Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cardiovaskular Diseases (CVD) adalah penyebab kematian nomor 1 di

dunia, merenggut sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahun. CVD adalah sekelompok

gangguan jantung dan pembuluh darah, salah satunya penyakit jantung

koroner/Coronary Artery Diseases (CAD) (WHO, 2020). CAD merupakan

suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan karena otot miokard

kekurangan suplai darah akibat adanya penyempitan arteri koroner dan

tersumbatnya pembuluh darah jantung (AHA, 2017).

Bash (2015) dalam studi Biopsycosocial Spiritual Factors Impacting

African American Patient’s Cardiac Rehabilitation Refferal and Participation

menyatakan bahwa sebagian besar dari pasien CAD memiliki historical

assessment obesitas (35%), gaya hidup (30%), hipertensi (33%), sindrom

metabolik (35%), pre diabetes melitus (38,2%), diabetes melitus (8,3%),

merokok (20,5%) berkontribusi pada peningkatan prevalensi Atherosclerotic

Cardiovascular Disease (ASCVD). Selain itu, sebagian besar pasien CAD juga

memiliki clinical assessment seperti nyeri dada, sesak napas, denyut nadi

dalam rentang 50 – 90 x/menit, saturasi O2 < 85%, peningkatan HDL dan

LDL, peningkatan enzim jantung Troponin I, Troponin T, dan CK-CKMB

(Bash, 2015).

Menurut data World Health Organization (2017) didapatkan angka

kematian yang disebabkan oleh CAD pada tahun 2015 di seluruh dunia

1
sejumlah 7,4 juta jiwa dengan presentase 85% mengalami serangan jantung.

Prevalensi kematian akibat CAD di Indonesia pada tahun 2017 meningkat

secara signifikan dengan presentase 12,9 % dan menduduki peringkat kedua

kematian tertinggi setelah stroke (Kemenkes RI, 2017). Salah satu tindakan

yang umum yang dilakukan untuk CAD adalah Percutaneous Coronary

Intervention (PCI).

PCI merupakan tindakan minimal invasif dengan melakukan pelebaran

dari pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon dan 2 dilanjutkan

dengan pemasangan stent (gorong-gorong) agar pembuluh darah tersebut tetap

terbuka. Tindakan dilakukan dengan hanya insisi kulit (Percutaneous) yang

kecil, kemudian dimasukkan kateter ke dalam pembuluh darah (Transluminal)

sampai ke pembuluh koroner, dan dilakukan tindakan intervensi dengan inflasi

balon dan pemasangan stent (Coronary Angioplasty) agar melebarkan

pembuluh darah koroner kembali (Rosidawati, I, 2017). Oleh karena itu,

laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui kasus Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan PCI.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penulisan

makalah ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan

PCI?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui asuhan keperwatan pada pasien dengan PCI.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui pengkajian keperwatan pada pasien dengan PCI.

2. Mengetahui diagnosa keperwatan pada pasien dengan PCI.

3. Mengetahui perencanaan keperwatan pada pasien dengan PCI.

4. Mengetahui implementasi keperwatan pada pasien dengan PCI.

5. Mengetahui evaluasi keperwatan pada pasien dengan PCI.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan yang didapat dari penelitian ini antara lain.

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah dan

mengembangkan pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya

perawat mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan PCI.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran untuk

penulisan lebih lanjut yang terkait dengan asuhan keperawatan

pada pasien dengan PCI.

3
1.4.2 Manfaat praktis

1. Hasil penulisan ini dapat memberikan pertimbangan kepada

perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada

pasien dengan PCI.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai acuan bagi

pihak institusi kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan PCI

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

sikap kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan

keperawatan pada pasien dengan PCI

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Percutaneous Coronary Intervention

2.2.1 Pengertian Percutaneous Coronary Intervention (PCI)

(PCI) terdiri dari tiga kata yakni Percutaneous yang artinya melalui

kulit, Coronary adalah pada arteri koroner, dan Intervention adalah

tindakan yang dilakukan dalam rangka pengobatan pada

kelainan/penyakit jantung koroner. Percutaneous coronary

intervention(PCI) adalah intervensi atau tindakan non bedah untuk

membuka/dilatasi/melebarkan arteri koroner yang mengalami

penyempitan agar aliran darah dapat kembali menuju ke otot jantung

dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau membuka

pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon atau stent

(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2017), ada 2 jenis stent, yaitu stent tanpa

salut obat (bare metal stent) dan stent dengan salut obat (drug eluting

stent). Bare metal stent terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) yang

didesain untuk dapat menahan kolaps radial dan memiliki kemampuan

mempertahankan diameter yang diinginkan setelah angioplasti. Jenis –

jenis PCI.

Berdasarkan onsetny jenis – jenis PCI dibagi sebagai berikut

(Harselia S.2018) :

1. Primary Percutaneous Coronary Intervention adalah tindakan

angiosplasthy (dengan atau tanpa stent) yang dilakukan pada Akut

5
Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari 12 Jam pada lumen

koroner yang mengalami penyumbatan tanpa di dahului pemberian

fibronilitik atau obat lain yang dapat melarutkan bekuan darah.

2. Early Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang

dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala lebih dari

12 Jam.

3. Rescue Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang

dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari

12 Jam setelah mengalami kegagalan terapi Fibrinolitik

4. Percutaneous Coronary Intervention Elektif adalah tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi

gejala dari penyakit arteri koroner pada penderita yang sudah stabil

atau tidak muncul gejala.

2.2.2 Etiologi

1. Angina pectoris dengan adanya penyempitan pembuluh darah lebih

dari 60%

2. Unstable Angina Pectoris

3. Pasien mengalami ACS dengan ST elevasi (Primary PCI)

4. Restenosis setelah dilakukan PCI

5. Angina pectoris pada pasien post CABG (bypass).

6
2.2.3 Patofisiologi

2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium HB,HT, leukosit, ureum,creatin,hbsag,elektrolit

a. Hemoglobin (HB) Hemoglobin yang tinggi viskositasnya juga tinggi

dapat membuat aliran darah lambat sehingga beresiko terjadinya

bekuan darah, sedangkan HB yang rendah akan mempermudah

perdarahan selama tindakan.

b. Leukosit untuk mengetahui apakah pasien dalam keadaan infeksi

c. Ureum, Kreatinin, untuk mengetahui fungsi ginjal pasien

d. CT,PT,APTT untuk mengetahui apakah waktu pembekuan memanjang

atau masa perdarahannya juga memanjang.

e. Enzym jantung:

1) Nilai refrensi CKMB: 7-25 u/I

2) Nilai refrensi Trop T : 0.03- negative, 0.03-0.1 – low, 0.1-2 – MCI

(Lebih dari 2 – Massif MCI)

2. Rontgen Thorax

3. EKG 12 lead

2.2.5 Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Invasif PCI

a. Onset <12 jam,

b. Onset lebih dari 12 jam dengan on going ischemic,

c. Tersedia ahli PCI dengan first medical ke fasilitas PCI <120 menit,

d. Kontraindikasi Fibrinolisis, termasuk perdarahan,

7
e. STEMI resiko tinggi (CHF Killip lebih dari 3),

f. Diagnosis STEMI diragukan

2. Obat – Obatan yang diberikan sebelum tindakan PCI :

Sebelum tindakan pasien sudah minum aspirin atau clopidogrel

a. Untuk elektif PCI berikan clopidogrel loading dose 300 mg, 6 jam

sebelum tindakan (idealnya sehari sebelum tindakan)

b. Untuk primary PCI loading dose clopidogrel 600 mg diberikan

menjelang PCI

c. Obat yang menyebabkan hipoglikemi tidak diberikan dulu sebelum

PCI .Terapi diuretic mungkin ditunda (sesuai dengan status volume

cairan pasien)

2.2 Persiapan Tindakan PCI

1. Persiapan administrasi :

a. Formulir permintaan dilakukan Tindakan

b. Persetujuan dilakukan tindakan (informed concent)

c. Surat jaminan pembayaran atau keuangan

2. Persiapan mental

a. Mengkaji pengetahuan pasien mengenai PCI

b. Bila pasien belum mendapat penjelasan, fasilitasi agar dokter dapat

menjelaskan

c. Menjelaskan mengenai hal-hal yang diperlukan saat tindakan

seperti: cara bernafas dalam, batuk efektif, atau keluhan yang

timbul saattindakan dengan petugas

d. mempersilakan pasien untuk berdoa dan bila perlu dibimbing\

8
3. Persiapan Fisik

a. Puasa 4-6 jam sebelum Tindakan

b. Cukur area penusukan (daerah inguinalis kanan, kiri,atau radialis

kanan dan kiri) dan informasikan kepada pasien tujuan

dilakukannya pencukuran.

c. Ukur tanda-tanda vital

d. Ukur berat badan dan tinggi badan untuk pemberian obat-

obatanseperti heparin, integrilin, dobutamine dan lain-lain.

e. Lakukan allen test bila tindakan lewat arteri radialis

4. Puncture area

a. Arteri Femoralis

b. Arteri Brachialis

c. Arteri Radialis

5. Peran Perawat dalam tindakan PCI

a. Peran perawat sebelum tindakan PCI

1) Peran mengkaji riwayat kesehatan pasien, indikasi prosedur

PCI, riwayat pembedahan sebelumnya, pengobatan

sebelumnya, riwayat alergi dan factor resiko vaskuler.

2) Melakukan pemeriksaan fisik terutama pada ekstremitas bawah

jika pemasangan akan dilakukan melalui pembuluh darah

ekstremitas bawah.

3) Pencatatan hasil pemeriksaan angiografi

4) Puasa makan 4 - 6 jam

9
5) Memberikan inform consent yang terlebih dahulu diberikan

penjelasan mengenai prosedur dan perawataanya sebelum ,

selama dan setelah tindakan bersama team yang akan terlibat

dalam tindakan PCI oleh Dokter.

6) Observasi dan ukur tanda-tanda vital (perubahan EKG, tekanan

darah, HR, RR, dan saturasi O2)

7) Pemeriksaan penunjang seperti hasil EKG, hasil Uji latih beban

jantung (Treadmill), hasil Rontgen thorax,dan hasil

Laboratorium, Cek darah lengkap, GDS, ureum, creatinin,,

elektrolit, PT, APTT, BT dan ACT.

8) Melakukan Allen test (jika penusukan melalui arteri radialis)

9) Obat-obat dilanjutkan sesuai instruksi dokter

10) Pada klien dengan nilai creatinin diatas 1,25 mg/dl (nilai

normal 0,72- 1,25 mg/dl), lakukan loading cairan

(1cc/kgBB/jam) diberikan pre dan post tindakan PCI

11) Mencari akses intravena yang adekuat untuk memberikan

cairan dan obat-obatan yang dibutuhkan.

12) Administrasi seperti Surat izin tindakan / inform consent dan

Surat pernyataan pembayaran (keuangan).

13) Mental dengan cara memberikan penjelasan kepada pasien dan

keluarga tentang tujuan, manfaat, resiko, komplikasi prosedur

katerisasi

b. Peran perawat dalam tindakan PCI antara lain:

10
1) Mencegah dan mendeteksi dini potensial

komplikasi,memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga

dan rehabilitasi.

2) Kaji keluhan selama prosedur tindakan berlangsung

3) Melakukan observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit

4) Memantau hemodinamik

5) Mengukur tekanan intraarteri jika diperlukan

6) Pemeriksaan arteriografi harus dilakukan selama prosedur

untuk mengidentifikasi komplikasi

7) Mempersiapkan peralatan dan pengobatan resusitasi darurat

c. Peran perawat setelah tindakan PCI :

1) Kaji keluhan setelah tindakan.

2) Mengobservasi tanda-tanda adanya perdarahan dan hematoma

pada areapenusukan.

3) Mengobservasi dan mengukur tanda -tanda vital (tekanan

darah, nadi, respirasi, suhu tubuh, dan saturasi O2).

4) Pemantauan perubahan EKG 12 lead.

5) Mengobservasi hasil laboratorium (peningkatan kreatinin

mengindikasikan gangguan ginjal karena zat kontras,

sedangkan peningkatan CKMB menandakan cedera otot

jantung).

11
6) Mengobservasi efek alergi zat kontras (seperti menggigil,

kemerahan,gatal, pusing, mual, muntah, urine tidak keluar,

dsb).

7) Mengobservasi gangguan sirkulasi perifer (cek pulsasi arteri

dorsalis pedis, tibialis, radialis).

8) Mengobservasi adanya tanda-tanda hipovolemi.

9) Memberikan hidrasi sesuai kebutuhan.

10) Memonitor adanya tanda-tanda infeksi.

d. Tim PCI:

a) Dokter spesialis yang ahli dalam bidang intervensi non bedah

b) Perawat:

- Scrub Nurse (Perawat Scrub) : Sebagai perawat steril

- Circular Nurse (Perawat Sirkuler)

• Menyiapkan pasien

• Memberikan penjelasan tentang prosedure / tindakan yang

akan dilakukan

• Mengobservasi tanda-tanda vital

• Mencatat pemakaian alkes yang terpakai selama Tindakan

• Membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Dokter dan

Scrub nurse saat tindakan berlangsung.

• Stand by untuk menangani saat terjadi kegawatanjantung.

- Perawat Hemodinamik

• Serah terima pasien lengkap dengan file sesuai check list

preangiography.

12
• Menyiapkan macam-macam formulir (Cath/PCI)

• Input data pasien

• Map besar untuk arsip laporan hasil cath/ PCI, report

selama tindakan berlangsung (pada map sudah ada tulisan:

Nama pasien, umur, Dokter, jenis tindakan,tanggal dan

Nomer ID),

• Monitoring pressure dan gambaran EKG

• Mencatat semua prosedure dan awal sampai selesai

tindakan,termasuk merekam pressure

c) Petugas Radiologi

e. Persiapan alat PCI

1) Guiding catheter

2) Wire PTCA

3) Ballon dengan berbagai ukuran

4) Stent dengan berbagai ukuran

5) Indeftalor

6) Three way 3 cabang atau 2 cabang

7) Tourqer

8) Y. Conector

9) High pressure tubing

10) Manometer line

f. Metode dan Prosedur Pemasangan PCI

Prosedur tindakan Percutaneous Coronary Intervensions (PCI):

13
1) PCI dilakukan dalam suatu laboratorium khusus yang disebut

laboratorium kateterisasi (”Cath Lab”) yang menyerupai ruang

operasi. Disana pasien akan dibaringkan di meja dan dihubungkan

dengan suatu alat yang memonitor irama jantung pasien secara

terus-menerus.

2) Melakukan desinfeksi dipergelangan lengan atau lipat paha pasien

(tergantung daerah yang akan digunakan) kemudian ditutup dengan

kain steril.

3) Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau

tangan pasien. Digunakan anestesi lokal karena pasien harus tetap

sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter.

4) Jarum akan ditusukkan kedalam arteri yang digunakan kemudian

guide wire akan dimasukkan melalui jarum kemudian jarum

dilepas kembali.

5) Sheet kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian sheet

kateter dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta),

ke muara arteri koroner di jantung.

6) Waktu prosedur darah biasanyan akan di encerkan dengan

antikoagulan (heparin) untuk mencegahpembentukan bekuan darah

saat prosedur, ketika sheet kateter sudah ada di arteri koroner,

sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke dalam sheet kateter lalu

gambar sinar-x selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan

melalui arteri koroner.

14
7) Guide wire akan ditempatkan pada arteri koroner yang mengalami

stenosis, kemudian balon dikembangkan sehingga stenosis atau

plaque di arteri koroner akan terdorong kedinding arteri dan arteri

terbuka.

8) Pada stenosis yang dibuka akan di pasang stent untuk mancegah

terjadinya restenosis.

9) Bila melalui trans radial sheet kateter dilepas dan daerah

penusukan akan ditekan TR-band/Niciban agar darah tidak keluar

selama 4 jam, jika melalui arteri femoralis/brachialis sheet kateter

akan dilepas 6-12 jam setelah tindakan selesai atau setelah nilai

ACT kurang dari 100detik.

10) Selanjutnya tempat panusukan akan dibebat dengan elastis perban,

pasien tidak diperkenankan menggerakkan kaki atau tangan selama

6- 12 jam. Bila pendarahan sudah berhenti, selanjutnya dokter akan

menjelaskan hasil PCI dan pengobatan selanjutnya.

g. Hal yang harus diperhatikan setelah tindakan PCI

Setelah tindakan PCI hal yang harus diperhatikan adalah :

1) Pastikan keamanan dan kenyamanan pasien.

2) Cegah dan deteksi dini adanya komplikasi vascular.

3) Monitor hemodinamik dan vital sign pasien.

4) Berikan pasien informasi yang jelas dan edukasi dengan baik hal

yang harus dilakukan oleh pasien setelah tindakan.

5) Edukasi pasien akan adanya nyeri dada dan ajarkan cara yang

benar dalam mengatasinya.

15
6) Kaji dan obati setiap nyeri atau kecemasan

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Data demogrfi yang terdiri dari : Nama, Umur: biasanya angina pectoris

beresiko pada umur 40 tahun, Jenis Kelamin yang mudah terserang angina

pectoris laki-laki, Agama, Suku Atau Kebangsaan, Pekerjaan, Pendidikan,

Alamat, Diagnosis Medis, Nomor Registrasi, Tanggal Dan Jam Masuk Rumah

Sakit, Tanggal Dan Waktu Pengkajian Keperawatan. Udjianti (2010)

2. Keluhan Utama

Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menonjol yang dirasakan

klien & merupakan alasan yang membuat klien datang ke RS. Keluhan utama

pada angina pectoris biasanya nyeri dada yang hebat dan sampai menyebar ke

punggung dan biasanya juga timbul nyeri yang terasa menusuk atau panas

seperti terbakar. Pengkajian nyeri yang biasa digunakan yaitu :

a. Provoking Incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang setelah

istirahat dan setelah di berikan nitrogliserin

b. Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan klien. sifat nyeri dapat

seperti tertekan, diperas atau diremas.

c. Region : lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium ,

penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke dada. Dapat terjadi nyeri dan

ketidakmampuan menggeakan bahu dan tangan.

16
d. Severity of pain : klien di tanya dengan rentang 0-4 atau 0-10 (visual

analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang

dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-

4 (0-4) atau 7-9 (0-10).

e. Time : biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya

umumnya di keluhkan kurang lebih 15 menit. Nyeri infrak oleh

miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan

semakin berat (progresif) dan berlangsung lama Udjianti (2010).

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Merupakan informasi tentang keadaan & keluhan-keluhan klien saat

timbul serangan, durasi kronologis, & frekuensi serangan, lokasi, penjalaran,

kualitas & intensitas serangan, faktor-faktor predisposisi atau presipitasi serta

hal apa saja yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien

apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,

hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang

biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.

Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien

5. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan

penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.

6. Riwayat Psikososial

17
Riwayat psikososial meliputi dampak yang dapat ditimbulkan pada

kehidupan sosial klien. Klien maupun keluarga menghadapi situasi yang

menghadirkan kemungkinan kematian atau rasa takut terhadap nyeri,

ketidakmampuan, gangguan harga diri, ketergantungan fisik, serta perubahan

dinamika peran keluarga

7. Pengkajian data

a. Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang

istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.

b. Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,

fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,

pucat.

c. Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.

d. Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.

e. Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau

konstipasi.

f. Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.

g. Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang

h. Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis

8. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,

sikap dan tingkah laku pasien.

b. Tanda-tanda Vital :

1) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg

19 Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg

18
2) Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau

takikkardi)

3) Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien :

respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas

4) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun

c. Head to toe examination :

1) Kepala : bentuk , kesimetrisan

2) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak?

3) Mulut: apakah ada tanda infeksi?

4) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan

5) Muka; ekspresi, pucat

6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

7) Dada: gerakan dada, deformitas

8) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan

9) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,

clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.

10) Pemeriksaan khusus jantung :

a) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal

: ICS ke5)

b) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi

ventrikel

c) Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa Kanan atas : SIC II

Linea Para Sternalis Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para

19
Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra 20 Kiri

bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

d) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II BJ I : terjadi karena getaran

menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi

isimetris dari bilik pada permulaan systole BJ II : terjadi akibat getaran

menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada dinding toraks. Ini

terjadi kirakira pada permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih

lemah daripada BJ I)

9. Pemeriksaan penunjang

a. Ekocardiogram : untuk mengkaji fraksi ejeksi (normalnya > 50 % ),

gerakan segmen dinding, volume sistolik dan diastolik ventrikel,

regurgitasi katup mitral karena disfungsi otot papiler dan untuk

mendeteksi adanya thrombus mural, vegetasi katup, atau cairan

pericardial.

b. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner) : Kateterisasi jantung adalah

prosedur diagnostik invasif dimana satu atau lebih kateter dimasukkan ke

jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengecek aliran darah dan

oksigen di berbagai ruang jantung.

c. Elektrokardiogram (EKG) : Perubahan pada elektrokardiografi secara

konsisten akibat iskemia atau infark akan nampak pada lead tertentu.

d. Pemeriksaan laboratorium

20
1) CK-MB isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara

4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 48-72

jam.

2) LDH meningkat dalam 14 - 24 jam, memuncak dalam 48-72 jam dan

kembali normal dalam 7-14 hari 21

3) Troponin-T, merupakan pertanda baru untuk infark miokard akut,

mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 12 jam – 2 hari, kembali

normal 5 – 14 hari.

4) Troponin-I mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 24 jam,

kembali normal 5 – 10 hari.

5) Peningkatan lipid serum meliputi: Kolesterol >200 mg/dl. Trigliserida

>200 mg/dl, LDL >160mg/dl, HDL<35mg/dl (factor risiko CAD)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-

kapiler

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan berhubungan dengan

perubahan frekuensi/irama jantung, preload, afterload, kontraktilitas

3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis dan fisik

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

6. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini

7. Risiko perdarahan dengan kondisi terkait program pengobatan

21
8. Risiko infeksi dengan kondisi terkait prosedur invasif

22
2.2.3 Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi


1. Hambatan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observarsi:
berhubungan dengan selama 30 menit, hambatan pertukaran a. Monitor kecenderungan pH arteri, PaCO2 dan CO3
perubahan membrane gas teratasi dengan kriteria hasil : dalam rangka mempertimbangkan jenis
alveolar-kapiler Status Pernapasan: Pertukaran Gas ketidakseimbangan yang terjadi
- Tekanan parsial oksigen di darah b. Monitor pola pernapasan
arteri normal c. Monitor adanya gejala kegagalan pernafasan
- Tekanan parsial karbondioksidda di d. Monitor intake dan output
darah arteri normal e. Monitor kehilangan asam dengan cara yang tepat
- pH arteri normal Terapeutik:
- Saturasi oksigen normal f. Pertahankan kepatenan jalan napas
- Hasil rontgen dada normal g. Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang
- Tidak ada dispnea saat istirahat dan adekuat
saat beraktivitas h. Sediakan dukungan ventilator mekanik, jika memang
dibutuhkan
i. Atasi demam, dengan tepat
j. Berikan pengobatan nyeri, dengan tepat

23
k. Berikan terapi oksigen, dengan tepat
l. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tindakan
yang telah disarankan untuk mengatasi
ketidakseimbangan asam-basa
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Jantung
berhubungan dengan selama 3x24 jam, penurunan curah Observasi:
a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
perubahan frekuensi/irama jantung pasien teratasi dengan kriteria
jantung (meliputi dispnue, kelelahan, edema,
jantung, preload, afterload, hasil : Curah Jantung
ortopnue, PND, peningkatan CVP)
kontraktilitas - Tidak ada gambaran EKG aritmia
b. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
- Tidak ada lelah
jantung (meliputi distensi vena jugularis, palpitasi,
- Tidak ada dispnea
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat,
- Tidak ada ortopnue
hepatomegali)
- Tekanan darah dalam batas normal
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor intake dan output
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor keluhan nyeri dada (misalnya intensitas,
lokasi, radiasi, durasi dan previtasi yang mengurangi
nyeri

24
g. Monitor EKG 12 sadapan
h. Monitor nilai laboratorium jantung (misalnya
elektrolit, enzim jantung, BNP, NT pro-BNP)
Terapeutik:
i. Posisikan semifowler atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
j. Berikan diet jantung yang sesuai (misalnya batasi
makanan tinggi lemak, kafein dll)
Edukasi:
k. Anjurkan pasien beraktivitas sesuai toleransi dan
secara bertahap
l. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi:
m. Kolaborasi pemberian terapi medikasi
Manajemen Elektrolit : Hipernatremia
Observasi
a. Monitor kadar natrium dengan ketat pasien yang
mengalami peningkatan kadar natrium

25
b. Monitor manifestasi hypernatremia pada sistem
kardiovaskular
c. Monitor adanya ketidakseimbangan elektorlit yang
berkaitan dengan hypernatremia (misalnya,
hiperkloremia dan hiperglikemia) jika diperlukan
d. Monitor adanya tanda atau gejala dehidrasi
(misalnya, kurang berkeringat, kurangnya keluaran
urin, penurunan turgor kulit, dan membrane mukosa
kering)
e. Monitor kehilangan cairan yang tidak disadari
(misalnya diaphoresis)
Terapeutik:
f. Berikan antidiuretic sesuai resep
Furosemide 40 mg 3x PO
g. Pertahankan pembatasan natrium, termasuk
memonitor obat-obatan yang mengandung natrium
tinggi.

26
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri
dengan agen cedera biologis keperawatan selama 1x8 jam, klien Terapeutik:
dan fisik tidak mengalami nyeri akut, dengan a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kriteria hasil: Kontrol Nyeri b. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
- Mampu mengenali kapan nyeri memperberat maupun mengurang nyeri
terjadi c. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab
- Klien mengetahui penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan dirasakan
terjadinya nyeri d. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
- Mampu menggunakan analgesic mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan
yang direkomendasikan e. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
- Mampu menggunakan seperti farmakologis dan non farmakologis untuk
tindakan pengurangan nyeri tanpa memfasilitasi penurunan nyeri
analgesic Edukasi:
- Mampu melaporkan nyeri yang f. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis seperti
terkontrol relaksasi nafas dalam, aplikasi panas/dingin dan
pijatan jika memungkinkan.
Kolaborasi:
g. Kolaborasi terapi medikasi sesuai yang
diresepkan

27
4. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipervolemia
berhubungan dengan selama 3x24 jam, pasien diharapkan Observasi:
gangguan mekanisme akan menunjukkan kelebihan volume a. Monitor pola pernapasan untuk mengetahui adanya
regulasi cairan teratasi dengan kriteria hasil : gejala edema pulmonar (misalnya., sesak nafas,
Keseimbangan Cairan ortopnea, takipnea, batuk dan nafas pendek)
- Tekanan darah tidak terganggu b. Monitor suara paru abnormal
- Tekanan arteri rat-rata tidak c. Monitor suara jantung abnormal
terganggu d. Monitor edema perifer
- Tekanan vena sentral tidak terganggu e. Monitor intake dan output
- Keseimbangan intake dan output Terapeutik:
dalam 24 tidak terganggu f. Timbang berat badan dengan waktu yang
- Berat badan stabil tetap/sama (misalnya setelah buang air kecil,
- Berat jenis urin tidak terganggu sebelum sarapan) dan monitor kecenderungannya
- Tidak ada asites g. Hindari penggunaan cairan IV hipotonik
- Tidak ada edema perifer h. Instruksikan pasien dan keluarga penggunaan
catatan asupan dan output
Kolaborasi:
i. Kolaborasi terapi medikasi yang diresepkan

28
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi
berhubungan dengan selama 3x24 jam, pasien diharapkan Observasi:
ketidakseimbangan antara akan menunjukkan toleran terhadap a. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
suplai dan kebutuhan aktivitas dengan kriteria hasil : sumber energi adekuat
oksigen Toleransi terhadap Aktivitas b. Monitor sistem kardiorespirasi pasien selama
- Saturasi oksigen ketika kegiatan (misalnya dyspnea, takikardia dan
beraktivitas tidak terganggu frekuensi pernapasan)
- Frekuensi nadi ketika beraktivitas c. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
tidak terganggu pasien
- Frekuensi pernapasan ketika d. Buat batasan untuk aktivitas hiperaktif klien
beraktivitas tidak terganggu Terapeutik:
- Kemudahan bernapas ketika e. Bantu pasien untuk memahami prinsip konservasi
beraktivitas tidak terganggu energi (misalnya kebutuhan untuk membatasi
- Tekanan darah sistolik dan diastolic aktivitas dan tirah baring)
ketika beraktivitas tidak terganggu f. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur
- Temuan/hasil EKG tidak terganggu sesuai kebutuhan (misalnya ambulasi, berpindah,
bergerak dan perawatan diri)
Edukasi:
e. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan perasaan

29
secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
f. Anjurkan aktivitas fisik (misalnya ambulasi, ADL,
ROM) sesuai dengan kemampuan energy pasien
6. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Pengurangan kecemasan
dengan ancaman pada status keperawatan selama 1x8 jam, klien Terapeutik:
terkini tidak mengalami ansietas, dengan a. Gunakan pendekatan yang tenang dan
kriteria hasil: Tingkat kecemasan meyakinkan
- Tidak ada perasaan gelisah b. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu
- Tidak ada ketegangan pada otot kecemasan
dan wajah c. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
- Dapat mengambil keputusan d. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
- Dapat menyampaikan rasa e. Lakukan usapan dada pada punggung/leher dengan
cemas secara lisan cara yang tepat
f. Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi
seperti tarik nafas dalam, mendengarkan music, dan
meditasi.
g. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan
cara yang tepat

30
Pengajaran: Preoperatif
Terapeutik:
a. Kaji riwayat operasi sebelumnya, latar
belakang, budaya dan tingkat pengetahuan terkait
operasi
b. Informasikan pada pasien dan keluarga untuk
menjadwalkan tanggal, waktu, dan lokasi operasi
c. Informasikan pada pasien dan keluarga perkiraan
lama operasi
d. Fasilitasi kecemasan pasien dan keluarga terkait
kecemasannya
e. Jelaskan prosedur persiapan pre operasi (misalnya
jenis anestesi, diit yang sesuai, pengosongan saluran
cerna, pemeriksaan lab yang dibutuhkan, persiapan
area operasi, terapi iv, pakaian operasi, ruang
tunggu keluarga dan lain-lain)
f. Berikan informasi lengkap pada pasien mengenai
apa saja yang akan dicium, dilihat, dirasakan selama
proses operasi berlangsung

31
g. Diskusikan kemungkinan nyeri yang akan dialami
7. Risiko perdarahan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perdarahan
faktor risiko program selama 1x24 jam , perdarahan tidak Observasi:
pengobatan terjadi dengan kriteria hasil : a. Monitor dengan ketat risiko terjadinya perdarahan
Keparahan Kehilangan Darah pada pasien
- Tidak ada kehilangan darah yang b. Monitor tanda dan gelaja pendarahan menetap
terlihat (contoh; cek semua sekresi darah yang terlihat jelas
- Tidak ada perdarahan pasca maupun yang tersembunyi
pembedahan c. Monitor komponen koagulasi darah (temasuk
- Tidak ada penurunan tekanan darah Protrombin time (PT), Partial Thromboplastin Time
- Tidak ada penurunan haemoglobin (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split products,
dan hematokrit dan trombosit hitung dengan cara yang tepat
- Tidak ada kulit dan membrane d. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk
mukosa pucat tekanan darah
Terapeutik:
e. Catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan
sesetelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
f. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring
g. Berikan produk-produk penggantian darah

32
(misalnya., trombosit dan Plasma Beku Segar
(FFP)) dengan cara yang tepat
h. Lindungi pasien dari trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan
i. Hìndarkan pemberian injeksi (IV, IM atau
Subkutan) dengan asupan cairan dan konsumsi
pelunak feses) jika diper- lukan
j. Berikan obat-obatan (misalnya., Antasida) jika
diperlukan
Edukasi:
k. Beritahu pasien untuk pencegahan tindakan-
tindakan invasif, jika tidak dapat dihindari, monitor
dengan ketat tanda-tanda perdarahan
l. Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang
kaya vitamin K
m. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memonitor
tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan
yang tepat

33
8. Risiko infeksi dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengecekan kulit
kondisi terkait prosedur selama 2x24 jam, klien tidak berisiko Observasi:
invasive infeksi dengan kriteria hasil: a. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi tekstur
Kontrol Risiko: Proses Infeksi b. Periksa kondisi luka operasi, dengan tepat
c. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi
- Mencari informasi terkait kontrol
pasien yang berisiko mengalami kerusakan kulit
infeksi
(misalnya skala braden)
- Mengidentifikasi faktor risiko
d. Periksa warna dan suhu kulit
infeksi
e. Periksa adanya infeksi
- Mengetahui perilaku yang
Perawatan daerah (area) sayatan
berhubungan dengan risiko infeksi
Observasi:
- Mengidentifikasi tanda dan gejala
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan,
infeksi
bengkak atau tanda-tanda dehiscence atau eviserasi
- Memonitor perubahan status
b. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan
kesehatan
c. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi
- Melakukan tindakan segera untuk
Terapeutik:
mengurangi risiko
d. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan
pembersihan yang tepat
e. Bersihkan mulai dari area yang bersih ke area yang

34
kurang bersih
f. Gunakan kapas steril untuk pembersihan jahitan
benang luka yang efisien, luka dalam dan sempit
g. Berikan plaster untuk menutup
h. Berikan salep antiseptic
i. Gunakan pakaian yang sesuai untuk melindungi
sayatan
Perlindungan Infeksi
Observasi:
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik
dan local
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Monitor hitung mutlak granulosit, WBC
Terapeutik:
d. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
Edukasi:
e. Anjuran asupan cairan, dengan tepat
f. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya

35
kepada pemberi layanan kesehatan

36

Anda mungkin juga menyukai