Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Selain itu STEMI
merupakan Infark yang terjadi diseluruh dinding miokard, dari endocardium ke
epicardium dengan lokasi di anterior, inferior, maupun lateral. Karakteristik antara
lain terdapat elevasi gelombang ST dan Q pada EKG, adanya isoenzime CK-MB 3-6
jam setelah onset dan terus meningkat hingga 12-24 jam (Huswar,2016).
STEMI merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan kematian sel miosit
jantung karena iskhemia yang berkepanjangan akibat oklusi koroner akut. STEMI
terjadi akibat stenosis total pembuluh darah koroner sehingga menyebabkan nekrosis
sel jantung yang bersifat irreversible (Black & Hwak, 2012).

Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat dan lokasi
injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktorfaktor seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).

B. ETIOLOGI
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi
dan akumulasi lipid.
1) Penyempitan arteri koroner nonsklerotik
2) Penyempitan aterosklerotik
3) Trombus
4) Plak aterosklerotik
5) Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
6) Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
7) Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
8) Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
9) Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.

C. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya
tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu.
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu
trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak
koroner cendereung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan
intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infrak miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endocardium sampai epikardium, disebut infark transmural, namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial, disebut infark subendokardial. Setelah terjadi 20
menit sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada subendokardium, dan bila berlanjut
terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmular.
D. PATHWAY

Aterosklerosis, thrombosis,kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nikrosi

Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Resiko
metabolism Seluler hipoksia penurunan
curah
Integritas membran jantung
Timbunan asam
nyeri berubah
laktat meningkat

Kontraktilitas
Gangguan
kelemahan turun
pertukaran
gas
Intoleransi
aktifitas Cop turun Gangguan
pompa jantung

Gangguan
perfusi Gagal jantung
jantung
E. MANIFESTASI KLINIS
1) Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang
menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
2) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terusmenerus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan
gejala utama.
3) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
4) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
5) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
6) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(mengumpulkan pengalaman nyeri).

F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI adalah :
1. Disfungsi ventrikular
2. Gangguan haemodinamik kongesti paru (ditandai dengan adanya ronkhi basah
diparu dan bunyi jantung S3 dan S4)
3. Syok kardiogenik
4. Infark ventrikel kanan
5. Aritmia pasca STEMI
6. Ekstrasistol ventrikel
7. Takikardi dan fibrilasi ventrikel
8. Takikardia ventrikel
9. Fibrilasi ventrikel
10. Fibrilasi atrium
11. Aritmia supraventrikular
12. Asistol ventrikel
13. Bradiaritmia dan blok.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan enzim jantung :
- CK (creatini kinase) : isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat pada
3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-5 hari)
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal dalam 48-72 jam
- LDH (laktat dehydrogenase), LDH1, dan LDH2: meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
b. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG digunakan untuk merekam aktivitas elektrik jantung. Melalui
aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung, dan
kondisi otot jantung. Kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan
PJK.
c. Tes treadmill atau exercise stress testing (uji latih jantung denan beban) exercise
testing merupakan salah satu tes yang sering dilakukan untuk mendiagnosis
apakan seseoran g terkena atau menderita penyakit jantung dan juga untuk
mentratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain ini tes tredmill juga dapat
dipakai untuk mengukur kapasitas jantung , gangguan irama dan lain-lain.
d. Echocardiography (ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk
mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi
jantung.
e. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan
kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan diarteri
koroner.

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil kerusakan
jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.kerusakan
jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian O2, tirah
baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung. Obat-
obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplai O2,sementara tirah baring
digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan
indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan.
Dan dengan menghentikan aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung
membatasi luas kerusakan.
2. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen;
vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung, missal; NTG (nitrogliserin). Anti
koagulan missal; heparin (untuk mempertahankan integritas jantung) trombolitik
streptokinase (mekanisme pembekuan dalam tubuh).
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin 2012, pengkajian pada pasien STEMI adalah:
(1) Pengkajian Primer
a. Airways
a) Sumbatan atau penumpukan secret
b) Wheezing atau krekles
b. Breathing
a) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b) Respirasi lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c) Ronchi, krekles
d) Ekspansi dada tidak penuh
e) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
a) Nadi lemah , tidak teratur
b) Takikardi
c) TD meningkat / menurun
d) Edema
e) Gelisah
f) Akral dingin
g) Kulit pucat, sianosis
h) Output urine menurun.
(2) Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, Pola hidup menetap, jadwal
olah raga tidak teratur
Tanda : Takikardi, Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Tanda :
a) Tekanan darah : dapat normal / naik / turun, Perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk atau berdiri
b) Nadi : dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c) Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau penurunan konraktilits atau komplain ventrikel
d) Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
e) Friksi ; dicurigai Perikarditis
f) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g) Edema
h) Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
i) Warna : pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3) Integritas Ego
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang
keuangan , kerja , keluarga.
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat badan.
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar.
6) Hygiene
Gejala atau tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan.
7) Neurosensori
Tanda : perubahan mental, kelemahan
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk / istrahat ).
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
a) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
b) Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
c) Kualitas: “Crushing”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
d) Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
e) Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia.
9) Pernafasan
Tanda :
a) Peningkatan frekuensi pernafasan
b) Nafas sesak / kuat
c) Pucat, sianosis
d) Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi, sputum ).
Gejala :
a) Dispnea tanpa atau dengan kerja
b) Dispnea nocturnal
c) Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d) Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri (akut/kronis) b.d gangguan fungsi metabolic dengan penurunan kadar oksigen
pada miokard ditandai dengan keluhan nyeri dada.
b. Actual atau penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial; perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik; perubahan struktural (missal
kelainan katup, aneurisme ventrikuler).
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler (atellektasis,
kolaps jalan nafas /alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan/ perdarahan aktif).
d. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gangguan
oksigen ditandai dengan tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, sianosis,
kelemahan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri (akut/kronis) Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (l.08238)
b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi :

fungsi metabolic keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

dengan penurunan diharapkan tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

kadar oksigen pada dengan kriteria hasil: nyeri

miokard ditandai 1. Nyeri dada dari cukup 2. Identifikasi skala nyeri

dengan keluhan meningkat menjadi cukup 3. Identifikasi respons nyeri non

nyeri dada menurun verbal.

2. Gelisah dari sedang menjadi Terapeutik :

cukup menurun 1. Berikan tehnik non-farmakologis

3. Tekanan darah dari cukup untuk mengurangi rasa nyeri

meningkat menjadi cukup (Teknik relaksasi napas dalam).

menurun 2. Kontrol lingkungan yang

4. Frekuensi nadi dari cukup 3. memperberat rasa nyeri


meningkat menjadi cukup
menurun 4. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
4. Anjurkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
Penurunan curah Curah jantung Perawatan jantung (I.02075) :
jantung Setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam 1.Identifikasi tanda/gejala primer
dengan perubahan diharapkan curah jantung membaik. penurunan curah jantung.
kontraktilitas Dengan kriteria hasil: 2. Monitor tekanan darah.
miokardial; 1. Gambaran EKG aritmia dari 3. Monitor intake dan output cairan.
perubahan cukup meningkat menjadi 4. Monitor saturasi oksigen.
frekuensi, irama, cukup menurun 5. Monitor keluhan nyeri dada
konduksi listrik; 2. Arteri apical dari cukup (intensitas, lokasi, durasi).
perubahan meningkat menjadi cukup 6. Monitor aritmia (kelainan irama dan
struktural (misal menurun frekuensi).
kelainan katup, 3. Nyeri dada dari cukup Terapeutik :
aneurisme meningkat menjadi cukup 1. Posisikan pasien semi-fowler atau
ventrikuler). menurun fowler dengan kaki ke bawah atau
4. Takikardia dari cukup posisi nyaman.
meningkat menjadi cukup 2. Berikan terapi relaksasi untuk
menurun mengurangi stress, jika perlu.
5. Tekanan darah dari cukup 3. Berikan diet jantung yang sesuai
meningkat menjadi cukup (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
menurun kolesterol).
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok.
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap.
3. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian.
Kolaborasi :
1. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung.
Gangguan Keseimbangan asam basa Managemen asam-basa
pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor frekuensi dan kedalaman
perubahan keperawatan selama 1x24 jam nafas
membrane diharapkan keseimbangan asam basa 2.Monitor status neurologis berupa
alveolus-kapiler normal . dengan kriteria hasil: tingkat kesadaran, status mental
(atellektasis, 1. Tingkat kesadaran dari cukup 3.Monitor perubahan Ph paCO2 dan
kolaps jalan meningkat menjadi cukup HCO3
nafas /alveolar menurun 4.Ambil specimen darah arteri unutk
edema paru/efusi, 2. Frekuensi nafas dari cukup pemeriksaan AGD
sekresi berlebihan/ meningkat menjadi cukup 5.Berikan oksigen, sesuai indikasi
perdarahan aktif). menurun 6.Kolaborasi pemberian ventilasi
3. Irama nafas dari cukup mekanik, jika perlu.
meningkat menjadi cukup 7.Kolaborasi dengan dokter untuk
menurun pemberian diuretic.
4. pH dari cukup meningkat
menjadi cukup menurun
5. Kadar Co2 dari cukup
meningkat menjadi cukup
menurun
6. Kadar Biokarbonat dari cukup
meningkat menjadi cukup
menurun

Intoleransi aktifitas Toleransi aktifitas Manajemen energi (I.05178) :


b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi :
1) Monitor kelelahan fisik dan
ketidakseimbangan keperawatan selama 1x24 jam,
emosional
antara suplai dan diharapkan toleransi aktivitas Terapeautik
kebutuhan oksigen meningkat dengan kriteria hasil; 2) Sediakan lingkungan nyaman dan
1. Perasaan lemah dari cukup rendah stimulus (cahaya, suara,
kunjungan)
meningkat menjadi cukup
Edukasi
menurun
3) Anjurkan melakukan aktivitas
2. Keluhan lemah dari cukup secara bertahap.
meningkat menjadi cukup Kolaborasi
menurun 4) Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Dyspnea setelah aktifitas dari tentang cara meningkatkan asupan
cukup meningkat menjadi makanan
cukup menurun

D. IMPLEMENTASI KEPERAWTAN
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien (Riyadi, 2010).
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011).
DAFTAR PUSTAKA

Darlina, D. 2010, ‘manjemen pasien St elevasi miokardial infark ( STEMI)’, idea nursing jurnal,
vol. 1, no. 1, pp,14-20.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

file:///C:/Users/USER/Downloads/73166e4289ad35fe5b5cf1b0eeff98a5.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/ASUHAN%2520KEPERAWATAN%2520PASIEN
%2520ST%2520ELEVASI%2520MIOKARD%2520INFARK%2520%2528STEMI
%2529%2520DALAM%2520PEMENUHAN%2520KEBUTUHAN%2520ISTIRAHAT
%2520DAN%2520TIDUR.pdf
LAPORAN PENDAHULUAN ST ELEVASI MIOKARD INFARK (STEMI)
DI RUANGAN IGD PUSAT JANTUNG TERPADU RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH :
SITI NADILA YUSRAN
21.04.031

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………….) (…………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2021

Anda mungkin juga menyukai