Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


TRAUMA DADA

OLEH:
Maya Mariska
P00320220044

DOSEN:
Ns. Norahayani. M. Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam, berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan
salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para yang setia
hingga hari pembalasan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, tidak sedikit kendala yang penulis
hadapi, namun berkat semangat dan kerja keras penulis serta dorongan
berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, kritik yang membangun dari pembaca selalu
penulis harapkan. Segala kekeliruan dan kesalahan dalam makalah ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Langsa, Mei 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Konsep Trauma Dada............................................................................4
1. Pengertian.........................................................................................4
2. Etiologi.............................................................................................5
3. Patofisiologis....................................................................................5
4. Manifestasi Klinis.............................................................................6
5. Komplikasi.......................................................................................7
6. Penatalaksanaan................................................................................9
7. Pencegahan.....................................................................................10
B. Asuhan Keperawatan Trauma Dada...................................................10
1. Pengkajian......................................................................................10
2. Pemeriksaan Fisik..........................................................................11
3. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................12
4. Diagnosa Keperawatn.....................................................................12
5. Tindakan keperawatan...................................................................13
6. Implementasi..................................................................................23
7. Evaluasi..........................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................25
A. Kesimpulan..........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadıan cedera dada merupakan salah satu trauma yang
sering terjadi, jika tidak ditangani dengan benar akan
menyebabkan kematian, kejadian trauma dada terjadi sekitar
seperempat dari jumlah kematian akibat trauma yang terjadi,
serta sekitar sepeıtıga dari kematian yang terjadi berbagai rumah
sakit; Beberapa cedera dada yang dapat terjadi antara lain,
tensian pneumothoraks, pneumatoraks terbuka, flail cheşt,
hematotorakş, tamponade jantung. Kecelakaan kendaraan
bermotor paling sering menyebabkan terjadinya trauma pada
toraks (Punarbawa & Suarjaya: 2013).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda
tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut (Sudoyo, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3
kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000
kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh
trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma
toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu
populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma
toraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15% penderita trauma
tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian
besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong
korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010).
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga
toraks. Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan
angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Trauma toraks
dapat meningkatkan kematian akibat Pneumotoraks 38%,
Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail chest
69% (Nugroho, 2015).
Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam,
kecelakaan lalu lintas atau luka tembak. Bila tidak mengenai
jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Akibatnya,
selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan
masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, pau-paru
pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak
kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan
gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Sudoyo, 2010)

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah
bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan trauma dada.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
a. Untuk mengetahui gambaran konsep asuhan keperawatan
kegawatdaruratan trauma dada.
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang trauma kepala,
proses penyakit dan penatalaksanaan yang diberikan.
b. Untuk mengetahui memahami mengenai asuhan
keperawatan trauma kepala.
c. Mampu menerapkan proses asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada kasus dengan trauma dada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Trauma Dada
1. Pengertian
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan
oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka
dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik
oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma toraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
toraks atau dada yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
toraks ataupun isi dari cavum thoraks (rongga dada) yang di
sebabkan oleh benda tajam atau tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan sakit pada dada. Trauma toraks merupakan penyebab
kematian utama pada kelompok umur dibawah 35 tahun. Trauma
toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang di
sebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang
rangka dada, pleura paru-paru, dan diafragma maupun isi
mediastinal baik oleh benda yang tumpul ataupun benda yang taja,
yang bisa menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne &
Smetzler,2010).
2. Etiologi
a. Trauma tajam
Disebabkan adanya luka tenmbak/tusuk, hal ini menyebabkan
luka dada terbuka karena terdapat hubungan antara ruang dada
dengan udara atmosfir.
b. Trauma tumpul
Terjadi akibat penekanan langsung pada area dada, biasanya
tertutup dan tidak adanya hubungan antara ruang dada dengan
udara atmosfir yang disebabkan oleh benda tumpul.
3. Patofisiologis
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga
pada beberapa faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan
lokasi dari 13 cedera, cedera lain yang terkait, dan penyakit -
penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks
cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi
respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan
disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).
PATHWAY
4. Manifestasi Klinis
a. Tamponade jantung
 Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan
menembus jantung
 Gelisah
 Pucat, berkeringat dingin
 Peningkatan TVJ (tekanan vena jugularis)
 Pekak jantung melebar
 Bunyi jantung melemah
 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
 ECG terdapat low Voltage seluruh lead
 Perikardiosentesis kuluar darah
b. Hematoraks
 Gangguan pernapasan
 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
c. Pneumotoraks
 Sesak napas
 Nyeri dada mendadak
 Gagal pernapasan dengan sianosis
 Suara napas terdengar jauh /tidak terdengar sama sekali
 Pada auskultasi terdengar bunyi klik

5. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti
pneumonia 20%, pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema
2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60% pasien dengan
kontusio pulmonum yang berat akanmenjadi ARDS. Walaupun
angka kematian ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS
masih merupakan salah satu komplikasi trauma toraks yang sangat
serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).
a. Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma
toraks yangpaling sering terjadi.Sebagai akibat dari trauma
tumpul dinding toraks,perdarahan masif dapat terjadi karena
robekan pada pembuluh darah pada kulit,subkutan, otot dan
pembuluh darah interkosta.
b. Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara
langsung maupuntidak langsung. Gejala yang spesifik pada
fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat pada saat batuk,
bernafas dalam atau pada saat bergerak.
c. Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta -kosta
yang berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan
terjadi pada daerah kostokondral.
d. Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat
berat sering kalidisertai dengan fraktur kosta multipel.
e. Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul
toraks yang palingumum terjadi.
f. Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura.
Pneumotoraks pada trauma tumpul toraksterjadi karena pada
saat terjadinya kompresi dada tiba - tiba menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat
menyebabkan rupture alveolus. Gejala yang paling umum pada
Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu
Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan
ginjal.

6. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda
dengan pasien trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A:
airway patency with care ofcervical spine, B: Breathing adequacy,
C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015).
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara
keseluruhan harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa
dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension
Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks
masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar (Nugroho,
2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan
indikasi utama untuk intubasi endotrakeal darurat.Resusitasi cairan
intravena merupakan terapiutama dalam menangani syok
hemorhagik. Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu
hal yang sangat penting pada pasien trauma toraks. Ventilator
harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan
takipnea berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011).
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera
menjalani dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan
dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien -
pasi`en ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan
pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan
medis yang harus segera dilakukan (Hudak, 2011).

7. Pencegahan
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara
menghindari faktor penyebabnya, seperti menghindari terjadinya
trauma yang biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan dan
trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta mengindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang
menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Patriani, 2012).

B. Asuhan Keperawatan Trauma Dada


1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
 Airway
 Breathing
 Circulation
 Disability
 Exposure
b. Pengkajian Sekunder
 Identitas Pasien
 Identitas Keluarga/Wali
 Keluhan Utama
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Riwayat Penyakit Dahulu

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
 Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur.
Tentukan luka masuk dan keluar
 Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi
 Gerakkan dan posisi pada akhir dari ekspirasi
b. Palpasi
 Diraba ada/tidak krepitasi
 Nyeri tekan anteroposterior
 Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan
c. Perkusi
 Adanya sonor, timpanis atau hipersonor
 Adanya pekak dan batas antara yang pekak sonor seperti
garis lurus atau garis miring
d. Auskultasi
 Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan
 Bising napas melemah atau tidak
 Bising napas yang hilang atau tidak
 Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan
yang normal
 Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada
e. Pemeriksaan tekanan darah
f. Kalau perlu segera pasang infus , kalau perlu yang besar
g. Pemeriksaan kesadaran
h. Pemeriksaan sirkulasi perifer
i. Kalau keadaan gawat pungsi
j. Kalau peru intubasi napas bantuan
k. Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung
l. Kalau perlu toraktomi massage jantung internal
m. Kalau keadaan stabil dimintakan pemeriksaan radiologik
(foto thorax AP, jikalau keadaan memungkinkan)

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi : foto thorax
b. Gas darah arteri (GDA) : mungkin normal dan menurun
c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa
d. Hemoglobin :mungkin menurun
e. Pa Co2 kadang-kadang menurun
f. Saturasi O2 menurun

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
secret yang berlebih, gumpalan darah yang menghalangi
pernapasan
b. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan penurunan
kemampuan paru
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi
sumbatan dan suplai oksigen turun dalam jaringan
e. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark
paru-paru

5. Tindakan keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o keperawatan (Noc) (Nic)
1 Ketidakefektifan  Status pernapasan:  Pastikan

bersihan jalan pertukaran gas kebutuhan


napas  Airway status oral/suction
berhubungan Kriteria hasil :  Auskultasi suara

dengan secret  Suara napas bersih, napas sebelum


yang berlebih, tidak ada sianosis, dan sesudah
gumpalan darah mampu bernapas suction
yang dengan mudah  Berikan oksigen

menghalangi  Menunjukan jalan menggunakan


pernapasan napas yang pasten nasal kanul
Definisi : (irama napas dalam  Monitor status

Ketidakmampua rentang normal, tidak napas dan


n untuk ada suara napas oksigen
membersihkan abnormal)  Buka jalan

sekresi atau  Mampu napas gunakan


obstruksi dari mengidentifikasi dan tekhnik
saluran mencegah faktor yang  chin lift

pernapasan menghambat jalan  Posisikan pasien


untuk napas untuk
mempertahanka memaksimalkan
n kebersihan ventilasi
jalan napas keluarkan secret
dengan cara
suction Monitor
respirasi dan
status oksigen
2 Gangguan pola  Respiratory Airway
napas, dispneu Status : Management
berhubungan ventilation - Buka jalan
dengan  Respiratory Status : nafas, gunakan
penurunan airway patency teknik chin lift
kemampuan paru  Vital Sign Status atau jaw thrust
Kriteria Hasil : bila perlu
Definisi :  Mendemonstrasi kan - Posisikan
Inspirasi dan / batuk efektif dan pasien untuk
ekspirasi yang suara napas yang memaksimalkan
tidak memberi bersih, tidak ada ventilasi
ventilasi sianosis dan dyspneu - Lakukan
(mampu fisioterapi dada
mengeluarkan jika perlu
sputum, mampu - Keluarkan
bernafas dngan secret dengan
mudah, tidak ada batuk atau
pursed lips) suction
 Menunjukkan jalan - Auskultasi suara
nafas yang paten nafas, catat
(klien tidak merasa adanya suara
tercekik, irama napas, tambahan
frekuansi pernafasan - Atur intake
dalam, rentang untuk cairan
normal, tidak ada mengoptimalka
suara nafas abnormal) n keseimbangan
 Tanda tanda vital - Monitor
dalam rentang normal respirasi dan
(tekanan darah, nadi, status O2.
pernafasan) Respiratory
Monitoring
- Monitoring
ratarata,kedalam
an, irama dan
usaha respirasi
- Catat gerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan,
retraksi otot
supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara
nafas seperti
dengkur
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
- Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.
3 Gangguan  Respiratory Status : Airway
pertukaran gas Gas exchange Management
berhubungan  Respiratory - Buka jalan
dengan Status : nafas, gunakan
ketidakseimbang ventilation teknik chin lift
an ventilasi dan  Vital Sign Status atau jaw thrust
perfusi Kriteria Hasil : bila perlu
 Mendemonstrasi kan - Posisikan pasien
Definisi: peningkatan ventilasi untuk
kelebihan atau dan oksigenasi yang memaksimalkan
defisit pada adekuat Memelihara ventilasi
oksigenasi kebersihan paru paru - Lakukan
dan/atau dan bebas dari tanda fisioterapi dada
eliminasi karbon tanda distress jika perlu
dioksida pada pernafasan - Keluarkan
membran  Mendemonstras ikan secret dengan
alveolarkapiler. batuk efektif dan batuk atau
suara nafas yang suction
bersih, tidak ada - Auskultasi
sianosis dan dyspneu suara nafas,
(mampu catat adanya
mengeluarkan suara tambahan
sputum, mampu - Atur intake
bernafas dengan untuk cairan
mudah, tidak ada mengoptimalka
pursed lips) n keseimbangan
 Tanda tanda vital - Monitor
dalam rentang respirasi dan
normal. status O2.
Respiratory
Monitoring
- Monitoring
ratarata,kedala
man, irama dan
usaha respirasi
- Catat gerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot tambahan,
retraksi otot
supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara
nafas seperti
dengkur
- Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.
4 Gangguan perfusi  Energy activity
jaringan conservation therapy
berhubungan  Activity tolerance - Kolaborasikan
dengan suplai  Self care : ADLs dengan tenaga
oksigen dalam Kriteria hasil : medis dalam
jaringan.  Berpartisipasi dalam merencanakan
aktivitas fisik tanpa program terapi
Definisi : disertai peningkatan yang tepat
Ketidakcukupan tekanan darah, nadi - Bantu klien
energi psikologis dan RR untuk
atau fisiologis  Mampu melakukan mengidentifikas
untuk aktivitas seharihari i
melanjutkan atau (ADLs) secara mandiri aktivitas yang
menyelesaikan  Tanda-tanda vital mampu
aktifitas normal dilakukan
kehidupan  Energy psikomotor - Bantu untuk
sehari-hari yang  Level kelemahan memilih
harus atau yang  Manpu berpindah : aktivitas
ingin dilakukan. denangan atau tanpa konsisten
bantuan alat yang sesuai
 Status dengan
kardiopulmonari kemampuan
adekuat fisik,
 Sirkulasi status baik psikologi dan
sosial
- Bantu untuk
mendapatkan
alat bantuan
aktivitas seperti
kusi roda, krek
- Bantu untuk
membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikas
i kekurangan
dalam
beraktivitas.
5 Nyeri dada  Pain level Pain
berhubungan  Pain control management
dengan infark  Comfort level - Lakukan
paru-paru . Kriteria hasil : pengkajian
 Mampu nyeri secara
Definisi: mengontrol nyeri komprehensi
pengalaman (tahu penyebab nyeri, f termasuk
sensori dan mampu lokasi,
emosional yang mengguanakan tehnik karakteristik,
tidak nonfarmakologi untuk durasi,
menyenangkan mengurangi nyeri, frekuensi,
yang muncul mencari bantuan) kualitas dan
akibat kerusakan  Melaporkan bahwa faktor
jaringan yang nyeri berkurang presipitasi
aktual atau dengan menggunakan - Observasi
potensial atau manajemen reaksi
digambarkan nyeri nonverbal
dalam hal  Mampu mengenali dari
kerusakan nyeri (skala, intensitas, ketidaknyam
sedimikian rupa frekuensi dan tanda anan
nyeri) - Gunakan
 Menyatakan rasa tehnik
nyaman setelah nyeri komunikasi
berkurang teraupetik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien
- Kaji kultur
yang
mempengaru
hi respon
nyeri
- Evaluasi
pengalaman
nyeri masa
lampau
Evaluasi
bersama pasien
dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri
masa lampau
Analgesic
administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
- Cek intruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat
alergi
- Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian lebih
dari satu
- Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
- Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
- Pilih rute
pemberian
secara IV,
IM untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur.

6. Implementasi
Siregar, dkk (2021) menyatakan, implementasi akan
melibatkan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang
diperoleh pada fase perencanaan. Dalam implementasi perawat
akan melaksanakan rencana asuhan atau supervisi dari perawat
lain untuk melakukan intervensi keperawatan. Implementasi
adalah melakukan suatu perencanaan berdasarkan intervensi
keperawatan untuk membantu pasien mencapai suatu tujuan atau
hasil yang diharapkan.

7. Evaluasi
Siregar, dkk (2021) menyatakan bahwa, pada masa evalusai
perawat menentukan respon pasien terhadap intervensi
keperawatan hingga mengetahui sejauh mana tujuan telah
dicapai. Jika hasilnya tidak terpenuhi, revisi mungkin diperlukan
dalam pengkajian (pengumpulan data), diagnosis keperawatan,
perencanaan, atau implementasi. Evaluasi juga merupakan
penilaian ulang dan menginterpretasikan data baru yang
berkelanjutan untuk menentukan apakah tujuan tercapai
sepenuhnya, sebagian, atau tidak sama sekali. Evaluasi
memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang tepat dan
kebutuhannya terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang di
sebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang
rangka dada, pleura paru-paru, dan diafragma maupun isi
mediastinal baik oleh benda yang tumpul ataupun benda yang taja,
yang bisa menyebabkan gangguan sistem pernapasan.
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti
pneumonia 20%, pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema
2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60% pasien dengan
kontusio pulmonum yang berat akanmenjadi ARDS. Walaupun
angka kematian ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS
masih merupakan salah satu komplikasi trauma toraks yang sangat
serius dengan angka kematian 20-43
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi
V. Jakarta: Interna Publishing

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC

Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan


Holistik. Edisi - VIII Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan


keperawatana gawat darurat. Padang : Medical book

Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada.


http://asuhankeperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-
dada.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2019

Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P. (2013). Early Identification


And. Basic Life Support For Pneumothorax. E-Jurnal Medika.
Udayana, 750-766
Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah
penyakit dalam . yogjakarta : Nuha medika

Siregar, Deborah, dkk, 2021, Pengantar Proses Keperawatan: Konsep,


Teori Dan Aplikasi. Yayasan kita menulis.

Anda mungkin juga menyukai