Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
Diajukan untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Maternitas di Poliklinik
Ginekologi RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat

Disusun oleh:

Suryadi Alamsah

402018036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG
2018/2019
1. Definisi
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika
kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika
kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Sering kali,
diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama beberapa waktu, tetapi
lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia bahkan buruh.
Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah
caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus
berdampak masa depan seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan dapat
diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan peluangnya untuk melahirkan melalui
vagina.

2. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai
berikut :
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
1) Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
2) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
3) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka belakang
4) Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
5) Panggul belah : symphyse terbuka

b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya


1) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak
dan lain-lain
2) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
3) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang


1) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
2) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
3. Komplikasi
Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung sendiri
tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi ibu
dan janin (Sarwono)
1) Bahaya pada ibu
a. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat
timbul regangan segmen bawah uerus dan pembentukan lingkaranretrasi patologik
(Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam. Apabila tidak
segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri
c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul.
Hal ini meninbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya Iskemia dan
kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi
fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto vaginalis

2) Bahaya pada janin


a. Patuslama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah dengan
infeksi intrapartum
b. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan
pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin tampa
akibat yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas
tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan
intrakrahial
d. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh simfiksi pada
panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin,
malahan dapat pula meninbulakan fraktur pada Osparietalis

4. Penatalaksanaan
a. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan
selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap
kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar
diketahui sebelum persalinan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat
diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral
yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam
kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak
berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga
menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah
simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan
tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan
dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan
kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari
panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial
of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena
biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat
kematian anak yang tinggi pada cara ini.
b. Seksio Sesarea
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
b. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya
samping

6. Diagnosa Keperawatan
1) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur
perawatan sebelum dan sesudah melahirkan melalui operasi SC
2) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi fisiologis dan cidera
jaringan.
3) Cemas berhubungan dengan ancaman pada konsep diri.
4) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam kehidupan.

7. Nursing Care Planning


1) Dx: Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
prosedur dan perawatan sebelum melahirkan melalui operasi SC.
Tujuan :
Klien dapat memahami tentang prosedur proses persalinan melalui SC dan
bersedia bekerjasama dalam persiapan pra bedah
Kriteria Hasil:
a. Klien memahami prosedur persalinan melalui SC
b. Klien bersedia bekerja sama dalam persiapan pra bedah.

Intervensi:
a. Diskusikan dengan klien dan orang terdekat alasan untuk SC.
b. Jelaskan prosedur praoperasi dan kemungkinan resiko yang dapat
terjadi (Informed Consent).
c. Berikan kesaksian dalam proses penandatanganan persetujuan tindakan.
d. Kolaborasi dalam pemriksaan Lab. (DPL, elektrolit, golongan darah dan urine).

2) Dx: Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi fisiologis dan
cidera jaringan.
Tujuan:
Resiko tinggi terhadap gangguan dan cidera tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
Klien mampu menerapkan perilaku untuk menurunkan risiko cidera
dan perlindungan diri agar dapat bebas dari komplikasi.

Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Observasi balutan terhadap perdarahan yang berlebihan.
c. Perhatikan kateter, jumlah lokia dan konsistensi fundus.
d. Pantau asupan cairan dan pengeluaran urin.
e. Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini.
f. Anjurkan klien untuk merubah selalu posisi tubuh (duduk, berbaring
dalam posisi datar).
g. Observasi daerah luka operasi (apakah sudah ada perubahan kearah
penyembuhan atau tanda-tanda infeksi).
h. Observasi daerah ekstremitas bawah terhadap tanda tromboplebitis
i. Berikan cairan infus sesuai dengan program.
j. Periksa Hb, Ht pasca operasi bandingkan dengan kadar pra operasi

3) Dx: Cemas berhubungan dengan ancaman pada konsep diri.


Tujuan: Cemas tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Klien mengerti, memahami dan mampu mengungkapkan cemas serta mampu
mengidentifikasi cara untuk menurunkan tingkat atau menghilangkan cemas secara
mandiri.
b. Klien mengatakan bahwa cemas sudah terkendali dan berada pada keadaan yang
dapat ditanggulangi.
c. Klien terlihat santai serta dapat tidur dan beristirahat dengan cukup.
Intervensi: :
a. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
b. Bantu klien mengidentifikasikan mekanisme koping yang lazim dan
mengembangkan strategi koping yang dibutuhkan.
c. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien maupun bayinya.
d. Anjurkan klien untuk sering kontak dengan bayi sesegera mungkin.

4) Dx : Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal


dalam kehidupan.
Tujuan:
Perasaan harga diri rendah situasional tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Klien mampu mendiskusikan masalah berhubungan dengan peran dan persepsi
terhadap pengalaman kelahiran
b. Klien atau pasangan dan mampu mengekspresikan harapan diri yang positif.
Intervensi :
a. Tentukan respon emosional klien atau pansangan terhadapn kelahirsn SC.
b. Kaji ulang partipasi dan peran klien / pasangan dalam pengalaman kelahiran.
c. Beritahukan klien tentang hampir samanya antara kelahiran SC dan kelahiran
melalui vagina.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-
SP,

Anda mungkin juga menyukai