Disusun Oleh :
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
c. Manifestasi klinis
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
1. Kontraksi Braxton hicks
2. Ketegangan dinding perut
3. Ketegangan ligamentum rotandum
4. Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
5. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
6. Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
7. Dibagian bawah terasa sesak
8. Terjadi kesulitan saat berjalan
9. Sering miksi ( beser kencing )
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih seringb
sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) :
1. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2. Datangnya tidak teratur
3. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4. Durasinya pendek
5. Tidak bertambah bila beraktifitas
6. Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
7. Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b. Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
8. Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
Proses persalinan
Resiko Infeksi
terhadap
maternal
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) adalah pemeriksaan jani menggunakan
frekuensi gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui
gambaran rahim yang disebut sonogram.
2. Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi
tentang kesehatan pasien (Asrinah, 2014).
f. Penatalaksanaan Medis (Mitayani, 2014).
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalian termasuk mematahkan
ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 1/2 ml ke dalam
wadah partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
handuk yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan sebelah kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi
oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5 %
10.Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit)
11.Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman
13.Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14.Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15.Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm)
16.Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17.Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
18.Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
19.Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal
20.Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
21.Kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
22.Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
23.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
24.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
25.Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan
jari-jari lainnya)
26.Penilaian segera bayi baru lahir :
a. Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
27.Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi, membiarkan bayi di
atas perut ibu
28.Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
29.Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik
30.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin)
31.Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama
32.Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut
33.Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
34.Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat, berikan bayi kepada ibunya
dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai pemberian ASI
35.Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
36.Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
37.Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas
38.Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas.
Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial)
39.Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan
40.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus,letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
41.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus
42.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
43.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
44.Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
45.Setelah 1 jam, lakukan penimbangan, pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral
46.Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral
47.Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
48.Mengajarkan ibu cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi
49.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
50.memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih tiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan tiap 30 menit selama 2 jam pasca persalinan
51.Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
52.Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
53.Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain
yang bersih dan kering
54.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
55.Membersihkan ibu dengan air bersih, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
56.Memastikan ibu meras nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum
57.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
58.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit
59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60.Melengkapi partograf
b. Komplikasi
1. Persalinan lama
2. Perdarahan pasca persalinan
3. Malpresentasi dan malposisi
4. Distosia bahu
5. Distensi uterus
6. Persalinan dengan parut uterus
7. Gawat janin
8. Prolapsus tali pusat
9. Demam dalam persalinan
10. Demam pasca persalinan (Mitayani, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah. Et al. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hidayat, Asri dan Mudflilah. 2015. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra cendikia
Hafifah. (2016). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Jakarta : EGC
Mitayani. (2014). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Prawirohardjo Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka