Disusun Oleh :
NIM 402018006
2018
KATA PENGANTAR
1. Santy Sanusi, S.Kep., Ners, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, dukungan, bimbingan, dan pemahaman kepada penulis
dalam penyusunan laporan tugas praktik belajar lapangan ini.
2. Pembimbing lapangan dan perawat diruang ICU yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari tugas ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi menciptakan perawat yang
profesional yang berakhlakul karimah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia, khususnya di negara berkembang.Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2002, kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia, menelan korban jiwa
sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun. Kecelakaan lalu lintas dapat
mengakibatkan berbagai cedera.Cedera yang paling banyak terjadi pada saat
kecelakaan lalulintas adalah cedera kepala.
Menurut Mendelow (2008), kurang dari 0-5% dari semua pasien dengan
cedera kepala membutuhkan kraniotomi untuk hematoma intrakranial.
Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
utamadisabilitas dan mortalitas di negara berkembang. Keadaan ini
umumnya terjadi pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm
yang tidak memenuhi standart.
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus dan dari jumlah tersebut 10%
meninggal sebelum tiba di rumah sakit serta yang sampai di rumah sakit,
80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk
cedera kepala sedang (CKS) dan 10% sisanya adalahcedera kepala berat
(CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia
produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
548%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan
3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan (Irwana, 2009).
Pada pasien post operasi kraniotomi membutuhkan perawatan yang
lebih intensif untuk mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
Komplikasi pasca bedah yang sering terjadi yaitu peningkatan tekanan
intrakranial,perdarahan,syok hipovolemik,ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit,infeksi dan kejang (Brunner dan Suddarth, 2002)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang ingin penulis capai yaitu melakukan asuhan keperawatan
pada Tn. Msecara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan
2. Tujuan Khusus
a. Proses Keperawatan
masalah yang timbul pada Tn. M dengan diagnosa medis severe head injury
+ post craniectomy
direncanakan
sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus,
BAB ini berisi tentang tinjauan teori dengan urusan bahasa yaitu: definisi,
sesuai teori dan rencana keperawatan yang mungkin muncul sesuai dengan
teori.
BAB ini yaitu tentang Dokumentasi laporan kasus mulai dari pengkajian,
perkembangan.
4. BAB IV PEMBAHASAN
BAB ini berisi pembahasan yang memuat perbandingan antara teori dan
kasus.
BAB ini berisi tentang simpulan dari data yang ditemukan di klinik dengan
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori
1. Anatomi Fisiologi
a. Durameter
Durameter merupakan lapisan yang membungkus otak, sumsum tulang
belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas
durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan
durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk
membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella (Guyton,
2014).
b. Arachnoid
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan
otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai
getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal (Guyton, 2014).
c. Piameter
Piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang
mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat erat
dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arachnoid
dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel
radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang
(Guyton, 2014).
3. Klasifikasi
a. Trauma kepala terbuka
1) Fraktur basic cranii
Tanda-tanda klinis yang mungkin muncul pada fraktur basic cranii adalah:
- Battle sign (warna kehitaman dibelakang telinga)
- Hemotimpanum
- Periorbitalekimosis (pembengkakan disekitar mata)
- Otorea (keluar darah dari hidung)
- Rinorea (keluar darah dari telinga)
b. Trauma kepala tertutup
1) Kromosio serebri/gegar otak
Tanda dan gejala yang terdapat pada trauma ini adalah sebagai berikut:
- Trauma kepala ringan
- Pingsan <10 menit
- Pusing
- Amnesia retrograde
- Amnesia anterograde
- Gejala sisa
3) Hemoragi subaraknoid
Hemoragi subaraknoid adalah akumulasi darah dibawah membrane araknoid
tetapi diatas piameter. ruangan ini normalnya hanya berisi cairan CSS, hemoragi
subaraknoid biasanya terjafi akibat pecahnya aneurisma intracranial, hipertensi
berat atau cedera kepala, darah yang berakumulasi diatas atau dibawah meningens
menyebabkan peningkatan tekanan di jaringan otak di bawahnya.
4) Cedera Kepala berdasarkan berat ringannya berdasarkan GCS (Glasgow Coma
Scale)
a) Cedera Kepala ringan (Mild)
- GCS 14 – 15
- Dapat kehilangan kesadaran, tetapi kurang dari 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
b) Cedera kepala sedang (Moderate)
- GCS 9-13
- Kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
c) Cedera kepala berat (Severe)
- GCS 3 – 8
- Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
- Terjadi fraktur
4. Etiologi
Dikutip dalam Nurarif (2015), menjelaskan bahwa penyebab terjadinya cedera
kepala antaralain sebagai berikut :
a. Kecelakaan
b. Perkelahian
c. Jatuh
d. Cedera Olahraga
e. Cedera kepala terbuka disebabkan oleh peluru atau pisau
5. Tanda dan Gejala
Dikutip dalam Kowalak (2013), menjelaskan bahwa tanda gejala umum yang
muncul pada kasus head injury yaitu :
a. Pingsan kurang dari 10 menit
b. Pusing
c. Amnesia retrograde (lupa kejadian lama)
d. Amnesia anterograde (lupa kejadian baru)
e. Edema serebri
f. Pendarahan
g. Peningkatan TIK
h. Gangguan neurologis
6. Komplikasi
a. Perubahan kesadaran
b. Koma
c. Kejang
d. Kematian sel otak
e. Peningkatan TIK
f. Edema serebri
7. Patofisiologi
Kerusakan
luka terbuka Trauma kepala Pelepasan mediator nyeri
intergritas kulit
Kerusakan jaringan otak Dihantarkan ke hipotalamus
Resiko infeksi Penjahitan luka Merobek vena subdural dipersepsikan nyeri
Penurunan kesadaran
batang otak tertekan Gg. Supai darah otak menekan saraf simpatis jatuhnya lidah
menekan saraf vagus hipoksia jaringan otak vasokontriksi pembuluh darah obstruksi jalan nafas
RR
Takhipnea
Klien tidak bias bernafas secara spontan kelemahan otot menelan dan mengunyah
Gangguan ventilasi
Nutrisi tidak adekuat
spotan
Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
Tidak bias lepas dari alat bantu
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera
dan dilakukan menurut urutan prioritas. Yang ideal dilaksanakan oleh suatu tim
yang terdiri dari paramedis terlatih, dokter ahli saraf, bedah asraf, radiologi, anestesi
dan rehabilitasi medik. Pasien dengan cedera kepala harus ditangani dan dipantau
terus sejak tempat kecelakaan, selama perjalanan dari tempat kejadian sampai
rumah sakit, diruang gawat darurat, kamar radiologi, sampai ke ruang operasi,
ruang perawatan atau ICU, sebab sewaktu-waktu bisa memburuk akibat aspirasi,
hipotensi, kejang dan sebagainya. Macam dan urutan prioritas tindakan cedera
kepala ditentukan atas dalamnya penurunan kesadaran pada saat diperiksa:
a. Pasien dalam keadaan sadar (GCS=15)
1) Simple head injury (SHI)
Pasien mengalami cedera kepala tanpa diikuti gangguan kesadaran, dari
anamnesa maupun gejala serebral lain. Pasien ini hanya dilakukan perawatan luka.
Pemeriksaan radiologik hanya atas indikasi. Keluarga dilibatkan untuk
mengobservasi kesadaran.
2) Kesadaran terganggu sesaat
Pasien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah cedera kepala dan pada
saat diperiksa sudah sadar kembali. Pemeriksaan radiologik dibuat dan
penatalaksanaan selanjutnya seperti SHI.
e. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang
timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan
klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.
Oleh karena klien harus menjalani rawat inap, keadaan ini mungkin memberi
dampak pada status ekonomi klien, akibat biaya perawatan dan pengobatan
memerlukan dana yang tidak sedikit. Cedera kepala memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat memengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi atas dua masalah: keterbatasan yang
diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien
dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis
di dalam sistem dukungan individu.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per-sistem (B1-B6) dengan
fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
a. Keadaan umum
Pada kedaan cedera kepala umumnya mengalami penurunan kesadaran (cedera
kepala ringan, GCS: 13-15; cedera kepala sedang GCS: 9-12; cedera kepala berat,
bila GCS kurang atau sama dengan 8) dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital.
b. B1 (Breathing)
Perubahan pada system pernapasan bergantung pada gradasi dari perubahan
jaringan serebral akibat trauma kepala. Pada beberapa keadaan hasil dari
pemeriksaan fisik sistem ini akan didapatkan hasil seperti di bawah ini.
- Inspeksi: didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum , sesak napas,
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Ekspansi
dada: dinilai penuh/ tidak penuh dan kesimetrisannya. Pada observasi ekspansi
dada juga perlu dinilai: retraksi dari otot-otot intercostal, substernal,
pernapasan abdomen dan respirasi paradox (retraksi abdomen saat inspirasi).
Pola napas paradoksal dapat terjadi jika otot-otot intercostal tidak mampu
menggerakan dinding dada.
- Palpasi: fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan
jika melibatkan trauma pada rongga torak.
- Perkusi: adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma
pada torak/hrmatoraks.
- Asukultasi: bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien cedera kepala dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.
Pada klien cedera kepala berat dan sudah terjadi disfungsi pusat pernapasan,
klien biasanya terpasang ETT dengan ventilator dan biasanya klien dirawat diruang
perawatan intensif sampai kondisi klien menjadi stabil. Pengkajian klien cedera
kepala berat dengan pemasangan ventilator secara komprehensif merupakan jalur
keperawatan kritis.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis, pengkajian pada inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang
kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. Mekanisme
berulang (lingkaran setan) dari dampak cedera kepala dengan peningkatan TIK
dengan perubahan dari system pernapasan tergambar sebagai berikut:
TIK meningkat
Rangsang
Hipoksemia, simpatis ↑
hiperkapnia
Meningkatkan tahanan
Peningkatan hambatan vaskular sistemik dan
difusi O2 – CO2 tekanan darah
Meningkatkan tekanan
hidrostatik
c. B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien cedera kepala sedang dan berat. Hasil
pemeriksaan kardiovaskuler klien cedera kepala pada beberapa keadaan dapat
ditemukan tekanan darah normal atau beurubah, nadi bradikardi, takikardi dan
aritmia. Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan homeostasis tubuh
dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi bradikardi
merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Kulit kelihatan pucat
menunjukkan adanya penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Hipotensi
menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari syok.
Pada beberapa keadaan lain akibat dari trauma kepala akan merangsang pelepasan
antidiuretic hormone yang berdampak pada kompensasi tubuh untuk melakukan
retensi atau pengeluaran garam dan air oleh tubulus. Mekanisme ini akan
meningkatkan konsentrasi elektrolit sehingga memberikan risiko terjadinya
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada system kardiovaskuler.
d. B3 (Brain)
Cedera kepala menyebabkan berbagai defisit neurologis terutama akibat
pengaruh peningkatan tekanan intracranial yang disebabkan adanya perdarahan
baik bersifat hematom intraserebral, subdural dan epidural. Pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
system lainnya.
paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk
lanjut tingkat kesadaran klien cedera kepala biasanya berkisar pada tingkat letargi,
i. Pengkajian reflex
Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atau
periosteum derajat reflex pada respons normal. Pemeriksaan reflex patologis, pada
fase akut reflex fisiologis sisis yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari reflex fisiologis akan muncul kembali didahului dengan reflex patologis.
k. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine, termasuk
berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal. Setelah cedera kepala, klien mungkin
mengalami inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan system
perkemihan karena kerusakan control motoric dan postural. Kadang-kadang kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
l. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada
mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
Pemeriksaan bising usus untuk menilai ada atau tidaknya dan kualitas bising usus
harus dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen. Bising usus menurun atau hilang
dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising usus
selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelannya udara
yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nasotrakeal.
m. B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh ekstremitas.
Kaji warna kulit, suhu, kelembapan dan turgor kulit. Adanya perubahan warna kulit;
warna kebiruan menunjukkan adanya sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga,
hidung, bibir dan membrane mukosa). Pucat pada wajah dan membrane mukosa
dapat berhubungan dengan rendahnya kadar haemoglobin atau syok. Pucat dan
sianosis pada klien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat adanya
hipoksemia. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukkan adanya demam dan
infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan decubitus. Adanya kesulitan
untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensoria tau paralise/ hemiplegi,
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
3. Analisa Data
Data pengkajian :
a. Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal
sebagai berikut : klien mengatakan mengalami kecelakaan, nyeri kepala, nyeri
diarea luka trauma, pusing, mengalami penurunan kesadaran, kebutuhan sehari-hari
dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah.
b. Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang
meliputi : klien terlihat lemah, gelisah, meringis kesakitan, terdapat luka diarea
kepala, terjadi penurunan kesadaran, hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik.
c. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan
daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama mengenai dimulainya
penyebab sampai menemukan hasil yang sesuai dengan masalah yang didapat pada
klien.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul diantaranya adalah:
a. Resiko gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan ruang
untuk perfusi serebral, sumbatan aliraan darah serebral.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis kontraktur (terputus
jaringan)
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terdapat luka terbuka
d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post hecting
5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1 Resiko Circulation status Peripheral Sensation
ketidakefektifan Tissue Prefusion : Management
perfusi jaringan cerebral (Manajemen sensasi
otak perifer)
Definisi : Berisiko Kriteria Hasil : Monitor adanya
mengalami Mendemonstrasik daerah tertentu yang
penurunan sirkulasi an status sirkulasi hanya peka terhadap
janngan otak yang yang ditandai panas/dirigin/tajam/
dapat mengganggu dengan : tumpul
kesehatan. Tekanan systole Monitor adanya
dan diastole dalam paretese
Batasan rentang yang Instruksikan
Karakteristik : diharapkan keluarga untuk
Massa Tidak ada mengobservasi kulit
tromboplastin ortostatik jika ada Isi atau
parsial abnormal hipertensi laserasi
Massa Tidak ada tanda- Gunakan sarun
protrombin tanda peningkatan tangan untuk
abnormal tekanan proteksi
Sekmen intrakranial (tidak Batasi gerakan pada
ventrikel kiri lebih dari 15 kepala, leher dan
akinetik mmHg) punggung
Ateroklerosis Mendemonstrasik Monitor
aerotik an kemampuan kemampuan BAB
Diseksi arteri kognitif yang Kolaborasi
Fibrilasi atrium ditandai dengan: pemberian analgetik
Miksoma atrium Berkomunikasi Monitor adanya
Tumor otak dengan jelas dan tromboplebitis
Stenosis karotid sesuai dengan Diskusikan
Aneurisme kemampuan menganai penyebab
serebri Menunjukkan perubahan sensasi
perhatian,
Koagulopati konsentrasi dan
(mis, anemia sel orientasi
sabit) Memproses
Kardiomiopati informasi
dilatasi Membuat
Koagulasi keputusan dengan
intravaskular benar
diseminata Menunjukkan
Embolisme fungsi sensori
Trauma kepala motori cranial
Hierkolesterole yang utuh : tingkat
mia kesadaran
Hipertensi membaik, tidak
Endokarditis ada gerakan
infeksi gerakan
Stenosis mitral involunter
Neoplasma otak
Baru terjadi
infak
miokardium
Penyalahgunaan
zat
Terapi
trombolitik
Efek samping
terkait terapi
(bypass
kardiopulmunal,
obat)
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien Tn M
Tgl. Lahir 06-09-1954
Jenis Kelamin √ Laki-laki Perempuan
Pendidikan SD SMP
SMA/SMK Diploma
Sarjana Lainnya………………..
Pekerjaan Tidak bekerja
No. RM 792482
Alamat Blok Desa RT 002/001
……………………………………………
Tgl/jam masuk ICU 16 Mei 2019, Pkl 15.00 WIB
Tanggal Pengkajian 18 Juni 2019, Pkl 07.00WIB
Sumber Data Pasien Keluarga
Rekam Medik ………………………
Rujukan √ Ya Tidak
Bila (ya) dari √ RS…………………………………………………
Puskesmas ………………………………………..
Dokter praktek …………………………………....
Diagnosis rujukan Severe HI
Penanggung jawab Ny. R
Hubungan dengan pasien Anak
Alamat Buah Batu Regency
2. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pada tanggal 14 Mei 2019 klien kecelakaan lalu lintas motor vs motor ketika sedang berada
di majalengka kepala pasien terbentur dan dibawa ke Rumah Sakit di Cirebon untuk dilakukan
perawatan. Hail CT Scan kepala moderate intracerebral hemoragic di frontal lobe sinistra.
Subarachnoid hemorrhagic di cortial sulci frontotemporal lobes bilateral dan inthemispgere
cerebri. Klien hanya menjalani dua hari perawatan, pada tanggal 16 Mei 2019 klien akhirnya
dirujuk ke ke RSAI untuk ditangani lebih lanjut.
Pada tanggal 16 Mei 2019 klien dating ke IGD RSAI dengan keluhan pendarahan di frontal,
keadaan umun klien somnolen akral hangat, nadi kuat, TD 170/90, kekuatan otot Atas 0/4,
bawah 0/4. Di iGD klien diberikan terapi O2 nasal canule 3l/menit, dilakukan observasi TTV,
bedrest, observasi TTIK, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, cek retensi sebelum
pemberian makan, periksa GDN 2JPP dan HBa1c serta di jadwalkan untuk operasi craniectomy.
Klien dilakukan craniectomy dekmpresi dibagian kiri kepala pada tanggal 16 Mei 2019 di
RSAI. Hemodinamik klien belum stabil dan masih dalam pengaruh obat. Di lakukan
pemasangan ventilator post op dengan mode volume controlled, TV 500ml, RR 10, FO2 100-
50%, peep 5. Klien terpasang draine dikepala dan harus di observasi/24jam.
Klien memiliki riwayat penyakit DM baru diketahui ebberapa bulan yang lalu.
B. PERNAPASAN
Work of Breathing Minimal Sedang √ Berat
Alat bantu napas Tidak Ya, …………ltr/menit
O2 canule Sungkup sdrhn NRM
RM Ventury Mask NIPPV/CPAP
√ Ventilator ETT √ Tracheostomi
Bila terpasang ventilator, mode setting CMV IPPV
√ SIMV SIMV + PS
……………………………………….
TV…….… MV 9.1 PEEP 5 I : E 1:2 FiO2 35 Rate.….………
Jalan napas √ Bersih Sumbatan ……………..
Penyebab sumbatan Lidah jatuh Sputum Darah
EdemaLaring Cairan lambung
Cairan buih Benda asing : ……………………….
Bunyi napas √ Vesikuler Ronchi Stridor
Wheezing Pada lobus mana…….…….……….
Bau napas keton Ya √ Tidak
Irama & kedalaman Dispneu Kusmaul Cheynestokes
Ortopneu
Kecepatan Eupneu Bradipneu Tachipneu
Apneu
Retraksi dada √ Simetris Asimetris Flial chest
Penggunaan otot bantu pernapasan Ya √ Tidak
Penurunan kotraksi otot pernapasan Ya √ Tidak
Peningkatan diameter anterior posterior Ya √ Tidak
Pernapasan bibir Ya √ Tidak
Pernapasan cuping hidung Ya Tidak
Posisi trachea √ Lurus Bergeser
Bila trachea bergeser, kearah mana Kiri Kanan
Jejas/lebam dada Kiri Kanan
Luka terbuka dada dengan sucking wound Ya √ Tidak
Krepitasi Ya √ Tidak
C. PERSARAFAN
FOUR Score ……………………….. GCS Score : E.3M 4V- = Sopor
Riwayat sincope Ya Tidak
Bila (ya) berapa kali…………………….. Berapa lama sincope…………………….
Diameter pupil √ Simetris Asimetris Ki/ka…2/2.mm
Refleks cahaya Dilatasi Midriasis
Nyeri kepala Ya Tidak Skala nyeri ……..…
Merasa berputar Ya Tidak
Bila (ya) Muntah Limbung Rasa takut jatuh
Tekanan Intra Cranial (ICP)………mmHg Tekanan Perfusi Serebral ……..….mmHg
Kejang Ya √ Tidak
Frekwensi Kejang…………………..kali Berapa lama setiap kejang……..………..
Kaku kuduk Ya √ Tidak
Tanda dolls eyes Ya √ Tidak
Paralisis Ya Tidak
Bila (ya) dimana Hemiplegi Paraplegi
Kanan Kiri
Atas Bawah
Refleks Mengedip
D. CARDIOVASKULER
Gambaran jantung √ Sinus Rithm Bradikardi takhikardi
Aritmia, bila (ya) tuliskan gambaran aritmia
…………………
Rentang Tekanan Darah 120/80mmHg 160/100mmHg
Rentang Mean Arterial Pressure (MAP) ……./……mmHg ……./……mmHg
Rentang Cardiac Output (CO) ….…..…liter/menit ….….…liter/menit
Rentang Stroke Volume ………………...cc ……………….cc
Rentang Frekwensi Nadi …..……….x/menit ……...……x/menit
Amplitudo nadi Lemah √ Kuat
Amplitudo kiri & kanan √ sama Tidak sama
Bila amplitude nadi tidak sama, jelaskan ………………………………………………..
Irama nadi Tidak teratur √ Teratur
Akral Dingin √ Hangat
Warna kulit Sianosis √ Pucat Kemerahan
Jaundice
Konjungtiva √ Anemis Kemerahan
Diaporesis Ya Tidak Keringat dingin
CapillaryRefillTime √ > 2 detik ≤ 2 detik
Peningkatan JVP Ya √ Tidak
Bunyi Jantung √ S1 √ S2 S3/Murmur
Gallop Suara redup/menjauh
Ictus Cordis terlihat pada ICS 5 midklav kiri Ya Tidak
Teraba getaran melebihi midklav ICS 5 kiri Ya Tidak
Perdarahan Ya √ Tidak
Bila (ya), di area tubuh mana…………… Derajat kehilangan cairan……………....cc
Sindrome kompartemen Ya Tidak
Area syndrome kompartemen Tangan………. Kaki…………
Penyebab syndrome kompartemen Trombosis Cedera
Pembebatan ………………
E. PENCERNAAN
Ascites √ Tidak Ya, Lingkar perut………....cm
Distensi abdomen Tidak √ Ya Bising usus 3x/m
Bentuk abdomen √ Simetris Asimetris
Teraba hepatomegali √ Tidak Ya
Ya, pada
Teraba massa √ Tidak kuadran………………………
Keluhan mual √ Tidak Ya …………………….
Muntah √ Tidak Ya Proyektil
Bila (ya), jenis material Makanan Darah Cairan Lambung
Frekwensi muntah Sering Jarang ……….. x/hari
Riwayat diare Tidak Ya
Frekwensi BAB Sering Jarang ………...x/hari
Konsistensi Cair √ Lunak Darah
Tonjolan hernia √ Tidak Ya Nyeri, Skala………
Bila (ya) dimana Inguinalis Scrotalis ……………….
Konstipasi √ Tidak Ya …………….hari
Sulit Flatus Tidak Ya …………….hari
Distensi Suprapubik √ Tidak Ya Nyeri, Skala………
F. PERKEMIHAN
Pola berkemih Normal √ Melalui kateter urine
Terapi diuretic √ Tidak Ya, jenis obat………..dosis…………
Jumlah urine 900 cc/24 jam Warna urine kuning
Konsistensi urine pekat Bau …………………………………….
Intake cairan 24 jam terakhir 200cc Infus 1500cc
Makan/minum…………………………cc
Cairan oplos obat …………………..….cc
Balancing 24 jam terakhir ……….....…cc
Penggunaan kateter urine lama (> 5 hari) Ya Tidak
Bila (ya) sudah berapa lama menggunakan kateter urine ………………………………..
Ganti kateter setiap berapa hari……………… nomor kateter……….. ………………..
Jenis bahan kateter Nelaton √ Silikon …………………
Retensi Urine Tidak Ya
Bila (ya) sejak kapan tidak keluar urine ……………………………………………….
Hidroneprosis Tidak Ya Kanan Kiri
Edema √ Anasarka Ekstre atas Ekstre bawah
Turgor kulit Baik Jelek
Irigasi kandung kemih Tidak Ya, hari ke….… warna………….…….
F. MUSKULOSKELETAL
Kekuatan Otot ( 0 – 5) Atrofi Otot (+ / -)
Kontraktur sendi (+ / -)
G. INTEGUMEN
Luka √ Ya Tidak
Jenis luka /lesi Luka bakar √ Dekubitus Luka tusuk
Vulnus Gangren Abses
Kanker …………………………………………
Area luka/lesi decubitus/gangrene/vulnus/kanker, dll di bokong
Luas / diameter 10 cm Derajat ……………. Bau : ya / tidak
Warna √ Merah……. Kuning……....% Hitam …….%
%
Eksudat (+) / (-), warna ………….……...... Jumlah eksudat : banyak / sedang / sedikit
H. KEBUTUHAN EDUKASI
Hambatan edukasi Ya √ Tidak
Faktor hambatan Kesadaran Pendengaran Penglihatan
Kognitif Status mental Bahasa
………………………………………….
Budaya .
No Parameter Skor
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan dalam 6
1.
bulan terakhir ?
a. Tidak penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar 2
6-10 kg 2
11-15 kg 3
> 15 kg 4
Tidak yakin penurunannya 2
2. Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu makan ?
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total skor
3.
4. BB/TB = 70kg/170cm BMI 24,2
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
150.000-
pH 7,38-7,42 7,34
PaO2 75-100 98
PaCO2 38-42 40
HCO3 22-28 22
Kimia Klinik
Gula darah
HARI / JENIS
KESAN KET
TANGGAL PEMERIKSAAN
16 Mei 2019 CT Scan Subgaleal hematoma dengan fraktur
os cranium daerah parietalis kiri.
Perdarahan intracerebri (3,4x3,8x7,6
cm) dg edema perifokal di
frontoparientalis kiri menyebabkan
mid line shift” ke kanan disertai
perdarahan intraventrikuler
22 Mei 2019 CT Scan Defect os temporalis kiri (post op
decompress). Perdarahan
intracerebri sedikit berkurang
dengan edema perifokal di
frontoparietalis kiri menyebabkan
“mid line shift” ke kanan disertai
perdarahan intraventrikuler.
12/06/2019 Rontgen Cardiomegali dengan efusi pleura
kiri
Terapi medis
Nama obat Rute Waktu
Pemberian Pagi Siang Malam
VIP Albumin PO 1x500g 15
Fluconazole PO 3x 2caps 09 15 21
VCO PO 3x10cc 09 15 21
Vit B6 PO 1x1 tab 09
4-FDC PO 1x4 tab 05
Meropenem IV 3x1 gr 09 17 01
Metrodinazole IV 3x500gr 00 16 22
Ranitidine IV 2x50 gr 06 18
Omeprazole IV 1x1 vial 18
PCT drip IV 4x1 gr 06 12 18 & 24
b. ANALISIS DATA
KEMUNGKINAN MASALAH
NO DATA
PENYEBAB KEPERAWATAN
1 DS : Gunakan pathway lengkap Ketidaseimbangan
Tidak dapat dikaji
DO : secara terpisah dalam satu nutrisi kurang dari
- Edema anasarka,
pitting edema +2 halaman kebutuhan
- CRT > 10 detik
- Konjungtiva anemis
- TD : 150/70 mmHg, N
110x/menit, R
20x/menit, S: 37,9oC.
- Kelemahan otot
menelan
- Kelemahan otot
pengunyah
- Nilai albumin 2 (3,5-
4,5 mg/dL)
- Eritrosit, MCV,
MCH,MCHC kurang
dari normal
2 DS : Disfungsi penyapihan
- Tidak terkaji
DO : ventilator
- Terpasang ventilator
mode SIMV+PS
- Terdapat trakeostomi
- Nilai AGD (terlampir)
- Terdapat bantuan otot
pernafasan
- Klien tidak bias nafas
spontan
- TD : 150/70 mmHg, N
110x/menit, R
20x/menit, S: 37,9oC
3 DS : Resiko sindrom disuse
- Tidak terkaji
DO :
- Terdapat luka
decubitus diarea
bokong derajat II
- Terdapat luka post op
craniectomy pada
bagian kiri kepala
- Tirah baring lama
- Penuunan kesadaran
GCS 7
- Terpasang kateter
- TD : 150/70 mmHg, N
110x/menit, R
20x/menit, S: 37,9oC
- Nilai albumin
(terlampir)
- BB 70 TB 170
- Penuunan kesadaran
GCS 7
- Gambaran EKG Sinus
Takikardi
- Paralisis
- Distensi abdomen
3. PERENCANAAN
DIAGNOSIS TUJUAN RE NCANA KEPERAWATAN
NO
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Disfungsi respon Setelah dilakukan tindakan Weaning ventilasi mekanik
penyapihan keperawatan selama 7x24 jam
diharapkan Disfungsi respon Kaji kesiapan pasien untuk
ventilator penyapihan ventilator dapat dilakukan penyapihan dengan
weaning dengan kriteria hasil: mempertimbangkan indikator
pernapasan:
Staus neorologis dalam rentang - Volume tidal tidak dibantu < 5
normal ml/Kg BB ideal
Foto sinar-X dada dalam batas - Kapasitas vital > 3 ml/Kg BB
normal ideal
PaO2 (75-100), PaCO2 (38-42), pH - RR spontan yang stabil < 30
arteri (7,38-7,42), dan SaO2 (98- x/menit
100) dalam batas normal - Batuk cukup efektif untuk
mengatasi sekresi
- Lamanya waktu menggunakan
Status respirasi ventilasi: ventilator
- Tidak ada konstipasi atau diare
Tidak ada tanda gelisah, sianosis - Tidak ada demam atau infeksi
dan lemah - Status nutrisi adekuat
Tidak ada penggunaan otot - Istirahat dan tidur adekuat
aksesorius pernapasan - Hb dan Ht dalam batas normal
Tidak ada retraksi dada - TD normal untuk pasien
Tidak ada napas pendek dan - Kesiapan psikologis dan emosi
dipsneu - Cairan dan elektrolit seimbang
- Nadi dan irama jantung stabil
Status tanda vital (sebutkan nilai 1-5: - Nyeri atau tingkat rasa nyaman
ekstrem, berat, sedang, ringan, atau dapat ditoleransi
tidak ada penyimpangan): Bantu pasien untuk membedakan
pernapasan spontan dari
Suhu (36,5-37,5) pernapasan yang dialirkan oleh
Kecepatan nadi (60-100x/menit) mesin
Kecepatan pernapasan (16- Lakukan proses penyapihan
24x/menit) dengan:
Tekanan sistol dan diastole 100- - Cek alat untuk meyakinkan
140/70-100mmHg terpasang ke oksigen dan semua
pengesetan benar
- Cek adanya suara napas dikedua
paru
- Cek selang dari tertekuk
- Cek TTV dan pasien untuk
indikator dari nontoleransi atau
keletihan setiap 5-15 menit
- Jelaskan prosedur kepada pasien
dan keluarga
- Ukur dan catat RR, HR, TD,
irama EKG, bunyi paru,
kapasitas vital, volume tidal,
kekuatan inspirasi, dan saturasi
oksigen
- Posisikan pasien duduk saat
penyapihan
- Mulai waktu penyapihan saat
pasien telah beristirahat dan
bangun serta sadar
- Temani pasien selama waktu
penyapihan
Hubungkan kembali pasien
dengan ventilator jika pasien
masih belum toleran terhadap
penyapihan
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan - Observasi TTV dan kesadaran
nutrisi kurang dari keperawatan selama 7x 24 jam perjam
diharapkan Kriteria Hasil :
kebutuhan - Monitoring intake-output perjam
Mendemonstrasikan status sirkulasi
- Cek GDS
yang ditandai dengan :
- Oral hygine dan personal hygine
Tekanan systole dan diastole - Kolaborasi dalam pemberian obat
dalam rentang yang diharapkan albumin (albumin : 56 gr)
(100-140/70-90mmHg)
Tidak ada ortostatik hipertensi - Kolaborasi dengan gizi dalam
Tidak ada tanda-tanda pemberian nutrisi (kalori =1455,8
peningkatan tekanan intrakranial kal)
(tidak lebih dari 15 mmHg)
Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan dengan
benar
Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter
NO INDIKATOR
TANGGAL
18-Juni-2019 19-Juni-2019 20-Juni-2019 21-Juni-2019
DIAGNOSA KELOMPOK DATA : EVALUASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI
KEPERAWATAN - Penuunan kesadaran S: S: S: S:
GCS 7
: - Pasien mengalami - Pasien mengalami - Pasien mengalami - Pasien mengalami
- Terpasang ventilator
- Gambaran EKG Sinus penurunan kesadaran penurunan kesadaran penurunan kesadaran penurunan kesadaran
1,2 &3 Takikardi
tidak dapat dikaji tidak dapat dikaji tidak dapat dikaji tidak dapat dikaji
- Edema anasarka, pitting
edema +2 O: O: O: O:
- Terdapat luka decubitus
- Tingkat GCS : E :3 M : 4 - Tingkat GCS : E :3 M : 4 - Tingkat GCS : E :3 M : 1 - Tingkat GCS : E :1 M
diarea bokong derajat II
- Terdapat bantuan otot V:- V:- V:-, pupil anisokor kanan : 1 V:-, pupil anisokor
pernafasan
- CRT >2 detik - CRT >2 detik 2 kiri 3 kanan 2 kiri 3
- Terdapat luka post op
craniectomy pada - Edema anasarka - Edema anasarka - CRT >2 detik - CRT >2 detik
bagian kiri kepala
- Luka decubitus derajat II - Luka decubitus derajat II - Edema anasarka - Edema anasarka
- Terdapat trakeostomi
- CRT > 10 detik - Gambaran EKG ST - Gambaran EKG ST - Luka decubitus derajat II - Luka decubitus derajat
- Konjungtiva anemis
- Kesadaran sopor - Kesadaran sopor - Gambaran EKG ST II
- Terpasang kateter
- Paralisis - Terpasang ventilator - Terpasang ventilator - Kesadaran sopor - Gambaran EKG ST
- Distensi abdomen
- GDS : 537 mg/dl - GDS : 387 mg/dl - Terpasang ventilator - Kesadaran sopor
- TD : 150/70 mmHg, N
110x/menit, R - TTV terakhir - TTV terakhir - GDS : 107 mg/dl - Terpasang ventilator
20x/menit, S: 37,9oC.
TD : 147/77mmHG TD : 157/88mmHG - TTV terakhir - GDS : 67 mg/dl
- Nilai albumin 2 (3,5-
4,5 mg/dL) N : 87x/menit N : 98x/menit TD : 140/82mmHG - TTV terakhir
- Eritrosit, MCV,
MCH,MCHC kurang RR : 21x/menit RR : 24x/menit N : 108x/menit TD : 45/20mmHG
dari normal S : 38,2oC S : 38,8oC RR : 28x/menit N : 88x/menit
A: A: S : 38,1oC RR : 35x/menit
- Masalah belum teratasi - Masalah belum teratasi A: S : 37,1oC
P: P: - Masalah belum teratasi A:
- Lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi P: - Masalah belum teratasi
Lanjutkan intervensi P:
Intervensi dihentikan klien
meninggal
Cantumkan APACHE II : 17
skoring yang
PESI : 75
relevan dgn Dx
Kep : FOUR Score : 4
ICH score : 4
- Mengobservasi TTV - TD :140/80, N : 108x/menit, - TD : 157/88mmHG, N : - TD : 140/82mmHG, N : - TD : 45/20mmHG, N :
TINDAKAN
perjam RR ; 20x/menit, S : 38.0 oC. 98x/menit, RR : 24x/menit, S 88x/menit, RR : 28x/menit, S 88x/menit, RR : 35x/menit,
KEPERAWATAN
(observasi terlampir) : 38,8oC : 38,1oC S : 37,1oC
- Melakukan monitoring - (terlampir) - (terlampir) - (terlampir) - (terlampir)
intake-output perjam
- Mengobservasi GCS - E : 3 M : 4 V :- - E : 3 M : 4 V :- - E : 3 M : 1 V :- - E : 1 M : 1 V :-
perjam
- Melakukan perawatan - Luka terlihat bersih dan tidak - Luka terlihat bersih dan tidak - Luka terlihat bersih dan tidak - Pupil anisokor
luka Tracheostomy dan ada tanda-tanda infeksi ada tanda-tanda infeksi ada tanda-tanda infeksi
CDL 1x/3hari
- Pemberian obat dilakukan
- Melakukan perawatan - Kateter bersih dan tidak ada - Kateter bersih dan tidak ada - Kateter bersih dan tidak ada
sesuai jadwal
kateter tanda tanda infeksi tanda tanda infeksi tanda tanda infeksi
- Klien dinyatakan DNR
- Melakukan perawatan - Derajat II luka decubitus, - Derajat II luka decubitus, - Derajat II luka decubitus,
- Pukul 20.30 klien
luka decubitus terdapat kemerahan terdapat kemerahan terdapat kemerahan
dinyatakan meninggal
- Mengecek GDS - GDS : 537mg/dl - GDS : 387mg/dl - GDS : 107mg/dl
dunia
- Pasien posisi head up30-45o - Pasien posisi head up 30-45o - Pasien posisi head up 30-45o
- Memposisikan head up dengan kepala menghadap ke dengan kepala menghadap ke dengan kepala menghadap ke
kanan kanan kanan
- Melakukan suctioning - Jumlah sputum lumayan - Jumlah sputum lumayan - Jumlah sputum lumayan
- Melakukan oral hygine banyak banyak banyak
dan personal hygine - Pasien terlihat bersih dan - Pasien terlihat bersih dan - Pasien terlihat bersih dan
rapih rapih rapih
- Melakukan mobilisasi - Dilakukan sebanyak 2jam - Dilakukan sebanyak 2jam - Dilakukan sebanyak 2jam
pasien sekali pada area bokong sekali pada area bokong sekali pada area bokong
- Melakukan ROM pasif - ROM dilakukan oleh terapis - ROM dilakukan oleh terapis - ROM dilakukan oleh terapis
dan juga oleh perawat dan juga oleh perawat dan juga oleh perawat
- Melakukan kolaborasi - Gizi klien dalam bentuk cair - Gizi klien dalam bentuk cair - Klien dipuasakan karena
dengan gizi dalam stress ulcer
pemberian nutrisi
- Pemberian obat dilakukan - Pemberian obat dilakukan
- Melakukan kolaborasi - Pemberian obat dilakukan
sesuai jadwal sesuai jadwal
dalam pemberian obat sesuai jadwal
- Mode ventilator dirubah ke
- Melakukan weaning
mode CPAP dan 2 jam
ventilator
kemudian kembali ke mode
- Melakukan - Cairan NaCl dingin 200cc
SIMV
bilaslambung dimasukan via NGT, cairan
keluar bewarna coklat.
LAB & Cek GDS Nilai GDS Nilai GDS Nilai GDS Nilai GDS
PROSEDUR
- 537 mg/dl - 387 mg/dl - 107 mg/dl - 67 mg/dl
DIAGNOSTIK
- Penyerapan cairan kurang - Penyerapan cairan kurang - Klien dipuasakan karena - Klien dipuasakan karena
DIET Diet cair (NGT)
baik baik stress ulcer dan cairan dari stress ulcer dan cairan dari
- Mengecek retensi klien - Diet tidak selalu masuk tiap - Diet tidak selalu masuk tiap lambung bewarna coklat lambung bewarna coklat
- Memberikan diet cair jam makan jam makan
30 cc
AKTIVITAS Bantu pasien untuk mika- Tubuh pasien diganjal oleh Tubuh pasien diganjal oleh Tubuh pasien diganjal oleh
miki per 2 jam bantal agar dapat mika-miki bantal agar dapat mika-miki bantal agar dapat mika-miki
dan tetap kepala menghadap ke dan tetap kepala menghadap ke dan tetap kepala menghadap ke
kanan karena bagian kiri kepala kanan karena bagian kiri kepala kanan karena bagian kiri kepala
klien bekas op craniectomy. klien bekas op craniectomy. klien bekas op craniectomy.
EDUKASI
TTD PERAWAT
B. Pembahasan
keperawatan dilapangan selama ini dengan tujuan kasus penulis berupaya dalam
dengan kesenjangan dan kesamaan teori, selain itu juga penulis menemukan faktor
keperawatan yang diberikan berdasarkan diagnosa medis pasien yaitu severe head
1. Pembahasan kasus
Pada pasien ini didiagnosa mengalami severe head injury + post craniectomy
yaitu suatu trauma yang menimpa struktur kepala yang bukan bersifat kongenital
atraupun degeneratif tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar
kemampuan kognitif dan fungsi fisik serta dapat menimbulkan kelainan struktural
darah otak dan berujung pada kematian sel sehingga mengakibatkan defisit
a. Tahap pengkajian
yang mengalami severe head injury penindaian ini dengan tepat menentukan letak
Kejadian head injury yang dialami pasien ini disebabkan oleh beberapa faktor
head injury. Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
terjadi pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm yang tidak memenuhi
standart. Menurut Mendelow (2008), kurang dari 0-5% dari semua pasien dengan
Pada pasien severe head injury + post craniectomy dilakukan penilaian ICH
score. ICH score adalah skala penilaian klinis yang umum digunakan untuk
outcome setelah perdarahan intraserebral akut (PIS). Terdiri dari faktor yang
Outcome pada ICH score adalah kematian dalam 30 hari. Dari hasil perhitungan
pada pasien Tn. Mdidapatkan ICH score 4 yang berarti 97% dalam 30 hari akan
meninggal.
Beberapa temuan yang ditemukan penulis pada saat pengkajian pada Tn. M
yaitu edema anaska yang disebabkan oleh penurunan nilai albumin pada klien, dari
hasil pemeriksaan nilai albumin pada tanggal 12 juni 2019 didapatkan nilai albumin
2, yaitu dibawah normal yang seharusnya 3,5-4,5 md/dL. CRT>2 detik dan bantuan
otot pernafasan, yang disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan. Terdapat luka
decubitus yang disebabkan tirah baring yang lama, sehingga ketika luka lecet akibat
tirah baring yang lama, suplai darah yang tidak mencukupi ke daerah yang lecet
b. Diagnosa keperawatan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Diagnosa ditentukan rumusan diagnosa yang mungkin muncul pada teori terdapat
cukup untuk keperluan metabolisme tubuh. Diagnosa ini diangkat dari data yang
diambil menunjukan klien kekurangan nutrsi yang dilihat dari nilai albumin yang
kurang dan juga intake nutrisi kurang sehingga penulis mengangkat diagnosa ini.
keluasan teori dari beberapa diagnosa yang muncul disatukan menjadi satu
diagnosa. Tangan kanan dan kaki kanan pasien tidak bisa digerakkan sehingga
pasien mengalami hambatan mobilitas fisik dan harus tirah baring hal tersebut
peningkatan TIK lagi tetapi karena fungsi dari otak maupun bagian otak sudah
banyak yang rusak akibat lamanya pajanan penyakit dan juga penanganan klien
c. Intervensi Keperawatan
kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia diruangan tanpa meninggalkan
intervensi penulis berpedoman pada sumber buku dan literatur yang mendukung
d. Tahap pelaksanaan
perfusi jaringan otak yaitu pemantaun kesadaran dengan nilai Gasglow coma scale
(GCS). Hal ini sejalan dengan Brunner & Suddarth (2014) bahwa perubahan pada
tingkat kesadaran pasien atau respon rangsangan menjadi tanda pertama terjadinya
ataupun pasien terlihat gelisah mungkin karena nyeri karna adanya tekanan intra
kranial.
menyatakan bahwa aliran darah yang tidak lancar pada pasien ynag mengalami
oksigen. Oleh karena itu diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat karena
tubuh yang pada akhirnya akan mempengaruhi fungsi jantung. Pemberian posisi
head up 30o pada pasien stroke mempunyai manfaat yang besar yaitu dapat
memperbaiki kondisi hemodinamik dengan memfasilitasi peningkatan aliran darah
untuk mengangkat tulang pada daerah benturan agar otak dapat mengembang
sehingga tidak terjadi penekanan pada area otak . Peningkatan tekanan intrakranial
sangat fatal karena menyebabkan kompresi pada otak dan membatasi aliran darah
ini. Sebuah studi menunjukkan bahwa semakin luas lubang kraniektomi, ICP
semakin berkurang.
ventilator yang sudah hamper 1 bulan untuk dilakukan weaning sangat sulit
mode SMIV. Ketika akan dilakukan weaning ke mode CPAP klien sangat kesulitan
dikarenakan klien tidak ada peningkatan atau perubahan pada keadaanya di tambah
melakukan Range Of Motion (ROM) pasif. Menurut potter & perry (2014) ROM
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot yang secara maksimal dilakukan tiga
kali dalam sehari. Apabila pasien dengan penurunan kesadaran tidak dilakukan
latihan ROM ini mengakibatkan kekakuan sendi atau keterbatasan rentang gerak,
kelemahan otot penggerak tangan dan kaki diakibatkan hilangnya kontrol motorik
di otak. Salah satu dampak dari kelemahan otot yaitu terjadinya kekakuan sendi dan
pemendekan otot. Selain itu ROM satu gerakan diulang sebanyak delapan kali dan
dilakukan minimal dua kali dalam sehari. Untuk mengurangi resiko decubitus
perawat juga melakukan miring kanan dan miring kiri agar suplai darah dapat
Salah satu intervensi untuk perawatan diri dengan memenuhi ADL pasien.
Pasien ini masuk kedalam kategori total care. Sesuai menurut ( Nursalam, 2013)
karna terjadi lesi pada hemisfer yang berlawan sehingga pasien mengalami
klien stress ulcer dan klien dipuasakan, disana tidak ada makanan yang masuk
kedalam tubuh klien lewat ngt maupun IV. Perawat diruangan hanya bias
melaksanakan advice dari dokter dan tidak ada tindak lanjut dari dokter untuk
memaksimalkan nutrisi bagi klien. Selanjutnya untuk mobilisasi klien masih kurang
dilakukan tindakan operasi, klien sempat dirawat 2 hari di rawat Cirebon tetapi
e. Evaluasi
sakit dari diagnosa pertama disfungsi respon penyapihan ventilator belum teratasi
karena semakin hari klien mengalami penurunan dan ketika akan di weaning ke
mode lain klien tidak dapat menyeimbangkanya sehingga mode ventilator tidak
teratasi dikarenakan klien stress ulcer dan juga tidak ada tindak lanjut dari petugas
medis untuk menangani masalah tersebut, klien malah dipuasakan dan tidak ada
nutrisi yang masuk selain dari cairan infus dektose. Pada diagnose ketiga resiko
sindrom disuse belum teratasi dikarenakan kondisi klien yang semakin memburuk
dan juga pada hari kamis klien dinyatakan DNR oleh dokter penanggung jawab
tersebut.
BAB IV
A. Kesimpulan
diagnosa Severe head injury + post craniectomy di ruang ICU Rumah sakit Al-
Islam Kota Bandung dari tanggal 18 Mei 2019 sampai 21 Juni 2019. Data
yang didapatkan yaitu semua anggota tubuh kien bengkak. Dengan data yang
baik tindakan mandiri maupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Pada
kurang lebih 3 hari, ketiga diagnosa yang ditegakkan tidak berhasil diatasi
support spiritual kepada klien ketikadalam keadaan kritis. Dan juga kepada
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta: EGC
Kowalak, Jennifer P, Brena Mayer dan William Wels. 2012. Professinal Guide to
Pathophysiology. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC