Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Maternitas Profesi Ners di
Ruang VK Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat

Di susun oleh:

Suryadi Alamsah

402018036

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

T.A 2018/2019
A. Anatomi dan Fisiologis Sistem Reproduksi Wanita
1. Anatomi eksternal

a. Mons Veneris/mons pubis


bagian yang menonjol, terdiri dari jaringan lemak yang menutupi bagian depan
simpisis pubis. Setelah pubertas kulit mons veneris tertutup oleh rambut.
b. Labia mayora dan minora
Labia mayora homolog dan labia minora dibagian atas bersatu diatas disebut
dengan preputium clitoridis dan dibawah klitoris disebut dengan frenulum
clitoridis.
c. Klitoris
Klitoris terdiri atas jaringan erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan
syaraf sensoris. Terdapat korpora cavernosa, yang jika terangsang seksual akan
terisi darah sehingga klitoris jadi membesar.
d. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia
minora, anterior oleh clitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat
muara-muara dari vagina, uretra dan terdapat 4 lubang kecil. Kelenjar tersebut
mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai pelumas saat teradi koitus/intercouse

2
3

2. Anatomi Internal

a. Ovarium
Terdapat dua buah ovarium, kiri dan kanan. Ovarium terdiri atas dua bagian
yaitu korteks dan medulla. Bagian korteks merupakan tempat folikel-folikel.
Bagian medulla merupakan bagian yang kaya akan pembuluh darah, limfe dan
syaraf. Bagian paling luar dari korteks yang berupa lapisan tipis disebut dengan
tunica albuginea.buluh darah: arteri dan vena ovarica.
Siklus ovarium
1) Folikel muda pada ovarium disebut dengan folikel primordial
2) Folikel primordial mulai aktif sejak pubertas dengan rangsangan FSH
Pematangan folikel
Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi oleh
selapis sel-sel granulosa. Ovum yang dikelilingi sel granulosanya ini disebut
dengan folikel primordial. Dengan pengaruh FSH dan LH folikel tumbuh menjadi
lebih besar 2-3 kali lipat dengan pertumbuhan sel-sel granulosa tambahan dan
folikel menjadi folikel primer. Seiring dengan peningkatan kadar FSH dan LH
maka folikel tumbuh lebih cepat. Dalam perkembangan tersebut sel-sel granulosa
menjadi semakin banyak. Selain itu tumbuh sel-sel berbentuk kumparan yang
dihasilkan dari interstisium ovarium. Sel-sel tersebut berada diluar sel granulosa
dan membentuk kelompok sel kedua yang disebut dengan teka. Teka terbagi
menjadi dua lapisan yaitu teka interna dan teka eksterna. Teka interna menghasilkan
4

estrogen, teka ekserna berupa jaringan ikat yang sangat vaskular dan akan
berkembang menjadi kapsul dari folikel yang sedang tumbuh.
Sesudah tahap awal pertumbuhan proliferasi yang berlangsung beberapa hari, sel
granulosa akan mensekresikan cairan folikular yang mengandung estrogen dalam
konsentrasi tinggi. Penggumpalan cairan ini menyebabkan munculnya antrum yang
menyebabkan proliferasi menjadi semakin cepat sehingga folikel disebut dengan
folikel antral. Folikel antral selanjutnya berkembang menjadi folikel vesikular.
Ketika folikel vesikular memebesar ovum tetap tertanam dalam sel granulosa.
Ovum bersama dengan sel granulosa ini disebut kumulus oofurus. Folikel yang
matang ini disebut dengan folikel de graaf.
Ovulasi Menjelang ovulasi, dinding luar folikel akan menonjol dan
membengkak dengan cepat, dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul yang
disebut stigma akan menonjol seperti puting. Kemudian cairan akan mengalir
melalui atigma dan stigma menjadi robek sehingga ovum keluar. Keluarnya ovum
disertai dengan beberapa sel granulosa yang disebut corona radiata. Proses ini
disebut dengan ovulasi dan diperantarai oleh LH. Sel granulosa yang tertinggal di
dinding folikel berwarna kuning mengandung lutein sehingga disebut corpus
luteum. Corpus luteum menghasilkan progesteron disamping estrogen, korpus
luteum akan menjadi korpus luteum gravidatum atau menstruationum. Korpus
luteum menstruationum hidup sekitar 8 hari sampai akhirnya menajdi korpus
albican yang berwarna putih yang berupa jaringan ikat. Produksi progesteron dan
estrogen mulai berkurang.
b. Tuba fallopi/tuba uterina
Tuba fallopi/tuba uterina dibedakan atas 4 bagian: pars interstitialis, pars
isthmica, pars ampullaris, infundibulum. Fungsi utama tuba adalah untuk membawa
ovum ke cavum uteri. Tuba terdiri atas 3 lapisan: membran serosa, lapisan otot,
membran mukosa. Oosit akan sampai ke uterus melalui tuba dengan cara gerakan
peristaltik dan gerakan silia dilapisan mukosa. Fertilisasi biasanya terjadi diampula
tuba.
c. Uterus
5

Uterus terbagi atas: fundus, corpus, cervix, bagian yang menyempit antara
corpus dan cervix disebut isthmus. Terdapat ostium uteri internum dan ostium uteri
eksternum. Cervix yang menonjol ke vagina disebut portio vaginalis. Bagian diatas
portio vaginalis disebut portio supra vaginalis. Terdiri atas 3 lapisan: perimetrium,
myometrium, endometrium.
d. Vagina
Vagina terletak diantara kandung kemih dan rectum. Dinding vagina terdiri atas
otot polos dan jaringan fibroelastic, terdapat lipatan-lipatan yang disebut rugae.
Membran mukosa mensekresikan asam yang mencegah infeksi.
A. Hormon-hormon Reproduksi
1. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon)
Diproduksi dihipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi
hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon
gonadotropin (FSH / LH).
2. FSH (Folicle Stimulating Hormon)
Berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa)
diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respon terhadap GnRH.
Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di
ovarium wanita.
3. LH (Luteinizing Hormon) atau ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormon)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase
luteal siklus. LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
4. Estrogen
Estrogen diproduksi teruatama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal
melalui konversi hormon androgen. Pada uterus menyebabkan proliferasi
endometrium, pada serviks menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir
serviks, pada vagina menyebabkan proliferasi epitel vagina, pada payudara
menstimulasi pertumbuhan payudara dan juga mengatur distribusi lemak tubuh
6

5. Progesteron
Progesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi diplasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik pada
endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada
keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
6. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan ke 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester II (sekitar 1000
mU/ml).
7. LTH (lactotrophic Hormon)
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu atau meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi korpus luteum.

B. Adaptasi Fisiologis Intranatal


1. Perubahan kala I
a. Perubahan pada serviks
1) Pendataran pada serviks/effacement
Pendataran pada serviks adalah pendekatan dari kanalis servikalis yang semula
berupa sebuah saluran panjang 1-2 cm, menjadi sebuah lubang saja dengan pinggir
yang tipis.
2) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks disebabkan kerena pembesaran Ostium Uteri Eksternum
(OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium meregang untuk dilewati
kepala.Pada pembukaan 10 cm atau pembukaan lengkap, bibir portio tidak terba
lagi
b. Perubahan system kardiovaskuler
1) Tekanan darah
7

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-
rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi
tekanana darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi jika
terjadi kontraksi. Posisi tidur terlentang selama persalinan akan mengakibatkan
adanya penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (orta), yang menyebabkan
sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu, ibu biasanya mengalami
hipotensi dan janin mengalami asfiksia.
c. Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metebolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobic
akan naik secara perlahan, kenaikan ini sebagian besar disebabkan karena
kecemasan serta kegiatan otot keranka tubuh.
d. Perubahan system respirasi
Pada respirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan sebelum
persalinan, hal ini disebabkan adanya rasa nyeri, kehawatiran serta penggunaan
tekhnik pernapasan yang tidak benar.
e. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormone progesterone yang menyebabkan keluarnya hormone
oksytosin.
f. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen atas rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif yaitu
brkontraksi, dan dinding tambah tebal dengan majunya persalinan serta mendorong
anak keluar.
g. Perubahan pada vagina dasar panggul
1) Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak kehamilan
mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi.
2) Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul
ditimbulkan oleh bagian depan anak. Oleh bagian depan yang maju tersebut
dasar panggul di regang menjadi saluran dengan dinding yang tipis
8

3) Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menhadap kedepan atas. Dari luar,
peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis, sedangkan anus semakin terbuka.
4) Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah
pada bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek, akan
menimbulkan perdarahan yang banyak

2. Perubahan kala II
a. Sistem reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini
merupakan kontraksi otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama
kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progesteron menurun kira-
kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus.
Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan,
kemudian menjadi lebih sering. Lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring
kemajuan persalinan.
b. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 10-20 mmHg. Pada waktu-waktu di antara kontraksi tekanan darah.
Kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari
terlentang ke posisi miring. Perubahan tekanan darah selama kontraksi
dapatdihindara, nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan
tekanan darah.
c. Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan aktivitas
metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh. Denyut nadi, pernafasan, denyut
jantung dan cairan yang hilang.
d. Perubahan pernafasan
9

Peningkatan frekuensi pernaasan normal selama persalinan dan mencerminkan


peningkatan metabolisme yang etrjadi. Hiperventilasi yang menunjang adalah
temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada
ekstremitas dan perasaan pusing.
e. Perubahan pada ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi
kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urin berkurang
selama persalinan.
f. Perubahan pada saluran pencernaan
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu
yang dibutuhkan untuk pencernaan dilambung tetap seperti biasa. Lambung yang
penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa
transisi. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi banyak atau
minum berlebihan. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang
menandai akhir fase pertama persalinan.
g. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika ada kehilangan
dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan
3. Perubahan kala III
a. Peubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium muali berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau
berbentuk menyerupai buah pir atau alpukat, dan fundus berada diatas pusat (
seringkali mengarah ke sisi kanan)
10

4. Perubahan kala IV
a. Uterus
Uterus terletak ditengah abdomen kurang lebih 2/3 antara simpisis pubis sampai
umbilicus. Jika uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilicus, maka hal
tersebut menandakan adanya darah dan bekuan di dalam uterus yang perlu ditekan
dan dikeluarkan. Uterus yang berada diatas umbilikus dan bergeser paling umum
ke kanan cenderung menandakan kandung kemih penuh.
b. Serviks vagina dan perineum
Keadaan serviks, vagina dan perineum di inspeksi untuk melihat adanya laserasi,
memar, dan pembentukan hematoma awal. Serviks akan berubah menjadi bersifat
patulous, terkulai, dan tebal. Sedangkan tonus vagina dan tampilan jaringan vagina
diengaruhi oleh peregangan yang telah terjadi selama kala II persalinan. Adanya
edema atau memar pada introitus atau memar pada introitus atau area perineum
sebaiknya dicatat
c. Plasenta, membran, dan tali pusat
Inspeksi unit plasenta membutuhkan kemampuan bidan untuk mengidentifikasi
tipe-tipe plasenta dan insersi tali pusat. Bidan harus waspada apakah plasenta dan
membran lengkap, serta apakah terdapat abnormalitas, seperti ada simpul sejati
pada tali pusat
d. Penjahitan episiotomi dan laserasi
Penjahitan episiotomi dan laserasi memerlukan pengetahuan anatomi perineum
tipe jahitan, hemostatis, pembedahan asepsis dan penyembuhan luka. Bidan juga
harus mengethaui tipe benang dan jarum, instrument standar, dan peralatan yang
tersedia dilingkungan praktik.

C. Pengertian persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,
2008).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
11

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sujiyatini,
2012).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
D. Etiologi Persalinan
1. Teori Penurunan hormon
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar estrogen
dan pregesteron, progesteron mengakibatkan relaksasi otot rahim, sedangkan
estrogen meningkatkan kerentanan otot-otot rahim selama kehamilan terjadi
keseimbangan antara kadar estrogen dan progestreron, tetapi pada akhir kehamilan
terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his.
2. Teori iritasi mekanik
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.
3. Teori plasenta menjadi tua
Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini
akan menimbulkan kontraksi rahim.
4. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan
karena menyebabkan kontraksi pada miomerium pada setiap umur kehamilan
E. Tanda-tanda persalinan
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya sebagai
berikut; nyeri melingkar dari punggung, memancar ke perut bagian depan,
teratur, makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya, jika
dibawa berjalan bertambah kuat, dan mempunyai pengaruh pada pendataran atau
pembukaan serviks.
2. Blood show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
12

Dengan his permulaan, terjadi perubahan paada serviks yang menimbulkan


pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat di kanalis servikalis lepas,
kapiler pembulh darah pecah yang menjadikan darah sedikit.
3. Dengan pendataran dan pembukaan
Lendir dari canalis servikalis keluaar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan
yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler terputus.
4. Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi kadang ketuban pecah
dini.

F. Fisiologis Persalinan
1. Lightening
Menjelang minggu ke 36, pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus
karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. Penyebab dari proses ini adalah
kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum
rotundum dan gaya berat janin kepala ke arah bawah uterus, persalinan palsu,
ketuban pecah, blood show, lonjakan energi, gangguan pada saluran cerna.
Lightening yang dimulai dirasakan kira – kira 2 minggu menjelang persalinan
dimana penurunan bagian presentasi kedalam pelviks minor, pada presentasi
sefalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged) setelah lightening. Lightening
menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus
pada usia kehamilan 8 bulan (Sujiyatini, 2010 : 3).
2. Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks yang kadang
dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Biasanya pasien.
3. Dengan pendataran dan pembukaan
Lendir dari canalis servikalis keluar di sertai dengan sedikit darah.Perdarahan
yang sedikit ini disebabnya karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler terputus.
13

4. Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang ketuban pecah
pada pembukaan kecil, hal ini di sebut dengan ketuban pecah dini.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu factor ibu
(power, passage, psikologis), faktor janin (faktor plasenta), dan faktor penolong
persalinan. Hal ini sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi
yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari
faktorfaktor tersebut.
1. Power (Tenaga/Kekuatan)
a. His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna.Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominial, terkoordinasi dan relaksasi.Kontraksi ini bersifat involunter karena
berada dibawah saraf intrinsic.
Pembagian his menurut sifat-sifatnya:
1) His pendahuluan : his tidak kuat, datangnya tidak teratur, menyebabkan
keluarnya lendir darah atau bloody show
2) His pembukaan (Kala I): menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat,
teratur dan sakit
3) His pengeluaran (Kala II): untuk mengeluatkan janin, sangat kuat, teratur,
simetris dan terkordinasi.
4) His pelepasan plasenta (Kala III): kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
5) His pengiring (Kala IV): kontraksi lemah, msih sedikit nyeri, terjadi pengecilan
dalam beberapa jam atau hari.
b. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari tulang pelvis dan jaringan lunak serviks, lantai pelvis, dan
introitus (pembukaan eksternal vagina). Otot-otot pada lantai pelvis memberikan
14

kontribusi yang besar pada saat melahirkan janin, sedangkan pelvis berperan
penting saat proses persalinan. Mengingat pentingnya organ-organ tersebut dalam
membantu persalinan, maka pada saat mendekati waktu persalinan sebaiknya
ditentukanm ukuran dan bentuk pelvis ibu.
c. Passenger (janin, plasenta, air ketuban)
1. Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberaapa faktor. Yaitu kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin
2. Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir muka dia dianggap sebagai bagian dari
Passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan normal
3. Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membaran yang kuat dan ulet
tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan
regangan membran janin, dengan demikian pembentukan komponen amnion
yang mnecegah ruptur atau robekan. Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu
salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi
serviks atau pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi diawal persalinan
dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban
masih utuh

d. Psikologis
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas.

1. Psikologis
Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual pengalaman
melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat
pada kehidupan ibu
2. Sikap negative
15

Persalinan dipengaruhi oleh persalinan semacam ancaman terhadap keamanan


persalinan.
e. Position (posisi ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomis dan fisiologis terhadap persalinan.
Posisi (upright” banyak keuntungan. Posisi tersebut adalah: berdiri, berjalan, duduk
dan berjongkok. Posisi-posisi tersebut mempercepat turunnya janin, menurunkan
tekanan terhadap tali pusat dan menurunkan tekanan pada pembuluh darah (vena
kava ascending dan vena kava decending) di tulang belakang
H. Adaptasi Fisiologis Persalinan
1. Adaptasi janin
a. Denyut jantung janin
Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan
untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi,djj rata-rata
pada aterm adalah 140 denyut / menit,batas normalnya adalah 110 sampai 160
denyut / menit. Pada kehamilan yang lebih muda djj lebih tinggi dengan nilai rata-
rata 160 denyut / menit.
b. Sirkulasi darah janin
Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat, kebanyakan
apabila janin yang sehat mampu mengompensasi stres ini, biasanya aliran darah tali
pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin.
16

c. Pernafasan dan gerakan janin


Pada waktu persalinan pervagina 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar
dari paru-paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida arteri
meningkat, gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan menurun
setelah ketuban pecah.
2. Adaptasi ibu :
a. Perubahan kardiovaskuler
Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada beberapa faktor
yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang menurun pada arteri uterus
akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul tahanan
perifer, tekanan darah meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap
pertama persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik sampai sekitar
10 mmHg. Oleh karena itu pemeriksan tekanan darah diantara kontraksi memberi
data yang lebih akurat. Pada tahap kedua, kontraksi dapat mengingkatkan tekanan
sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg. Akan tetapi, baik
tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi.
Wanita yang memang memiliki risiko hipertensi kini resikonya meningkat
untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak. Wanita harus tahu bahwa ia
tidak boleh melakukan manuver Valsava (menahan nafas dan menegangkan otot
abdomen) untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan
tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena.
Curah jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk
sementara. Selama wanita melakukan manuver Valsava, janin dapat mengalami
hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik nafas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden tertekan.
Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine, jika
pembesaran uterus berlebihan akibat kehamilan kembar, hidramnion, obesitas , atau
dehidrasi dan hipovolemia. Selain itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan
analgesik dan anestetik dapat menyebabkan hipotensi. Sel darah putih (SDP)
meningkat, seringkali sampai = 25.000/mm3. Meskipun mekanisme yang
17

menyebabkan jumlah SDP meningkat masih belum diketahui, tetapi diduga hal itu
terjadi akibat stres fisik atau emosi atau trauma jaringan. Persalinan sangat
melelahkan. Melakukan latihan fisik saja dapat meningkatkan jumlah SDP.
Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan sebagai respons
terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah ibu oleh janin yang melalui
jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas atau dingin, dan terjadi prolaps
hemoroid.
b. Perubahan pernafasan
Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan
peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia
dan hipokapnea (karbon dioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika
wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengonsumsi oksigen hampir dua
kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
c. Perubahan pada ginjal
Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi,
kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat
menglami kesulitan utnk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan., edema
jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu.
Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya
jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
d. Perubahan integument
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas
daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda
pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi
robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina seklipun tidak dilakukan
episiotomi atau tidak terjadi laserasi.
e. Perubahan musculoskeletal
Sistem muskuloskletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis,
keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai
peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak
18

berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi
pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan jari-jari kaki dapat
menimbulkan kram tungkai.
f. Perubahan neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman
selama persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap pertama
persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula-mula ia mungkin
mearasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian mengalami
amnesia diantara traksi selama tahap kedua. Akhirnya, wanita merasa sangat senang
atau merasa letih setelah melahirkan. Endorfin endogen (senyawa mirip morfin
yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan
sedasi. Selain itu, anestesia fisiologis jaringan perineum, yang ditimbulkan tekanan
bagian presentasi, menurunkan persepsi nyeri.
g. Perubahan pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat
menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai
respons emosi terhadap persalianan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi
saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita
seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah
bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi
serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat
meraba tinja tinja yang keras atau tertahan pada rektum.
h. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan
oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin
dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun
akibat proses persalinan.

I. Adaptasi psikologis

1. Klien gelisah, biasanya mengatakan “saya tidak tahan “


19

2. Dapat merasa kehilangan control/kebalikannya, klien terlibat mengeran


secara aktif
3. Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap
2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada
koordinasi gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan
dominasi di fundus uteri, mempunyai ampitudo 40-60 mmHg, berlangsung
60-90 detik dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi
kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira
setengah jam dan pada multi gravida setengah jam. Tanda obyektif yang
menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai berikut:
a) Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
b) Adanya muntah
c) Aliran darah ( show ) meningkat
d) Ekstremitas bergetar
e) Semakin gelisah
f) Usaha ingin mengedan
Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap.
Pemantauan yang kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respons
fisiologis dan respons emosi ibu serta respons janin terhadap stres.
Peranan suami saat proses persalinan
a) Mengukur lamanya waktu kontraksi
b) Bernafas seirama dengan istrinya
c) Membantu menopang istrinya pada detikdetik kontraksi
d) Memijit-mijit punggung istrinya
e) Menyuguhkan minuman
f) Menyampaikan pesan istrinya kepeda perawat dan dokter
g) Memberikan perhatian yg terus menerus dan mendorong semangat

J. Kala Persalinan
Kala persalinan dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
20

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik
mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a. Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam,
cepat menjadi 9 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
1) periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2 jam,
cepat menjadi 9 cm.
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi
saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit
selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

2. Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin
telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada
rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II
pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
a. Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari
semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi
abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan
pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala
21

masuk dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu
kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan
posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran
kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka
jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari
pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul,
supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka
belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena
diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul.
Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka
belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah
panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
a. Penurunan kepala
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya
baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala
melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila
sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis
asinklitismus yaitu :
1) Asinklitismus posterior: Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal
belakang lebih rendah dari os parietal depan.
2) Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga
os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
22

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau
berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I
dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari
segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong
janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,
sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi
terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena
tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot
abdomen dan melurusnya badan anak.

b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa
lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-
ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding
pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika
(9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar
panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
c. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam
d. Putaran paksi dalam
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang
kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan
persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah
panggul.
e. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan
23

karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang
fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka
kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya. Subocciput yang
tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-
ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan
kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang
rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera
setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang.
Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi.
Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya,
rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya
kalau janin besar.
g. Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan
miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu
mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

3. Kala III (pengeluaran plasenta)


24

Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan
fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari
atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
a) Manajemen aktif kala III
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
1) Pemberian oksitosin
(a) Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan diperut bawah
ibu dan minta ibu atau pendaampingnya untuk membantu memegang bayi
terebut
(b) Pastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) didalam uterus. Karena
oksitosin menyebabkan uterus uterus berkontraksi yang akan sangat
menurunkan pasokan oksigen kepada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat pada
korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan
pengeluaran plasenta
(c) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
(d)Segera (dalam satu menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitosin 10 unit
IM pada pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis) karena
oksitosin merangsang fundus uteri akan berkontraksi dengan kuat dan efektif
sehingga dapat membaantu pelepasan plasentadan mengurangi kehilangan
darah.
(e) Serahkan bayi yang telah dibungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusui dini
dan kontak kulit dengan ibu
(f) Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih
2) Penegangan tali pusat
(a) Berdiri disamping ibu
(b)Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. Karena memegang
tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulse
25

(c) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepaat diatas
simpisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan
uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi
yang kuat tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan
uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial) lakukan secara hati-hati
untuk mencegah terjadinya inversion uteri
(d)Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar
dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat
terkendali.
(e) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat kearah bawah. Lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah
lepas dan dapat dilahirkan
3) Massage fundus uteri segera setalah plasenta lahir
(a) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
(b)Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak
nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik nafas
dalam dan perlahan serta rileks
(c) Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus
uteri supaya uterus berkontraksi jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15
detik, akukan penatalaksanaan atonia uteri
(d)Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
(e) Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi massage fundus
uteri.
(f) Periksa kontraaksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca
persalinan dan sssetiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

4. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
26

kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat-obat oksitosin
1. Fase Persalinan
a. KALA I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks membuka karena
his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin
terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada
darah haid. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa
dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1) Fase laten
Pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2) Fase aktif
Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas:
- Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
- Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)
pada primigravida dan multipara :
- Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum
terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat
persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan
pembukaan.
- Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada
ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran
kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum
membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis
lebar).
27

- Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan


multipara (8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten
pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.

Sifat His pada Kala 1 :


- Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
- Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
- Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai
lengkap (+10cm).

Peristiwa penting Kala 1


- Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus
(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis,
akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara
selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
- Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
- Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm)

Kemajuan persalinan dalam kala I


1) Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I
- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
fase aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis
waspada).
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
2) Kemajuan yang kurang baik pada kala I
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
28

- Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama


persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada).
- Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
3) Kemajuan pada kondisi ibu.
- Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV
dan berikan analgesik secukupnya.
- Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
- Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang.
Segera berikan dextrose IV.

4) Kemajuan pada kondisi janin.


- Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit)
curigai adanya gawat janin.
- Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna
digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.

b. KALA II
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi
telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih
lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal
Kala II ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala II pada primigravida ±
1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi
juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal
yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.

Peristiwa penting pada Kala II:


29

- Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul
- Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat
- Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
- Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan
- Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).

Proses pengeluaran janin pada Kala II (persalinan letak belakang kepala):


- Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
- Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his
dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3)
kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin
terjadi ekstensi dan menegang.
- Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah
dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
- Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
- Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
- Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan
bahu belakang.
30

- Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul /
trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
c. KALA III
- Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
- Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
- Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika
tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
- Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah
bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
- Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi
sekitar / di atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

d. KALA IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV persalinan :
- Kontraksi uterus harus baik
- Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
- Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
- Kandung kencing harus kosong
- Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
- Resume keadaan umum ibu dan bayi.
31

2. Langkah - langkah Pertolongan Persalinan Normal


a. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5
sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang
kaku dapat dilakukan episiotomi median/mediolateral atau lateral.
b. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi sakit.
Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah
mengait dan melakukan adaptasi.
c. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak
terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk
mengendalikan ekspulsi.
d. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung
dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam
guna menyesuaikan os aksiput kearah punggung.
e. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam
kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu
belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikaitr untuk melahirkan sisa badan
bayi.
f. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lendir
sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan
nafas bebas dari hambatan.
g. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan
- Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah
berkembang dengan sempurna
- Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang
aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
- Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah
yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi
terjadi ikterus hemolitik dan kern icterus
h. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
i. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
- Kateterisasi kandung kemih
32

- Menjahit luka spontan atau luka episiotom

CAIRAN AMNION
Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus
menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak
berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar dicairan amnion merupakan
hasil difusi dari ibunya. Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo,
vernik kaseosa). Fungsi cairan amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri
karena mengandung zat seperti fosfat dan seng (Prawirohardjo, 2010:155).
Cairan ketuban mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan
dan pertumbuhan janin. Kelainan jumlah cairan ketuban dapat terjadi, dan
seringkali merupakan pertanda yang paling awal terlihat pada janin yang
mengalami gangguan. Di pihak lain, kelainan jumlah cairan ketuban dapat
menimbulkan gangguan pada janin, seperti hipoplasia paru, deformitas janin,
kompresi tali pusat, pertumbuhan janin terhambat (PJT), prematuritas, kelainan
letak dan kematian janin. Oleh sebab itu, kelainan jumlah amnion yang terjadi oleh
sebab apapun akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Wiknosastro,
2009:267).

a. Komposisi air ketuban


Air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk oleh sel
amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban dibentuk oleh difusi
ekstraseluler melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin.
Selanjutnya, setelah trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk kulit janin dan
menghalangi difusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya dibentuk
oleh:
1) Sel amnionnya
2) Air kencing janin
Ginjal janin mulai mengeluarkan urin sejak 12 minggu dan setelah
mencapai usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak
7-14 cc/hari. Janin aterm mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 650 cc
33

dalam sehari (Manuaba, dkk, 2007:500)


Menurut Manuaba, dkk (2007:500) komposisi yang membentuk
air ketuban adalah:
1) Bertambahnya air ketuban bukan merupakan kenaikan linier
tetapi bervariasi sebagai berikut:
a) Bertambah 10 cc, sampai usia 8 minggu
b) Bertambah 60 cc, sampai usia 21 minggu
c) Terjadi penurunan produksi sampai usia hamil 33 minggu
d) Pertambahan tetap sampai usia aterm dan mencapai jumlah sekitar 800-1500 cc
e) Melewati usia kehamilan 42 minggu, terjadi penurunan sekitar 150 cc/minggu
sehingga terjadi oligohidramnion
2) Setelah usia kehamilan melebihi 12 minggu, yang ikut
membentuk air ketuban yaitu
a) Ginjal janin sehingga dijumpai:
(1) Urea
(2) Kreatinin
(3) Asam urat
b) Deskuamasi kulit janin
(1) Rambut lanugo
(2) Vernik kaseosa
c) Sekresi dari paru janin
d) Transudat dari permukaan amnion plasenta
Komposisinya mirip plasma maternal, komposisi umum air ketuban yaitu
(1) Air sekitar 99%
(2) Bahan sekitar organik 1%
(3) Berat jenis 1007-1008 gram
e) Hormonal atau zat mirip hormon dalam air ketuban
(1) Epidermal Growth Faktor (EGF) dan EGF Like Growth
Faktor dalam bentuk Transforming Growth Faktor alfa. Fungsi kedua hormon
ini ikut serta menumbuh kembangkan paru janin dan sistem gastrointestinalnya.
34

(2) Parathyroid Hormone-related Protein (PTH-rP) dan endothelin-1 berfungsi


untuk memberikan rangsangan pembentukan surfaktan yang sangat bermanfaat
saat bayi mulai bernapas diluar kandungan.

Air ketuban dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tentang kelainan


kongenital janin, gangguan tumbuh kembang janin intrauteri, kematangan paru,
kemungkinan terjadi infeksi intrauteri, asfiksia janin intrauteri-bercampur
mekonium, cairan amnion diambil melalui amniosentesis.

3) Sirkulasi air ketuban janin


Sirkulasi air ketuban sangat penting artinya sehingga jumlahnya dapat
dipertahankan dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen penting
sebagai berikut:
a) Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion
b) Jumlah produksi air kencing
c) Jumlah air ketuban yang ditelan janin
Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya
kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari (Manuaba, dkk,
2007:500).

Partograf
a. Definisi
Pencatatan kemajuan atau proses dilembaran partograf
b. Tujuan
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berlangsung normal sehingga dapat
mengetahui kondisi ibu dan janin dan membantu untuk membuat keputusan
klinik
c. Cara pengisian halam depan partograf
Pencatatan di partograf dimulai pada kala I fase aktif (pembukaan serviks 4 cm)
hingga lahirnya bayi.
35

2. Isi semua bagian atas dengan lengkap, identitas, jam kedatangan, hingga kondisi
ketuban saat datang (sudah pecah atau belum)
3. Kesehjathteraan janin
a) Denyut jantung janin
Dinilai setiap 30 menit. Jika terdapat tanda-tanda gawat janin lakukan
pemantauan lebih sering. Kotak horizontal menunjukan waktu. Setiap satu kotak
kecil bernilai 30 menit. Kotak vertikal (angka) menunjukan DJJ beri tanda titik di
garis yang yang sesuai dengan DJJ. Lalu buat garis tidak terputus yang
menghubungkan antara satu titik dengan titik-titik lainnya dikolom DJJ. DJJ normal
adalah 100-180 kali/menit (garis tebal hitam) penolong perlu waspada jika DJJ
<120 atau >160.
b) Warna dan pecahnya air ketuban
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, lakukan penilaian terhadap keutuhan
ketuban dan warnanya jika sudah pecah. Kemudian, dilakukan pencatatan dan
ditulis selajur dengan pencatatan DJJ. Dikolom khusus air ketuban. Jika ada
mekonium, belum tentu terjadi gawat janin, namun tetap perlu pemantauan DJJ.
Jika mekonium kental, harus segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
asuhan kegawatdaruratan obstetrik dan bayi baru lahir. Kategori penilaian air
ketuban antara lain:

U: utuh (belum pecah)


J: sudah pecah jernih
M: sudah pecah, bercampur mekonium
D: sudah pecah, bercampur darah
K: pecah, tidak ada air ketuban (kering)
c) Molase (penyusupan kepala janin)
Menilai apakah kepala bayi dapat menyesuaikan dengan bagian keras panggul
ibu. Hal ini dinilai setiap melakukan pemeriksaan dalam (4 jam). Jika tulang kepala
saling menyusun/tumpang tindih, curiga adanya CPD (disproporsi tulang panggul).
Tulang kepala saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan menandakan
ketidakmampuan akomodasi. Jika ditemukan CPD, pantau kondisi janin dan
36

kemajuan persalinan, rujuk bila perlu. Lakukan pencatatan dikotak penyusupan


(persis dibawah lajur air ketuban) dengan kriteria sebagai berikut:

0: tulang kepala janin terpisah, sutura bisa di palpasi


1: tulang kepala janin saling bersentuhan
2: tulang kepala janin tumpang tindih, namun bisa dipisahkan
3: tulang kepala janin tumpang tindih, tidak dapat dipisahkan
d) Kemajuan persalinan
Lajur kedua di partograf untuk memantau kemajuan persalianan angka 0-10
dalam cm di kiri menunjukan pembukaan atau dilatasi serviks. Selain itu angka
disebelah kiri tersebut skala 1-5 juga menunjukan penurunan janin. Setiap kotakn
horizontal menyatakan waktu 30 menit. Sedangkan setiap kotak vertikal
menunjukan penambahan dilatasi 1 cm. Pembukaan serviks periksa dalam setiap 4
jam sehingga pencatatan dilakukan setiap 4 jam. Jika ada penyulit lebih sering.
Partograf mulai ditulis ketika sudah ada pembukaan 4 cm (fase aktif). Yang harus
diingat tanda “X” ditulis digaris waktu yang sesuai dengan lajur pembukaan serviks
kemudian, hubungkan tanda X lainnya dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh.
Garis waspada dan bertindak, pencatatan fase aktif (jika pembukaan serviks
minimal 4 cm) selalu dimulai dari garis waspada. Garis waspada dimulai dari
pembukaan serviks 4 cm dan berakhir saat pembukaan lengkap. Jika laju
pembukaan 1 cm/jam. Jika dilatasi serviks mengarah ke sebelah kanan dari garis
waspada, berarti pembukaan <1 cm/jam mulai dipertimbangkan tindakan intervensi
yang dapat dilakukan.
e) Jam dan waktu
Waktu mulaifase aktif, lajur yang berada persis dibawah lajur pembukaan
serviks dan turunnya kepala. Terdapat kotak-kotak dengan angka dari 1-16 setiap
kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulai fase aktif
f) Kontraksi uterus
Dilajur kontraksi, terdapat 5 kotak ke atas (1-5). Satu kotak menunjukan satu
kali kontraksi. Cek kontraksi uterus setiap 30 menit selama fase aktif lalu raba dan
37

catat jumlah kontraksi selama 10 menit (berapa kali kontraksi) dan lamanya setiap
kontraksi (dalam detik) satu fase laten lama dan frekuensi uterus setiap jam.
Titik-titik lama setiap kontraksi <20 detik
Garis-garis lama setiap kontraksi 20-40 detik
Isi penuh lama setiap kontraksi >40 detik
g) Obat dan cairan
Catat semua obat dan cairan yang masuk dalam kotak sesuai dengan kolom
waktu, oksitosin ketika drip sudah diberikan catat setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan.
h) Kesejahteraan ibu
Nadi, tekanan darah, dan temperatur, nadi diperiksa setiap 30 menit selama fase
aktif (beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai. Tekanan darah dicatat setiap
4 jam selama fase aktif beri tanda panah pada kolom waktu yang sesuai dan
temperatur dicatat setiap 2 jam dan urin diukur setap 2 jam.
.
K. Asuhan Keperawatan Teori
a. KALA I (fase aktif)
1) Pengkajian
(a) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
(b)Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
(c) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
(d)Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
(e) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara)
2) Diagnosa Keperawatan
38

(a) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
(b) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.
(c) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
(d) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
(e) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan
aliran darah.

3) Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji derajat
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan
dengan tekanan selama 1x24 secara verbal dan
mekanik dari diharapkan nyeri nonverbal
bagian presentasi. terkontrol dengan 2. Pantau dilatasi servik
criteria hasil: 3. Pantau tanda vital dan
1. TTV DJJ
2. Pasien dapat 4. Bantu penggunaan
mendemonstrasikan teknik pernapasan dan
kontrol nyeri relaksasi
5. Bantu tindakan
kenyamanan spt.
6. Gosok punggung,
kaki
7. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
39

8. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
9. Dukung keputusan
klien menggunakan
obat-obatan/tidak
10. Berikan lingkungan
yang tenang

2. Perubahan Setelah dilakukan 1. Palpasi di atas


eliminasi urin b/d asuhan keperawatan simpisis pubis
perubahan masukan selama 1xs24 jam 2. Monitor masukan dan
dan kompresi ,diharapkan eliminasi haluaran
mekanik kandung urine pasien normal 3. Anjurkan upaya
kemih. dengan criteria hasil: berkemih sedikitnya
1. Cairan seimbang 1-2 jam
2. Berkemih teratur 4. Posisikan klien tegak
dan cucurkan air
hangat di atas
perineum
5. Ukur suhu dan nadi,
kaji adanya
peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit
dan membrane
mukosa
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Tentukan pemahaman
terhadap koping asuhan keperawatan dan harapan terhadap
individu tidak selama1x24 jam, proses persalinan
diharapkan koping
40

efektif b/d krisis pasien efektif dengan 2. Anjurkan


situasi. criteria hasil: mengungkapkan
1. Pasien dapat perasaan
mengungkapkan 3. Beri anjuran kuat
peraannya terhadap mekanisme
koping positif dan
bantu relaksasi
4. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Pantau aktivitas uterus
terhadap cedera asuhan keperawatan secara manual
maternal b/d efek selama 1x24 jam, 2. Lakukan tirah baring
obat-obatan diharapkan cidera saat persalinan
pertambahan terkontrol dengan menjadi intensif
mobilitas gastrik. criteria hasil: 3. Hindari meninggikan
1. TTV klien tanpa perhatian
2. Aktivitas uterus 4. Tempatkan klien pada
baik posisi tegak, miring
3. Posisi pasien ke kiri
nyaman 5. Berikan perawatan
perineal selama 4 jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV)
41

5. Risiko tinggi Setelah asuhan 1. Kaji adanya kondisi


terhadap kerusakan keperawatan selama yang menurunkan
gas janin b/d 1x24 jam diharapkan situasi uteri plasenta
perubahan suplay janin dalam kondisi 2. Pantau DJJ dengan
oksigen dan aliran baik dengan criteria segera bila pecah
darah hasil: ketuban
1. DJJ 3. Instuksikan untuk
2. Presentasi kepala tirah baring bila
(+) presentasi tidak
3. Kontraksi uterus masuk pelvis
teratur 4. Pantau turunnya janin
pada jalan lahir
5. Kaji perubahan DJJ
selama kontraksi

b. KALA II
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
1) Melaporkan kelelahan
2) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
3) Lingkaran hitam di bawah mata
b. Sirkulasi
1) Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
e. Nyeri / ketidaknyamanan
1) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
2) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
3) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
42

4) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit


f. Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
g. Seksualitas
1) Servik dilatasi penuh (10 cm)
2) Peningkatan perdarahan pervagina
3) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
4) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b. Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
c. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik

3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama 1x24 jam, 2. Berikan tanda/
presentasi diharapkan nyeri tindakan kenyamanan
terkontrol dengan seperti perawatan
criteria hasil: kulit, mulut, perineal
1. TTV dan alat-alat tahun
2. Pasien dapat yang kering
mendemostrasikan 3. Bantu pasien memilih
nafas dalam dan posisi yang nyaman
teknik mengejan untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
43

5. Kolaborasi
pemasangan kateter
dan anastesi
2. Perubahan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah
jantung b/d fluktasi asuhan keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
aliran balik vena selama 1x 24 jam, menit
diharapkan kondisi 2. Anjurkan pasien untuk
cardiovaskuler pasien inhalasi dan ekhalasi
membaik dengan selama upaya
criteria hasil: mengedan
1. TD dan nadi 3. Anjurkan klien /
2. Suplay O2 tersedia pasangan memilih
posisi persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi
3. Risiko tinggi Setelah asuhan 1. Bantu klien dan
terhadap kerusakan keperawatan selama pasangan pada posisi
integritas kulit b/d 1x24 jam,diharapkan tepat
pada interaksi integritas kulit 2. Bantu klien sesuai
hipertonik terkontrol dengan kebutuhan
criteria hasil: 3. Kolaborasi epiostomi
1. Luka perineum garis tengah atau
tertutup (epiostomi) medic lateral
4. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi

c. KALA III
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
44

b. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat. Hipotensi akibat analgetik dan anastesi. Nadi melambat
c. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
d. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e. Seksualitas
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas. Tali pusat
memanjang pada muara vagina
1) Diagnosa Keperawatan
(a) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,
muntah.
(b) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
(c) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
2) Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
terhadap asuhan keperawatan mendorong pada
kekurangan volume selama 1x24 jam, kontraksi
cairan b/d kurang diharapkan cairan 2. Kaji tanda vital setelah
masukan oral, seimbang denngan pemberian oksitosin
muntah. criteria hasil: 3. Palpasi uterus
1. TTV 4. Kaji tanda dan gejala
2. Darah yang keluar shock
± 200 – 300 cc 5. Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta
45

6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan
trauma jaringan asuhan keperawatan teknik pernapasan
setelah melahirkan selama 1x24 jam, 2. Berikan kompres es pada
diharapkan nyeri perineum setelah
terkontrol dengan melahirkan
criteria hasil: 3. Ganti pakaian dan liner
1. Pasien dapat basah
control nyeri 4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy

3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri dan


terhadap cedera asuhan keperawatan massase dengan perlahan
maternal b/d posisi selama1x24 jam 2. Kaji irama pernafasan
selama persalinan ,diharapkan cidera 3. Bersihkan vulva dan
terkontrol dengan perineum dengan air dan
criteria hasil: larutan antiseptic
1. Plasenta keluar 4. Kaji perilaku klien dan
utuh perubahan system saraf
2. TTV pusat
5. Dapatkan sampel darah
tali pusat, kirim ke
laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
46

d. KALA IV
1) Pengkajian
(a) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
(b) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih
rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon
pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan
400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
(c) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
(d) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
(e) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
(f) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
(g) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
(h) kenyamanan
Peningkatan suhu tubuh
(i) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
2) Diagnosa Keperawatan
(a) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma, edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
(b) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri.
(c) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota keluarga.
47

3) Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
hormone, asuhan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama 1x24 jam, 2. Beri informasi yang
jaringan, kelelahan diharapkan nyeri tepat tentang
fisik dan psikologis, terkontrol dengan perawatan selama
ansietas criteria hasil: periode pascapartum
1. Pasien dapat 3. Lakukan tindakan
control nyeri kenyamanan
4. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5. Beri analgesic sesuai
kemampuan
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Tempatkan klien pada
kekurangan volume asuhan keperawatan posisi rekumben
cairan b/d selama 1x24 jam, 2. Kaji hal yang
kelelahan/ketegangan diharapkan cairan memperberat kejadian
miometri simbang dengan intrapartal
criteria hasil: 3. Kaji masukan dan
1. TD haluaran
2. Jumlah dan 4. Perhatikan jenis
warna lokhea persalinan dan
anastesi, kehilangan
daripada persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
48

6. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral

3. Perubahan ikatan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk


proses keluarga b/d asuhan keperawatan menggendong,
transisi/peningkatan selama 1x24 jam, menyentuh bayi
anggota keluarga diharapkan proses 2. Observasi dan catat
keluarga baik interaksi bayi
dengan criteria hasil: 3. Anjurkan dan bantu
1. Ada kedekatan pemberian ASI,
ibu dengan bayi tergantung pada pilihan
klien
49

Faktor hormon, nutrisi,


paartus, kakuatan plasenta

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Laten Aktif Pembukaan serviks Bayi lahir Kelahiran


Plasenta lahir
bayi

Estrogen dan Kontraksi


Mengeran Bayi lahir Kontraksi
prgestern meningkat Pertambaha
involunter uterus
meningkat n anggota
keluarga
Kontraksi
Dilatasi Kepala janin uterus Sirkulasii
Oksitosin uterus menurun uteroplasen Perubahan
ta berlanjut prosses
Kehilangan kelurgaaa
Kadar Tekanan darah
Pengeluaran darah
prostaglandin pada
lebih banyak
jaringan Perdarahan

Kontraksi uterus

Kehamilan yang
Nhyeri akut semakin besar

Perubahan psikologis

Ansietas
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Cunningham. (2013). Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Hacker Moore. (1994). Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta.


Kedokteran EGC

Pradipta Adip E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta. Media
Aesculapius.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati, A. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta.
EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

50

Anda mungkin juga menyukai