Disusun oleh:
Suryadi Alamsah
402018036
suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan menyebabkan
yang dibentuk di dalam sel prostat oleh breakdown prostat (Kapoor, 2012)
B. Etiologi
Penyebab BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan hormon
prostat adalah:
usia lanjut
prostat
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem
hal 74-75)
C. PATOFISIOLOGI
BPH sering terjadi pada pria yang berusia 50 tahun lebih, tetpai perubahan
mikroskopis pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Penyakit
ini dirasakan tanpa ada gejala. Beberapa pendapat mengatakan bahwa penyebab
BPH ada keterkaitan dengan adanya hormon, ada juga yang mengatakan berkaitan
Hormonal yang diduga dapat menyebabkan BPH adalah karena tidak adanya
diet yang dikonsumsi oleh seseorang. Mempengaruhi RNA dalam inti sel sehingga
terjadi proliferasi sel prostat yang mengakibatkan hipertrofi kelenjar prostat maka
terjadi obstruksi pada saluran kemih yang bermuara di kandung kemih. Untuk
penebalan pada dinding vesika urinaria dalam waktu yang lama dan mudah
menimbulkan infeksi.
tekanan vesika urinaria meningkat dan aliran urine yang seharusnya mengalir ke
menyebabkan dilatasi ureter dan batu ginjal, hal ini dapat menyebabkan
pyclonefritis. Apabila telah terjadi retensi urine dan hidronefritis maka dibutuhkan
tindakan pembedahan insisi. Pada umumnya penderita BPH akan menderita defisit
cairan akibat irigasi yang digunakan alat invasif sehingga pemenuhan kebutuhan
ADC bagi penderita juga dirasakan adanya penegangan yang menimbulkan nyeri
luka post operasi pembedahan dapat terjadi infeksi dan peradangan yang
menimbulkan disfungsi seksual apabilla tidak dilakukan perawatan dengan
D. PATHWAYS KEPERAWATAN
Perubahan Usia
Testosteron menurun
Estrogen meningkat
BPH
Keseimbangan Peregangan
Cairan terganggu
Spasme otot VU
h. Pada gejala yang sudah lanjut dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume
3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah serta rasa
a. Stadium I
sampai habis
b. Stadium II
Nokturia
c. Stadium III
d. Stadium IV
Retensi Urine total buli-buli penuh, pasien kesakitan, urine menetes secara
periodik.
a. Rectal Grading
kosong karena bila penuh dapat membuat kesalahan. Gradasi ini sebagai
berikut:
0-1 cm . . . . . . . grade 0
1-2 cm . . . . . . . grade 1
2-3 cm . . . . . . . grade 2
3-4 cm . . . . . . . grade 3
>4 cm . . . . . . . grade 4
b. Clinical Granding
Pada pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya usia Urine
F. Komplikasi
produksi terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal tercepat terjadi
jika infeksi karena selalu terdapat sisa urine dapat terbentuk batu endapan dalam
buli-buli. Batu ini dapat menambah keluahan iritasi dan menimbulkan hematuria
serta dapat juga menimbulkan sistitis dan bila terjadi reflek dapat terjadi
pyelonefritis. Pada waktu miksi pasien harus mengejan sehingga lama kelamaan
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit, kadar ureum, kreatinin darah untuk fungsi ginjal dan status
metabolik
Darah lengkap
Leukosit
Blooding time
Liver fungsi
2. Pemeriksaan Radiologi
Prelograf intravena
USG
Sistoskopi
H. Penatalaksanaan
a. Observasi
reduktase, fisioterapi)
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu
saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal.
b. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat
terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala,
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
c. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
d. Hematuri
e. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
D. Pemeriksaan diagnostik
1. Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali (meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam : kreatinin, asam urat kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
4. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
efek obstruksi.
5. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
E. Penatalaksanaan
1. Therapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b. Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
2. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
3. operatif
I. Fokus Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
b. Eliminasi
lengkap
Konstipasi
c. Makanan/ cairan
d. Nyeri/ kenyamanan
prostatisis akut)
e. Keamanan
Gejala: demam
f. Seksualitas,
g. Penyuluhan/ pembelajaran
agen biotik, obat yang dijual bebas untuk flu/ alergi obat
mengandung simpatometrik.
Contoh: kateter.
2. Fokus Intervensi
Kriteria hasil:
kemih
Intervensi:
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
kandung kemih
bila diindikasikan
Kriteria hasil:
Intervensi
penis skrotal
dan drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
Kriteria hasil:
lembab
Intervensi:
sirkulasi.