Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

TRAUMA DADA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

1. FATIYA MALAHEDI ( tidak aktif : pathway tidak jelas)


2. IQBAL FEBRIYANTO LESAR (tidak aktif : pathway langsung
asal di copi dari internet)
3. JALES ADI ARYANTO SALEH (tidak aktif : karena intervensi
langsung asal di copi dari internet)
4. NURAIN LAMINULLAH ( aktif : konsep dasar medis, konsep
keperawatan gawat darurat, intervensi, pathway, dinarasikan,
kesimpulan dan saran,daftar pustaka)

KELAS B KEPERAWATAN 2017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTAL


BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
- Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional.
- Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat.
- Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang
dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat
telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
- Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks, hematompneumothoraks.
- Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. Jadi,
trauma thorax secara umum adalah luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda
tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut.

2. Etiologi
Etiologi penyakit terdiri dari :
a. Trauma tembus
 Luka Tembak
 Luka Tikam / tusuk
b. Trauma tumpul
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Jatuh
 Pukulan pada dada

3. Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan.
Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan
jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk
pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan
dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan
terhadap organ Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan
oleh trauma thorax. Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak
adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipivolemia
( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusion mismatch
( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus )dan perubahan dalam
tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax
terbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya
ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat
kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari
jaringan ( syok ). Fraktur iga Merupakan komponen dari dinding
thorax yang paling sering mngalami trauma, perlukaan pada iga sering
bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap
dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi.
Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat
mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara
bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru – paru. Pneumotoraks
diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral
dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan
bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab
tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan
normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya
sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara
kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan
menyebabkan kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi
terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami
ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi,
suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi
hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan
diagnosis. Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan
pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis
mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau
aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada
dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap,
dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan
kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan 3 tekanan
positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks
traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya
pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai
dipasang chest tube Hemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks
adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat
menyebabkan terjadinya hemotoraks.

4. Manifestasi klinik
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
a. Ada jejas pada thorak.
b. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi.
c. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi.
d. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
e. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan.
f. Penurunan tekanan darah.
g. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi
vena leher.
h. Bunyi muffle pada jantung.
i. Perfusi jaringan tidak adekuat.
j. Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi
dengan pernapasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Gas darah arteri (GDA), untuk melihat adanya hipoksia akibat
kegagalan pernafasan.
- Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
- Hemoglobin : mungkin menurun.
- Saturasi O2 menurun (biasanya).
- Toraksentesis : menyatakan darah/cairan di daerah thoraks.
b. Radio Diagnostik.
- Radiologi : foto thorax (AP) untuk mengkonfirmasi pengembangan
kembali paru-paru dan untuk melihat daerah terjadinya trauma.
- EKG memperlihatkan perubahan gelombang T – ST yang non
spesifik atau disritmia.
- Pemerikksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non
invasif yang dapat membantu penilaian pericardium dan dapat
mendeteksi cairan di kantung perikard
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Data Subjektif
 Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien
fraktur rusuk dan sternum)
- Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur
dan tertusuk di bagian dada
 Riwayat Kesehatan Pasien
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Adanya alergi
b) Data Objektif
 Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai
dengan muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
 Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada
pasien tension pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea,
suara napas kusmaul, napas pendek, napas dangkal.
 Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan,
sianosis, takikardi.
 Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang
terlambat)
2. Pengkajian Sekunder
a) Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi
penyebab trauma pada dinding dada
b) Five Intervention / Full set of vital sign (F)
 Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi
hipotensi
 Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
 Aritmia jantung
 Pemeriksaan Lab :
1. Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
֍ Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate.
֍ Pneumotoraks : batas pleura yang radiolusen dan tipis,
hilangnya batas paru (sulit mendiagnosa pada foto dengan
posisi supinasi).
֍ Injury trakeobronkial : penumomediastinum, udara di
servikal.
֍ Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada,
kenaikan hemidiafragma.
֍ Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula,
scapula dan dislokasi sternoklavikular.
2. CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks,
pneumotoraks, kontusi paru atau laserasi,
pneumomediastinum, dan injuri diafragma.
3. Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai
injury esophagus.
4. Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
5. Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran
tamponade jantung (pada umumnya echokariogram
digunakan utuk melihat cedera pada katup jantung).
6. EKG akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia
berhubungan dengan miokardia kontusion atau iskemia
yang berhubungan dengan cedera pada arteri koronaria.
7. Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat
berhubungan dengan adanya iskemik atau infak yang
disebabkan dari hipotensi miokardia kontusion.

c) Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)


Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau
tertekan, terjadi pada saat bernapas, nyeri menyebar hingga
abdomen.

d) Head to toe (H)


Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada :
- Daerah kepala dan leher : mukosa pucat, konjungtiva
pucat, DVJ (Distensi Vena Jugularis)
- Daerah dada :
 Inspeksi : penggunaan otot bantu napas, pernapasan
Kussmaul, terdapat jejas, kontusio, penetrasi penyebab
trauma pada daerah dada.
 Palpasi : adanya ketidak seimbangan traktil fremitus,
adanya nyeri tekan.
 Perkusi : adanya hipersonor
 Auskultasi : suara napas krekels, suara jantung abnormal.
Terkadang terjadi penurunan bising napas.
- Daerah abdomen : herniasi organ abdomen
- Daerah ekstrimitas : pada palpasi ditemukan penurunan
nadi femoralis

e) Inspect the posterior surface (I)


Adanya jejas pada daerah dada
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak Efektif
2. Penurunan Curah Jantung
3. Nyeri
4. Gangguan Perfusi Jaringan
C. Pathway
Trauma tajam,
Trauma tembus

Perpindahan energi kinetik dari objek


penyebab trauma ke jaringan tubuh. Energi
kinetik ini dipengaruhi oleh massa dan
kecepatan objek tersebut perpindahan
energi yang besar menyebabkan

TRAUMA DADA

Mengenai Mengenai dinding


paru dan

Menimbulkan FRAKTUR
Fraktur Coste
luka terbuka
-gangguan
DINDING DADA
OPEN PNEUMOTHORAX pergerakan dinding
MENGEMBANG
dada
Terjadi hubungan antara -krepitasi Fragmen tulang
udara luar dengan udara
yang patah
dalam paru
Thoraks bergerak mendesak jaringan
asimetris
Terdapat udara di Patah tulang
dalam pleura
Gerakan pernapasan
tidak teratur PNEUMOTHORAKS
Volume ruang pleura TERTUTUP
Dx : Pola Nafas
Ekspansi paru tidak tidak Efektif Perdarahan pada
meningkat rongga dada

-Hipoventilasi Paru
-RR

Hipoksemia Ekspansi paru Penurunan fungsi paru

Nafas cepat Difusi O2 dan CO2


Dx : Gangguan
Perfusi Jaringan
Diafragma Perlukaan pada kulit Peningkatan intrathoraks
yang progresif
RUPTUR Terputusnya
TENSION
saraf
PNEUMOTHORAX
Herniasi isi abdomen
ke paru. Memicu impuls
Penekanan vena cava
nyeri
Ekspansi diafragma
Venous return
Dx : NYERI menurun
Gangguan pernapasan

Penurunan efektifitas
hipoksia pompa jantung

GAGAL NAFAS
Dx : PENURUNAN
CURAH JANTUNG
D. Intervensi (Siki)

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


(SDKI) TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
(SLKI) (SIKI)
1. Pola Nafas tidak Setelah diberikan askep selama Monitoring respirasi a. Monitoring respirasi
1. Pantau RR,
efektif …x24 jam diharapkan pola 1. Ketidakefektifan pola
irama dan kedalaman pernapasan
berhubungan napas klien efektif dengan napas dapat dilihat dari
klien
dengan kriteria hasil: peningkatan atau
2. Pantau adanya
penurunan penurunan RR, serta
Status pernapasan: ventilasi penggunaan otot bantu pernapasan
ekspansi paru - Kedalaman pernapasan perubahan dalam irama
normal (skala 5 = no dan retraksi dinding dada pada
dan kedalaman
deviation from normal klien
range) pernapasan
- Tidak tampak Memfasilitasi ventilasi
2. Penggunaan otot bantu
penggunaan otot bantu
pernapasan (skala 5 = no 1. Berikan posisi semifowler pada pernapasan dan retraksi
deviation from normal klien
dinding dada
range) 2. Pantau status pernapasan dan
- Tidak tampak retraksi menunjukkan terjadi
oksigen klien
dinding dada (skala 5 = gangguan ekspansi paru
3. Berikan dan pertahankan
no deviation from normal b. Memfasilitasi ventilasi
masukan oksigen pada klien
range) 1. Posisi semifowler dapat
sesuai indikasi
membantu meningkatkan
toleransi tubuh untuk
inspirasi dan ekspirasi
2. Kelainan status
Tanda-tanda vital pernapasan dan perubahan
saturasi O2 dapat
- Frekuensi pernapasan
menentukan indikasi terapi
dalam batas normal (16-
untuk klien
20x/mnt) (skala 5 = no
3. Pemberian oksigen sesuai
deviation from normal
indikasi diperlukan
range)
untuk mempertahankan
masukan O2 saat klien
mengalami perubahan
status respirasi
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
(SDKI) TUJU INTERVENSI RASIONAL
AN (SIKI)
(SLKI
)
2 Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji faktor penyebab dari 1. Deteksi dini untuk
Perfusi keperawatan diharapkan dapat situasi/keadaan individu/penyebab memprioritaskan intervensi,
Jaringan mempertahankan perfusi jaringan penurunan perfusi  jaringan. mengkaji status
berhubungan dengan, 2. Monitor GCS dan mencatat neurologi/tanda-tanda
dengan Kriteria hasil : 3. Monitor keadaan umum pasien. kegagalan untuk
Hipoksia, a.Tanda-tanda vital dalam batas 4. Berikan oksigen tambahan sesuai menentukan perawatan
tidak normal indikasi. kegawatan atau tindakan
adekuatnya b.Kesadaran meningkat 5. Kolaborasi pengawasan hasil pembedahan.
pengangkuta c.menunjukkan perfusi adekuat pemeriksaan laboraturium. Berikan sel 2. Menganalisa tingkat
n oksigen ke darah merah lengkap/packed produk kesadaran.
jaringan. darah sesuai indikasi. 3. Memberikan informasi
tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu menentukan keb.
intervensi.
4. Memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan
5. Mengidentifikasi defisiensi
dan kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


(SDKI)
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
(SLKI) (SIKI)
3. Nyeri berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Jelaskan dan bantu klien 1. Pendekatan dengan
dengan trauma keperawatan selama diharapkan dnegan tindakan pereda nyeri menggunakan relaksasi dan
jaringan dan reflek nyeri berkurang, dengan nonfarmakologi dan non nonfarmakologi lainnya
spasme otot Kriteria hasil : invasive. telah menunjukkan
sekunder. a. Nyeri berkurang/ dapat 2. Berikan kesempatan waktu keefektifan dalam
diatasi istirahat bila terasa nyeri dan mengurangi nyeri.
b. Dapat berikan posisi yang nyaman ; 2. Istirahat akan merelaksasi
mengindentifikasia misal waktu tidur, belakangnya semua jaringan sehingga
aktivitas yang dipasang bantal kecil. akan meningkatkan
meningkatkan/ 3. Tingkatkan pengetahuan kenyamanan.
menurunkan nyeri tentang : sebab-sebab nyeri, dan 3. Pengetahuan yang akan
c. Pasien tidak gelisah. menghubungkan berapa lama dirasakan membantu
nyeri akan berlangsung. mengurangi nyerinya. Dan
4. Kolaborasi denmgan dokter, dapat membantu
pemberian analgetik mengembangkan kepatuhan
5. Observasi tingkat nyeri, dan klien terhadap rencana
respon motorik klien, 30 menit teraupetik -Analgetik
setelah pemberian obat memblok lintasan nyeri,
analgetik untuk mengkaji sehingga nyeri akan
efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 berkurang
jam setelah tindakan  perawatan 4. Analgetik memblok lintasan
selama 1 - 2 hari. nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang
5. Pengkajian yang optimal
akan memberikan perawat
data yang obyektif untuk
mencegah kemungkinan
komplikasi dan melakukan
intervensi yang tepat.
BAB II
RANGKUMAN ASKEP

Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada


rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa
darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Hipoksia
jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke
jaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary
ventilation/perfusion mismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus )dan
perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax,
pneumothorax terbuka ). Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari
jaringan ( syok ). Fraktur iga Merupakan komponen dari dinding thorax yang
paling sering mngalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada
pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan
menyebabkan gangguan ventilasi. Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara
pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra
torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru
merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam
keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya
sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua
permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan
kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju
paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika
pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada
perkusi hipesonor. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau
laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra
torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Bahwa trauma dada / thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik
tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan
abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat
trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam
rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi
patologis traumatik seperti haematothorax, pneumothorax, tamponade jantung, dan
sebagainya.

2. Saran
Diharapkan mahasiswa hendaknya benar-benar memahami manajemen
kegawatdaruratan pada klien dengan kasus trauma dada, sehingga dapat menerapkan
asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat
darurat. Padang : Medical book

Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta : penerbit
buka

Mediaction. Patriani. (2015). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada.


http://asuhan-keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-dada.html.
Diakses pada tanggal 02 Januari 2019

Rendy , M.C, & Th, M. (2015). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit
dalam . yogjakarta : Nuha medika

Edy Supriyanto.2017.Profil Trauma Toraks diruang Rawat Inal Bedah RSUD


Gambiran.Journal Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Jessica Labora.2015.Pola cedera toraks pada kecelakaan.E-Journal Universitas


Sam Ratulangi Manado

Anda mungkin juga menyukai