanya mental pemboros yang malas bekerja. Dapat pula
menimbulkan kebiasaan menimbun harta tanpa kerja keras, sehingga seperti pohon benalu
yang hanya biasa menghisap tumbuhan lain.

i
3.    Riba merupakan cara menjajah. Karena itu orang berkata ,“penjajahan berjalan
dibelakang pedagang dan pendeta. Dan   kita  telah  mengenal  riba  dengan  segala  dampak
negatifnya di dalam menjajah Negara kita.
4.    Setelah semua ini,islam menyeru agar manusia suka mendermakan harta kepada
saudaranya dengan baik,yakni ketika saudaranya membutuhkan bantuan.
f). 4.  Hal – hal yang menyebabkan Riba :
·         Tidak sama nilainya
·         Tidak sama ukurannya menurut syara’, baik timbangan, takaran maupun ukuran
·         Tidak tunai di majelis akad
g).  Dampak Riba pada ekonomi :
 Riba (bunga) menahan pertumbunhan ekonomi dan membahayakan kemakmuran nasional
serta kesejahteraan individual.
      Riba (bunga) menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi ekonomi) seperti
resesi, depresi, inflasi dan pengangguran.
2.      SARAN
Agar kita tetap menjadi muslim yang berpegang teguh pada syariat Islam, kita sebaiknya
dapat menahan diri dan menjauhi segala larangan Allah swt. Dengan memperkuat iman kita
pada Allah swt, kita dapat hidup dengan tenang, bahagia di dunia maupun di akhirat.

i
DAFTAR PUSTAKA

Al Qalami,  Abu Fajar dan  Al Banjary, Abdul Wahid , Tuntunan  jalan lurus  dan benar,
(tanpa kota dan tahun terbi Gita media Press)
Azim, Abdul Aziz Muhammad, Prof. Dr, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010)
Ghazaly, Abdul Rahman,Prof. Dr., H.,MA.,dkk., Fiqh Muamalat.(Jakarta:Kencana Prenada
Media Group,2010)
Rasjid, Sulaiman, H. Fiqih Islam (Hukum Fiqih Islam), (Bandung: PT. Penerbit Sinar Baru
Algensindo, 2012)
Suhendi, Hendi, M.si., Dr., H..Fiqih Muamalah, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2005)

Anda mungkin juga menyukai