Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah utama
Resiko Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Msalah


1. Pengertian
 Perilaku kekerasan merupkan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang tidak dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan ( fitria,2009)
 Perilaku kekersan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang , yang ditunjukan dengan perilaku actual merupakan kekerasan , baik
pada diri sendiri oranglain maupun lingkungan , secara verbal maupun non-verbal
bertujuan untk melukai oranglain secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz,2000)
 Suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain ( towsend,1998)

2. Penyebab
1. Factor presdiposisi
Ada beberapa factor yang memepengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologic, teori psikologi, dan teori :
a. Teori Biologik
 Neurologic factor, beragam komponen dari system syarap berupa
synap,neurotransmitter,dendrite,axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi
atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan memepengaruhi sifat
agresif. Sistem linbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
 Genetic factor,adanya factor gen yang diturunkan melalui orangtu, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami(2007) dalam gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun
jika terstimulasi oleh factor external. Menurut penelitian genetic type karyotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni perilaku tindak criminal serta
orang-orangyang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
 Cycardian Rhytme ( irama ssirkadian tubuh), memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan
cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu
orang lebih mudah terstimulasi untuk bersifat agresif .
 Biochemistey factor ( factor biokimia tubuh )seperti neurotransmitter di otak
(ephyneprin,norepinephrin,dopamine,asetikolin, dan serotonin) sangat
berperan dalam penyimpaian informasi melalui system persyarafan dalam
tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau
membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak dan
merespon nya melalui serabut efferent. Peningkatan hormone androgen dan
norephipeneprin serta penurunan serotonindan GABA pada cairan
cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadinya perilaku
agresif.
 Brain Area Disorder, gangguan pada system limbic dan lobus temporal,
sindrom otak organic , tumor otak, penyakit ensepailitis, epilepsy ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
 Teori psikoanalisa : agresivitas dan kekerasan yang dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang ( life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak
mendapat kasih saying dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup
cenderung mengembangkan nya sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungan.
 Imitation, modeling, and informasi processing theory :
Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan
sekitar memungkingkan individu meniru perilaku tersebut.
 Teori pembelajaran
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah . ia juga
belajar bahwa dengan agresivitas lingkungan sekitar menjdi peduli, bertanya ,
menanggapi dan menganggap bahwa diriya eksis dan patut untuk
diperhitungkan.
 Teori sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah , rebutan uang receh, sesaji atau
kotoran kerbau dikeraton , serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada
kemusyirikan secara tidak langsung turut menumpuk sikap agresif dan ingin
menang sendiri. Control masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan factor persdiposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal
ini dipicu juga dengan maraknya demontrasi, film-film kekerasan, mistik,
tahayul,dan pendukunan ( santet, teluh ) dalam tayangan televisi.
 Aspek religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan
dan bisikan syetan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal (
devil support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan melalui
pembulu darah ke jantung , otak dan organ vital manusia lain yang dituruti
manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan
harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (
super ego)
2. Faktor Prepitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaita
dengan :
 Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti
dalam sebua konser, penonton sepak bola , gen sekola, perkelahian missal dan
sebagaian nya.
 Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar kondisi sosial ekonomi.
 Kesulitan dalam mengkominakasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
dalam menyelesaikan konflik .
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai orang yang dewasa.
 Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu menontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

3. Rentang respon marah


Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yagn
dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suata bentuk
komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu . orang yang mengalami
kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju tersinggung,
merasa tidak dianggap, merasa tidak diturut atau diremehkan”. Rentang respons
kemarahan individu dimulai dari respons normal (asertif) sampai pada respons sangat
tidak normal ( maladaptif)
Respon Adaftif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Peerasaan marah
mengungkapkan mencapai tujuan tidak dapat mengekspresikan dan bermusuhan
marah tanpa kepuasan / saat mengungkapkan secara fisik , tapi yang kuat da
menyalahkan marah dan tidak perasaan nya masih terkontrol, hilang control,
oranglain dan dapat tidak berdaya mendorong disertai amuk
memberikan menemukan dan menyerah oranglain dengan merusak
kelegaan alternatif ancaman lingkungan

4. Tanda dan Gejala


1. Fisik
- Mata melotot/ pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Wajah memerah dan tegang
- Postur tubuh kaku
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Jalan mondar-mandir
2. Verbal
- Bicara kasar
- Suara tinggi, membentak atau berteriak
- Mengancam verbal atau fisik
- Mengumpat dengan kata-kata kotor
- Suara keras
- Ketus
3. Perilaku
- Melempar atau memukul benda / oranglain
- Menyerang oranglain
- Melukai oranglain
- Merusak lingkungan
- Amuk/ agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya , bermusuhan , mengamuk ingin berkelahi , menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi , cerewet, kasar, berdebat, meremehkan,sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa , merasa diri benar, mengkritik pendapat oranglain, menyinggung
perasaan oranglain, menyinggung perasaan orglain , tidak perduli ,kasar.
7. sosial
Menarik diri , pengasingan , penolakan , kekerasan , ejekan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5. Mekanisme koping
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
- Sublimasi : menerima sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremasadonan kue, meninju tembok dan sebagainya.
- Proyeksi : menyalahkan oranglain mengenai kesukaran nya atau keinginan nya yang
tidak baik., misalnya seseorang wanita wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap sejenisnya.
- Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kea lam
sadar , misalnya seorang anak yang sangat benci pada orangtuanya.
- Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan mengguakan sebagai
rintangan.
- Displacement : melepaskan perasaan yang terteka biasanya bermusuhan , pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi.

C. Pengkajian perilaku Asertif, Pasif , dan Agresif / kekerasan


Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang ditampilkan klien,
hal ini dapat dianalisa dari perbandingan berikut:
Aspek Pasif Asertif Agresif
Isi pembicaraan Negatif, Positif menawarkan Menyombongkan
merendahkan diri, diri, Misalnya : “ diri merendahkan
misalnya “ Bisakah saya mampu , saya orang lain, misalnya
saya melakukan hal bisa , anda boleh , : “ kamu pasti tidak
itu ? Bisakah anda anda dapat” bisa , kamu selalu
melakukan nya ? melanggar, kamu
tidak pernah nurut,
kamu tidak akan
bisa “
Tekanan suara Lambat, mengeluh Sedang Keras , ngotot
Posisi badan Meundukan kepala Tengap dan santai Kaku , condong
kedepan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang nyaman akan menyerang
mengabaikan oranglain
Penampilan Loyo , tidak dapat Sikap tenang Mengancam , posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama Mempertahankan Mata melotot dan
sekali tidak kontak mata sesuai dipertahankan
dengan hubungan
Masalah keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri , oranglain dan lingkungan
- Data : muka merah, pandangan tajam , otot tegang, nada suara tinggi , berdebat
, kadang memaksakan kehendak.
- Gejala yang muncul : stress, mengungkapkan secara verbal , menentang ,
menunut.
2. Perilaku kekerasan
- Data : agresif , gaduh , gelisah , menyentuh oranglain secara menyakitkan,
mengancam, melukai, marah ringan sampai serius .

E. Diagnosa keperawatan

1. Resiko menciderai diri sendiri, oranglain dan lingkungan


2. Resiko perilaku kekerasan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional

F. Rencana Tindakan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan


TGL DX PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
EVALUASI
1 2 3 4 5
Perilaku Pasien mampu : Setelah pertemuan SP 1 ( tgl ………..)
kekerasan  Mengidentifikasi pasien  Identifikasi
penyebab dan tanda  Menyebutkan penyebab tanda dan
perilaku kekerasan penyebab , gejala serta akibat
 Menyebabkan jenis tanda , gejala perilaku kekerasan
perilaku kekerasan dan akibat  Latih dan fisik 1
yang pernah perilaku  Tarik nafas dalam
dilakukan kekerasan  Masukan dalam
 Menyebutkan akibat  Memperagaka jadwal harian pasien
dari perilaku n cara fisik 1
kekerasan yang untuk
pernah dilakukan mengontrol
 Menyebutkan cara perilaku
mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan nya
secara :
1. fisik
2. sosial/verbal
3.spiritual
4.terapi
Psikofarmatika
(patah obat)
Setelah ………… SP.2 (
pertemuan pasien tgl……………………)
mampu  Evaluasi kegiatan
 Menyebutkan yang lalu ( SP 1)
kegiatan yang  Latih cara fisik 2
sudah  Pukul kasur/bantal
dilakukan  Masukan dalam
 Memperagaka jadwal harian pasien
n cara fisik
untuk
mengontrol
perilaku
kekerasan
Setelah SP.3 ( tgl ………………..)
………………………  Evaluasi kegiatan
… , pertemuan pasien yang lalu (SP1 &
mampu : SP2)
 Menyebutkan  Latih secara sosial /
kegiatan yang verbal
sudah  Menolak dengan
dilakukan baik
 Memperagaka  Meminta dengan
n cara baik
sosial/verbal  Mengungkapkan
untuk dengan baik
mengontrol  Masukan dalam
perilaku jadwal harian pasien
kekerasan
Setelah ….. SP.4 ( tgl ……………….)
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu ( SP2 &
 Menyebutkan SP3)
kegiatan yang  Latih secara spiritual
sudah  Berdoa
dilakukan ‘  Sholat
 Memperagaka  Masukan dalam
n secara jadwal harian pasien
spiritual
Setelah …… SP.5
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP3 &
 Menyebutkan SP4)
kegiatan yang  Latih patuh obat
sudah - Minum obat
dilakukan secara teratur
 Mempergeraka dengan prinsip 5b
n cara patuh - Sususn jadwal
obat minum obat
secara teratur
 Masukan dalam
jadwal harian pasien

Anda mungkin juga menyukai