A. Masalah utama
Resiko Perilaku Kekerasan
2. Penyebab
1. Factor presdiposisi
Ada beberapa factor yang memepengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologic, teori psikologi, dan teori :
a. Teori Biologik
Neurologic factor, beragam komponen dari system syarap berupa
synap,neurotransmitter,dendrite,axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi
atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan memepengaruhi sifat
agresif. Sistem linbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
Genetic factor,adanya factor gen yang diturunkan melalui orangtu, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami(2007) dalam gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun
jika terstimulasi oleh factor external. Menurut penelitian genetic type karyotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni perilaku tindak criminal serta
orang-orangyang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
Cycardian Rhytme ( irama ssirkadian tubuh), memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan
cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu
orang lebih mudah terstimulasi untuk bersifat agresif .
Biochemistey factor ( factor biokimia tubuh )seperti neurotransmitter di otak
(ephyneprin,norepinephrin,dopamine,asetikolin, dan serotonin) sangat
berperan dalam penyimpaian informasi melalui system persyarafan dalam
tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau
membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak dan
merespon nya melalui serabut efferent. Peningkatan hormone androgen dan
norephipeneprin serta penurunan serotonindan GABA pada cairan
cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadinya perilaku
agresif.
Brain Area Disorder, gangguan pada system limbic dan lobus temporal,
sindrom otak organic , tumor otak, penyakit ensepailitis, epilepsy ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
Teori psikoanalisa : agresivitas dan kekerasan yang dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang ( life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak
mendapat kasih saying dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup
cenderung mengembangkan nya sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungan.
Imitation, modeling, and informasi processing theory :
Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan
sekitar memungkingkan individu meniru perilaku tersebut.
Teori pembelajaran
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah . ia juga
belajar bahwa dengan agresivitas lingkungan sekitar menjdi peduli, bertanya ,
menanggapi dan menganggap bahwa diriya eksis dan patut untuk
diperhitungkan.
Teori sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah , rebutan uang receh, sesaji atau
kotoran kerbau dikeraton , serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada
kemusyirikan secara tidak langsung turut menumpuk sikap agresif dan ingin
menang sendiri. Control masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan factor persdiposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal
ini dipicu juga dengan maraknya demontrasi, film-film kekerasan, mistik,
tahayul,dan pendukunan ( santet, teluh ) dalam tayangan televisi.
Aspek religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan
dan bisikan syetan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal (
devil support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan melalui
pembulu darah ke jantung , otak dan organ vital manusia lain yang dituruti
manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan
harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (
super ego)
2. Faktor Prepitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaita
dengan :
Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti
dalam sebua konser, penonton sepak bola , gen sekola, perkelahian missal dan
sebagaian nya.
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar kondisi sosial ekonomi.
Kesulitan dalam mengkominakasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
dalam menyelesaikan konflik .
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai orang yang dewasa.
Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu menontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
5. Mekanisme koping
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
- Sublimasi : menerima sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremasadonan kue, meninju tembok dan sebagainya.
- Proyeksi : menyalahkan oranglain mengenai kesukaran nya atau keinginan nya yang
tidak baik., misalnya seseorang wanita wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap sejenisnya.
- Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kea lam
sadar , misalnya seorang anak yang sangat benci pada orangtuanya.
- Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan mengguakan sebagai
rintangan.
- Displacement : melepaskan perasaan yang terteka biasanya bermusuhan , pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi.
E. Diagnosa keperawatan