Anda di halaman 1dari 21

Mata kuliah : Kebijakan Kesehatan Nasional

Dosen MK : Amir,S.Kep.Ns.MM

Makalah Program Pemerintah Dalam Menurunkan Kematian


Ibu, Bayi dan Anak

Di Susun oleh :

Cahya Farhani Alias Nim: PO7120323131

Eka Yulianti Pradita Sari Nim: PO7120323122

I Ketut Suwarmita Nim : PO7120323127

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D4 RPL AHLI JENJANG KEPERAWATAN POSO

T.A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt.
Karena berkat dan rahmat karunianya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Program Pemerintah Dalam Menurunkan
Kematian Ibu, Bayi dan Anak”. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga,para sahabatnya, bahkan
umatnya yang masih mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.

Maksud pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata


kuliah “Keperawatan Transtruktural” .Penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,untuk kesempurnaan
makalah ini penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat
membangun.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Definisi...................................................................................................................4
B. Program Pemerintah dalam mengatasi kematian ibu, bayi dam anak.....................5
C. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak................................................................................................7
D. Peran Perawat Dalam Mengatasi Kematian Ibu, Bayi Dan Anak.........................14
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan ukuran bagi
kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya berkaitan dengan masalah
kesehatan ibu dan anak. Angka kematian maternal merupakan indikator yang
mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada
waktu hamil dan melahirkan. Kesehatan Ibu adalah masalah pembangunan
global. Di beberapa negara, khususnya negara berkembang dan negara belum
berkembang, para ibu masih memiliki resiko tinggi ketika melahirkan. Situasi
ini telah mendorong komunitas internasional untuk berkomitmen dalam
mengatasi permasalahan kesehatan ibu. Komitmen ini diwujudkan dengan
mencantumkan kesehatan ibu menjadi salah satu target MDGs.
Upaya Pemerintah untuk menurunkan angka kematian Ibu, angka
kematian bayi & balita, dan menurunkan stunting, gizi kurang dan gizi buruk
serta peningkatan cakupan imunisasi hanya dapat terwujud bilamana terdapat
peran dari berbagai stakeholder terkait tidak terkecuali peran dari keluarga.
Tidak kalah pentingnya peran dari tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan secara “continuum of care the life cycle” serta pelayanan tersebut
dilaksanakan berdasarkan “continuum of pathway” sesuai kebutuhan medis.
Asuhan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan secara
berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB)
sebagai upaya penurunan AKI & AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan
ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan pelayananan
kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan yang
mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi.3
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab
yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,
tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.1 Angka kematian Bayi
(AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir dan 1
tahun dalam 1000 kelahiran hidup.

1
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan
kesehatan suatu negara. Menurut World Health Organization (WHO) AKI
sangat tinggi sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait
kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari. Sekitar 303.000
wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Hampir
semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang. Angka kematian
ibu di negara berkembang adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup
dibandingkan 12 per 100.000 kelahiran hidup di negara maju. AKI menjadi
indikator dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan
masih fokus dalam upaya menurunkan AKI. Komitmen global menyepakati
dalam SDGs untuk mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari
70 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2030.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator Kesehatan yang
menggambarkan derjat kesehatan masyarakat. Jumlah kematian ibu terjadi
penurunan tahun 2018-2012 yaitu dari 4.296 menjadi 4.291 kematian ibu di
Indonesia. Pada tahun 2012 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi
(207 kasus).2 Di DIY jumlah kematian ibu pada tahun 2018 sebanyak 35
ibu, tahun 2012 menjadi 36 kematian ibu. Sedangkan angka kematian
neonatal sebanyak 236, kematian bayi 316 bayi.
Salah satu penyebab utama kematian ibu secara langsung adalah
perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%, sedangkan penyebab
kematian ibu secara tidak langsung adalah anemia 51% .2 Berdasarkan dari
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa
angka kejadian anemia di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 48,2% dari yang sebelumnya sebesar 37,1% pada
tahun 2013.4 Berdasarkan hasil dari Profil Kesehatan DIY menunjukkan
bahwa prevalensi kejadian anemia dalam 3 tahun terakhir pada ibu hamil di
DIY yaitu sebesar 14,85 % pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan pada
tahun 2016 yaitu sebesar 16,02 % dan kembali turun menjadi 14,32 pada
tahun 2017.

2
B. Rumusan Masalah
1. Definisi
2. Program pemerintah dalam mengatasi kematian ibu, bayi dan anak
3. Peran Perawat Dalam Mengatasi Kematian Ibu, Bayi Dan Anak

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi
2. Untuk mengetahui Program pemerintah dalam mengatasi kematian ibu,
bayi dan anak
3. Untuk mengetahui Peran Perawat Dalam Mengatasi Kematian Ibu, Bayi
Dan Anak

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan ibu merupakan
kunci bagi kesehatan generasi penerusnya, ibu yang sehat ketika hamil, aman
ketika melahirkan, pada umumnya akan melahirkan bayi yang sehat. Oleh
sebab itu angka kesakitan dan kematian ibu merupakan indikator yang
penting untuk menggambarkan status kesehatan maternal. Agar posisi
alamiah ini berjalan dengan lancar dan baik dan tidak berkembang menjadi
keadaan patologis, diperlukan upaya sejak dini yaitu berupa asuhan
kebidanan secara menyeluruh dan berkesinambungan serta upaya untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Pada dasarnya kehamilan, persalinan, nifas, dan Bayi Baru Lahir (BBL)
merupakan suatu keadaan yang alamiah dan fisiologis namun dalam
prosesnya terdapat kemungkinan keadaan tersebut berubah menjadi keadaan
patologis yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi. Umumnya kematian
maternal (maternal mortality) merupakan indikator yang dipakai untuk
menilai baik buruknya suatu keadaan pelayanan kebidanan (maternity care)
dalam suatu Negara atau daerah.
Asuhan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan secara
berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB)
sebagai upaya penurunan AKI & AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan
ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan pelayananan
kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan yang
mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi.3
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab
yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,
tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Angka kematian Bayi
(AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir dan1
tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator pembangunan
kesehatan suatu negara. Menurut World Health Organization (WHO) AKI

4
sangat tinggi sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait
kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari. Sekitar 303.000
wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Angka
kematian ibu di negara berkembang adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup
dibandingkan 12 per 100.000 kelahiran hidup di negara maju. AKI menjadi
indikator dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan
masih fokus dalam upaya menurunkan AKI.
Indonesia secara agresif menargetkan penurunan angka Kematian Ibu
menjadi 70 kematian per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2030.
Sementara berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), Indonesia ditargetkan menekan Angka Kematian Ibu menjadi 183
kematian per 100 ribu kelahiran hidup di tahun 2024.
Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan oleh komplikasi
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang
menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu yaitu perdarahan, infeksi,
tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia),
komplikasi dari persalinan aborsi yang tidak aman dan sisanya disebabkan
oleh kondisi kronis seperti penyakit jantung dan diabetes (WHO, 2019

B. Program Pemerintah dalam mengatasi kematian ibu, bayi dam anak


Kementerian Kesehatan RI menetapkan pemeriksaan ibu hamil atau
antenatal care (ANC) dilakukan minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan
sebagai bentuk komitmen untuk penyediaan layanan esensial bagi Ibu hamil.
Untuk mendukung aktivitas ini, Kemenkes tengah dalam proses menyediakan
USG di Seluruh Provinsi di Indonesia. Sebelumnya pemeriksaan USG hanya
dapat dilakukan di RS atau Klinik, saat ini ibu hamil sudah dapat melakukan
pemeriksaan di Puskesmas.

Level Program Sasaran


1 Gerakan Masyarakat Sayangi Ibu hamil-bersalin-nifas-
Ibu Hamil bayi baru lahir
Pendampingan ibu hamil anemia,
hipertensi, obesitas, BBLR

5
2 Skrining Layak Hamil Wanita usia subur
Penilaian kondisi kesehatan calon
pengantin wanita
3 Tatalakasana Wus Tidak Layak Wanita usia subur
Masyarakat Hamil
Pelaksanaan KB, pengobatan
anemia, hipertensi, obesitas
4 Skrining kehamilan Ibu Hamil
Pelaksanaan antennal care (ANC)
6x (2x dengan dokter), termasuk
skrining preeklamsia dan
penggunaan USG
5 Tindakan Prarujukan Ibu Hamil Ibu hamil
Komplikasi Medis
Rujukan ibu hamil anemia,
preeklamsia, obesitas dan diabetes
6 Pelayanan Obsetri Neonatal Ibu hamil-bersalin-nifas-
Emergensi Dasar (PONED) bayi baru lahir
Persalinan normal, persalinan
dengan penyulit didaerah terpencil,
manajemen BBLR >2000 gram
FKTP 7 Skrining bayi baru lahir Bayi baru lahir
Manajemen Terpadu bayi muda
(MTBM), skrining penyakit jantung
bawaan (PJB) kritis
8 Pemenuhan obat Ibu hamil-bersalin-nifas-
kegawatdaruratan maternatal bayi baru lahir
neonatal
Oxytocin, methergine, nifedipine,
MgSO4, ca glukonas, ampicillin,
gentamicin, phenobarbital,
diazepam, vitamin K15

6
9 Pelayanan obsetri neonatal Ibu hamil-bersalin-nifas-
emergensi komprehensi bayi baru lahir
(PONEK)
Persalinan dengan penyulit,
FKRTL manajemen BBLR <2000 gram
10 Program bantu rujuk Ibu hamil-bersalin-nifas-
Sistem informasi rujukan bayi baru lahir
terintehrasi (SISRUTE) pelayanan
maternal neonatal

Gambar Strategi percepatan penurunan AKI DAN AKB

Berdasarkan Gambar 1.2, Strategi Percepatan Penurunan AKI dan AKI


terdiri atas 10 Program pada 3 Level yaitu Masyarakat, Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP), dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
(FKRTL) dengan sasaran menyangkut Wanita Usia Subur, Ibu Hamil –
Bersalin – Nifas, serta Bayi Baru Lahir. Tidak semua program menjadi
tanggung jawab Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, beberapa
program lainnya membutuhkan kerja sama dengan Direktorat lainnya seperti
Direktorat Usia Produktif dan Lanjut Usia yang menangani sasaran Wanita
Usia Subur, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan pada level FKRTL,
serta dengan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan yang membantu dalam pengadaan alkes dan obat terkait Pelayanan
Ibu dan Anak.

C. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja


Kegiatan Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

No Indikator Definisi operasional Cara perhitungan


1 Persentase ibu hamil yang Cakupan ibu hamil Jumlah ibu hamil
mendapatkan pemeriksaan yang telah memperoleh yang
kehamilan 6 kali (ANC pelayanan antenatal mendapatkan
6x) sesuai dengan standar pemeriksaan
paling sedikit 6x kehamilan 6 kali
dengan distribusi (ANC 6x) di bagi
waktu 1x pada sasaran ibu hamil
trimester 1, 2x pada dikali 100
trimester ke 2, 3x pada
trimester ke 3, dengan
diperiksa oleh dokter

7
minimal 1x pada
trimester 1 dan
minimal 1x pada
trimester 3 di suatu
wilayah kerja kurun
waktu dalam 1 tahun
yang sama
2 Persentase bayi yang a. Kunjungan Jumlah bayi yang
mendapatkan pelayanan neonatal adalah mendapatkan
kesehatan bayi baru lahir usia pelayanan
0 - 28 hari yang kesehatan dibagi
mendapatkan sasaran bayi
pelayanan sesuai dikali 100
standar paling
sedikit tiga kali
dengan distribusi
waktu 1 kali pada
6-48 jam, 1 kali
pada hari ke 3 –
hari ke 7, dan 1 kali
pada hari ke 8 –
hari ke 28 setelah
lahir di suatu
wilayah pada kurun
waktu tertentu
b. Pelayanan neonatal
esensial sesuai
standar meliputi : ▪
Standar kuantitas
adalah kunjungan
minimal 3 kali
selama periode
neonatal, dengan
ketentuan:
Kunjungan
neonatal 1 (KN 1) :
6-48 Jam,
Kunjungan
neonatal 2 (KN 2) :
3-7 hari,
Kunjungan
neonatal 3 (KN 3) :
8-28 hari ▪ Standar
kualitas adalah
Pelayanan neonatal
esensial setelah
lahir (6 jam-28
hari), meliputi :

8
Konseling
perawatan bayi
baru lahir dan ASI
ekslusif,
Memeriksa
kesehatan dengan
pendekatan
MTBM, Pemberian
vitamin K1 bagi
yang lahir tidak di
fasyankes atau
belum
mendapatkan
injeksi vitamin K1,
Imunisasi Hepatitis
B injeksi untuk
bayi usia <24 jam
yang lahir tidak
ditolong oleh
tenaga Kesehatan,
Penanganan dan
rujukan kasus
neonatal
komplikasi.
3 Persentase puskesmas Puskesmas Jumlah
yang melaksanakan melaksanakan puskesmas yang
pembinaan ke sekolah 4 pembinaan ke sekolah melaksanakan
kali setahun di wilayahnya pembinaan ke
sebanyak 4 kali/ tahun sekolah 4 kali
untuk mengaktifkan setahun dibagi
trias UKS total sasaran
(pemeriksaan puskesmas dikali
kesehatan peserta 100
didik, pengawasan
lingkungan sehat,
melaksanakan edukasi
kesehatan di sekolah
secara rutin)
4 Persentase remaja putri Persentase remaja putri Jumlah remaja
yang mengonsumsi TTD siswi SMP dan SMA putri yang
sederajat yang mengkonsumsi
mengkonsumsi tablet tablet tambah
TTD sesuai standar darah dibagi total
dibagi jumlah siswi sasaran dikali 100
SMP dan SMA
sederajat yang
menerima TTD dikali
100

9
1. Kegiatan Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak yang dilaksanakan
untuk mencapai indikator Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan
Pemeriksaan Kehamilan 6 kali, diantaranya:
a. Penyebarluasan informasi melalui kelas ibu hamil. Kegiatan ini
merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu
hamil baik dalam bentuk tatap muka secara daring maupun luring yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil
dan keluarga mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca
persalinan, pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan
aktivitas fisik/ senam ibu hamil. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh
bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan Buku KIA, Flip chart
(lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan
Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
b. Penyediaan buku KIA
c. Pelaksanaan Gerakan Pekan Bumil Sehat yang bertujuan untuk
membangun pekan bumil sehat pada setiap bulannya. Adapun kegiatan
yang dilakukan pada pekan bumil sehat antara lain yang meliputi
pemeriksaan kesehatan termasuk penilaian status gizi, pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, USG, pemberian TTD dan
pelayanan kelas ibu hamil.
d. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan Ibu dan bayi, termasuk pemeriksaan USG melalui
pelatihan blended learning dokter dan blended learning bidan.
Kegiatankegiatan tersebut tidak hanya bersumber dari dana APBN Pusat,
melainkan juga sinkron dengan pelatihan di 34 Provinsi melalui Dana
Dekonsentrasi.
e. Pelaksanaan Surveilans Gizi KIA, melalui kegiatan-kegiatan pertemuan
dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka kompilasi,
verifikasi, feedback, analisis dan umpan balik data agregat per triwulan,
serta diseminasi data capaian, yang mana semuanya itu dalam rangka

10
menghasilkan data capaian program dan indikator yang dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Kegiatan pemeliharaan aplikasi dibawah Direktorat Gizi dan KIA seperti
eKohort KIA, e-PPGBM yang bertujuan untuk perbaikan minor sistem
aplikasi seperti bugs fix, back up database, updating sistem keamanan
dan lainnya, sehingga memudahkan dalam melakukan penginputan data.
g. Pemanfaatan aplikasi e-Kohort KIA untuk menunjang pelaksanaan
sistem pembayaran Jaminan Persalinan (Jampersal) bagi ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang tidak memiliki jaminan
kesehatan dan miskin. Keberadaan Jampersal dapat meningkatkan akses
masyarakat kepada layanan kesehatan termasuk layanan ANC 6 kali
h. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam melakukan
pengkajian/audit kasus kematian maternal perinatal melalui Orientasi
Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respons (AMP-SR) kepada
Fasilitator AMPSR Tingkat Provinsi dari 34 Provinsi. Salah satu output
dari pelaksanaan pengkajian adalah untuk mendapatkan modifiable
factor (faktor-faktor yang dapat dimodifikasi) terhadap kematian ibu dan
bayi baru lahir, misalnya dari hasil pengkajian kematian ibu didapatkan
modifiabel factor untuk perbaikan kualitas ANC dikarenakan kematian
yang tetap terjadi pada kelompok ibu yang memiliki komplikasi
kehamilan yang frekuensi ANC nya sudah sesuai standar, dan edukasi
keluarga untuk menyiapkan kondisi sehat sebelum hamil dan
mempersiapkan persalinan melalui pelaksanaan ANC agar tidak terjadi
keterlambatan dalam membuat keputusan dalam merujuk ibu hamil.
i. Evaluasi Midterm RPJMN, dengan fokus memantau pemanfaatan
Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) serta Alat USG dalam mendorong
kegiatan ANC

faktor-faktor pendukung indikator Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan


Pemeriksaan Kehamilan 6 kali:
a. Ketersediaan regulasi terkait kesehatan ibu, yaitu Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan Masa

11
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual
b. Tersedianya tenaga kesehatan (Dokter dan Bidan) yang berkompetensi
dalam melaksanakan pelayanan ANC, termasuk pemeriksaan USG.
Sehingga masyarakat pun terdorong untuk datang ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
c. Dukungan lintas program dan lintas sektor, termasuk organisasi profesi
dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi
d. Adanya pemantauan data secara terus menerus (surveilans) melalui
kegiatankegiatan pertemuan verifikasi, feedback, analisis dan umpan
balik data agregat per triwulan, yang mana semuanya itu dalam rangka
menghasilkan data capaian program dan indikator yang dapat
dipertanggungjawabkan.
e. Adanya dukungan pembiayaan Jampersal kepada ibu yang miskin dan
tidak memiliki jaminan kesehatan
f. Adanya dukungan APBN kepada daerah melalui Dana Dekonsentrasi
untuk kegiatan terkait untuk percepatan penurunan angka kematian ibu,
salah satunya Blended Learning dalam Pelayanan Antenatal Terpadu dan
Neonatal Esensial
g. Penyediaan alat kesehatan yang menunjang pelayanan kesehatan ibu
bagi masyarakat antara lain alat USG 2 dimensi yang telah tersedia di
Kabupaten/Kota yg kemudian didistribusikan pada setiap Puskesmas
h. Dukungan dana ke Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Puskesmas melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam
melaksanakan berbagai kegiatan dalam upaya penurunan AKI dan AKB

2. Kegiatan Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak yang dilaksanakan
untuk mencapai indikator Persentase Bayi yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan, diantaranya:
a. Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)

12
b. Pelayanan Skrining Bayi Baru Lahir (BBL) yaitu Skrining Hipotiroid
Kongenital (SHK). SHK dilakukan dengan pemeriksaan darah tumit
bayi yang diambil pada saat bayi berusia 48-72 jam setelah lahir.
Tujuannya adalah menemukan kelainan hipotiroid kongenital pada bayi
baru lahir sedini mungkin sehingga bayi yang positif HK akan
mendapatkan tatalaksana segera.
c. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan
bagi bayi, salah satunya adalah Pelatihan Bagi Pelatih Konseling
Menyusui, OJT manajemen BBLR dan pelatihan penanganan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. BBLR masih menjadi salah
satu penyebab kematian bayi tertinggi sehingga tenaga kesehatan harus
mampu memberikan tatalaksana yang tepat agar kondisi BBLR tidak
berujung pada kesakitan dan kematian.
d. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam melakukan
pengkajian/audit kasus kematian maternal perinatal melalui Orientasi
Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respons (AMP-SR) kepada
Fasilitator AMPSR Tingkat Provinsi dari 34 Provinsi. Tenaga kesehatan
yang dilatih terdiri dari pengelola program KIA, Dokter Spesialis Anak,
Dokter Spesialis Kebidanan. Tujuan orientasi adalah menyediakan tim
fasilitator provinsi yang akan melatih Tim AMPSR di level
kabupaten/kota dan di level fasilitas kesehatan. Melalui AMPSR maka
Provinsi, Kab/Kota dan Rumah Sakit didorong untuk melakukan
pengkajian kasus kematian bayi secara lebih terstruktur dalam rangka
perbaikan kualitas mutu pelayanan kesehatan dan sistem kesehatan baik
di level Provinsi, Kabupaten/Kota maupun fasilitas kesehatan.
e. Pemanfaatan aplikasi e-Kohort KIA untuk menunjang pelaksanaan
sistem pembayaran Jaminan Persalinan (Jampersal) bagi ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang tidak memiliki jaminan
kesehatan dan miskin. Keberadaan Jampersal dapat meningkatkan akses
masyarakat kepada layanan kesehatan termasuk layanan kesehatan pada
kelompok bayi baru lahir.

13
faktor-faktor pendukung indikator Bayi yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan:
a. Dukungan lintas program dan lintas sektor, termasuk organisasi profesi
dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
b. Sudah ada sistem pelaporan pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang
relatif baik karena bersifat real time
c. Dukungan regulasi dan ketersediaan NSPK pelayanan kesehatan ibu
dan bayi. Pada tahun 2021 telah terbit Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi dan Pelayanan Kesehatan Seksual.
d. Adanya dukungan APBN kepada Daerah melalui Dana Dekon, untuk
kegiatan terkait untuk percepatan penuruan angka kematian bayi.
e. Dukungan dana ke Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Puskesmas melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam
melaksanakan berbagai kegiatan dalam upaya penurunan AKI dan AKB
f. Adanya pemantauan data secara terus menerus (surveilans) melalui
kegiatankegiatan pertemuan verifikasi, feedback, analisis dan umpan
balik data agregat per triwulan, yang mana semuanya itu dalam rangka
menghasilkan data capaian program dan indikator yang dapat
dipertanggungjawabkan.
g. adanya dukungan pembiayaan Jampersal kepada bayi baru lahir dari
ibu yang miskin dan tidak memiliki jaminan kesehatan

D. Peran Perawat Dalam Mengatasi Kematian Ibu, Bayi Dan Anak

Bentuk Tujuan Sasaran Bentuk Kegiatan


layanan
Promotif Meningkatkan Ibu, bayi, dan balita 1. Pemberdayaan
derajat kesahatan yang sehat (tidak masyarakat
ibu, bayi dan balita memiliki resiko,tidak (kader,keluarga,
sedang mengidap kelompok)
penyakit 2. Edukasi/

14
kronis/bawaan) penyuluhan
kesehatan
3. Konsultasi/
konseling
kesehatan
4. Pemeriksaan
kesehatan
(ANC,vital
sign,status gizi,
pengukuran
pertumbuhan dan
perkembangan)
Preventif Pencegahan terhadap Ibu, bayi dan balita 1. Deteksi dini
timbulnya penyakit yang masuk dalam (pemeriksaan
kronis/kondisi yang kelompok resiko ANC, screening
membahayakan bagi tinggi ( ibu dengan status gizi, dan
ibu, bayi dan balita anoreksia, BB pertumbuhan
kurang, riwayat HT, perkembangan)
bayi dengan BBLR, 2. Penanganan awal :
bayi dengan riwayat pemberian asupan
PJB dan imunitas cairan dan nutrisi
rendah) yang cukup serta
vitamin.
Kuratif Penanganan lanjutan Ibu, bayi dan balita 1. Independen :
dan pencegahan yang masuk kategori pemenuhan asupan
komplilkasi pada sakit ( ibu dengan cairan dan nutrisi
kondisi sakit, preeklamsia, yang cukup sesuai
mencegah anemia), (bayi dengan kondisi,
perburukan kondisi dengan asfiksia, pjb, serta obs ketat
ibu, bayi dan balita anemia) dan (balita vital sign dan
dengan infeksi, diare tanda perburukan
dan pjb) 2. Dependen

15
(kolaborsi) :
pemberian cairan
dan nutrisi
tambahan
(intravena), serta
farmakologi serta
terapi dan
pemeriksaan
penunjang lainnya.
3. Rujukan :difaskes
yang lebih tinggi
jika terdapat
penyulit dan
perburukan
kondisi
Rehabilitative Pemulihan kondisi Ibu, Bayi dan balita 1. Pendampingan
pasca sakit yang berada pad fase klien serta
pemulihanpasca sakit mengevaluasi vital
sign dan
perkembangan
kondisi klinis
2. Mempertahankan
kadar asupan
cairan/nutrisi,
tingkat aktivitas
fisik dan istirahat
3. Perubahan kondisi
adaptasi

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan ibu merupakan
kunci bagi kesehatan generasi penerusnya, ibu yang sehat ketika hamil,
aman ketika melahirkan, pada umumnya akan melahirkan bayi yang sehat.
Oleh sebab itu angka kesakitan dan kematian ibu merupakan indikator yang
penting untuk menggambarkan status kesehatan maternal. Agar posisi
alamiah ini berjalan dengan lancar dan baik dan tidak berkembang menjadi
keadaan patologis, diperlukan upaya sejak dini yaitu berupa asuhan
kebidanan secara menyeluruh dan berkesinambungan serta upaya untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan- kesempatan berikutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

National Instittues of Health. Theoris Of Health Behavior. United States Of


America.2013

Ministry of Health, 2018. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar


(Riskedas).Jakarta.Ministry of Health,National Institute of Health Research
and Development

https://www.unicef.org/indonesia/id./ringkasankajiankesehatan.pdf

http://keperawatan-usu/2018/upayapenurunanangkakematianbayi.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai