Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan Klien dengan Persalinan Normal

Di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Jember

Disusun Oleh :

Eva Oktaviani (14.401.17.032)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020
A. Konsep Intranatal
a. Definisi
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2015).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani, 2014). Persalinan merupakan pengeluaran hasil konsepsi
hidup (viabel) dan uteru in partus (patus mulai) ditandai dengan keluarnya lender
bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler
sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendarat dan terbuka
[CITATION Hut09 \l 1033 ].
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan suatu
proses untuk mengeluarkan hasil dari pembuahan berupa janin yang sudah matur
untuk hidup di luar rahim
b. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2016)
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone tua.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3.  Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4.  Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.

5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
c. Manifestasi klinis
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
1. Kontraksi Braxton hicks
2. Ketegangan dinding perut
3. Ketegangan ligamentum rotandum
4. Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
5. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
6. Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
7. Dibagian bawah terasa sesak
8. Terjadi kesulitan saat berjalan
9. Sering miksi ( beser kencing )
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih seringb
sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) :
1. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2. Datangnya tidak teratur
3. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4. Durasinya pendek
5. Tidak bertambah bila beraktifitas
6. Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
7. Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b. Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
8. Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :

a. Pendataran dan pembukaan


b. Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas
c. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
9. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu
24 jam (Hafifah, 2016).
d. Patofisiologi
Partus dibagi menjadi 4 kala.Pada kala I serviks membuka sampai 10 cm. Kala I
dinamakan kala pembukaan. Kala II disebut kala pengeluaran karena berkat
kekuatan his dan berkat kekuatan mengejan janin dapat dilahirkan. Kala III
adalah kala pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1
jam setelah plasenta lahir
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show),
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1) Fase laten  : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
smapai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
2) Fase aktif  : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jampembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
b. Kala II (Kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektores
menimbulkan rsa mengedan, kare atekana pada rectum, ibu mersa seperti mau
buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin yang
mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1 dan pada multi 1 jam.
c. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus terba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruuh plasenta terlepas. Terdorong ke dalam
vagina dan akan lahir spontan dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri, seluruh proses biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluara plasenta biasanya disertai dengan darah kira-kira 100-200
cc.
d. Kala IV (kala pengawasan)
Adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum (Hafifah,
2016)
Pathway (Hafifah, 2016)

Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda – tanda partus

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Partus Pelepasan Post


Uterus Partum Plasenta
Prosedur invasive
Krisis situasional
Nyeri akut Resiko berulang, trauma
perdarahan jaringan
Resiko tinggi pemajanan
terhadap ansietas terhadap patogen,
Kekurangan persalinan lama
volume cairan atau pecah
ketuban

Resiko Infeksi
terhadap
maternal
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) adalah pemeriksaan jani menggunakan
frekuensi gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui
gambaran rahim yang disebut sonogram.
2. Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi
tentang kesehatan pasien (Asrinah, 2014).
f. Penatalaksanaan Medis (Mitayani, 2014).
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalian termasuk mematahkan
ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 1/2 ml ke dalam
wadah partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
handuk yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan sebelah kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi
oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5 %
10.Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ  dalam batas normal (120 – 160x/menit)
11.Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman
13.Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14.Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15.Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm)
16.Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17.Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
18.Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
19.Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal
20.Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
21.Kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
22.Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
23.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
24.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
25.Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan
jari-jari lainnya)
26.Penilaian segera bayi baru lahir :
a. Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
27.Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi, membiarkan bayi di
atas perut ibu
28.Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
29.Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik
30.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin)
31.Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama
32.Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut
33.Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
34.Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat, berikan bayi  kepada ibunya
dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai pemberian ASI
35.Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
36.Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
37.Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas
38.Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas.
Minta ibu meneran sambil  penolong  menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial)
39.Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan
40.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus,letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
41.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus
42.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
43.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
44.Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
45.Setelah 1 jam, lakukan penimbangan, pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral
46.Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral
47.Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
48.Mengajarkan ibu cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi
49.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
50.memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih tiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan tiap 30 menit selama 2 jam pasca persalinan
51.Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
52.Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
53.Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain
yang bersih dan kering
54.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
55.Membersihkan ibu dengan air bersih, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
56.Memastikan ibu meras nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum
57.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
58.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit
59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60.Melengkapi partograf

No Cara Pengisian Partograf


.
1 Siapkan alat dan bahan untuk pengisian partograf,seperti pulpen atau pensil dan
penghapus
2 Catat semua temuan dan informasi pemeriksaan pada lembar bagian depan
partograf :
a. Nama dan umur pasien
b. Gravida, para, abortus
c. Nomer catatan medis dan nomor puskesmas
d. Tanggal dan waktu mulai di rawat dan datang mungkin saja ibu dengan
persalinan fase laten
e. Waktu pecahnya selaput ketuban dan waktu mulainya ibu merasa mules-
mules
3 Catat semua hasil pemeriksaan kesehatan dan kesejahteraan janin, bagian atas
grafik pada partograf adalah untuk pencatatan DJJ :
a. Nilai dan catat DJJ tiap 30 menit
b. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang berkaitan dengan DJJ
dan hubungkan titik-titik tersebut dengan garis tidak terputus
Nilai dan catat adanya air ketuban dn warnanya :
a. Nilai air ketuban setiap kali pemeriksaan dalam dan dilakukan nilai warna
air ketuban ketika ketuban pecah
4 Catat semua temuan yang sesuai dibawah DJJ dengan menggunakan lambang :
a. U : Ketuban utuh atau belum pecah
b. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
c. M : Ketuban sudah pecah bercampur mekonium
d. D : Ketuban sudah pecah adanya air ketuban bercampur darah
e. K : Ketuban sudah pecah tapi tidak ada air ketuban (kering)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menyatakan terjadinya gawat
janin
5 Molage (Penyusupan Kepala Janin)
a. Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin
dapat menyesuaikan diri dengan panggul ibu
b. Tulang yang tumpang tindih menunjukkan indikator kemungkinan adanya
disproporsi sephalopelvic (CPD), hal ini benar-benar terjadi jika tulang
tidak dapat di pisahkan
c. Setiap periksaan dalam dilakukan, carilah penyusupan kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai di bawah kolom air ketuban dengan
menggunakan lambang-lambang sebagai berikut :
i. 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah di palpasi
ii. 1 : Tulang-tulag kepala janin hanya bersentuhan
iii. 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpuan, tapi bisa dipisahkan
iv. 3 : Tulang-tulang tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
6 Pembukaan serviks
a. Bagian grafik yang kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera di bagian kiri grafik berkaitan dengan
jumlah kotak
b. Setiap angka dan kotak menyatakan pembukaan serviks setiap 4 jam. Saat
ibu berada dalam persalinan aktif, catat semua pemeriksaan partograf
c. Tanda “X” harus di tulis di garis waktu yang sesuai yang menyatakan
pembukaan serviks. Hubungan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh (tidak terputus)
d. Pada pukul 17.00 pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif.
Pembukaan serviks di catat pada “garis waspada” dan waktu pemeriksaan
ditulis di bawahnya
7 Nilai dan catat turunnya kepala bayi setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (tiap
4 jam) atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit :
a. Kata-kata turunnya kepala janin dan garis tidak terputus 0-5 tertera di sisi
kiri bagian yang sama untuk pembukaan serviks
b. Beri tanda “O” yang ditulis di garis waktu yang sesuai
c. Sebagai contoh jika kepala bisa di palpasi 4/5, tuliskan tanda ‘O” di nomor
4. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus
8 Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berahir dititik dimana
pembukaan lengkap di harapkan jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai garis waspada. Dipisahkan oleh 8 kotak
atau 4 jalur ke sisi kanan
9 Dibawah bagian partograf untuk mencatat pembukaan serviks dan penurunan
kepala tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-6 setiap kotak menyatakan 1 jam
sejak dimulainya fase aktif persalinan
10 Dibawah bagian jam tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu yang sebenarnya
dimana pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan
berkaitan dengan 2 bagian masing-masing 30 menit di grafik di aats atau
dibawahnya. Saat ibu masuk persalinan aktif, catatlah pembukaan serviks di garis
waspada. Kemudian catatlah waktu yang sebenarnya pemeriksaan ini di kotak
waktu yang sesuai.
11 Setiap 30 menit, raba dan catat kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam satuan detik. Di bawah kolom waktu pada partograf ada 5 kotak parallel
dengan tulisan “Kontraksi per 10 menit” disebelah kiri kotak-kotak tersebut.
Nyatakan jumlah kontrkasi yang terjadi dalam 10 menit dengan mengisi angka
pada kotak yang sesuai.
12 Nyatakan lamanya kontraksi dengan lambang sebagai berikut :
Beri titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 detik.
Beri garis-garis di kotak yang sesuai unuk menyatakan kontraksi yang lamanya
lebih dari 40 detik, beri tanda blok bila kontraksi lebih dari 40 detik.
Dibawah bagian partograf untuk mendokumentasikan kontraksi uterus tertera kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV
13 Nadi : Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar
a. Tekanan darah : Catatlah setip 4 jam ditandai dengan anak panah
b. Suhu : Catatlah setiap 2 jam, catat di kotak yang sesuai
c. Protein, aseton dan volume cairan : Catatlah setiap kali ibu berkemih. Jika
memungkinkan, periksa urine ibu apakah ada aseton dan protein setiap kali
ibu berkemih
14 Pencatatan pada lembar belakang partograf :
a. Data dasar : Data dasar terdiri dari tanggal, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping
pada saat merujuk, isi data pada masing-masing tempat yang telah
disediakan.
b. Kala I : Terdiri dari pertanyaan tentang partograf pada saat melewati garis
waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, serta
hasil dari penatalaksanaannya
c. Kala II : Terdiri dari episotomi, pendamping, gawat janin, distocia bahu,
masalah lain
d. Kala III : Terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, peregangan tali
pusat terkendali, massage fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir
> 30 menit, laserasi atoni oteri, jumlah perdarahan, masalah lain
e. Kala IV : Terdiri dari dat entang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi funduss
urteri, kandung kemih dan perdarahan, pengisian pemantauan kala IV
dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam berikutnya, isi setiap kolom dengan
hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada
tempat yang disediakan

b. Komplikasi
1. Persalinan lama
2. Perdarahan pasca persalinan
3. Malpresentasi dan malposisi
4. Distosia bahu
5. Distensi uterus
6. Persalinan dengan parut uterus
7. Gawat janin
8. Prolapsus tali pusat
9. Demam dalam persalinan
10. Demam pasca persalinan (Mitayani, 2014).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Ibu Intranatal


1. Pengkajian
a. Pengkajian Kala I
Pengkajian yang dilakukan pada kala 1 adalah sebagai berikut.
1) Pemeriksaan fisik
2) Tanda-tanda vital
3) Auskultasi DJJ
4) Kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah, dan
kemajuan persalinan
5) Perineum [CITATION Mit09 \l 1033 ].
b. PengkajianKala II
Pengkajian yang dilakukan pada kala II adalah sebagai berikut.
1) Pemeriksaan fisik dan TTV
2) Tanda-tanda kala II
3) Upaya meneran
4) Keadaan psikologis
5) Kebutuhan khusus
6) Perineum
7) Karakteristik neonatus (APGAR skor)
8) Bonding attachment [CITATION Mit09 \l 1033 ].
c. PengkajianKala III
Pengkajian yang dilakukan pada kala IV adalah sebagai berikut
1) Pemeriksaan fisik dan TTV
2) Tanda-tanda kala III
3) Pelepasan plasenta
4) Perdarahan
5) Kontraksi uterus
6) Keadaan psikologis
7) Kebutuhan khusus
8) Pengobatan
d. Pengkajian Kala IV
1) Pemeriksaan fisik, TTV, dan keadaan umum
2) Kontraksi rahim, after pain
3) Perdarahan
4) Kandung kemih
5) Luka episiotomi
6) Bonding attachment
7) Keadaan bayi
8) Kebutuhan khusus
2. Masalah Keperawatan[ CITATION Mit09 \l 1033 ].
a. Ibu Kala I
1. Cemas b.d proses melahirkan
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat
3. Perubah`an pola eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
4. Risiko cidera
5. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan
b. Ibu Kala II
1. Nyeri berhubungan dengan peregangan jaringan
2. Kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan
3. Resiko cedera pada ibu dan janin b.d posisi kaki tidak tepat
c. Ibu Kala III
1. Resiko kekurangan volume cairan b/d atoni uterus setelah melahirkan
2. Risiko perdarahan b.d komplikasi pasca post partum
3. Nyeri akut b.d trauma jaringan
d. Ibu Kala IV
1. Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau kegagalan
miometri
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan peningkatan perkembangan
anggota keluarga
3. Gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (inkubator)

3. Perencanaan Keperawatan[ CITATION Mit09 \l 1033 ].


a. Kala I
1) Cemas
a) Tujuan : kondisi psikologi menjadi stabil
b) Hasil yang diharapkan
1. Mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negative secara tepat
2. Mengidentifikasi gejala yang merupakan indicator pasien sendiri
3. Memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal
c) Intervensi
1. Kaji penyebab dan tingkat kecemasan ibu
2. Orientasikan ibu terhadap lingkungan
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Demonstrasikan metode relaksasi dan teknik pengaturan nafas
5. Libatkan support sistem dalam membantu ibu mengatasi nyeri
persalinan
2) Nyeri b.d kontraksi uterus yang kuat
a) Tujuan : nyeri dapat berkurang
b) Hasil yang diharapkan
1. Mengidentifikasi atau menggunakan teknik mengontrol nyeri atau
ketidaknyamanan
2. Melaporkan nyeri berkurang
3. Tampak rileks atau tenang di antara kontraksi
c) Intervensi
1. Kaji derajat ketidaknyamanan melalui isyarat verbal dan nor
verbal
2. Bantu dalam penggunaan teknik pernapasan/relaksasi yang tepat
dan pada massage abdomen
3. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam.palpasi diatas
simpisis, pubis untuk menentukan distensi, khususnya setelah
blok syaraf
4. Beri informasi dan dukungan berhubungan dengan kemajuan
persalinna
5. Bantu pasien memilliki posisi optimal untuk meneran
3) Perubahan pola eliminasi urine b.d perubahan hormonal
a) Tujuan : memudahkan kemajuan dalam persalinan
b) Hasil yang diharapkan
1. Mengosongkan kandung kemih dengan tepat
2. Bebas dari cidera kandung kemih
c) Intervensi
1. Palpasi di atas simpisis pubis
2. Catat dan bandingkan masukan dan pengeluaran. Catat jumlah,
warna, konsentrasi dan berat jenis urine
3. Anjurkan upaya berkemih yang sering, sedikitnya setiap 1-2 jam
4. Ukur suhu dan nadi, perhatikan peningkatan. Kaji kekeringan kulit
dan membran mukosa
5. Kolaborasi : katerisasi sesuai indikasi
4) Risiko cedera b.d hiperkapnia
a) Tujuan : tidak terjadi cidera pada janin
b) Hasil yang diharapkan
1. DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
2. Tidak ada perubahan periodic yang berbahaya
c) Intervensi
a) Pantau DJJ
b) Catat kemajuan persalinan
c) Lakukan pemeriksaan leophod
d) Posisikan janin miring
e) Kolaborasi pemberian oksigen
5) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
a) Tujuan
b) Hasil yang diharapkan
c) Intervensi
1. Kaji stasion janin, presentasi dan posisi, bila janin pada posisi
posterior oksiput, tempatkan klien menyamping
2. Pantau DJJ tiap 15-30 menit
3. Periksa DJJ segera setelah ketuban pecah lalu periksa tiap 15 menit
4. Pertahankan dan catat warna, jumlah amnion saat ketuban pecah
5. Kolaborasi : lakukan pemeriksaan vagina steril, rasakan prolaps.
Bila prolaps ada, angkat verteks dari tali pusat.
b. Kala II
1) Nyeri akut b.d peregangan jaringan
a) Tujuan : nyeri akut tidak terjadi
b) Hasil yang diharapkan
1. Mengungkapkan penurunan nyeri
2. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengontrol nyeri
c) Intervensi
1. Identifikasi derajat ketidaknyamanan dan sumbernya
2. Pantau dan catat aktivitas uterus setiap kontraksi
3. Beri informasi dan dukungan berhubungan dnegan kemajuan
persalinna
4. Anjurkan klien untuk upaya meneran
5. Pantau penonjolan perineal dan metal, pembukaan muara vagina
6. Bantu pasien memilliki posisi optimal untuk meneran
2) Kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan atau perdarahan
a) Tujuan : hidrasi tubuh tetap adekuat
b) Hasil yang diharapkan
1. Klien bebas dari tanda dehidrasi dan rasa haus
2. Haluaran urine adekuat dan membrane mukosa lembab
c) Intervensi
1. Ukur masukan dan haluaran
2. Pantau suhu klien
3. Kaji DJJ dan data dasar, perhatikan perubahan periodic dan
variabilitas
4. Berikan cairan per oral atau parenteral
5. Lepaskan pakaian yang terlalu tebal dan lindungi dari menggigil
3) Resiko cedera pada ibu dan janin b.d posisi kaki tidak tepat
a) Tujuan: tidak terjadi cidera pada ibu dan janin
b) Kriteria hasil
1. Ibu dan janin terhindar dari cidera
2. Tidak terjadi hal fatal yang membahayakan ibu dan janin
c) Intervensi
1. Palpasi fundus dan masase dengan perlahan
2. Kaji irama pernapasan dan pengembangan
3. Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki
4. Kolaborasi : gunakan bantuan ventilator bila diperlukan
c. Kala III
1) Resiko kekurangan volume cairan b/d atoni uterus setelah melahirkan
a) Tujuan : mempertahankan volume cairan
b) Kriteria hasil
1. Klien menunjukkan TD, nadi dalam batas normal
2. Bibir lembab, tidak kering
3. Mata tidak cekung
c) Intervensi
1. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebih atau syok
2. Monitor TTV
3. Massase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta
4. Catat waktu dan mekanismpe pelepasan plasenta
5. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2) Resiko perdarahan b.d komplikasi pasca partum
a) Tujuan : menjaga homeostatis yang ditandai dengan tidak adanya
perdarahan
b) Hasil yang diharapkan
1. Denyut jantung, tekanan darah, kadar Hb Dan Ht stabil
2. Pengisian kapiler baik
3. Output urin memadai
c) Intervensi
1. Memonitor dengan ketat perdarahan pasien
2. Mencatat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah pasien kehilangan
darah sesuai dengan indikasi
3. Monitor tanda-tanda vital tiap 15 menit atau lebih sering jika
diperlukan
4. Tingkatkan frekuensi pijatan fundus
5. Beri oksitosin IV atau IM sesuai protocol
6. lakukan peregangan tali pusat (PTT)
7. Lakukan prosedur inisiasi menyusu dini (IMD)
4) Nyeri akut
a) Tujuan : meningkatkan rasa nyaman
b) Kriteria hasil
1. Mengungkapkan penatalaksanaan / redusi nyeri
c) Intervensi
1. Bantu dengan penggunaan teknik relaksasi selama perbaikan
pembedahan, bila tepat
2. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan
3. Ganti pakaian dan linen yang basah
4. Beri penghangat
5. Bantu dalam perbaikan episiotomy bila perlu
d. Kala IV
1. Risiko kekurangan cairan b.d kelelahan atau kegagalan miometri
a) Tujuan : mencegah atau mengontrol perdarahan
b) Kriteria hasil
1. Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Mendemonstrasikan kontraksi uterus yang kuat pada umbilicus,
aliran lokhial sedang dan tidak ada bekuan
c) Intervensi
1. Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi
2. Kaji tanda-tanda vital setelah pemberian oksitosin
3. Palpasi uterus
4. Kaji tanda dan gejala shock
5. Massase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta
2. Perubahan proses keluarga b.d transisi atau peningkatan perkembangan
keluarha
a) Tujuan : meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga
b) Kriteria hasil
1. Menggendong bayi saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
2. Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat
c) Intervensi
1. Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa
bayi (lebih disukai bersentuhan dengan kulit)
2. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan
membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisi
3. Observasi dan catta interaksi bayi-keluarga, perhatikan perilaku
untuk menunjukkan kedekatan dan ikatan dalam budaya khusus
4. Catat pengungkapan atau perilaku yang menunjukkan kurang minat
atau kekecewaan
5. Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan klien
dan keyakinan praktek atau budaya

3. Gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (inkubator)


a) Tujuan : menunjukkan perlekatan positif antara orangtua dan anak
b) Kriteria hasil
1. Orang tua mengunjungi bayi sekali sehari
2. Orang tua mampu berinteraksi dengan bayi seperti : memandang
bayi, berbicara dengan bayi, tersenyum
c) Intervensi
1. Kaji kemampuan orang tua untuk mengenali kebutuhan fisiologis
bayi
2. Ajarkan orang tua tentang isyarat bayi
3. Ajarkan teknik menenangkan bayi
4. Ajarkan dan demonstrasikan perawatan bayi baru lahir
5. Demonstrasikan cara menyentuh bayi dengan baik dan benar
6. Ajarkan teknik pengeluaran ASI jika produksi ASI terhambat
7. Ajarkan teknik kebersihan diri sebelum dan sesudah bertemu
dengan bayi (misal : mencuci tangan)
4. Implementasi keperawatan[ CITATION Mit09 \l 1033 ].
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang sudah direncanakan
5. Evaluasi Keperawatan[ CITATION Mit09 \l 1033 ].
Persalinan berjalan dengan baik tanpa komplikasi

DAFTAR PUSTAKA
Asrinah. Et al. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hidayat, Asri dan Mudflilah. 2015. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra cendikia
Hafifah. (2016). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Jakarta : EGC
Mitayani. (2014). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Prawirohardjo Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai