Anda di halaman 1dari 97

ASUHAN KEPERAWATAN ANGIOGRAFI KORONER PADA TN.

M
DENGAN PRO EVALUASI PADA ANGINA PECTORIS CCS II
CORONARY ARTERY DESEASE RIWAYAT POST PERCUTANEOUS
CORONARY INTERVENTION DI LEFT ANTERIOR DESCENDING
TAHUN 2019 DI UNIT KATETERISASI JANTUNG INSTALASI
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA JAKARTA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan dan


pelatihan keperawatan kardiologi Khusus Scrub Nurse Diagnostik Invasif.

Disusun oleh:

Nama : Ns Agnes Amalia S.Kep

Asal Instansi : Siloam Hospital Jambi

Program : Kardiologi Khusus Scrub Nurse Diagnostik Invasif

Tanggal 17 Februari – 02 Juni 2022

PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KARDIOVASKULAR KHUSUS RUMAH SAKIT JANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA
2022
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ns Agnes Amalia S.Kep
Asalinstansi : Siloam Hospital Jambi
Program : Kardiologi Khusus Scrub Nurse Diagnostik Invasiv

Dengan ini menyatakan bahwa studi kasus yang berjudul “Asuhan


Keperawatan Angiografi Koroner Pada Tn.M Dengan Pro Evaluasi Pada Angina
Pectoris CCS II Coronary Artery Desease Riwayat Post Percutaneous Coronary
Intervention Di Left Anterior Descending Tahun 2019 Di Unit Kateterisasi
Jantung Instalasi Diagnostik Invasif Dan Intervensi Non Bedah Rumah Sakit
Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta” ini di susun tanpa tindakan
plagiarism sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika dikemudian hari ternyata saya
melakukan tindakan plagiarisme, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia
menerima sanksi yang diberikan oleh Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita Jakarta.

Jakarta, Mei 2022


Penulis,

Ns Agnes Amalia S.Kep

i
Studi Kasus Berjudul :

ASUHAN KEPERAWATAN ANGIOGRAFI KORONER PADA TN.M


DENGAN PRO EVALUASI PADA ANGINA PECTORIS CCS II
CORONARY ARTERY DESEASE RIWAYAT POST PERCUTANEOUS
CORONARY INTERVENTION DI LEFT ANTERIOR DESCENDING
TAHUN 2019 DI UNIT KATETERISASI JANTUNG INSTALASI
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA JAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Ns Agnes Amalia S.Kep

AsalInstansi : Siloam Hospital Jambi

Program : Kardiologi Khusus Scrub Nurse Diagnostik Invasiv

Telah disetujui oleh pembimbing pada :

Jakarta, Mei 2022

Pembimbing Klinik

(Ns. Uup Harianto, S.Kep)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Studi Kasus ini diajukan oleh:


Nama : Ns Agnes Amalia S.Kep
Program : Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan Khusus
Diagnostik Invasif Kardiovaskuler Non Bedah Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Angiografi Koroner Pada Tn.M
Dengan Pro Evaluasi Pada Angina Pectoris CCS II
Coronary Artery Desease Riwayat Post Percutaneous
Coronary Intervention Di Left Anterior Descending Tahun
2019 Di Unit Kateterisasi Jantung Instalasi Diagnostik
Invasif Dan Intervensi Non Bedah Rumah Sakit Jantung
Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Tim Pembimbing:

Pembimbing : Ns. Uup Harianto, S.kep (............................)

Penguji Ruangan: Ns. Almaskanah, S.Kep (............................)

Penguji Diklat : Ns. Emireta Ratri Ingsih, S.Kep (............................)

Ditetapkan di : RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita


Tanggal : Mei 2022

Mengetahui,
Ka. Instalasi DI & INB Ka. Unit Invasiv Kateterisasi

( Ns, Eka Dwiyati, S. Kep ) ( Ns. Nanang Raharja, S. Kep )

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat dan kearunia-Nya, sehingga penulis telah
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Angiografi Koroner Pada Tn.M Dengan Pro Evaluasi Pada Angina
Pectoris CCS II Coronary Artery Desease Riwayat Post Percutaneous Coronary
Intervention Di Left Anterior Descending Tahun 2019 Di Unit Kateterisasi
Jantung Instalasi Diagnostik Invasif Dan Intervensi Non Bedah Rumah Sakit
Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta”. Dalam penulisan studi
kasus ini, penulis mendapat bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai
pihak, sehingga penyusunan studi kasus ini dapat terselesaikan sesuai dengan
yang direncanakan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih pada:

1. DR.dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS, selaku direktur Utama Rumah


Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
2. Tina Rahmawati, SP.,MM sebagai Kepala Instalasi Pendidikan dan
Pelatihan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
3. Eka Dwiyati,S.Kep., Ners selaku Kepala Instalasi Diagnostik
InvasifIntervensi Non-Bedah, Dan Non-Invasif Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita.
4. Tandang Susanto, S.Kep.,Ners.,M.KepsebagaiKepala Unit Operasional
Diklat Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
5. Nanang Raharja, S.Kep.,Ners selaku Kepala Unit Invasif Kateterisasi
Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
6. Uyuni Rohmah, S.Kep.,Ners selaku Penanggung Jawab Program
Keperawatan di Instalasi Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

iv
7. Agus Susanto, S.Kep.,Ners Selaku Koordinator klinik / lahan praktik unit
Invasif Kateterisasi Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita.
8. Uup Harianto S.kep., Ners pembimbing klinik Unit Invasif Kateterisasi
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
9. Almaskanah , S.Kep.,Ners selaku penguji Unit Invasif Kateterisasi Rumah
Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
10. Emireta Ratri Ingsih, S.Kep.,Ners selaku penguji dari Diklat Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah HarapanKita.

Seluruh tim medis, paramedis, dan non-medis di Instalasi Diagnostik Invasif


Intervensi Non-Bedah Dan Non-Invasif RumahSakit Pusat Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita, atas bantuan dan kerjasama dan kesediaan dalam berbagi
ilmu dan pengalaman kepada penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu member dukungan mental dan
moril setiap saat. Teman-teman satu angkatan Pelatihan Keperawatan
Kardiovaskular khusus bulan Februari sampai juni tahun 2022 di Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

Penulis menyadari bahwa penyusunan studi kasus ini masih jauh dari kata
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan studi kasus ini. Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyususnan studi
kasus ini. Penulis berharap studi kasus ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
khususnya dalam pengembangan ilmu keperawatan

Jakarta, Mei 2022


Penulis,

Ns Agnes Amalia S.Kep

v
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. iv


Daftar Isi .......................................................................................................... vi
Daftar Singkatan............................................................................................... viii
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
1.4 Metode Penulisan ................................................................................ 4
1.5 Ruang Lingkup..................................................................................... 5
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 5

BAB II Tinjauan Teoritis

2.1 Konsep Percutaneous Angiography coronary ( PAC) ......................... 6


2.2 Penatalaksanaan Tindakan angiography ............................................. 11
2.3 Konsep dasar asuhan keperawatan....................................................... 18
2.4 Konsep coronary Artery Desease......................................................... 21
2.5 In Stent Restenosis ............................................................................... 34
2.6 Peran Perawat Cathlab ......................................................................... 34

BAB III Tinjauan Kasus

3.1 Pengkajian Pasien................................................................................. 35


3.2 Analisa data.......................................................................................... 43
3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 46
3.4 Intervensi ............................................................................................. 47
3.5 Implementasi ........................................................................................ 52

BAB IV Pembahasan

4.1 Pengkajian ............................................................................................ 69

vi
4.2 Diagnosa............................................................................................... 70
4.3 Intervensi.............................................................................................. 71
4.4 Implementasi ....................................................................................... 72
4.5 Evaluasi ............................................................................................... 72

BAB V Penutup

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 73


5.2 Saran .................................................................................................... 74

Daftar Pustaka

vii
DAFTAR SINGKATAN

CVD Cardiovascular Diseases


CAD Coronary Artery Disease
PCI percutaneous coronary intervention
SKA Sindrom Koroner akut
ISR Intra Stent Restenosis

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cardiovascular Diseases (CVD) adalah sekelompok gangguan jantung
dan pembuluh darah, salah satunya penyakit jantung koroner atau
Coronary Artery Disease (CAD). Coronary Artery Disease (CAD)
merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan karena otot
miokard kekurangan suplai darah akibat adanya penyempitan arteri
koroner dan tersumbatnya pembuluh darah jantung, Cardiovascular
Diseases (CVD) adalah penyebab kematian nomor 1 di dunia, merenggut
sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahun. (AHA, 2017) dalam(Maqfira, 2020).
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang disebabkan oleh
penyempitan pembuluh darah koroner akibat aterosklerosis atau spasme
atau kombinasi keduanya. Penyakit jantung koroner merupakan ancaman
serius bagi masyarakat karena merupakan salah satu kondisi dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di dunia termasuk Indonesia ( WHO
,2018) dalam, Harselia S. , 2018)
Di Indonesia prevalensi penyakit jantung koroner tahun 2013 sebesar
0,5 %, hal ini berarti akan ada kenaikan penyakit kardiovaskular pada
2030 sebesar 35,9% didunia. Di Indonesia penyakit jantung koroner juga
menempati urutan pertama. Kementrian kesehatan Republik Indonesia
tahun 2013 telah mencatat bahwa estimasi penyakit jantung koroner pada
umur ≥15 tahun berdasarkan vonis dokter sebanyak 2.650.340 orang
atau sebesar 1.07 % dari jumlah penduduk pada tahun 2013 yang
mencapai 247.103.000 jiwa (Litbangkes Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data rekam medis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
penderita Miokard Infark yang berusia dibawah 45 tahun pada tahun 2016
adalah 10,1% dan pada tahun 2017 menjadi 10,7%. Hal ini menunjukkan

1
adanya peningkatan jumlah penderita penyakit jantung koroner pada usia
muda (Patriyani & Purwanto, 2016).
Berbagai teknik telah dikembangkan untuk melebarkan pembuluh
darah dan mengembalikan aliran darah pada arteri koroner, salah satunya
adalah kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung adalah tindakan
memasukkan tabung plastik kecil (kateter) kedalam arteri dan vena
menuju jantung untuk mendapakan gambar arteri koroner dan mengetahui
tekanan didalam ruang jantung (hemodinamik) menggunakan x-ray
angiography (Larasati et al., 2020). Kateterisasi jantung adalah teknik
diagnostik dan intervensi hemodinamik yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia dan menyumbang sekitar 6.000 prosedur per satu juta
penduduk per tahun di negara-negara barat (Devi Listiana, H.S.Effendi,
2019).
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang
merupakan pusat jantung nasional di Indonesia pada tahun 2017 sudah
melakukan tindakan diagnostik sebanyak 4963 tindakan, tahun 2018
sebanyak 4794 tindakan,tahun 2019 sebanyak 4811 tindakan, dan tahun
2020 sebanyak 3014 tindakan,dan tahun 2021 adalah sebanyak 2722
tindakan
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) pada jantung adalah
prosedur medis yang dilakukan untuk membuka pembuluh arteri koroner

atau pembuluh darah jantung yang tersumbat. Percutaneous Coronary


Intervention (PCI) adalah penatalaksanaan sumbatan arteri koronaria
melalui berbagai teknik yang menggunakan kateter seperti angioplasti
koroner transluminal perkutan, aterektomi, angioplasti laser eksimer, serta
implantasi stent koroner atau alat lainnya.
Untuk mengurangi resiko komplikasi serta menjaga keselamatan
prosedur maka dari itu peran perawat sangatlah penting menyiapkan
pasien mulai dari sebelum tindakan, intra dan post tindakan. Sejalan
dengan perkembangan ilmu, tindakan angiografi koroner sering dilakukan
melalui arteri radialis yang memudahkan pasien untuk mobilisasi setelah

2
tindakan, mengurangi waktu stay hospital, dan resiko komplikasi lebih
sedikit. sehingga sangatlah penting dalam menyiapkan segala keperluan
sebelum tindakan dilakukan, mulai dari kondisi arteri dengan melakukan
allent test, procedure puncture intra tindakan dan juga metode pembebatan
setelah selesai tindakan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyusun studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Angiografi Koroner Pada Tn.M Dengan
Pro Evaluasi Pada Angina Pectoris CCS II Coronary Artery Desease
Riwayat Post Percutaneous Coronary Intervention Di Left Anterior
Descending Tahun 2019 Di Unit Kateterisasi Jantung Instalasi
Diagnostik Invasif Dan Intervensi Non Bedah Rumah Sakit Jantung
Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah”
Bagaimana melakukan “Asuhan Keperawatan Angiografi Koroner Pada
Tn.M Dengan Pro Evaluasi Pada Angina Pectoris CCS II Coronary Artery
Desease Riwayat Post Percutaneous Coronary Intervention Di Left
Anterior Descending Tahun 2019 Di Unit Kateterisasi Jantung Instalasi
Diagnostik Invasif Dan Intervensi Non Bedah Rumah Sakit Jantung Dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta’.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan pada Studi Kasus ini adalah meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum.
Mampu memahami dan melakukan Asuhan Keperawatan Pasien
Paska Tindakan Percutaneous Angiography Coronary (PAC) di
radialis Unit Diagnostik Invasive dan Intervensi Non Bedah di RS
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

3
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini diharapkan mampu:
a. Mampu memahami konsep teori Percutaneus
Percutaneous Angiography Coronary (PAC)
b. Mampu memahami konsep dan melakukan Asuhan
Keperawatan pada pasien paska tindakan Percutaneous
Angiography Coronary (PAC) dengan akses radial di Unit
Diagnostik Invasive dan Non Bedah di Rumah Sakit Pusat
Jantung Harapan Kita.
c. Mampu melakukan pengkajian pada pasien paska tindakan
Percutaneous Angiography Coronary (PAC) di Unit
Diagnostik Invasive dan Intervensi Non Bedah di Rumah
Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
d. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien
paska tindakan Percutaneous Angiography Coronary (PAC) di
Unit Diagnostik Invasif dan Non Bedah di Rumah Sakit Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita
e. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
paska tindakan Percutaneous Angiography Coronary (PAC) di
Unit Diagnostik Invasive dan Non Bedah di Rumah Sakit Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam menyusun Studi Kasus ini adalah
dengan methode diskriptif yaitu metode pengumpulan data, menganalisa
data, menarik kesimpulan serta mengadakan observasi secara langsung,
wawancara dengan klien dan keluarganya dengan menggunakan sistem
pendekatan asuhan keperawatan pada klien dengan post tindakan
angiografi koroner meliputi: pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi,
implimentasi, dan evaluasi serta studi literarur dari buku-buku maupun
dari internet yang berhubungan dengan penyusunan makalah ini.

4
1.5 Ruang Lingkup
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis hanya membatasi pada
Asuhan Keperawatan Pada Klien M paska tindakan Percutaneous
Angiography Coronary (PAC) dengan proses standar Asuhan
Keperawatan di unit diagnostik invansif dan intervensi non bedah
Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

1.6 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan,
ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan teori terdiri dari konsep dasar Percutaneous Angiography
Coronary (PAC), coronary artery desease (CAD), konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien paska angiografi coroner, prosedur pencabutan
sheath di radialis dengan nichiban, prosedur pencabutan sheath di
radialis dengan Niciban
Bab III Tinjauan kasus, terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab IV Pembahasan, merupakan ulasan kesesuaian dan kesenjangan
masalah yang muncul berdasarkan teori dan kenyataan yang ada pada
pasien.
Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Percutaneous Angiography Coronary (PAC)


2.1.1 Defenisi Percutaneous Angiography Coronary (PAC)
Angiografi koroner merupakan tindakan invasif yang dilakukan
dengan cara memasukkan kateter kemudian dilanjutkan dengan
menginjeksikan zat kontras ke dalam arteri koroner dan merekamnya
dengan foto radiografi, bertujuan mendeteksi adanya penyempitan yang
terjadi di arteri koroner akibat plak aterosklerosis (Jasmin C, 2019)
Angiografi koroner adalah salah satu pemeriksaan invasif untuk
menggambarkan keadaan arteri koroner jantung dengan cara memasukkan
kateter pembuluh darah kedalam tubuh dan menginjeksikan cairan kontras
untuk memberikan gambaran pembuluh darah koroner pada pencitraan
sinar-X segera setelah kontras diinjeksikan. Angiografi koroner dapat
memberikan informasi tentang lokasi lesi atau sumbatan pada koroner,
derajat obstruksi, adanya sirkulasi kolateral, luasnya gangguan jaringan
pada area distal koroner yang tersumbat dan jenis morfologi lesi (Wilson
2018).
Menurut Hanafi (2014), Percutaneous Angiography Coronary
(PAC) merupakan pemeriksaan yang paling akurat dan sesuai standar
untuk mengidentifikasi penyempitan pembuluh darah yang berhubungan
dengan proses aterosklerosis di arteri koroner jantung. Selain itu,
angiografi koroner merupakan pemeriksaan yang paling handal untuk
memberikan informasi anatomi koroner pada pasien penyakit jantung
koroner pasca pengobatan medik maupun revaskularisasi, seperti
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) atau Coronary Artery Bypass
Graft (CABG). Angiografi koroner dilakukan jika hasil
pemeriksaan non invasif kurang informatif atau karena ada kontra indikasi
pemeriksaan non invasif.

6
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan
angiografi koroner adalah tindakan pemeriksaan keadaan arteri koroner
dengan penyuntikan bahan kontras ke arteri koroner melalui kateter
sampai ke osteal arteri koroner kemudian digambar menggunakan sinar X.

Gambar 2.1 Ruang kateterisasi jantung

2.1.2 Indikasi
Indikasi kateterisasi jantung secara umum menurut Rokhaeni, Purnamasari
& Rahayoe, dilakukan untuk beberapa kondisi yaitu :
1. Jantung koroner yang jelas/didiagnosis
2. Sakit dada (angina pektoris) yang belum jelas penyebabnya
3. Angina pektoris yang tidak stabil/bertambah.
4. Infark miokard yang tidak berespon dengan obat-obatan
5. Gagal jantung kongestif
6. Gambaran EKG abnormal (injuri, iskemik, infark), usia 50 tahun
keatas.
7. Treadmill test positif
8. Evaluasi bypass koroner.
9. Abnormal irama (bradi/takhikardia)
10. Kelainan pembuluh perifer.

7
2.1.3 Kontra indikasi
Adapun kontra indikasi :
1. Mutlak.,Tidak cukup alat dan fasilitas yang menunjang untuk
tindakan
2. Relative:
a. Perdarahan saluran cerna akut/anemi
b. Gangguan elektrolit
c. Infeksi dan demam
d. Gagal ginjal
e. Hamil
f. Stroke baru ( kurang dari 1 bulan )
g. Gangguan perdarahan

2.1.4 Komplikasi Angiografi coroner


Menurut Tavakol, dkk (2019) dalam jurnal Risk and Complications of
Coronary Angiografy : A Comprehensive Review, disebutkan beberapa
komplikasi dari prosedur angiografi koroner yaitu :
1. Reaksi alergi
a. Anestesi lokal
Reaksi alergi ini sangat jarang terjadi. Gejala seperti asma, reaksi
vasodepresi dan toksik anestesi dapat muncul. Biasanya terjadi
pada pasien usia lanjut.
b. Media kontras
Tanda dan gejala yang dapat terjadi seperti dada terasa hangat,
nyeri dan tertekan, mual dan muntah
2. Infeksi
Infeksi jarang terjadi setelah prosedur angiografi koroner.Namun tetap
diwaspadai sehingga infeksi tidak terjadi. Pencukuran area punksi dan
desinfeksi yang benar dapat mengurangi risiko infeksi.
3. Nefropati
4. Contrast Induced Nephropathy (CIN) merupakan komplikasi jangka
pendek maupun panjang dari prosedur angiografi koroner yang dapat

8
terjadi. CIN di definisikan apabila serum creatinin meningkat ≥ 0,5 mg/dl
atau 25% di atas serum creatinin awal. Faktor risiko yang menyebabkan
CIN seperti insufisiensi renal, DM, usia, osmolaritas dan volume kontras
yang digunakan. Pada pasien yang memiliki serum creatinin < 2,0 mg/dl,
pasien dengan DM lebih berisiko terkena CIN. Sedangkan pasien yang
memiliki serum creatinin > 2,0 mg/dl, baik pasien DM atau tidak DM
sama-sama memiliki risiko tinggi terkena CIN. Risiko CIN dapat di
minimalkan dengan cara memilih zat kontras dengan osmolaritas yang
tepat dan meminimalkan volume kontras yang digunakan. Volume
kontras yang dianjurkan 3ml/kgBB.
Stratifikasi resiko Contras Induced Nephropathy (CIN)
berdasarkan National Kidney and Transplant Intitute Phillipines (2013):
a. Low risk : eGFR > 60 ml / menit
b. Moderate risk : eGFR 30 – 59 ml / menit
c. High risk : eGFR < 30 ml / menit

Penentuan serum creatinin


Dasar penentuan pemeriksaan serum creatinin, berdasarkan Cannadian
Association of Radiologist (2018):
a. Pada pasien rawat jalan dan pasien tidak memiliki perubahan status
kesehatan, hasil pemeriksaan serum creatinin dapat di gunakan dalam
kurun waktu 30 hari.
b. Pada pasien rawat inap dan mengalami perubahan status kesehatan, serum
creatinin yang di gunakan dalam kurun waktu 7 hari.
c. Adapun nilai normal serum creatinin antara laki-laki dan perempuan agak
sedikit berbeda dimana laki-laki berada pada kisaran 0,6 sampai 1,3 mg/dl
sementara perempuan berada dikisaran 0,5 sampai 1,0 mg/dl karena
pengaruh masa otot wanita lebih rendah dari pria.(lab
kesehatan.blogspot.com 2010).
d. Rumus GFR yaitu untuk laki-laki yaitu ( 140 – umur ) x BB/ (72 x serum
creatinin ) sedangkan untuk wanita hasil dari GFR laki – laki x 0,85 (
jokosuseno 2012. Wordpress.com).

9
5. Tromboemboli
Dapat terjadi akibat pecahnya plak pada pembuluh darah yang rapuh.
6. Lokal vaskuler injuri
Komplikasi pada akses vaskular paling sering dijumpai pada tindakan
angiografi koroner, dan menjadi kontributor yang paling signifikan dalam
meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Komplikasi ini dapat dihindari
dengan lokasi punksi dan sekaligus sebagai penempatan sheath yang optimal
khususnya pada akses arteri femoralis
7. Gangguan irama jantung
Gangguan irama jantung yang biasa terjadi seperti bradiaritmia dan
takiaritmia.Bradiaritmia dapat terjadi saat kateterisasi dan pencabutan
sheath.Bisa karena respon vagal dengan gejala hipotensi, mual, berkeringat,
menguap.Bradikardi dan hipotensi merupakan tanda awal terjadinya perforasi
dan tamponade sebagai respon vagal.Batuk tindakan awal yang dapat
meningkatkan perfusi koroner dan mengembalikan irama jantung pasien
kembali sinus.Sedangkan takiaritmia yang sering terjadi seperti ventrikel
takikardi dan ventrikel fibrilasi saat kateter menyentuh miokard, sehingga
operator harus segera menarik kembali kateter agar irama jantung pasien
kembali sinus.
8. Komplikasi cerebrovaskuler
Stroke dapat terjadi karena emboli udara, thrombus yang terbentuk di lapisan
kateter, dislokasi ateroma aortic saat manipulasi kateter, antikoagulan yang
agresif, dan waktu prosedur yang lama.
9. Diseksi dan perforasi pembuluh darah besar dapat terjadi akibat gesekan dari
kateter biasanya pada asenden aorta.

10. Hipotensi
Penurunan tekanan darah arteri paling sering terjadi selama kateterisasi,
seperti pada kondisi hipovolume karena hidrasi yang kurang sebelum
prosedur atau penggunaan kontras yang berlebih, penurunan curah jantung,
tamponade, aritmia, regurgitasi katup jantung, vasodilatasi arteri, perdarahan.

10
10
11. Hipoglikemia
Dapat terjadi karena sebelum prosedur pasien harus puasa, terutama pada
pasien DM rentan terkena hipoglikemi.

12. Gangguan respirasi


Sering terjadi pada pasien (Congestive Heart Failure) CHF dengan edema
pulmonal.

2.2 Penatalaksanaan Tindakan Angiografi


2.2.1 Persiapan Pre Tindakan
Persiapan terencana yang dilakukan pada pasien sebelum dilakukan PAC
adalah persiapan fisik, administrasi dan mental ( Heyman , 2017)
1. Persiapan fisik
a. Puasa (makanan) kurang lebih 4-6 jam sebelum tindakan.
b. Bebaskan area penusukan (cukur rambut pada area tersebut)
c. Obat-obatan dilanjutkan sesuai instruksi dokter
d. Hasil pemeriksaan penunjang dibawakan: laboratorium
(Hb, CT, BT, Ureum, Kreatinin, HbSAg, AIDS), test treadmill,
X-ray, Echokardiogram, EKG lengkap.
e. Nilai tanda-tanda vital saat itu
f. Test Allen (untuk kateterisasi melalui arteri radialis)
g. Cek sirkulasi darah perifer (arteri femoralis, poplitea, dorsalis
pedis) untuk kateterisasi melalaui arteri femoralis
h. Hidrasi pada pasien yang memiliki resiko nefropati media
kontras untuk resiko sedang : 0,45% sodium klorida ( 1,0-
1,5ml/kg/jam) 4 jam sebelum prosedur sampai 24 jam setelah
prosedur, dan resiko berat : 0,45% sodium klorida (1,0-1,5ml/kg/jam)
12 jam sebelum prosedur sampai dengan 24 jam setelah prosedur

2. Persiapan Administrasi
a. Surat ijin tindakan/inform concent
b. Surat pernyataan pembayaran (keuangan).

11
3. Persiapan Mental
Pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur kateterisasi jantung
(apa, bagaimana, tujuan, manfaat, komplikasi dan prosedur kerja).

2.2.2 Intra Tindakan


1. Pemilihan arteri
Pemilihan arteri yang akan digunakan sebagai akses masuknya kateter ke
dalam tubuh pasien juga tidak kalah penting. Pemilihan arteri ini bergantung
pada beberapa faktor, seperti keahlian operator, kondisi fisik pasien, status
antikoagulasi dan kondisi pembuluh darah perifer. Beberapa arteri yang
dapat dipilih, antara lain:
a. Arteri femoralis
b. Arteri radialis dan brachialis : Dibandingkan dengan arteri brachialis,
arteri radialis lebih sering dipilih karena jika terjadi hambatan aliran
di arteri radialis , masih ada ulnaris yang memberi aliran ke perifer.
c. Untuk pemilihan akses melalui arteri radialis sebelum dilakukan
tindakan, dilakukan pemeriksaan allent test untuk mengetahui
kepatenan aliran arteri radialis dan ulnaris
Tehnik menilai allent test :
a. Anjurkan pasien untuk mengepal tangannya selama 5-10 detik,
periksa pulsasi radialis kemudian tekan arteri radialis dengan 3 jari
tangan kiri/ibu jari dan tekan arteri ulnaris dengan 3 jari tangan
kanan/ibu jari secara bersamaan
b.Buka kepalan tangan pasien, telapak tangan akan terlihat pucat
c. Lepas tekanan arteri ulnaris, arteri radialis tetap ditekan
d. Lihat jika vaskularisasi selama 1 – 5 detik, berarti arteri ulnaris baik
dan tindakan dapat dilakukan melalui arteri radialis

12
2. Obat yang digunakan
a. Analgesik/Sedatif
Tujuan penggunaan analgesik adalah untuk sedikit menurunkan
kesadaran sehingga membuat pasien tenang tetapi masih dapat
merespons perintah verbal dan menjaga jalan napasnya sendiri.
Diazepam 2,5-10 mg oral dan difenhidramin 25-50 mg oral adalah
obat yang dapat dipakai satu jam sebelum prosedur. Selama
prosedur dapat dipakai midazolam 0,5-2 mg IV dan fentanil 25-50
mg. Selama dalam pengaruh sedasi, pasien harus dipantau kondisi
hemodinamiknya, elektrokardiografinya, dan oksimetrinya.
13
b. Antikoagulan
Antikoagulan tidak lagi diberikan pada prosedur angiografi koroner
dengan akses arteri femoralis rutin. Unfractionated heparin 2000-
5000 unit IV diberikan pada prosedur angiografi koroner dengan
akses arteri brakhialis atau radialis dan pasien dengan risiko tinggi
komplikasi tromboemboli.

c. Kontras
Semua kontras radiografi mengandung yodium yang secara efektif
menyerap sinar X dalam kisaran energi sistem angiografi. Kontras
radiografi ini dapat dibagi menjadi dua tingkat, yaitu kontras
yodium osmolar tinggi dan kontras yodium osmolar rendah. Kontras
angiografi memiliki efek samping terhadap hemodinamik dan ginjal.
Pada beberapa pasien dapat terjadi reaksi alergi, sehingga
kortikosteroid IV harus disiapkan setiap kali prosedur dilaksanakan
d. Obat Angina
Selama tindakan dilakukan, angina dapat terjadi karena beberapa
faktor, seperti takikardia, agen kontras, hipertensi, mikroemboli, dll.
Nitrogliserin sublingual, intrakoroner, maupun intravena dapat
diberikan pada pasien dengan tekanan sistolik >100 mmHg

2.2.3 Penatalaksanaan Post Tindakan


Perawatan pasien pasca tindakan angiografi koroner adalah
1. Observasi keluhan pasien
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit selama 1 jam dan 30 menit
selama 2 jam sampai stabil
3. Observasi perdarahan di sekitar area tusukan
4. Observasi tanda-tanda dan efek samping zat kontras yaitu
Observasi tanda-tanda alergi kontras seperti gatal-gatal, menggigil, mual
dan muntah
5. Observasi tanda hipotensi dan perubahan tanda vital
6. pemberian cairan/volume peroral/parenteral,Ukur cairan yang masuk dan
keluar.
7. Observasi tanda-tanda infeksi meliputi:

14
a. Observasi daerah luka dari sesuatu yang tidak aseptik/septik
b. Selalu menjaga kesterilan area penusukan
c. Observasi adanya perubahan warna, suhu pada luka tusukan.
8. Observasi tanda-tanda gangguan sirkulasi ke perifer.
a. cek pulsasi arteri dorsalis pedis, tibialis, radialis
b.

b. Bila terjadi gangguan (nadi lemah/tak teraba), beritahu dokter


biasanya diberikan obat antikoagulan bolus atau bisa dilanjutkan
dengan pemberian terus menerus (kontinyu)
c. Observasi kehangatan daerah ekstremitas kanan dan kiri kemudian
dibandingkan.
9. Berikan penkes pada pasien:
Khusus untuk pasien yang tindakan melalui arteri radialis
a. Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg selama 1
minggu untuk menghindari “stertching”/ peregangan pada arteri
radialis
b. Beritahu perawat atau dokter bila terjadi keluhan berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
c. Buka elastikon dan ganti dengan tensoplast setelah 12 jam
pemasangan elastikon
d. Bila ada hematoma dan perdarahan segera hubungi dokter atau
perawat dan langsung ke rumah sakit.

2.2.4 Prosedur Pencabutan Sheath di Radialis dengan Nichiban.


Nichiban adalah suatu alat yang digunakan untuk menekan luka tusuk
tempat masuknya sheath pada arteri radialis dengan menggunakan spon
perekat.
1. Persiapan Alat.
a. Kassa steril ukuan 4 x 4 (1 bungkus)
b. Elastikon.
c. Sarung tangan steril 1 pasang
Gunting verban.
e. Nichiban.
f. Plester.

15
2. Prosedur Tindakan.
a. Baca instruksi di bagian atas nichiban yang terpasang guna melihat
jam pencabutan nichiban.
b. Mencuci tangan.
c. Pakai sarung tangan
d. Aspirasi sheath
e. Letakkan tangan kiri di atas nichiban dan beri penekanan secara
gentle.
f. Buka plester nichiban dengan tangan kanan secara perlahan-lahan
sambil perhatikan aliran darah yang keluar dari daerah insisi, dan
tangan kiri tetap tetap menekan secara “gentle”
g. Lepaskan perekat nichiban yang dibagian radial terlebih dahulu
kemudian yang di bagian ulnaris.
3. Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien:
a. Beri tahu bila ada keluhan sehubungan dengan gangguan sirkulasi.
b. Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg selama 1
minggu untuk menghindari stretching pada arteri radialis.
c. Anjurkan untuk tidak menekuk pergelangan tangan yang pungsi
selama 4 – 6 jam.
d. Bila ada keluhan bengkak dan lainnya segera hubungi rumah sakit
atau kembali ke rumah sakit tempat dilakukan

2.2.5 Prosedur Pencabutan Sheath di Radialis dengan TR-Band


Menurut Terumo Aplication Guidelines, 2019 prosedur pemasangan dan
pelepasan TR-Band yaitu
1. Cek tekanan darah pasien untuk menentukan jumlah nominal pressure udara
yang diberikan pada TR Band 18cc/250mmHg, 15cc/200mmHg, 13
cc/150mmHg, 11cc/100mmHg.
Notes : Tekanan yang digunakan adalah tekanan darah invasive (sebelum
catheter dikeluarkan).
2. Tarik Sheath sekitar 2-3cm
Notes : Sheath ditarik untuk memudahkan pemasangan TR-Band. Apabila
dokter tidak memasukan sheath seluruhnya, maka sheath tidak perlu ditarik
lagi.
16
3. Letakan titik hijau 1-2mm proximal dan titik puncture ( skin entry)
4. Posisikan logo pada sisi arteri ulnaris
Notes : Baik ditangan kanan maupun tangan kiri, TR-Band logo harus berada
di ulnar (dekat dengan jari kelinking), sehingga yang terkompresi adalah bagian
radial.
5. Gelangkan TR-Band pada pergelangan tangan dan pastikan ada cukup ruang
untuk jari kelingking atau syringe 2,5 ml pada area ulnaris.
- Hal tersebut untuk memastikan TR- Band tidak terpasang terlalu ketat dan
patesnsi ulnaris tidak terganggu
6. Injeksikan udara dengan volume 15cc/18cc ( Maksimal )
- Tahan plunger saat memasukan udara agar udara tidak kembali terdorong
keluar
7. Tarik sheath secara perlahan
8. Kurangi 2-5cc udara untuk memastikan patent hemostasis, dan injeksikan
kembali 1-2 cc udara apabila masih terjadi rembesan darah
9. Konfirmasi patent hemostasis dengan pulse oximetri
- Lakukan reverse barbeu test, yaitu dengan menekan arteri ulnaris dan cek
gelombang saturasi di oximetri ( pemasangan oximetri pada ibu jari atau jari
telunjuk).
Notes : PATENT berarti Hemostatis cukup yaitu saat ulnar ditekan masih
ada flow di radialis dengan tanda pulse yang baik ( gelombang baik).
10. Perawat akan menyimpan syringe untuk proses melepaskan TR Band
11. Heparin 50 unit/kg berat badan atau kurang, TR Band didiamkan selama 60
menit heparin lebih dari 50 unit/kg berat badan TR band didiamkan selama 120
menit.
- Persiapan pelepasan akan dilakukan setelah 60 menit ( untuk heparin ≤ 50
unit/kg berat badan ) dan 120 menit ( untuk heparin > 50 unit /kg berat
badan )
- Kurangi 3-5 cc udara setiap 15 menit, tambahan 1-2cc udara apabila masih
terjadi rembesan darah ( observasi kembali selama 15 menit )
Contoh kasus :
a) Penggunaan heparin ≤ 50 unit/kg berat badan, pengurangan udara
adalah 3cc setiap 15 menit. Maka hemostatis akan tercapai dalam
waktu 120 menit
17
Waktu Udara dalam TR Band
60 Menit 12 ml
75 Menit 9 ml
90 Menit 6 ml
105 Menit 3ml
120 Menit 0 ml

b) Penggunaan heparin ≤ 50 unit/kg berat badan, pengurangan udara


adalah 5 cc setiap 15 menit. Maka hemostatis akan tercapai dalam
waktu 90 menit
Waktu Udara dalam TR Band
60 Menit 10 ml
75 Menit 5 ml
90 Menit 0 ml

c) Penggunaan heparin ≤ 50 unit/kg berat badan, pengurangan udara


adalah 3 cc setiap 15 menit. Maka hemostatis akan tercapai dalam
waktu 180 menit
Waktu Udara dalam TR Band
120 Menit 12 ml
135 Menit 9 ml
150 Menit 6 ml
175 Menit 3ml
180 Menit 0 ml

d) Penggunaan heparin ≤ 50 unit/kg berat badan, pengurangan udara


adalah 5 cc setiap 15 menit. Maka hemostatis akan tercapai dalam
waktu 150 menit
Waktu Udara dalam TR Band
120Menit 10 ml
135 Menit 5 ml
150 Menit 0 ml

18
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada pasien paska Percutaneous
Angiography Coroner
Menurut SDKI (2016) konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan tindakan
Percutaneous Angiography Coronery ( PAC) adalah:
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi medis maupun non
medis dari klien, yaitu:
1. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit sekarang
2. Hasil resume dari angiografi
3. Tanda-tanda vital klien selama pre, intra, dan post prosedur PPCI (tekanan
darah, nadi, pulsasi perifer, tingkat kesadaran, saturasi O2, perubahan
gambaran EKG), serta keluhan nyeri klien.
4. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah lengkap, GDS, HBSAg, ureum,
kreatinin, PT, APTT, dan elektrolit.
5. Pemeriksaan radiologi berupa rontgen thorax.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan rencana operasi/
Hasil yang diharapkan :
a. Tingkat kecemasan klien menurun.
b. Pasien memahami dan dapat menjelaskan proses penyakitnya
c. Pasien tidak tampak gelisah atau pun tegang.
d. Ekspresi wajah terlihat rileks
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
b. Bantu pasien untuk mengenali perasaanya seperti cemas , marah , atau
sedih
c. Berikan penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan.
d. Jelaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan klien sebelum,
selama, dan setelah prosedur PPCI.
e. Demonstrasikan tekhnik relaksasi.
f. Kolaborasi dengan dokter.

19
2. Resiko penurunan curah jantung b.d sindrom koroner akut
Hasil yang diharapkan:
a. Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dan
pernapasan) dalam batas normal
b. Akral hangat, pulsasi perifer teraba kuat
c. Volume urine 0,5-1 cc/jam/kgBB
d. Tidak menunjukan tanda-tanda disritmia
Intervensi:
a. Kaji keluhan klien
b. Monitor tanda-tanda vital (1 jam pertama setiap 15 menit, satu jam
kedua setiap 30 menit, dan satu jam selanjutnya setiap jam)
c. Monitor rekaman EKG dan pantau frekuensi jantung
d. Monitor intake dan output klien
e. Bantu aktivitas klien
f. Kolaborasi pemberian O2, pertahankan cara masuk heparin sesuai
indikasi, pantau data laboratorium enzim jantung, AGD, dan elektrolit
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan efek sekunder pemakaian heparin
Hasil yang diharapkan:
a. Akral hangat
b. Pulsasi kuat
c. TTV dalam batas normal
d. ACT dan APPT tidak memanjang
Intervensi:
a. Kaji keluhan klien
b. Observasi dan catat TTV
c. Observasi dan catat adanya perdarahan dan hematoma pada luka
penusukan
d. Observasi dan catat adanya perubahan warna kulit
e. Cek akral klien
f. Monitor hasil lab (ACT)
g. Anjurkan klien untuk mengistirahatkan area insersi
4. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi pembedahan
Hasil yang diharapkan :

20
a. Nyeri berkurang
b. Pasien tenang dan dapat istirahat
c. Tanda vital dalam rentang batas normal
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri
b. Beritahu pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
c. Ajarkan teknik relaksasi
d. Kolaborasi pemberian analgetik bila nyeri meningkat
e. Observasi tanda – tanda vital

2.4 Konsep Coronary Artery Desease ( CAD )


Coronary Artery Desease (CAD) atau penyakit arteri koroner adalah
kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal
lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang
mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran
darah ke jantung (Brunner dan Suddath, 2019).

Coronary Artery Desease (CAD) adalah sekumpulan gejala klinis yang


diawali dengan rupture plak aterosklerosis yang diikuti dengan terjadinya
thrombosis. Thrombosis mengakibatkan terjadinya sumbatan pada aliran darah
koroner dan embolisasi distal. Kedua proses tersebut dapat mengakibatkan
iskemia miokard, micosit nekrosis dan infark miokard. Sumbatan total pada
arteri koroner dapat dilihat sebagai ST Elevasi Miokard Infark (STEMI),
sedangkan yang tidak terjadi sumbatan dapat dilihat sebagai Unstable Angina
/Non ST Elevasi Miokar Infark (UA/STEMI) (GelfandE.V & Cannon C.P.
2019)

2.4.1 Manifestasi klinis Coronary Artery Desease (CAD)


Coronary arterial disease dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda, yaitu :
1. Asimptomatik (silent myocardial ischemia)
a. penderita tidak pernah mengeluh nyeri dada pada istirahat
maupun saat aktivitas. Secara kebetulan penderita menunjukan
adanya ischemia saat uji beban latihan , ketika di EKG
menunjukan depresi segmen ST.
21
b. mekanisme silent iskemia diduga karena ambang nyeri yg
meningkat, neuropati otonomik (pada penderita diabetes),
meningkatnya produksi endomorfin, derajat stenosis yang ringan.
2. Angina Pektoris
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel
miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung,
ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2019).

2.4.2 Klasifikasi Angina Pektoris

Menurut Kasron (2018), Angina pectoris diklasifikasikan menjadi :


1. Stable Angina
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang
aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat
terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat
menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga, naik tangga, atau bekerja
keras.Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti menyekop salju.
Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental
seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis
ini, biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan
aktivitasnya. Manifestasi klinis yaitu :
a. Muncul ketika melakukan aktifitas berat.
b. Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama
dengan rasa nyeri yang datang sebelumnya
c. Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
d. Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan
pengobatan terhadap angina
e. Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
f. Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres.
2. Angina Variant (Prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya
sering terjadi pada saat istirahat.Pada angina ini, suatu arteri koroner

22
mengalami spasme yang menyebabkan iskemik jantung.Kadang-kadang tempat
spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun
tiak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang
samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif memiliki akses langsung ke
lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi arteri koroner.Disritmia sering
terjadi pada angina variant. Manifestasi klinisnya yaitu :
a. Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu
aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
b. EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu
serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.
3. Unstable Angina
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan
penanganan segera.Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner
yang memburuk.Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja
jantung.Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai
perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme.Terjadi spasme
sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang
tertarik ke area yang mengalami kerusakan.Seiring dengan pertumbuhan
thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan
individu beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible.
Unstableangina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia)
khususnya jika anda telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya
Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat
timbul tanpa aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak menurun dengan
minum obat ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark
miokard pada sindrom koroner akut. Manifestasi klinisnya yaitu :
a. Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik
frekuensi berat dan lamanya meningkat.
b. Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
c. Tidak dapat diperkirakan
d. Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
e. Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
f. EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.

23
Klasifikasi Angina Pektoris menurut Canadian Cardiovascular Society
Classification System tahun 1976 :
1. Kelas I
Pada aktivitas fisik biasa tidak mencetuskan angina. Angina akan muncul
ketika melakukan peningkatan aktivitas fisik (berjalan cepat, olahraga dalam
waktu yang lama).
2. Kelas II
Adanya pembatasan aktivitas sedikit/ aktivitas sehari-hari (naik tangga
dengan cepat, jalan naik, jalan setelah makan, stres, dingin).
3. Kelas III
Benar-benar ada pembatasan aktivitas fisik karena sudah timbul gejala angina
ketika pasien baru berjalan 1 blok atau naik tangga baru 1 tingkat.
4. Kelas IV
Tidak bisa melakukan aktivitas sehari-sehari, tidak nyaman,untuk melakukan
aktivitas sedikit saja bisa kambuh, bahkan waktu istirahat juga bisa terjadi
angina.

2.4.2 Anatomi dan Fisiologi Koroner


Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi.
Jantung mempunyai 70% - 80% oksigen yang dihantarkan melalui arteri
koroner, sebagai pembandingan, bahwa organ lain hanya menggunakan rata-
rata seperempat oksigen yang di hantarkan. Arteri koroner muncul dari aorta
dekat hulu ventrikel ( sering disebut muara sinus valsava ). Dinding sisi kiri
jantung dengan yang lebih banyak melalui arteri koroner utama kiri ( left main
Coronary Arteri ), yang kemudian terbagi menjadi dua cabang besar ke depan
Left Anterior Desendens (LAD) . Dan kearah belakang Left Circumflex
(LCx) sisi kiri jantung.
Arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu
sulkus atrioventrikuler yang melingkari jantung di antara atrium dan
ventrikel, dan sulkus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel.
Pertemuan kedua lekuk ini disebut kruks jantung, dan merupakan salah satu
bagian terpenting dari jantung. Nodus atrioventrikuler ( AV Node ) berlokasi
24
pada titik pertemuan,dan pembuluh darah yang melewati pembuluh darah
yang melewati kruks ini merupakan pembuluh darah yang memasok nutrisi
untuk AV Node.
Arteri koroner kanan memberi nutrsi untuk jantung bagian kanan ( atrium
kanan, ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam ventrikel kiri . yang berjalan
disisi kanan, pada sulkus atrioventrikuler kanan.

2.4.3 Etiologi
1. Arteriosclerosis / Atherosklerosis
Adalah penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koroner, sehingga
secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. bila lumen menyempit
maka resistensi terhadap aliran pembuluh darah akan meningkat dan
membahayakan aliran darah miokard. Atau beberapa factor yang dapat
dijelaskan sebagai berikut ( kasuari,2017)
a. Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang
tampak bagaikan garis lemak.
b. Penimbunan lemak,terutama beta lipoprotein yang mengandung banyak
kolesterol pada tunika intima dan media bagian dalam
c. Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosa
d. Timbul ateroma atau komplek plak aterosklerotik yang terdiri dari
lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris selluler dan kapiler
e. Perubahan degenerative dinding arteri

2. Thrombosis arteri koroner


Terjadi thrombus disebabkan oleh rupture plak yang kemudian diikuti oleh
pembentukan thrombus oleh trombosit atau secara ringkas di jelaskan:
penyempitan lumen progresif.Akibat pembesaran plak,perdarahan pada plak

25
ateroma, pembentukan thrombus yang di awali dengan agresif trombosit,
embolisasi thrombus atau pragmenplak dan spasme arteri koroner.
3. Spasme arteri koroner
Terjadi karena hiper aktifitas system syaraf simpatis
4. Kebutuhan oksigen yang meningkat
5. Prolong hipertensi
6. Aorta stenosis atau aorta insufisiensi

2.4.4 Faktor risiko


Terdapat beberapa risiko yang dapat menimbulkan aterosklerotik yang terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
1 Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu
a. Usia
Semakin tinggi usia semakin mudah terkena serangan jantung, oleh
karena sebelum umur 10 thn Fatty streak pada intima pembuluh arteri
koroner telah ada, dan apabila kadar kolesterol tidak terkendali pada
usia 20 tahun maka akan berkembang menjadi plak fibrosa dan akan
menutupi lumen pembuluh darah arteri koroner
b. Jenis Kelamin Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan
wanita sebelum menopause karena di duga pengaruh hormone
estrogen, namun setelah menaupause, frekwensinya sama pria dan
wanita
c. Riwayat keluarga
Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan Coronary Artery
Desease (CAD) lebih dsapat terjadi serangan jantung 3 – 5 kali
dibandingkan dengan yang tidak
d. Ras
e. Orang kulit putih lebih sering terjadi Coronary Artery Desease (CAD)
dibandingkan orang kulit berwarna.

2 Faktor risiko yang dapat di ubah yaitu:

a. Peningkatan Lipid
Peningkatan kadar kolesterol, trigliserida dan fosfolipid.

26
b. Hipertensi
Benturan atau gesekan aliran di duga menyebabkan trauma
mekanik pada lapisan terdalam yaitu endotel yang menimbulkan cedera
atau robekan lapisan endotel intima yang diikuti oleh reaksi radang
akibat cidera dan reaksi radang menimbulkan adanya agregasi platelet.
Untuk tujuan proses penyembuhan, platelet yang beragregasi akan
melepaskan factor perangsang pertumbuhan jaringan yang disebut
dengan growing stimulating factor.
Faktor pertumbuhan ini akan menyebabkan terjadinya proses
proliperasi melalui proses pembelahan sel dari sel otot polos dengan
tujuan menutupi cidera atau robekan yang terjadi pada lapisan endotel.
Cedera lapisan yang berlangsung lama dan berulang ulang
menyebabkan gangguan pembentukan lapisan endotel dan proliferasi
sel otot polos berlangsung terus, akibatnya dinding pembuluh darah
menjadi tebal dan elastisitasnya menjadi berkurang.
c. Merokok
Pengaruh langsung dari zat-zat yang terkandung dalam rokok dapat
merangsang proses aterosklerotik seperti : karbon monoksida dapat
menyebabkan hipoksia jaringan arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi
katekolamin yang dapat menambah reaksi trombosit dan menyebabkan
kerusakan dinding arteri, sedangkan glikorotein tembakau dapat
menimbulkan reaksi hipersensitif dinding arteri
d. Diabetes Melitus
Kondisi hiperglikemi akan menimbulkan gangguan
methabolisme,yang akan merusak endotel pembuluh darah koroner.
Kerusakan endotel berlanjut didukung oleh kondisi hemoreologi dan
dengan cepat akan membentuk ateroma sehimgga mempermudah
teradinya penyakit jantung koroner
e. Obesitas.
Kelebihan berat badan harus dikendalikan karena berhubungan
dengan penyakit maupun factor risiko lainnya.
f. Stress / pola prilaku.
27
Stress emosional yang berturut-turut erat hubungannya dengan
ketidakseimbangan system simpatik parasimpatis sehingga terjadi
peningkatan katekolamin dan tekanan darah yang mendadak, sehingga
menjadi stress emosi kronis. Peningkatan neorohormonal ini secara
fisiologis dan metabolic akan menyebabkan disfungsi endotel sehingga
mempercepat proses ateroskleros

2.4.5 Patofisiologi
Faktor penyebab utama pada Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah
kurangnya aliran darah ke miokard yang sering disebabkan
atherosklerosis. Atherosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak
tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi
nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan menonjol
ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan
mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen
menjadi sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang berdinding
kasar, akan cenderung terjadinya pembentukan bekuan darah, hal ini
menjelaskan terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
trombo emboli yang merupakan penyakit aterosklerosis.
Pathogenesis dari aterosklerosis ( C.Long Barbara, 2019) pada
ACS dimulai dengan lesi aterosklerosis timbul pada permulaan dari arteri
koroner utama. Proses perjalanan penyakit pada awalnya setempat,
kemudian menjadi difuse dan bertambah. Lesi yang pertama timbul pada
dinding koroner disebut garis lemak. Sel-sel yang yang mengandung lipid
atau sel-sel busa (foam cells) invasi kedalam dinding intima dan
menimbulkan garis-garis lemak, karena penyakit berlanjut kemudian
timbul sejenis benjolan dengan ukuiran yang terus meningkat sehingga
kapasitas lumen pembuluh menjadi terbatas. Lesi tersebut merupakan jenis
karakteristik khas aterosklerosis yang berkembang.Tingkat aterosklerosis
yang lebih berkembang ditandai dengan benjolan fibrosa berkapur.
Deposit kapur dapat rupture dan meningkatkan resiko spasmus,
membentuk thrombus dan emboli. Ini adalah jenis lesi aterosklerosis yang
28
menimbulkan gejala coronary artery desease (CAD). Lumen arteri
menjadi begitu sempit, sehingga timbul ketidakseimbangan suplai oksigen
untuk miokardium dibandingkan dengan kebutuhan. Manifestasi iskemik
miokardium biasanya tidak akan terjadi sampai arteri 75% tersumbat. Hal
itu bisa berakibat angina pectoris, infark miokardium dan kematian
mendadak.
Angina pectoris merupakan cerminan dari iskemik miokard. Nyeri
dada angina biasanya berlokasi dibawah sternum (retrosternal) dan kadang
menjalar ke leher, rahang, bahu dan kadang lengan kiri atau keduanya.
Kadang angina dikeluhkan sebagai tanda tak enak di dada atau rasa berat
di dada, arasa penuh, diremas, dicengkram, dan rasa seperti ditikam
(Mutaqqin 2019). Pada lansia kemungkinan rasa nyeri yang dirasakan
nyeri visceral dan disertai dengan sesak nafas, keringat dingin, mual, rasa
melayang dan lemah.
Angina pectoris stabil ditandai dengan nyeri dada yang berakhir 5-
15 menit. Hal ini dapat timbul karena aktifitas, stress atau kedinginan
kemudian menghilang dengan istirahat atau minum obat. Angina pectoris
stabil biasanya disebabkan oleh lesi koroner yang fixed (plak yang stabil).
Pada Unstable Angina Pectoris (UAP) mencerminkan suatu keadaan klinis
antara angina pectoris stabil dan infark miokardium. Biasanya
berhubungan dengan rupture plak dan thrombosis. Iskhemia mengganggu
permeabilitas sel-sel miokardium terhadap elektrolit-elektrolit yang
menyebabkan menurunnya kontraktilitas miokardium. Proses iskemik
yang berlangsung lebih dari 35-45 menit akan menyebabkan kerusakan
sel-sel yang ireversibel dan nekrosis miokardium.
Infark miokard akut disebabkan oleh penyumbatan yang tiba-tiba
pada salah satu cabang dari arteri koronaria. Penyumbatan ini dapat
meluas dan mengganggu fungsi jantung atau mengakibatkan nekrosis
miokardium (Mutaqqin, 2019). Infark tidak langsung menjadi total.
Trauma iskemik berkembang dan menjadi luas kemudian baru terjadi
infark atau timbul nekrosis. Pada saat proses iskemik berlangsung, lapisan
subendokardium (karena sangat peka terhadap kekurangan oksigen)
mengalami hipoksia kemudian baru seluruh miokardium.

29
Nyeri dada oleh karena infark biasanya karena adanya serangan
angina pectoris yang lebih dari 15-30 menit, kecuali pada lansia dan
penderita diabetes mellitus. Pasien dengan infark inferior kadang terasa
seperti nyeri abdomen, mual dan muntah. Pasien yang mengalami
infark akut menjadi gelisah, cemas, takut, merasa nyawa terancam, sulit
bernafas, sianosis,dan syok. Adapula sekitar 5-20% dari pasien dengan
serangan infark mikard akut tanpa nyeri.

2.4.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Enzim atau isoenzim jantung,biasanya DBM : meningkat,menunjukkan
kerusakan miokard.
2. EKG : biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar atau depresi pada
segmen ST gelombang T menunjukkan iskemia.
3. Foto Dada : biasanya normal, namun infiltrat mungkin ada menunjukkan
dekompensasi jantung atau komplikasi paru.
4. PCO2 kalium dan laktat miokard: mungkin meningkat selama serangan
angina.
5. Kolestrol / trigliserida serum : mungkin meningkat.
6. Kateterisasi jantung dengan angiografi: diindikasikan pada pasien dengan
iskemia yang diketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja, pada
pasien dengan kolesterolemia

2.4.7 Therapy Angina Pektoris


A. Terapi Farmakologi.
1. Nitrogliserin
Senyawa nitrat masih merupakan obat utama untuk menangani
angina pektoris. Nitrogliserin diberikan untuk menurunkan konsumsi
oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri
angina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik
vena maupun arteria sehingga mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan
pelebaran vena terjadi pengumpulan darah vena diseluruh tubuh.
Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjadilah

30
penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan anter
terjadi pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya
sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan
pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan anteriol sistemik dan
menyababkan penurunan tekanan darah (afterload). Semuanya itu
berakibat pada penurunan kebutuhan oksigen jantung,menciptakan suatu
keadaan yang lebih seimbang antara suplai dan kebutuhan.
Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau
di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3
menit.

2. Penyekat Beta-adrenergik.
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekwensi denyut jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan
peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul
bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara
lain : atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
3. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan
volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan
nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat.
Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat
dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12jam. Obat golongan
nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat,
nitrogliserin.

31
4. Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium
melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos
pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial
dan sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan oksigen
miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan
obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin,
isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.

B. Terapi Non Farmakologis


Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan
untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar
adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah.
Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti
sangat kompetitif, agresif atau ambisius.

2.4.8 Prognosis
Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-tahun
dengan hanya sedikit pembatasan dalam kegiatan sehari-hari. Mortalitas
bervariasi dari 2% - 8% setahun. Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah
beratnyan kelainan pembuluh koroner. Pasien dengan penyempitan di pangkal
pembuluh koroner kiri mempunyai mortalitas 50% dalam lima tahun. Hal ini
jauh lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyempitan hanya pada salah
satu pembuluh darah lainnya. Juga faal ventrikel kiri yang buruk akan
memperburuk prognosis. Dengan pengobatan yang maksimal dan dengan
bertambah majunya tindakan intervensi dibidang kardiologi dan bedah pintas
koroner, harapan hidup pasien angina pektoris menjadi jauh lebih baik.

32
2.4.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara
medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor
risiko. Secara tehnik invasive tujuan ini dicapai melalui pemasangan stent di
arteri koroner melalui teknik Percutaneus Coronary Intervention (PCI)

Angioplasti koroner transluminal perkutan adalah usaha untuk


memperbaiki aliran darah arteri koroner dengan memecahkan plak atau
ateroma yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah ke jantung. Kateter
dengan ujung berbentuk balon dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami
gangguan dan diletakkan di antara daerah aterosklerotik. Balon kemidian
dikembangkan dan dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak selanjutnya
dipasang Stent sesuai dengan ukuran

2.5 In-Stent Restenosis ( ISR)


2.5.1 Definisi in-Stent Restenosis
Restenosis atau pengurangan diameter lumen pasca Angioplasti Balon (AB)
merupakan respon penyembuhan terhadap kerusakan mekanik akibat cedera
dinding pembuluh darah arteri. Restenosis terdiri dari dua proses utama
yaitu; (1) Neo Intimal Hyperplasia (NIH) berupa migrasi dan proliferasi
Smooth Muscle Cells (SMCs) serta deposit Extra Cellular Matrix (ECM) dan (2)
vessel shrinkage yaitu pengerutan dinding pembuluh darah akibat elastic recoil
atau negative remodeling. In-Stent Restenosis (ISR) merupakan restenosis yang
terjadi di dalam stent dan berdasarkan letaknya dibagi dua yaitu; (1) intra stent
bila terletak di dalam stent dan (2) edge restenosis bila menjulur kurang dari 5
mm baik dari ujung proksimal ataupun distal stent.31,32 Berdasarkan hasil
follow-up secara binari angiografi (Two- Dimensional Quantitative Coronary
Angiography/2D-QCA) maka ISR didefinisikan sebagai Diameter Stenosis (DS)
lebih dan sama dengan 50 persen atau lebih dari 50 persen.Berdasarkan hasil
follow-up angiografi pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP) dengan
pemeriksaan Intra Vascular Ultra Sound (IVUS) maka ISRdidefinisikan
sebagai Minimum Lumen Area (MLA) pada potongan Cross Sectional Area (CSA)

33
pembuluh darah koroner kurang dari 4 mm2 sedangkan untuk Left Main (LM)
kurang dari 6 mm2.

2.5.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan in-Stent Restenosis

1. Kelainan genetik
2. Alergi
3. Usia Yaitu karena proses Patofisiologi pembuluh darah berupa perubahan
ECM yang meliputi kolagen
4. Jenis Kelamin Perempuan
5. Diabetes melitus yaitu mekanisme peningkatan vasospasme, adhesi
dan agregasi trombosit yang pada akhirnya mempengaruhi proliferasi
SMCs melalui penghambatan terhadap vasodilator (endothelium dependent
relaxation factor & prostacyclin/ prostaglandin I 2) maupun peningkatan
sintesis serta sekresi vasokonstriktor yang juga memiliki
mitogenitas terhadap SMCs (Endothelin-1/ET-1).,
6. Hipertensi
7. Chronic Kidney Disease ( CKD )
8. Dislipidemia yang dimana Statin dapat menurunkan peningkatan serum
kolesterol dan kemampuan antiaterosklerotik non lipid.
9. merokok
10. Diameter Pembulu darah
11. Lesi di Left Anterior Descending (LAD)

2.6 Peran Perawat


Perawat scrub atau asisten scrub, berdiri di meja dengan ahli jantung,
membantu dengan sisi instrumental dari prosedur. Ia harus memiliki
pengetahuan menyeluruh tentang teknik bedah steril untuk mengurangi
kemungkinan proses infeksi. Mereka harus mencuci tangan sampai siku
sebelum setiap prosedur, mengenakan gaun bedah, dan memakai sarung
tangan steril. Asisten scrub menyiram kateter, kabel pemandu, dan peralatan
invasif lainnya yang dapat digunakan di dalam sistem peredaran darah.
Mereka juga membantu dengan pertukaran kateter, kabel, dan perangkat
lainnya. juga dapat menyuntikkan obat- obatan seperti nitrogliserin,
34
heparin, penghambattrombosit IIB-IIIA, dan obat lain melalui kateter.
(Sandy & kenneth, 2019).
Perawat scrub atau asisten scrub dapat berperan sebagai asisten operator
dan tugas lain yang diperlukan dalam prosedur kateterisasi jantung.(PERKI,
2018). Peran perawat scrub diperlukan di meja pasien umtuk membantu
dokter dengan semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam
kateterisasi, membantu dalam pertukaran kateter dan manuver khusus
lainnya.(Kern, 2019).

35
Skema Patofisiologi Percutaneous Coronary menurut Muttaqin,2009

Aterosklerosis CAD Aliran darah ke arteri koroner menurun INTERVENSI

Bedah Non bedah Obat

Gagal
CABG PCI Fibrinolitik fibrinolitik

Elektif PCI ≥ 12 jam, tdk pd saat serangan Primary PCI ≤ 12 jam, pd saat serangan Early PCI > 12 jam pain menetap Rescue PCI

Intra PCI Resiko PCI Post PCI

Punctur Obat Wire


e

Heparin Zat Kontras Pembuluh darah Arteri abdominalis Aorta Perikardium Smber listrik jntung

M’hmbat Faktor Xa Mnyerap cairan Trombus lepas Vasospasme P’drahan intraperitoneal Tamponade Aritmia

Viskositas menurun Osmolaritas m’ningkat Diseksi Aorta


Ekstremitas Cerebral Arteri koroner

Resiko p’darahan Vasokonstriksi


Stroke AMI Resiko p’runan CO
ALI
Hipotensi
Aliran drah ke
ginjal mnurun
Gg. perfusi jar. ginjal
Pembuluh darah Luka Puncture Port the entry
Medulla hipoksia

Abnormal proses p’buhan luka Terputusnya Resiko Infeksi


CIN continuitas
jaringan
Fistula arteriovenosa Pseudoanurisma
Nyeri

Gangguan rasa nyaman

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematology


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian Pasien


Data umum klien paska intervensi PAC di Arteri Radialis kanan
3.1.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 54
Tahun Agama : Kristen
Suku :Indonesia
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Pangeran no 99 Wijaya kusuma Grogol
Tanggal masuk RS : 28 Maret 2022
Tanggal pengkajian : 28 Maret 2022
Diagnosa Masuk : APS CCS II CAD 1 VD Post PCI 1 DES di LAD
Diagnosa Post PCA : CAD I VD , ISR LAD
Tindakan : Elektif

3.1.2 Riwayat Penyakit


a. Keluhan Utama post Tindakan
Klien mengatakan nyeri didaerah luka tusuk diradialis kanan
Pencetus nyeri : Paska tindakan PAC
Kualitas : tertekan, kaku, keram,
nyeri Penjalaran : sampai kelengan kanan
Skala : 4 ( Sedang)
Lama : ±5 menit sekali ( hilang timbul)

35
b. Riwayat Penyakit sekarang

Klien mengatakan telah dilakukan kateterisasi tahun 2019 dan


dipasang 1 stent di Left Anterior Descending (LAD) dengan keluhan saat
itu nyeri dada tiba-tiba dan Saat aktivitas sehari-hari mudah lelah seperti
berjalan ±30 meter, tindakan Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
saat itu primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Kemudian
klien mengatakan masih nyeri dada masih hilang timbul, dilakukan treadmil
ulang pada tanggal 11-03/2022 dan hasilnya positif, disarankan
untuk dilakukan angiography pada tanggal 28/03/2022

c. Riwayat penyakit dahulu

Klien mempunyai riwayat penyakit Hepatitis B ditandai dengan Hbsag


reaktif, dan klien didiagnosa Angina Pectoris CCS II sebelumnya. Dan
Hipertensi
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang
serupa seperti penyakit jantung koroner, hepatitis, hipertensi , dan
diabetes.
e. Riwayat Alergi
Klien tidak mempunyai Alergi
f. Faktor Resiko
Klien mengatakan mempunyai kebiasaan merokok sebelumnya bisa
habis 1 bungkus 1 hari, dan minuman berakohol. Klien
mengatakan paska tindakan klien masih sesekali mempunyai kebiasaan
makan gorengan dan makanan bersantan.

36
3.1.3 Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital pasca tindakan post tindakan jam


10.00
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital :
- TD: 110/70 mmHg
- HR: 70x/menit
- RR: 20x/menit
- Suhu: 36,0 C
- SPO2 : 98%
- BB : 78 kg TB : 170cm
- Skala Nyeri 4

 Kulit :Warna kulit sawo matang, icterik, sianosis tidak


ada, kulit bersih tidak bersisik, turgor baik, Capillary refil
time ( CRT) kurang dari 3 dtk
 Kepala : Bekas trauma tidak ada, rambut tidak rontok.
 Mata :Pandangan tajam, sklera ikterik, konjungtiva tidak
anemis, secret tidak ada, tidak memakai alat bantu kaca mata.
 Telinga hidung dan tenggorokan : Pendengaran jelas,
penciuman tajam, tidak ada serumen di dalam hidung dan
telinga, nyeri saat menelan tidak ada.
 Gigi dan mulut : Gigi tampak kuning.
 Membrane mukosa merah, bibir lembab, tidak ada
sariawan, tidak memakai gigi palsu dan pasien mengatakan
tidak ada kesulitan saat mengunyah atau menelan.
 Jantung.:Bunyi jantung normal, tidak ada gallop dan
tidak ada murmur
 Paru-paru : Suara napas vesikuler ronchi tidak ada,
wheezing tidak ada, frekuensi 20 x/mnt, pergerakan dada
simetris, batuk tidak ada, sputum tidak ada

37
 Pencernaan
- Kebiasaan makan 2 – 3 kali/hari satu porsi makan,
nafsu makan baik, mual tidak ada. Klien menurut istri
klien suka makan bersantan. Tidak ada kembung
dan asites.
- Kebiasaan minum 1000 – 1500 cc per hari.
- Kebasaan buang air kecil 5 – 6 x/hari warna kuning,
jumlah ±1000 cc
- Kebiasaan buang air besar 1 kali sehari.
 Muskuloskeletal : Nyeri tidak ada, atropi tidak ada
dan kaku persendian tidak ada.
 Ekstremitas : Semua ekstremitas tidak ada oedema
dan pergerakan normal. tangan kanan tampak terpasang
niciban diradialis, pulsasi teraba.
 Persyarafan : Pasien mengatakan tidak mengalami
mati rasa, Hemiparase tidak ada, kejang tidak ada.
 Istirahat dan tidur : Pasien mengatakan tidur siang 1
jam, dan malam 6-7 jam

3.1.3 Pengkajian aspek psikososial dan spiritual


Klien mengatakan saat ini masih cemas mengenai penyakitnya
kedepannya terulang terus menerus. Klien mengatakan masih tidak
menyangka kenapa bisa terjadi sumbatan ulang padahal tidak merokok
lagi. Hasil dari tindakan yang dilakukan, pasien dapat berkomunikasi
dengan jelas dan mampu menyampaikan pendapat tentang
penyakitnya, keluarga pasien mengantar sampai pintu ruang
tindakan dan menunggu di ruang tunggu. Orang yang berpengaruh
bagi pasien saat ini adalah istri, pasien tinggal bersama istri dan 2
orang anaknya.pasien anak kedua dari empat bersaudara pasien bekerja
swasta, klien mengatakan situasi dirumah menyenangkan.

38
3.1.4 Pengkajian Selama Di Ruangan Kateterisasi
Tanda-Tanda vital
TD : 144/73 mmHg
RR : 17 x/menit
HR : 72 x/menit
Spo2 :97%
EKG : Sinus Rhytm

Selama diruang tindakan pasien mengatakan tidak ada


keluhan.Saat dilakukan anestesi local wajah klien tampak meringis,
dan pasien tampak tegang. Penusukan dilakukan di arteri
radialis kanan dengan dua kali penusukan, pertama jarum
masuk, darah mengucur keluar tetapi saat wire dimasukkan terjadi
tahanan, wire dicabut, jarum jg dicabut. Dilakukan penekanan
selama 5 menit. Setelah itu dilakukan penusukan , ketika
penusukan kedua berhasil, Setelah penusukan di arteri radialis
kanan dan masuk sheath radialis 5F, diberikan NTG 300mcg,
dan heparin 5000 unit. Kemudian masuk cateter optitorque 5 F.
Tekanan Aorta BP:138/72 mmHg, MAP: 94 mmHg, HR 67 kali
permenit, gambaran EKG sinus ritme.

3.1.5 Hasil Kateterisasi post tindakan : 28/03/2022


LM : Normal
LAD : Discrete Stenosis 70% di proksimal , ISR Type 1 C
dengan stenosis 40% di Mid
LCX : Normal
RCA : Normal
Kesimpulan : CAD IVD , ISR LAD Slow Flow di semua pembuluh
darah
Saran : PCI di LAD

39
Tindakan selesai post tindakan BP: 94/67 mmHg, HR 70 kali permeit,
gambaran EKG sinus ritme. Post tindakan di lakukan hemostasis
dengan nichiban dari pukul 09.30 wib dan dibuka pukul 11.30.
Sirkulasi distal baik dan tidak ada tanda- tanda perdarahan atau
hematoma. Lama tindakan : mulai jam 08.30 wib dan selesai jam
09.30 wib. Kontras : Haxiol 350 sebanyak 30 ml.

3.1.6 Pemeriksaan Penunjang ( 25/03/2022)


HB 13,5 d/dL CR 0.83
HT 40.1 ( L) HBSAg Reaktif
Leukosit 6650 K 3.6
Na 138 Anti HCV
UR 27.0 GDS 90 mg/dl
GFR 100 Swab : negatif
Trombosit : 168.000 ( L) APTT : 27,3

3.1.7 Therapy Medis


Miniaspi 80 mg 1x1 Simvastatin 1x20mg
Bisovel 1x2.5 mg Fasorbid 5mg (jika perlu)
Candestartan 1x8mg

40
3.1.8 Gambaran Ekg Terlampir (28-03-2022)

GAMBAR EKG POST TINDAKAN

1. Irama : Reguler
2. HR : 300 : 4,2= 71x/menit
3. Gelombang P :
4. P diikuti QRS 1:1
Lebar 0, 8 detik
Tinggi 1mm
5. Gel PR : 0,12 detik
6. Gel QRS : 0,04 ( kurang dari 0,12 detik (normal))
7. Gelombang ST
ST elevasi di V2 dan V3 : anterior septal
8. Gelombang T : semua positif kecuali di AVR dan V1
9. Axis : Normal Axis Lead I (+) AVF (+)
Kesimpulan : Sinus Rhytm dengan Stemi Anterior Septal

41
3.1.9 Pengkajian selama diruangan tindakan
- Mengkaji keluhan klien
- pasien mengatakan merasakan nyeri didaerah bekas tusukan
- Mengkaji daerah penusukan : tidak ditemukan adanya
hematoma, tidak ada perdarahan, terpasang niciban sampai pukul
11.30 wib
- Mengkaji tentang pemahaman klien paska tindakan diagnostic

PAC akses radial seperti berikut :

a Mengistirahatkan tangan kanan bekas tusukan

b Tidak menekuk area tangan kanan dibagian tusukan


c Tangan kanan tidak boleh dijadikan tumpuan
d Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg
selama 1 minggu untuk menghindari “stertching”/ peregangan
pada arteri radialis
e Beritahu perawat atau dokter bila terjadi keluhan berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
f Buka elastikon dan ganti dengan tensoplast setelah 12 jam
pemasangan elastikon (dirumah)
g Bila ada hematoma dan perdarahan segera hubungi
dokter atau perawat dan langsung ke rumah sakit (dirumah)
- pasien makan dan minum air putih 250, teh manis 300 cc
saat diruang RR Post, Pasien diedukasi minum air putih yang banyak
dengan berat badan 78 kg X 15cc = 1160/24 jam
- Sebelumnya dilakukan pengukuran hemodinamik mulai dari
setiap 15 menit dalam 1 jam sampai dengan setiap 30 menit
selam 1 jam dan menyakan keluhan pasien. Pasien masih merasa baal
jari-jari tangan kanan, tampak warna kulit d aerah t elapak t angan k
anan d an jari-jari agak gelap, CRT < 3 detik,kemudian mengkaji
pemahaman klien dan keluarga.

42
3.2 Analisa Data
Nama : Tn. M
Ruangan : Cathlab ODC
No Analisa Data Masalah Etiologi
1. DS : Klien mengatakan nyeri Gangguan Efek samping
didaerah luka tusuk diradialis Rasa Nyaman pasca
kanan prosedur PAC
P : Paska tindakan PAC
Q: tertekan, kaku, keram,
nyeri
R: sampai kelengan kanan
S: 4 ( Sedang)
T: ±5 menit sekali ( hilang
timbul)
DO :
Terpasang niciban diradialis
kanan dari jam 09.30 sampai
11.30
Skala Nyeri 4
TD: 110/70 mmHg
HR: 70x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,0 C
SPO2 : 98%
BB : 78 kg TB : 170cm
2. DS : Defisit Penyakit akut
klien mengatakan cemas karena Pengetahuan saat ini
adanya penyumbatan kembali
didalam stent yang sudah
dipasang tahun 2019

43
DO :

Hasil tindakan Angiografi ,


Discrete Stenosis 70% di
proksimal , ISR Type 1 C
dengan stenosis 40% di Mid,
saran tindakan selanjutnya
PCI di LAD

3 DO : Resiko Faktor Resiko


- Radialis Dextra terpasang perdarahan Paska
niciban dari jam 09.30 tindakan PAC
sampai 11.30
- Tidak tampak tanda-tanda
perdarahan di radialis dextra
- Post tindakan PAC
dan didapatkan terapi
saat tindkaan heparin 5000
unit Riwayat pengobatan
Miniaspi 80 mg 1x1
Simvastatin 1x20mg
Bisovel 1x2.5 mg
Candestartan 1x8mg
Fasorbid 5mg (jika perlu)
HT 40.1 ( L)
Trombosit : 168.000 ( L)
HB : 13,5 g/dl
APTT : 27,3

44
4. DS: klien mengatakan Resiko Perifer Faktor Resiko
tertekan, kaku, keram, tidak efektif Paska
nyeri di area penusukan tindakan PAC

Klien mengatakan tidak


ada kebas

DO :
- Radialis dextra tampak
terpasang niciban dari jam
09.30 sampai 11.30
- CRT < 3 Detik
- Akral Hangat
- Sianosis tidak ada
- Pulsasi Teraba
- Warna kulit tampak tidak
pucat, warna merah
- Hematome tidak ada
TD: 110/70 mmHg
HR: 70x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,0 C
SPO2 : 98%

DS : Klien mengatakan puasa Resiko Perfusi Faktor Resiko


5.
dari jam 06.00 Renal tidak Paska
DO : efektif tindakan PAC
Riwayat Hipertensi pemberian
Riwayat minum Alkohol dan kontras
merokok
UR 27.0, CR 0.83
GFR 100
HT 40.1 ( L)
Kontras Hexiol yang masuk
30cc

45
BB : 78 Kg
TB : 170 cm
Intake paska tindakan
Makan 1 porsi
Air putih 250
Teh 300
Total 550
Output paska tindakan
Urine 300 ( jam 10.00-11.30)
Total 300

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Rasa nyaman berhubungan dengan efek samping
pasca prosedur tindakan Percutaneous Angiography Coronary
(PAC)
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan penyakit akut saat ini
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor resiko paska
tindakan Percutaneous Angiography Coronary (PAC)
4. Resiko Perifer tidak efektif faktor resiko paska tindakan
Percutaneous Angiography Coronary (PAC)
5. Resiko Perfusi Renal tidak efektif Faktor Resiko Paska tindakan
Percutaneous Angiography Coronary (PAC) pemberian kontras

46
3.4 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteriahasil Intervensi


1 Gangguan Luaran tambahan Luaran utama: Manajemen Nyeri(I.08238) dan terapi relaksasi
Rasa nyaman Tingkat Nyeri (I.09326)
berhubungan (L.08066) Observasi:
dengan efek Setelah 1. Identifikasi lokasi karakteristik durasi, frekuensi, kualitas,
samping dilakukan intensitas nyeri
pasca intervensi keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri
prosedur selama <24 jam, maka 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
tindakan tingkat nyerimenurun, 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
PAC dengankriteriahasil: 5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi

 Keluhan nyeri 6. Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa gangguan

Menurun (5) 7. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan

Kontrol Nyeri ( L.08063) berirama

 Melaporkan nyeri Terapeutik:

terkontrol (1) 8. Berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

 Kemampuan Edukasi:
9. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman.

47
menggunakan teknik non 10 Anjurkan rileks
farmakologis (1) Kolaborasi:
 Keluhan nyeri : 1. Kolaborasi pemberian analgesik, jikaperlu
penggunaan analgesik ( 5)

2 Defisit Luaran tambahan Luaran Utama Dukungan keyakinan (L. 09259)


pengetahuan Observasi
Tingkat Ansietas ( L.09093)
Setelah 1. Identifikasi keyakinan , maslaah, dan tujuan perawatan
berhubungan
dilakukan Terapeutik
dengan
intervensi keperawatan 2. Integrasikan keyakinan dalam rencana perawatan sepanajng
penyakit
selama <24 jam, maka tidak membahayakan /beresiko keselamatan , sesuai
akut saat ini
ansietas menurun, kebutuhan
dengan kriteria hasil: Edukasi
 Verbalisasi khawatir 3. Jelaskan bahaya dan resiko yang terjadi jika berpikiran negatif

akibat kondisi yang 4. Jelaskan alternatif yang berdampak positif untuk memenuhi

dihadapi ( 5) keyakinan dan perawatan

Tingkat pengetahuan
(L.12111) Kolaborasi

 Pertanyaan tentang 5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan edukasi

masalah yang pemahaman untuk tindakan prosedur selanjutnya resiko, serta

dihadapi menurun Edukasi terkait penyakit

(5)

48
 Kemampuan Luaran Edukasi Diet (L12369)
menjelaskan 6. jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
pengetahuan tentang 7. informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
suatu topik perilaku 8. anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
sesuai dengan
pengetahuan meningkat
(5)
3. Resiko Luaran utama:Tingkat Intervensi: Pencegahan Perdarahan (I.02067) dan balut Tekan
perdarahan perdarahan(L.02017) (I02028)
berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
dengan keperawatanselama <24 jam , 1. Monitor tanda dan gelaja pendarahan
resiko pasca perdarahan tidak terjadi 2. Monitor tanda-tanda vital
tindakan dengan criteria hasil : 3. Monitor verban untuk memantau drainase luka
prosedur 1. Perdarahan pasca prosedur 4. Periksa kecepatan dan denyut nadi distal
PAC invasif menurun(5) 5. Periksa akral, kondisi kulit dan pengisian kapiler distal

2. Tekanan darah membaik Terapeutik:


(5) 6. Tekan arteri (presure point) yang mengarah kearah perdarahan
Edukasi:
7. Jelaskantanda dan gejalahematoma
8. Anjurkan segera melaporjikaterjadiperdarahan
9. Jelaskan tujuan dan prosedur balut tekan
Anjurkan membatasi gerak pada area cedera.

49
4. Resiko Luaran utama: Perfusi Intervensi perawatan sirkulasi ( L.02079)
perfusi perifer (L.02011) Setelah Observasi
perifer tidak dilakukan tindakan 1. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian
efektif keperawatanselama <24 jam , kalpiler, warna, suhu, angkle brachial index)
berhubungan Resiko Perfusi perifer tidak 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
dengan paska efektif tidak terjadi dengan ekstremitas
tindakan criteria hasil : Edukasi
prosedur 1. Kekuatan nadi perifer (5) 3. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan(
PAC 2. Warna kulit tidak pucat mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
(5) sembuh, hilangnya rasa)
3. Edema perifer tidak ada
(5)
4. Pengisian kapiler baik (5)
5. Akral hangat (5)
6. Turgor kulit baik (5)

50
5. Resiko Luaran utama: perfusi Manajemen Cairan (l.03098)
perfusi renal renal (L.02013) Setelah 1. Monitor status hidrasi ( frekuensi nadi , kekuatan nadi, akral, crt,
tidak efektif dilakukan tindakan kelembapan mukosa , turgor kulit, tekanan darah )
dengan faktor keperawatan selama <24 jam 2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan dan edukasi pasien
resiko pasca , Resiko Perfusi renal tidak 3. Monitor hasil laboratorium
PAC efektif tidak terjadi dengan
criteria hasil :
1. Jumlah urine meningkat
(5)
2. Kadar ureum kreatinin
baik (5)
3. Tekanan darah baik (5)

51
3.5 Implementasi
No Diagnosa Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
1. Gangguan Senin , 28 Jam 10.00 Jam 11.30
Rasa nyaman Maret 2022 1. Identifikasi lokasi karakteristik durasi, S : klien mengatakan nyeri
berhubungan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri berkurang
dengan efek Respon : Klien mengatakan nyeri didaerah luka P : Paska tindakan PAC
samping tusuk diradialis kanan Q: keram, nyeri
pasca P : Paska tindakan PAC R: sampai kelengan kanan
prosedur Q: tertekan, kaku, keram, nyeri S: 2 ( ringan )
tindakan R: sampai kelengan kanan T: ±2 menit sekali ( hilang
PAC S: 4 ( Sedang) timbul)
T: ±5 menit sekali ( hilang timbul O:
Tangan kanan tampak masih terpasang niciban Terpasang kassa dan elastis
dari jam 09.30 sampai 11.30 perban
Observasi ikatan niciban apakah terlalu Skala nyeri 2
kencang atau tidak , dan menanyakan apakah Klien tampak tenang
ada rasa kebas dan kesemutan dan mengurangi TD : 118/75 mmHG
tekanan niciban 1 jam sekali jika perlu HR: 70 x/menit
2. Identifikasi skala nyeri RR: 20 x/menit

52
dengan menonton TV, menyarankan untuk Spo2 dijari manis 97% di jempol
istirahat tidur . dan memberikan edukasi juga 96%
untuk
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama A: Masalah teratasi
lambat dan berirama Keluhan nyeri 3 4
Repson : dilakukan saat melakukan pengkajian Menurun
kepasien, dengan komunikasi terapeutik yang Melaporkan nyeri 1 1
baik terkontrol
5. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Respon : saat ini pasien belum membutuhkan Kemampuan 1 1
terapi farmakologi menggunakan
6. Beri posisi nyaman teknik non
Respon : mengatur posisi nyaman tangan farmakologis
kanan atau pasca tindakan di radialis dextra Penggunaan 5 5
dengan menopang atau elevasi tidak analgesik
menurun kebawah Keterangan :
Tingkat nyeri
(5) menurun (4) cukup (3)
sedang (2) cukup meningkat (1)

53
meningkat
Kontrol nyeri
(1)Menurun (2) cukup (3) sedang
(4) cukup meningkat (5)
meningkat
Kontrol nyeri farmakologis
5) menurun (4) cukup (3) sedang
(2) cukup meningkat (1)
meningkat
P : Intervensi dihentikan
Edukasi kepasien saat pulang
Mengistirahatkan tangan kanan
bekas tusukan, Tidak menekuk
area tangan kanan dibagian
tusukan, Tangan kanan tidak
boleh dijadikan tumpuan,
Anjurkan untuk tidak
mengangkat beban lebih dari 5
kg selama 1 minggu untuk

54
menghindari “stertching”/
peregangan pada arteri radialis,
Beritahu perawat atau dokter
bila terjadi keluhan berhubungan
dengan gangguan sirkulasi (
kebas, mati rasa ) saat dirumah ,
Buka elastikon dan ganti
dengan tensoplast setelah 12
jam pemasangan elastikon
(dirumah)
Bila ada hematoma dan
perdarahan segera hubungi
dokter atau perawat dan
langsung ke rumah sakit
(dirumah)

2 Defisit Senin , 28 1. Identifikasi keyakinan , maslaah, dan tujuan Jam 11.30


pengetahuan perawatan
Maret 2022 S : klien mengatakan saat ini
berhubungan
Respon : klien mengatakan merasa cemas sedikit tenang setelah dijelaskan.
dengan

55
penyakit untuk penyakitnya kedepannya akan sering Klien mengatakan akan mencoba
akut saat ini berulang berpikir positif dan akan
2. Integrasikan keyakinan dalam rencana mengikuti prosedur yang akan
perawatan sepanjang tidak membahayakan dilakukan
/beresiko keselamatan , sesuai kebutuhan O:
Respon : klien diberikan kembali penjelasan Klien tampak mulai tenang
singkat menegani hasil prosedur yang ditandai dengan respon pasien
sebelumnya juga sudah diinfokan oleh dokter , yang kooperatif
klien juga sebelumnya sudah pernah melakukan A:
tindakan PCI dan sudah diberikan inform  Verbalisasi 3 4
consent sebelumnya, dan dianjurkan konsultasi khawatir
kembali. Klien secara komunikasi memahami akibat
hal tersebut kondisi
3. Jelaskan bahaya dan resiko yang terjadi jika yang
berpikiran negatif dihadapi
Respon : memberikan edukasi untuk senantiasa
berpikir positif , dengan mengedukasi saat
dirumah untuk pelan pelan melakukan pola
hidup sehat, serta pendekatan spiritual, dan

56
mencoba aktivitas ringan, dikstrasi dengan cara
melakukan hobi yang disukai. Respon pasien Pertanya 2 4
an
kooperatif tentang
4. Jelaskan alternatif yang berdampak positif masalah
yang
untuk memenuhi keyakinan dan perawatan dihadapi
Respon : memberikan edukasi bahwa dampak menurun
Kemamp 3 4
berpikir positif baik untuk kesehatan yaitu uan
mempersiakan tubuh dengan baik , mengikuti menjelas
kan
anjuran dokter, yang nantinya berdampak pengetah
keberhasilan prosedur tindakan nantinya. uan
tentang
Respon pasien kooperatif. suatu
5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan topik
perilaku
edukasi pemahaman untuk tindakan prosedur sesuai
selanjutnya resiko, serta edukasi terkait dengan
pengetah
penyakit. uan
Respon : kolaborasi dengan dokter untuk meningk
at

57
menjelaskan hasil prosedur, terapi yang akan
diberikan yaitu Miniaspi 80 mg 1x1,Fasorbid
5mg ( Bila Perlu), Simvastatin 1x20mg, Bisovel

58
1x2.5 mg, Candestartan 1x8mg, prosedur yang keterangan
akan dilakukan selanjutnya, serta resiko yang Tingkat Ansietas
akan terjadi, respon pasien kooperatif. 5) menurun (4) cukup (3) sedang
6. jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan (2) cukup meningkat (1)
meningkat.
Respon : klien mempunyai kebiasaan pola makan
yang tidak sehat , klien diberikan edukasi kembali Tingkat pengetahuan
5) menurun (4) cukup (3) sedang
melalaui SAP
(2) cukup meningkat (1)
7. informasikan makanan yang diperbolehkan dan
Tingkat pengetahuan pasien
dilarang
5) meningkat (4) cukup meningkat
Respon : klien diberikan edukasi terlampir
(3) sedang (2) cukup (1) menurun
8. anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
Respon : klien diberikan edukasi terlampir P : Intervensi dihentikan
Edukasi kepasien pulang
Berpikir positif , lakukan
aktivitas atau hobi yang disukai
sesuai kemampuan, selalu
kontrol, pendekatan spiritual,
dan pola hidup sehat, dan minum
terapi sesuai anjuran dokter

59
3. Resiko Senin , 28 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan S: -
perdarahan Maret 2022 Respon : O:
berhubungan Post tindakan PAC dan didapatkan terapi saat Darah tidak mengalir lagi dan
dengan tindkaan heparin 5000 unit tidak ada tanda perdarahan
resiko pasca Riwayat pengobatan Tidak ada hematome
tindakan Miniaspi 80 mg 1x1 Pulsasi masih teraba kuat
prosedur Simvastatin 1x20mg CRT <3 detik
PAC Bisovel 1x2.5 mg Terpasang kassa dan elastis
Candestartan 1x8mg perban
Fasorbid 5mg Akral hangat
HB 13,5 APTT 27,3
Sianosis tidak ada
HT 40.1 ( L) TD : 118/75 mmHG
Trombosit : 168.000 ( L) HR: 70 x/menit
Terpasang niciban diradialis dextra dari jam RR: 20 x/menit
09.30 sampai 11.30 Spo2 dijari manis 97% di jempol
Tidak tampak tanda perdarahan 96%
HB 13,5
2. Monitor tanda-tanda vital APTT 27,3
Respon: HT 40.1 ( L)
TD: 110/70 mmHg Trombosit : 168.000 ( L)

60
HR: 70x/menit A:
RR: 20x/menit Perdarahan 3 5
Suhu: 36,0 C pasca
SPO2 : 98% prosedur
3. Monitor verban untuk memantau drainase luka invasif
Respon : tidak ada rembesan didaerah niciban menurun
4. Periksa kecepatan dan denyut nadi distal Tekanan 5 5
Respon : Nadi teratur , pulsasi distal teraba darah
kuat membaik
5. Periksa akral, kondisi kulit dan pengisian Keterangan
kapiler distal Tingkat perdarahan
Respon : Akral hangat , tidak ada tanda 5) menurun (4) cukup (3) sedang
sianosis CRT <3 detik, penekanan niciban (2) cukup meningkat (1)
cukup, niciban terpasang dari jam 09.30 diaff meningkat
jam 11.30 Tanda tanda vital
(5)membaik, (4) cukup membaik,
(3) cukup, (2) cukup, memburuk
(1) memburuk
P : Intervensi dihentikan

61
Edukasi kepasien saat pulang
Mengistirahatkan tangan kanan
bekas tusukan, Tidak menekuk
area tangan kanan dibagian
tusukan, Tangan kanan tidak
boleh dijadikan tumpuan,
Anjurkan untuk tidak
mengangkat beban lebih dari 5
kg selama 1 minggu untuk
menghindari “stertching”/
peregangan pada arteri radialis,
Beritahu perawat atau dokter
bila terjadi keluhan berhubungan
dengan gangguan sirkulasi (
kebas, mati rasa ) saat dirumah ,
Buka elastikon dan ganti
dengan tensoplast setelah 12
jam pemasangan elastikon
(dirumah)

62
Bila ada hematoma dan
perdarahan segera hubungi dokter
atau perawat dan langsung ke
rumah sakit.

63
4. Resiko perfusi Senin , 28 Observasi Jam 11.30
perifer tidak Maret 2022 1. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, S : klien mengatakan nyeri
efektif edema, pengisian kalpiler, warna, suhu, berkurang
berhubungan angkle brachial index) P : Paska tindakan PAC
dengan paska Respon : Radialis dextra tampak terpasang Q: keram, nyeri
tindakan niciban dari jam 09.30 sampai 11.30 , CRT R: sampai kelengan kanan
prosedur PAC < 3 Detik , Akral Hangat, Sianosis tidak S: 2 ( ringan )
ada, Pulsasi Teraba, Warna kulit tampak T: ±2 menit sekali ( hilang
tidak pucat, warna merah , Hematome tidak timbul)
ada , TD: 110/70 mmHg, HR: 70x/menit Klien mengatakan tidak ada rasa
RR: 20x/menit, Suhu: 36,0 C SPO2 : 98% kebas
BB : 78 kg TB : 170cm O:
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau Terpasang kassa dan elastis
bengkak pada ekstremitas perban
Respon : tidak ada panas , tidak ada Skala nyeri 2
kemerahan nyeri skala 4 oedem tidak ada Klien tampak tenang
fungsi ektremitas baik. TD : 118/75 mmHG
HR: 70 x/menit
RR: 20 x/menit

64
3. Informasikan tanda dan gejala darurat yang - CRT < 3 Detik
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang - Akral Hangat
tidak hilang saat istirahat, luka tidak - Sianosis tidak ada
sembuh, hilangnya rasa) - Pulsasi Teraba
Respon : klien mengatakan tertekan, - Warna kulit tampak tidak pucat
kaku, keram, nyeri di area penusukan warna merah
Klien mengatakan tidak ada kebas, - Hematome tidak ada
edukasi dibagian niciban tidak boleh A:
ditekuk, edukasi klien dilampirkan di Kekuatan nadi 5 5
SAP untuk perawatan dirumah perifer
Warna kulit tidak 5 5
pucat
Edema perifer tidak 5 5
ada
Pengisian kapiler 5 5
baik
Akral hangat 5 5
Turgor kulit baik 5 5

Perfusi perifer
Ket :
(5)membaik, (4) cukup membaik,
(3) cukup, (2) cukup, memburuk (1)
memburuk

65
P : Intervensi dihentikan
Edukasi pasien pulang
Mengistirahatkan tangan kanan
bekas tusukan, Tidak menekuk area
tangan kanan dibagian tusukan,
Tangan kanan tidak boleh dijadikan
tumpuan, Anjurkan untuk tidak
mengangkat beban lebih dari 5 kg
selama 1 minggu untuk menghindari
“stertching”/ peregangan pada arteri
radialis, Beritahu perawat atau
dokter bila terjadi keluhan
berhubungan dengan gangguan
sirkulasi ( kebas, mati rasa ) saat
dirumah , Buka elastikon dan ganti
dengan tensoplast setelah 12
jam pemasangan elastikon
(dirumah), Bila ada hematoma
dan perdarahan segera hubungi
dokter atau perawat dan
langsung ke rumah sakit
(dirumah)

66
5. Resiko Senin , 28 1. Monitor status hidrasi ( frekuensi nadi , S : klien mengatakan akan banyak
Perfusi Maret 2022 kekuatan nadi, akral, CRT, kelembapan minum dan klien mengatakan
Renal mukosa , turgor kulit, tekanan darah ) mengerti
tidak Respon :klien puasa dari jam 06.00, HR Klien mengatakan buang air kecil
efektif 70x/menit, nadi adekuat , akral hangat , CRT lancar dan warna urine kuning
Faktor <3detik, mukosa lembab, turgor kulit baik, biasa
Resiko 110/70, O:
Paska 2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan dan Klien tampak kooperatif
tindak edukasi pasien Klien tampak makan , minum teh
an Respon : Intake paska tindakan 300cc, dan minum air putih
Percut Makan 1 porsi hangat , edukasi klien untuk
aneous Air putih 250 minum 1160 selama 24 jam
Angiog Teh 300 Klien tampak buang air kecil
raphy Total 550 Belum ada evaluasi untuk labor ,
Coron Output paska tindakan labor masih
ary Urine 300 ( jam 10.00-11.30) UR 27.0
(PAC) Total 300 CR 0.83
pembe 3. Monitor hasil laboratorium GFR 100
rian Respon : HT 40.1 ( L)
kontra UR 27.0 HB : 13,13,5 g/dl TD : 118/75 mmHG
s CR 0.83 APTT : 27,3 HR: 70 x/menit
GFR 100 CRT < 3 detik
HT 40.1 ( L)

67
Kontras Hexiol yang masuk 30cc
A:
Jumlah urine 5 5
meningkat
Kadar ureum 5 5
kreatinin baik
Tekanan darah 5 5
baik

Perfusi Renal
Ket :
(5)membaik, (4) cukup
membaik, (3) cukup, (2) cukup,
memburuk (1) memburuk
P : Intervensi dihentikan
Edukasi kebutuhan cairan selama
24 jam

68
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data secara
komprehensif dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2016).
Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nurarif, 2015).
Berdasarkan hasil pengkajian pada asuhan keperawatan yang
diberikan, pada kasus pasien angiography coronary dengan riwayat APS II
CAD post PCI 1 des di LAD pada Tn. M umur 54 tahun dengan data
subyektif dan obyektif , Klien mengatakan nyeri didaerah luka tusuk
diradialis kanan, P : Paska tindakan PAC, Q: tertekan, kaku, keram, nyeri,
R: sampai kelengan kanan , S: 4 ( Sedang), T: ±5 menit sekali ( hilang
timbul), Terpasang niciban diradialis kanan dari jam 09.30 sampai 11.30,
Skala Nyeri 4, TD: 110/70 mmHg, HR: 70x/menit, RR: 20x/menit, Suhu:
36,0 C, SPO2 : 98%, BB : 78 kg TB : 170cm, klien mengatakan masih
cemas tentang penyakitnya Riwayat pengobatan , Miniaspi 80 mg 1x,
Simvastatin 1x20mg, Bisovel 1x2.5 mg, Candestartan 1x8mg, Fasorbid
5mg (jika perlu), HT 40.1 ( L), Trombosit : 168.000 ( L).
Pengkajian ini adanya kesamaan berdasarkan teori. angiografi koroner
adalah tindakan pemeriksaan keadaan arteri koroner dengan penyuntikan
bahan kontras ke arteri koroner melalui kateter sampai ke osteal arteri
coroner kemudian digambar menggunakan sinar X. tindakan yang
dilakukan diawal sebelum dilakukan pengambilan gambar yaitu dengan

69
dilakukan pemberian lidocain dan dilakukan puncture. Unfractionated
heparin 2000-5000 unit IV diberikan pada prosedur angiografi koroner
dengan akses arteri brakhialis atau radialis dan pasien dengan risiko tinggi
komplikasi tromboemboli.
Nichiban adalah suatu alat yang digunakan untuk menekan luka
tusuk tempat masuknya sheath pada arteri radialis dengan
menggunakan spon perekat yang mana paska tindakan menyebabkan
kurangnya rasa nyaman karena penekanan yang cukup kuat untuk
menghentikan perdarahan pasca tindakan. Sementara itu menurut
dr.paulina dalam alomedika (2020) mengatakan onset kerja lidocain
apabila digunakan dalam jaringan onset 1-5 menit. Efek setelah dari
lidocain dapat menybabkan gejala terasa seperti nyeri, kram dan terasa
seperti pegal.
Menurut Tiga kriteria keberhasilan PCI antara lain adalah
keberhasilan angiografi, keberhasilan prosedur, dan keberhasilan klinis.
Keberhasilan angiografi didefinisikan sebagai pengurangan penyempitan
sampai 50% untuk pemasangan balon atau pengurangan penyempitan
menjadi 10% pada pemasangan stent. Keberhasilan prosedur adalah bila
keberhasilan angiografi ditambah dengan terhindarnya pasien dari
komplikasi-komplikasi major. Keberhasilan klinis adalah bila keberhasilan
angiografi dan keberhasilan prosedur diikuti oleh berkurangnya
gejala/tanda iskemia. Keberhasilan klinis yang berlanjut sampai paling
tidak 9 bulan disebut keberhasilan klinis jangka panjang ( Justin , 2019)
Restenosis atau pengurangan diameter lumen pasca Angioplasti Balon
(AB) merupakan respon penyembuhan terhadap kerusakan mekanik akibat
cedera dinding pembuluh darah arteri . Hasil dari pengkajian untuk pada
pasien ini yaitu didapatkan Intra Stent Restenosis ( ISR) yaitu termasuk
jenis intra stent. Adapun indikasi terjadinya Intra Stent Restenosis ( ISR)
memiliki kesamaan yaitu pada pengkajian pasien ini klien mempunyai
riwayat hipertensi dan mempunyai faktor resiko.

70
4.2 Diagnosa
Pada kasus yang dibahas didapatkan 3 diagnosa yaitu Gangguan Rasa
nyaman berhubungan dengan efek samping pasca prosedur tindakan
PAC,Ansietas berhubungan dengan penyakit akut saat ini, Resiko
perdarahan berhubungan dengan faktor resiko paska tindakan PAC. Ada
kesamaan dengan teori yang didapatkan hanya faktor yang berhubungan
yang berbeda, diagnosa juga sudah disesuaikan dengan standar diagnosa
keperawatan indonesia.

4.3 Intervensi
Berdasarkan data diagnosa keperawatan yang telahditegakkan, pada tahap
ini penulisan kan membahas keterkaitan antara perencanaan yang dibuat
dengan teori yang dipakai. Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan
Standar IntervensiKeperawatan Indonesia (SIKI) yang dilakukan pada
diagnosa:
1. Gangguan Rasa nyaman berhubungan dengan efek samping pasca
prosedur tindakan Percutaneous Angiography Coronary (PAC)dengan
kriteria hasil Keluhan nyeri Menurun , Melaporkan nyeri terkontrol,
Kemampuan menggunakan teknik non farmakologis, Keluhan nyeri :
penggunaan analgesik (jika diperlukan)
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan penyakit akut saat ini
dengan kriteria hasil Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun, Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun,
Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik perilaku
sesuai dengan pengetahuan meningkat
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor resiko paska tindakan
Percutaneous Angiography Coronary (PAC) dengan kriteria hasil
Perdarahan pasca prosedur invasif menurun, Tekanan darah membaik
4. Resiko Perifer tidak efektif faktor resiko paska tindakan Percutaneous
Angiography Coronary (PAC) Kriteria hasil Kekuatan nadi perifer,

71
Warna kulit tidak pucat, Edema perifer tidak ada, Pengisian kapiler
baik, Akral hangat, Turgor kulit baik
5. Resiko Perfusi Renal tidak efektif Faktor Resiko Paska tindakan
Percutaneous Angiography Coronary (PAC) pemberian kontras
kriteria hasil Jumlah urine meningkat , Kadar ureum kreatinin baik ,
Tekanan darah baik

4.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempatdari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2012). Implementasi keperawatan pada Tn. M dimulai pada saat
post tindakan angiografi koroner yaitu tanggal 28Maret 2022 jam 10.00
setelah pasien meninggalkanr uang Cath Lab dan di observasi di ruang
recovery room (RR). Penulis melakukan implementasi keperawatan
berdasarkan intervensi/ rencana asuhan keperawatan yang telah di
tetapkan.

4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan untuk membantu klien mengatasi
masalah kesehatan actual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial
dan mempertahankan status kesehatan. Evaluasi terhadap tujuan asuhan
keperawatan menentukan tujuan ini telah terlaksana (Potter, 2016).
Penulis mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien
mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa
keperawatan. Pada evaluasi penulis menyesuaikan dengan teori yang ada
yaitu SOAP yang berarti S adalah subjektif keluhan utama klien, O adalah
objektif hasil pemeriksaan, A adalah perbandingan data dengan teori dan P
adalah perencanaan yang akan dilakukan (Asmadi, 2011).Dalam kasus ini
klien mengalami kemajuan yaitu dilihat dari kriteria hasil yang dicapai ,
data subjektif pasien data subjektif pasien .

72
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Angiografi koroner adalah salah satu pemeriksaan invasif untuk


menggambarkan keadaan arteri koroner jantung dengan cara memasukkan
kateter pembuluh darah kedalam tubuh dan menginjeksikan cairan kontras
untuk memberikan gambaran pembuluh darah koroner pada pencitraan
sinar-X segera setelah kontras diinjeksikan. Angiografi koroner merupakan
pemeriksaan yang paling akurat dan sesuai standar untuk mengidentifikasi
penyempitan pembuluh darah yang berhubungan dengan proses
aterosklerosis di arteri koroner jantung.

Angiografi koroner dilakukan dengan memasukkan kateter melalui


arteri femoralis (Judkins) atau arteri radialis yang didorong sampai ke
aorta assendens dan diarahkan ke arteri koronaria yang dituju dengan
bantuan fluoroskopi.

Proses keperawatan yang dilakukan selama pasien menjalani


tindakan PAC di mulai dari ruangan pre kateterisasi, intra kateterisasi, dan
post kateterisasi, meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, rencana
tndakan, intervensi keperawatan dan evaluasi sangatlah berperan penting
terhadap kondisi pasien. Kelengkapan data saat pengkajian akan
menentukan diagnose yang actual dan potensial serta intervensi yang akan
dilakukan oleh perawat.

73
5.2 SARAN
Selama penulis mengikuti pelatihan di Unit Diagnostik
Invasif dan Intervensi Non bedah penulis mendapat kendala yaitu:

1. Kurangnya sarana buku panduan materi kateterisasi jantung


sehingga penulis yang baru terjun di dunia kateterisasi
mengalami kendala dan kurang dan kurang percaya diri.
2. Ikatan persaudaran yang ada di ruang Diagnostik Invasif dan
Intervensi non Bedah sangatlah baik dan lebih ditingkatkan lagi
agar tali persaudaraan kita tetap terjalin walaupun penulis sudah
tidak pelatihan di tempat ini lagi

74
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. (2019). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddarth.2020 Buku ajar medikal bedah Edisi 8. Volume 2. Jakarta
:EGC.

Hanafi, dkk.2019.Ilmu Penyakit Dalam jilid III.Penyadapan jantung (Cardiac


Catheterization) Jakarta: FKUI.

Jasmin C. 2011. Procedural Techniques of Coronary Angiography.http://www.


intechopen.com/books/advances-in-the-diagnosis-of
coronaryatherosclerosis/procedural-techniques-of-coronary-angiography.
diakses tanggal 27 September 2017.

KodaKimble, M. A, Young, L. Y, Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Guglielmo, B.


J., Kradjan, W. A., Williams, B. R., 2019, Applied Therapeutics: The
Clinical Use Of Drugs, 9th Edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar –


RISKESDAS, 2013

Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. (2017). Braunwald’s heart disease: A
textbook of cardiovascular medicine. 8th ed. Philadelphia: Saunders

Morton J.Kern .2018. The Catheterization Handbook. Philadelphia: Saunders


ElsevierNational Kydney and Transplant Institute.2013.Management
Protocol : Preventing of Contrast Induced Acute Kydney Injury following
the Intravascular administration of Iodinate Contrast Media.Phillipine.

Rokhaeni, Heni, Elly Purnamasari & Anna Ulfah Rahayoe (2018), Buku Ajar
Keperawatan Kardiovaskuler Edisi pertama. Jakarta: Bidang Pendidikan
& Pelatihan Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Sinaga, 2009. Perbandingan efektifitas penggunaan bantal pasir sebagai
penekanan mekanikal di lokasi punksi arteri femoralis sebagai
akses kateter. http://www.ib.ui.ac.id/file?file=digital/125072-
TESIS0600%20Sin%20N09p-Perbandingan%20Efektif-
Pendahuluan.pdf. Diakses tanggal 9 Maret 2016 pk. 20.00 WIB.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Sdki), Jakarta PPNI.2017.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Siki), Jakarta PPNI 2017

Tavakol, Morteza. Ashraf, Salman. Brener, Sorin J. 2018. Risk and


Complications of Coronary Angiography : A Comprehensive
Review. New York Methodist Hospital: United States of America
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
EDUKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA CORONARY
ARTERY DESEASE, MANAJEMEN PENCEGAHAN
PERFUSI RENAL DAN PERFUSI
PERIFER

Pokok Bahasan : Edukasi Kesehatan

Sub Pokok Bahasan : Faktor Resiko Terjadinya Coronary Artery Desease,

Manajemen Pencegahan Perfusi Renal dan Perfusi

Perifer

Hari, tanggal : 28 Maret 2022

Waktu : 12.00 WIB

Tempat : RR (Recovery Room) Cathlab

Sasaran Penyuluhan : pasien (Tn.M) dan keluarga

Pelaksana : Ns. Agnes Amalia S.Kep

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran selama 15 menit, sasaran
diharapkan memahami tentang faktor resiko penyebab
coronary artery desease, Manajemen Pencegahan Perfusi
Renal, Perfusi Perifer, Dan Perawatan Pasca Pulang
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan diharapkan pasien mengerti
1. Apa itu Coronary Artery Desease?
2. Apa Saja faktor yang menyebabkan Coronary Artery
Desease?
3. Apa tujuan diet ?
4. Apa diet yang dianjurkan ?
5. Olahraga apa yang disarankan ?
6. Bagaimana Pencegahan Resiko Perfusi Renal ?
7. Bagaimana Perawatan Pasca Pulang resiko terjadinya
perfusi perifer?

B. Metode
Ceramah ,diskusi dan tanya jawab

C. Media
-
D. Materi
(Terlampir)

E. Rancangan Kegiatan
Langkah –
Waktu KegiatanPenyuluhan KegiatanSasaran
No langkah
1 Pendahulu 2 menit  Memberisalam dan  Menjawabsalam
an memperkenalkandiri
 Menjelaskan maksud dan  Mendengarkan
tujuan penyuluhan
 Melakukan Evaluasi  Menjawabpertanya

Validasi an
2 Penyajian 7 menit Menjelaskan materi
penyuluhan mengenai :  Mendengarkanden
1. Apa itu Coronary Artery ganseksama
Desease?  Mengajukanpertan
2. Apa Saja faktor yang yaan
menyebabkan Coronary
Artery Desease?
3. Apa tujuan Diet?
4. Apa diet yang dianjurkan
?
5. Olahraga apa yang
disarankan?
6. Bagaimana Pencegahan
Resiko Perfusi Renal ?
7. Bagaimana Perawatan
Pasca Pulang resiko
terjadinya perfusi
perifer?

3 Evaluasi 5 menit  Memberikan pertanyaan  Menjawab


akhir sebagai evaluasi
4 Penutup 2 menit  Menyimpulkan bersama-  mendengarkan
sama hasil kegiatan
penyuluhan
 menjawab salam
 Menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam
MATERI

1. Apa itu Coronary Artery Desease?


Coronary Artery Desease (CAD) atau penyakit arteri koroner adalah
kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan
abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi
arteri dan penurunan aliran darah ke jantung (Brunner dan Suddath,
2019).
- Arteriosclerosis / Atherosklerosis
Adalah penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koroner,
sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. bila
lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran pembuluh darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokard. Atau beberapa
factor yang dapat dijelaskan sebagai berikut ( kasuari,2017)
a. Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil
yang tampak bagaikan garis lemak.
b. Penimbunan lemak,terutama beta lipoprotein yang mengandung
banyak kolesterol pada tunika intima dan media bagian dalam Lesi
yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosa
c. Timbul ateroma atau komplek plak aterosklerotik yang terdiri
dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris selluler dan
kapiler
d. Perubahan degenerative dinding arteri
- Thrombosis arteri koroner
Terjadi thrombus disebabkan oleh rupture plak yang kemudian
diikuti oleh pembentukan thrombus oleh trombosit atau secara ringkas
di jelaskan: penyempitan lumen progresif.Akibat pembesaran
plak,perdarahan pada plak ateroma, pembentukan thrombus yang di
awali dengan agresif trombosit, embolisasi thrombus atau
pragmenplak dan spasme arteri koroner.
- Spasme arteri koroner
Terjadi karena hiper aktifitas system syaraf simpatis
- Kebutuhan oksigen yang meningkat
- Prolong hipertensi
- Aorta stenosis atau aorta insufisiensi

2. Apa saja faktor penyebab Coronary Artery Desease?


Terdapat beberapa risiko yang dapat menimbulkan aterosklerotik yang
terbagi menjadi dua bagian yaitu :
- Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu
a. Usia
Semakin tinggi usia semakin mudah terkena serangan jantung,
oleh karena sebelum umur 10 thn Fatty streak pada intima pembuluh
arteri koroner telah ada, dan apabila kadar kolesterol tidak
terkendali pada usia 20 tahun maka akan berkembang menjadi plak
fibrosa dan akan menutupi lumen pembuluh darah arteri koroner
b. Jenis Kelamin
Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita
sebelum menopause karena di duga pengaruh hormone estrogen,
namun setelah menaupause, frekwensinya sama pria dan wanita
c. Riwayat keluarga
Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan Coronary Artery
Desease (CAD) lebih dsapat terjadi serangan jantung 3 – 5 kali
dibandingkan dengan yang tidak
d. Ras
Orang kulit putih lebih sering terjadi Coronary Artery Desease (CAD)
dibandingkan orang kulit berwarna.
- Faktor risiko yang dapat di ubah yaitu:
a. Peningkatan Lipid
Peningkatan kadar kolesterol, trigliserida dan fosfolipid.
b. Hipertensi
Benturan atau gesekan aliran di duga menyebabkan
trauma mekanik pada lapisan terdalam yaitu endotel yang
menimbulkan cedera atau robekan lapisan endotel intima yang
diikuti oleh reaksi radang akibat cidera dan reaksi radang
menimbulkan adanya agregasi platelet. Untuk tujuan proses
penyembuhan, platelet yang beragregasi akan melepaskan factor
perangsang pertumbuhan jaringan yang disebut dengan growing
stimulating factor.
c. Faktor pertumbuhan ini akan menyebabkan terjadinya proses
proliperasi melalui proses pembelahan sel dari sel otot polos
dengan tujuan menutupi cidera atau robekan yang terjadi pada
lapisan endotel.
d. Cedera lapisan yang berlangsung lama dan berulang ulang
menyebabkan gangguan pembentukan lapisan endotel dan
proliferasi sel otot polos berlangsung terus, akibatnya dinding
pembuluh darah menjadi tebal dan elastisitasnya menjadi
berkurang.
e. Merokok
Pengaruh langsung dari zat-zat yang terkandung dalam rokok
dapat merangsang proses aterosklerotik seperti : karbon
monoksida dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri, nikotin
menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambah
reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan dinding arteri,
sedangkan glikorotein tembakau dapat menimbulkan reaksi
hipersensitif dinding artery
f. Diabetes Melitus
Kondisi hiperglikemi akan menimbulkan gangguan
methabolisme,yang akan merusak endotel pembuluh darah
koroner. Kerusakan endotel berlanjut didukung oleh kondisi
hemoreologi dan dengan cepat akan membentuk ateroma
sehimgga mempermudah teradinya penyakit jantung koroner
g. Obesitas.
Kelebihan berat badan harus dikendalikan karena berhubungan
dengan penyakit maupun factor risiko lainnya.
h. Stress / pola prilaku.
Stress emosional yang berturut-turut erat hubungannya
dengan ketidakseimbangan system simpatik parasimpatis
sehingga terjadi peningkatan katekolamin dan tekanan darah yang
mendadak, sehingga menjadi stress emosi kronis. Peningkatan
neorohormonal ini secara fisiologis dan metabolic akan
menyebabkan disfungsi endotel sehingga mempercepat proses
ateroskleros.

3. Apa tujuan dilakukan diet?


Untuk menurunkan faktor resiko terjadinya coronary artery Desease
4. Apa diet yang dianjurkan?
Bahan makanan dan Dianjurkan Dibatasi / dihindari
makanan
Sumber Kabohidrat Beras merah, roti Kue-kue, cake ,
gandum, avemout, biskuit, pastries,
makaroni, jagung, gula
kentang, ubi dan serea
Sumber protein Ayam tanpa kulit, ikan Daging udang,
hewani segar, susu non fat bebek, kuning telur,
otak, limpa, ginjal,
ham, sosis, babat,
usus, cumi, sarden
kaleng

Sumber protein Tempe, tahu, oncom dan


nabati kacang-kacangan (
kacang ( kacang hijau,
kacang tanah, kedelai)
Sayuran Semua jenis sayuran

Buah-buahan Semua buah kecuali Durian


durian
Lemak 1) Yang mengandung Margarine yang
lemak tak jenuh mengandung lemak
2) Dalam jumlah sesuai jenuh : minyak yang
kebutuhan : minyak berasal dari hewan :
yang berasal dari lemak sapi, babi,
tumbuh-tumbuhan , kambing, susu
minyak kelapa, penuh ( full cream)
minyak jagung, cream keju, mentega
minyak kedelai,
minyak wijen, minyak
biji bunga matahari,
minyak zaitun
3) Makanan yang tidak
berlemak dan
menggunakan santan
encer, gunakan
minyak hanya untuk
menumis
4) Makanan yang
ditumis lebih
dianjurkan dari pada
digoreng
Lain-Lain Alkohol , arak , bir,
soft drink

5. Apa olahraga yang dianjurkan ?


Menurut kemenkes RI, 2018 untuk olahraga yang bersifat aerobik,
seperti jalan kaki, lari, yoga, dan bersepeda santai yang dapat memicu
pelepasan hormon endorfin. Olahraga bisa dilakukan rutin selama 30
menit selama 3-5 kali seminggu, disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing.
Hentikan jika :
- Nyeri pada bagian dada
- Kesulitan bernafas
- Detak jantung yang tidak beraturan
- Pandangan gelap berkunang-kunang
- Berkeringat tidak wajar
- Terdapat nyeri bagian tubuh yang lain
6. Bagaimana Pencegahan Resiko Perfusi Renal ?
karena adanya zat kontras . Bahan kontras Adalah merupakan senyawa-
senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi struktur-struktur
internal pada sebuah pencitraan diagnostik medik. Bahan kontras di
radiologi ada Barium sulfat, iodium, gadolinium yang dapat memperberat
kerja ginjal. Untuk mengekresikan maka diperlukan untuk banyak minum
air putih. Selain dari itu mengedukasi pasien untuk memperhatikan apakah
buang air kecil lancar , warna urine, jumlah urine.

Intake yang masuk saat post 550 output 300 selama 2 jam

Edukasi kebutuhan cairan yaitu dnegan menghitung kebutuhan cairan BB


x 15cc = 78 x15 = 1160/ 24 jam

7. Bagaimana Perawatan Pasca Pulang pencegahan perfusi perifer?


Mengistirahatkan tangan kanan bekas tusukan, Tidak menekuk area tangan
kanan dibagian tusukan, Tangan kanan tidak boleh dijadikan tumpuan,
Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg selama 1 minggu
untuk menghindari “stertching”/ peregangan pada arteri radialis, Beritahu
perawat atau dokter bila terjadi keluhan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi ( kebas, mati rasa ) saat dirumah , Buka elastikon dan ganti
dengan tensoplast setelah 12 jam pemasangan elastikon (dirumah), Bila
ada hematoma dan perdarahan segera hubungi dokter atau perawat
dan langsung ke rumah sakit (dirumah)

Anda mungkin juga menyukai