Anda di halaman 1dari 95

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA

NY. E UMUR 21 TAHUN DENGAN KISTA BARTHOLINI


DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh:

Windaningsih
NIM B.12 054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah yang

berjudul : ”Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. E Umur 21

Tahun Dengan Kista Bartholini Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun

dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan

dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dra. Agnes Sri Harti., M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari., SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan

Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Riadini Wahyu Utami, S.STselaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Direktur RSU Assalam Gemolong Sragen yang telah bersedia memberikan ijin

pada penulis dalam pengambilan data.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2015

Penulis

v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Windaningsih
B12 054

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA


NY. E UMUR 21 TAHUN DENGAN KISTA BARTHOLINI
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

Xi + 82 halaman + 13 lampiran

INTISARI

Latar Belakang: Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam


manajemen kesehatan reproduksi, yang merupakan organ paling penting dan
sensitif. Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi diantaranya adalah
infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi
wanita, infertil, dan lain-lain. Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita
sejenis kista yang paling sering ditemukan adalah kista bartholini. Kebanyakan
kasus ini terjadi pada usia 20-30 tahun. Kista bartolini merupakan benjolan
berbentuk kantong yang mengandung cairan. Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen pada tanggal 10 Oktober 2014,
jumlah ibu dengan gangguan sistem reproduksi dari bulan januari 2013-
September 2014 sebanyak 425 kasus, pasien kasus kista bartholini sebanyak 9
kasus (2,11%).
Tujuan: Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan gangguan
sistem reproduksi dengan kista bartholini melalui pendekatan manajemen
kebidanan 7 langkah varney.
Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional
deskriptif dengan metode studi kasus. Lokasi pengambilan kasus ini di RSU
Assalam Gemolong Sragen dilakukan pada bulan Desember 2014 – Juni 2015.
Dalam pengumpulan data metode yang digunakan data primer yaitu wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik ( Inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi ) dan data
sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil Penelitian: Hasil asuhan kebidanan yang diberikan selama 7 hari yaitu: ibu
sudah mengetahui hasil pemeriksaanya, kista bartholini sudah teratasi, ibu sudah
tidak merasa cemas, dan terapi sudah di berikan.
Kesimpulan: Dari hasil pengkajian data, intepretasi data, diagnosa potensial
antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan, dan evaluasi tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktik.

Kata kunci : Asuhan kebidanan, gangguan sistem reproduksi, kista bartholini.


Kepustakaan : 14 Literatur ( 2005-2014).

vi
MOTTO

1. Kunci KESUKSESAN sebenarnya ada didalam DIRI dan PIKIRAN anda jika
anda berfikir sukses, maka kesuksesan akan menghampiri anda ( penulis ).
2. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar karena dari belajar kamu tidak akan
pernah kehabisan akal ( penulis ).
3. Hidup adalah pilihan, mau pilih yang mana SUKSES dengan terus belajar atau
GAGAL dengan diam ditempat ( penulis ).
4. Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan
hatimu serendah mutiara di lautan ( penulis ).
5. Hidup memerlukan pengorbanan. pengorbanan memerlukan perjuangan.
perjuangan memerlukan ketabahan. ketabahan memerlukan keyakinan.
keyakinan pula menentukan kejayaan. kejayaan pula akan menentukan
kebahagiaan ( penulis ).

PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan disetiap kesulitan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
2. Ayah dan bunda, terimakasih atas dukungan semangat dan doanya.
3. Nenekku tercinta, terimakasih atas dukungan semangat dan doa.
4. Kakakku tersayang, terimakasih dukungan semangat dan doanya.
5. Pembimbing saya yang terbaik ibu Riadini Wahyu Utami, S.ST, terimakasih
sudah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam penyelesaian KTI.
6. Semua teman-teman dari kelas A-C angkatan 2012 STIkes Kusuma Husada,
Semoga kita selalu siap, mau, dan mampu menjadi Bidan yang professional
dan unggul dalam melaksanakan pelayanan asuhan kebidanan.
7. Adikku tercinta, terimakasih atas dukungan semangat dan doanya.
8. Almamater tercinta.

vii
CURICULUM VITAE

Nama : Windaningsih
Tempat/ Tanggal Lahir : Grobogan, 07 Oktober 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngancar RT 04/ RW VIII, Karanganyar, Geyer,
Grobogan

Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Denanyar III LULUS TAHUN 2006
2. SMP Negeri 02 Tangen LULUS TAHUN 2009
3. SMA Negeri 01 Tangen LULUS TAHUN 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIkes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
INTISARI ............................................................................................................. vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii
CURICULUM VITAE ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Studi Kasus................................................................. 2
D. Manfaat Studi Kasus............................................................... 3
E. Keaslian Studi Kasus ............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................ 6
1. PengertianGangguanSistemreproduksi ........................... 6
2. Macam-macamGangguansistemreproduksi .................... 7
3. Macam-macamGangguan Tumor jinak Vulva ................ 8
4. Gambaranklinis ............................................................... 10
5. Fisiologis ......................................................................... 10
6. Patofisiologi..................................................................... 11
7. Penatalaksanaan............................................................... 11
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................ 12
1. Langkah I Pengumpulan Data Dasar .............................. 13
2. Langkah II Interpretasi Data ........................................... 25
3. Langkah III Diagnosa Potensial ..................................... 27
4. Langkah IV TindakanSegera ........................................... 27
5. Langkah V Rencana Tindakan ....................................... 27

ix
6. Langkah VI Pelaksanaan ................................................. 28
7. Langkah VII Mengevaluasi ............................................. 29
C. Landasan Hukum .................................................................... 31
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ................................................................... 32
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................ 32
C. Subyek Studi Kasus ............................................................... 32
D. Waktu Studi Kasus ................................................................ 32
E. Instrumen Studi Kasus ........................................................... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 33
G. Alat dan Bahan ...................................................................... 36
H. JadwalStudiKasus ................................................................... 37
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TinjauanKasus ........................................................................ 41
B. Pembahasan ............................................................................ 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 79
B. Saran ....................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin StudiPendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin StudiPendahuluan
Lampiran 4.Surat PermohonanIjin PenggunaanLahan
Lampiran 5.Surat Balasan Ijin PenggunaanLahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan ( Informed Consent )
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara ( Format Askeb )
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10.Satuan Acara Penyuluhan Personal Hygiene dan Leaflet
Lampiran 11.Satuan Acara PenyuluhanGiziSeimbangdanLeaflet
Lampiran 12. Dokumentasi
Lampiran 13.Lembar Konsultasi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi pada era globalisasi dan modernisasi ini telah

terjadi perubahan dan kemajuan disegala aspek dalam menghadapi

perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat

khususnya wanita, dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ

tubuhnya. Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitif serta

memerlukan perawatan khusus adalah organ reproduksi. Perubahan perilaku

seksual mengakibatkan dua masalah besar, yaitu kehamilan yang tidak

diinginkan, penyakit hubungan seksual, dan penyakit radang panggul

(Manuaba, 2010).

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan

hanya individu yang bersangkutan, demikian alat reproduksi sangat erat

hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi

(AKB) salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis kista yang paling

sering ditemukan adalah kista bartholini. Kebanyakan kasus ini terjadi pada

usia 20-30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista

bartholini atau abses, pada wanita pasca menopause dapat berkembang

menjadi kanker (Jie, 2010).

Berdasarkan data yang di dapat dari Dinkes Propinsi Jawa Tengah

tahun 2010 yang berasal dari laporan Rumah Sakit dan Puskesmas, terdapat

1
2

7.345 kasus tumor, yang terdiri dari tumor jinak sebanyak 4.678 (68%) kasus

dan tumor ganas 2.667 (42%) kasus (Dinkes Jateng, 2010).

Pasien dengan kista bartholini membutuhkan pertolongan medis yang

tepat, jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan infeksi dan kematian

(Prawirohardjo, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di

RSU Assalam Gemolong Sragen pada tanggal 10 Oktober 2014, jumlah ibu

dengan gangguan sistem reproduksi dari bulan januari 2013- September 2014

sebanyak 425 kasus, untuk infeksi saluran kencing 116 kasus (27,29%),

mioma uteri 59 kasus (13,88%), kista ovari 79 kasus (18,58%), endometriosis

sebanyak 70 kasus (16,47), amenor sebanyak 57 kasus (13,42),

menometroragi sebanyak 21 kasus (4,94%), infertil 14 kasus (3,29%), dan

kista bartholini sebanyak 9 kasus (2,11%).

Berdasarkan data-data tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi

kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada

Ny. E Dengan Kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan suatu perumusan

masalah yaitu “ Bagaimana penerapan asuhan kebidanan gangguan sistem

reproduksi pada Ny. E dengan kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong

Sragen tahun 2015 dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut

Varvey?”.
3

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan

pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan

gangguan reproduksi pada Ny. E dengan kista bartholini melalui

pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Diharapkan penulis mampu :

1) Untuk melakukan pengkajian data pada Ny. E gangguan sistem

reproduksi dengan kista bartholini.

2) Untuk melakukan intepretasi data pada Ny. E gangguan sistem

reproduksi dengan kista bartholini.

3) Untuk melakukan diagnosa potensial pada Ny. E gangguan

sistem reproduksi dengan kista bartholini.

4) Untuk melakukan antisipasi dan tindakan segera pada Ny. E

gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.

5) Untuk melakukan rencana tindakan pada Ny. E gangguan

sistem reproduksi dengan kista bartholini.

6) Untuk melakukan pelaksanaan tindakan pada Ny. E gangguan

sistem reproduksi dengan kista bartholini.

7) Untuk mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny. E

gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.


4

b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus

nyata di lapangan pada kasus ibu dengan gangguan sistem

reproduksi kista bartholini.

c. Penulis mampu memberi alternatif pemecahan masalah pada Ny. E

gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.

D. Manfaat Studi Kasus

Laporan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan guna dan manfaat bagi:

1. Bagi Penulis

Untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan

penulis dalam mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan dengan

gangguan sistem reproduksi kista bartholini, serta mendapatkan

pengalaman yang nyata dalam penanganan kasus gangguan reproduksi

dengan kista bartholini.

2. Bagi Profesi

Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa

pemantauan, memberikan informasi serta pelayanan yang tepat dan

adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus ibu

dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini.


5

3. Bagi Institusi Pendidikan

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan mutu

pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada

kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini agar lebih

tepat menangani kasus.

b. Bagi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk

meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus

gangguan sistem produksi kista bartholini.

E. Keaslian Studi Kasus

Keaslian dari karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Kebidanan

gangguan sistem reproduksi pada Ny. E dengan Kista Bartholini” ini pernah

dilakukan oleh:

1. Jie (2010), dengan judul “ Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan

Sistem Reproduksi pada Nn. H dengan Kista Bartholini Di RS

Bayangkara Makassar”. Dilakukan penelitian mulai tanggal 03-06 Mei

2010. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Nn. H dengan kista

bartholini yaitu operasi marsupialisasi. Pasien post marsupialisasi

diberikan infuse RL 28 tetes/menit, injeksi ceftriaxone 1 gr,

dexamethason 0,5 mg. Dan diberikan obat oral tramadol 3x500 mg, dan

asmet 3x500 mg selama 7 hari. Hasil asuhan yang diberikan selama 4


6

hari didapatkan keadaan Nn. H sudah baik dan diperbolehkan pulang.

Nn. H dianjurkan untuk menjaga personal hygiene dan kontrol ulang 2

hari setelah dari rumah sakit. Persamaan studi kasus ini dengan penelitian

sebelumnya adalah metode penelitian, subyek, studi kasus, cara

pengambilan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi rekam medik. Perbedaan studi kasus ini dengan peneliti

sebelumnya adalah pada tempat, waktu, responden penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Gangguan Sistem Reproduksi

a. Pengertian

Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam

manajemen kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Permasalahan

dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah

reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi.

Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur,

keganasan pada alat reproduksi wanita, infertil, dan lain-lain

(Baradero dkk, 2007).

b. Macam-macam gangguan sistem reproduksi

1) Gangguan menstruasi

Macam-macam gangguan haid menurut Nugroho dan Utama

(2014), meliputi:

a) Sindroma Prementruasi (PMS)

Sindroma Prementruasi (PMS) merupakan suatu

keaadan dimana sejumlah gejala terjadi secara rutin dan

berhubungan dengan siklus mentruasi, gejala biasanya

timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika

menstruasi di mulai.

7
8

b) Dismenore

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari

kram rahim dan terjadi selama menstruasi.

c) Amenore (tidak menstruasi)

Amenore adalah tidak menstruasi. Jika menstruasi

tidak pernah terjadi maka disebut amenore primer, jika

mentruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6

bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder. Amenore

yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama

kehamilan, selama menyusui, dan setelah menopause.

d) Perdarahan rahim akibat kelainan fisik

Perdarahan rahim akibat kelainan fisik yaitu

perdarahan yang terhitung sebanyak 25% dari seluruh

perdarahan abnormal pada wanita.

e) Perdarahan rahim disfungsional

Perdarahan abnormal akibat perubahan hormonal.

Perdarahan rahim disfungsional paling sering terjadi pada

awal dan akhir masa reproduktif 20% kasus terjadi pada

gadis remaja dan lebih dari 50% terjadi pada wanita yang

berusia diatas 45 tahun. 75% dari perdarahan rahim yang

abnormal merupakan perdarahan rahim disfungsional.


9

f) Sindroma ovarium poli kista

Suatu penyakit dimana ovarium atau indung telur

membesar dan mengandung banyak kantong yang berisi

cairan (kista), kadar hormon pria (androgen) bisa tinngi

sehingga ladang menyebabkan maskulinisasi.

2) Gangguan tumor jinak vulva

Gangguan tumor jinak vulva menurut Prawirohardjo (2011),

meliputi:

a) Kista bartolini

Kista berukuran relatif besar yang paling sering

dijumpai. Kelenjar bartolini terletak pada sepertiga posterior

dari setiap labium mayus dan muara dari duktus sekretorius

dari kelenjar ini, berada tepat didepan (eksternal) hymen

pada posisi jam 4 dan 8.

b) Kista polisbasea

Kista yang paling sering ditemukan divulva. Kista

ini terbentuk akibat adanya penyumbatan yang disebabkan

oleh infeksi atau akumulasi material sebum pada saluran

tersebut duktus skretorius kelenjar minyak (blok age of

sebaceous duct).
10

c) Hidradenoma papilaris

Kulit ini didaerah mons pubis dan labia mayora,

banyak mengandung kelenjar keringat. Kelenjar aprokin ini

akan mulai berfungsi secara normal setelah masa pubertas.

d) Hidrokel kanalis nuck

Penyumbatan prosesus vaginalis yang tak persisten

(canal of Nuck) juga dapat menimbulkan tumor kistik atau

hidrokel.

e) Fibroma

Tumor bertangkai dengan diameter kecil dan tidak

dikenali oleh penderita. Pertumbuhan lanjut dan

pembesaran ukuran fibroma sehingga menimbulkan

gangguan aktivitas seksual/membatasi mobilisasi penderita

menyebabkan mereka datang ke fasilitas kesehatan atau

klinisi.

f) Polip fibroepitelial

Polip fibroepitelial disebut juga dengan arkrokordon

atau tonjolan kulit (skin tag), merupakan tonjolan kulit

polipoid, bertekstur lunak dan halus, berwarna kemerahan

seperti jaringan otot.


11

2. Kista bartolini

a. Pengertian kista bartolini

Kista bartolini merupakan benjolan berbentuk kantong yang

mengandung cairan. Bekas abses bartolini yang telah sembuh

nanahnya dinitralisasi menjadi cairan seperti lendir, tertimbun dalam

lumen karena salurannya buntu,sudah tidak sakit (dolor tidak ada),

tidak berubah warna (kolor sama dengan warna kulit), dan sudah

dapat dipergunakan untuk jalan atau hubungan seksual

(Manuaba, 2008).

b. Gambaran klinis

Pembesaran kistik bila tidak disertai dengan infeksi lanjutan

atau sekunder, umumnya tidak akan menimbulkan gejala-gejala

khusus dan hanya dikenali melalui palpasi. Sementara itu, infeksi

akut disertai penyumbatan, indurasi, dan peradangan. Gejala akut

inilah yang sering membawa penderita untuk memeriksakan dirinya.

Gejala utama akibat infeksi biasanya berupa nyeri sentuh dan

dispareunia. Pada tahap supuratif, dinding kista berwarna

kemerahan, tegang dan nyeri. Bila sampai pada tahap eksudatif

dimana sudah terjadi abses, maka rasa nyeri dan ketegangan dinding

kista menjadi sedikit berkurang disertai dengan penipisan dinding di

area yang lebih putih dari sekitarnya, umumnya hanya terjadi gejala

dan keluhan lokal dan tidak menimbulkan gejala sistemik kecuali

apabila terjadi infeksi yang berat dan luas (Prawirohardjo, 2011).


12

c. Fisiologi

Besar kelenjar bartholini ini berdiameter sekitar 0,5 cm yang

ditemukan di labia minora, biasanya tak teraba bila dilakukan

palpasi. Setiap kelenjar mengeluarkan lendir ke dalam saluran

yang berukuran sekitar 2,5 cm, kedua saluran muncul ke bagian

depan di kedua sisi lubang vagina. Fungsinya adalah untuk

mempertahankan kelembapan permukaan vestibular mukosa vagina

(Prawirohardjo, 2011).

d. Patofisiologi

Sumbatan duktus utama kelenjar bartolini menyebabkan

retensi sekresi dan dilatasi kistik. Kelenjar bartholini membesar,

merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi didalamnya

berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat

(biasanya akibat infeksi) mengumpul didalam menjadi abses

(Mansjoer, dkk, 2007).

e. Gejala infeksi Bartholini

Gejala infeksi kista bartholini menurut Manuaba (2005), antara lain:

1) tampak sulit berjalan karena rasa nyeri

2) Temperatur badan dapat meningkat

3) Infeksi akan tampak:

a) Pembengkakan , warna merah dengan kulit mengkilat.

b) Palpasi: terasa sangat nyeri, terkesan pembentukan abses,

terdapat selulitis jaringan sekitarnya.


13

f. Penatalaksanaan kista bartholini

1) Insisi atau drainase

Insisi atau drainase merupakan prosedur yang cepat dan

mudah dilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada

pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan karena ada

kecenderungan kekambuhan kista atau abses. Ada studi yang

melaporkan, Bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini

(Pernoll, 2009).

2) World catheter

World catheter merupakan sebuah kateter kecil dengan

balon yang dapat digembungkan dengan saline pada ujung

distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses

bartholini, panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inci

dengan diameter No. 10 French Foley kateter. Balon kecil di

ujung world catheter dapat menampung sekitar 3-4 ml larutan

saline (Prawirohardjo, 2011).

3) Marsupialisasi

Marsupialisasi artinya dibuat lubang yang besar sekitar

2-3 cm, sehingga seluruh isinya dapat dikeluarkan. Sementara

itu dinding kista atau absesnya di jahit ke kulit dari labium

mayora. Dengan demikian dinding kista atau absesnya akan

menempel satu sama lainnya (Prawirohardjo, 2011).


14

B. Teori Manajemen Kebidanan menurut Varney

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

mulai dari pengkajian data, analisis data, diagnose kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Estiwidani, dkk, 2008).

Menajemen kebidanan menurut Estiwidani (2008), untuk

mengaplikasikan pendekatan itu antara lain:

a. Identifikasi dan analisis masalah yang mencangkup pengumpulan

data subyektif dan obyektif dan analisis dari data yang

dikumpulkan/dicatat.

b. Perumusan (diagnosa) masalah utama, masalah yang mungkin akan

timbul (potensial) serta penentu perlunya konsultasi, kolaborasi dan

rujukan.

c. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.

d. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenagngan.

e. Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk

menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah

dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.


15

a. Langakah I: Pengkajian data

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan

dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan

dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, dan

pemeriksaan penunjang (Estiwidani, 2008).

Proses pengumpulan data dasar ini mencakup data subjektif

dan data objektif.

1) Data Subyektif

Data subjektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk

menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya

(Nursalam, 2008). Jenis data yang dikumpulkan meliputi:

a) Biodata pasien

Biodata pasien menurut Romauli (2011), antara lain:

(1) Nama ibu dan suami

Untuk dapat mengenal atau memenggil nama ibu dan

suami untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang

sama.

(2) Umur

Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa

usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-

30 tahun.
16

(3) Suku/bangsa

Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang

mempengaruhi perilaku kesehatan.

(4) Agama

Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita

yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain

dalam keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan

dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus

berhubungan, misalnya agama islam memanggil ustad

dan sebagainya.

(5) Pendidikan

Untuk mengetahui tinngkat intelektual, tingkat

pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan

seseorang. Pada kasus gangguan sistem reproduksi

dengan kista bartholini biasanya ditemukan pada wanita

yang memiliki tingkat pendidikan rendah.

(6) Pekerjaan

Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial

ekonomi agar nasehat kita sesuai.

(7) Alamat

Untuk mengetahui ibu tingal dimana, menjaga

kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan.

Ditanyakan alamatnya, agar dapat dipastikan ibu yang


17

mana hendak ditolong itu. Alamat juga diperlukan bila

mengadakan kunjugan pada penderita.

b) Keluhan Utama

Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang

mendorong klien datang ke bidan (Varney, 2007). Pada

kasus gangguan sistem reproduksi kista bartholini keluhan

utamanya ibu merasakan nyeri saat berjalan maupun duduk,

temperatur suhu badan dapat meningkat >380c, dan tampak

pembengkakan, warna kemerahan, kulit mengkilat, dan

sakit saat melakukan hubungan suami istri

(Manuaba, 2008).

c) Riwayat Menstruasi

Hal yang perlu ditanyakan: Menarche, siklus menstruasi,

lamanya, banyaknya darah yang keluar, menstruasi terakhir,

adakah disminorhoe, gangguan sewaktu menstruasi

(metrorhagia, menoraghia), gejala premenstrual

(Varney, 2007).

d) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, lama

perkawinan, berapa kali menikah, dan menikah pertama

usia berapa (Estiwidani, 2008).


18

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas

Jumlah kehamilan dan kelahiran G (gravida), P

(para), A (abortus), dan riwayat persalinan yaitu jarak antara

dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara

melahirkan, serta masalah/gangguan kesehatan yang timbul

sewaktu hamil dan melahirkan, antara lain: preeklamsi,

infeksi dll (Estiwidani, 2008).

f) Riwayat Keluarga Berencana

Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan:

jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti (bila tidak

memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi

(Varney, 2007).

g) Riwayat penyakit

(1) Riwayat Penyakit Sekarang

Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan

mengetahui adakah penyakit lain yang bisa

memperberat keadaan klien seperti batuk, pilek dan

demam (Estiwidani, 2008).

(2) Riwayat Penyakit Sistemik

Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit

jantung, ginjal, ASMA/TBC, hepatitis, DM, hipertensi,

dan epilepsi serta penyakit sistemik lainnya seperti

penyakit kelamin diantaranya bakterial vaginosis,


19

trikomonas, dan kandidiasis (Estiwidani, 2008).

(3) Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.

Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya

jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan

(Varney, 2007).

(4) Riwayat Keturunan Kembar

Untuk mengetahui riwayat keturunan kembar dalam

keluarga (Estiwidani, 2008).

(5) Riwayat Operasi

Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi

atau belum (Estiwidani, 2008).

h) Data Psikologis

Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu

menghadapi gangguan sistem reproduksi dengan kista

bartholini sekarang ini. Pada kasus gangguan sistem

reproduksi dengan kista bartholini ini biasanya didapatkan

data psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan

keadaannya (Nursalam, 2008).

.
20

2) Pemeriksaan fisik

Pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.

Keadaan umum menurut Varney (2007), antara lain:

a) Keadaan Umum : Pemeriksaan untuk mengetahui

keadaan umum ibu apakah baik,

sedang, buruk, kemudian tingkat

kesadaran dan keadaan emosional.

Pada kasus gangguan sistem reproduksi

dengan kista bartholini didapatkan

keadaann ibu baik.

b) Kesadaran : Terdiri dari komposmentis, (kesadaran

normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang

keadaan sekelilingnya), kesadaran

apatis (keadaan kesadaran yang segan

untuk berhubungan dengan sekitarnya,

acuh tak acuh), kesadaran delirium

(gelisah, disorientasi (orang, tempat,

waktu) memberontak teriak-teriak,

berhalusinasi, berkhayal, kesadaran

somnolen (kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah


21

tertidur, namun kesadaran dapat pulih

bila di rangsang (mudah dibangunkan)

tetapi jatuh tertidur lagi, mampu

member jawaban verbal). Pada kasus

gangguan sistem reproduksi dengan

kista bartholini didapatkan kesadaran

ibu komposmentis.

c) Tanda Vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital menurut Romauli (2011),

antara lain:

Tekanan darah : Pemeriksaan untuk mengetahui faktor

resiko hipertensi/hipotensi dengan satuan

mmHg. Tekanan darah dikatakan tinggi

bila >140/90 mmHg.

Suhu : Pemeriksaan untuk mengetahui suhu

badan apakah ada peningkatan atau tidak

normalnya adalah 36-37,50c. Pada kasus

gangguan sistem reproduksi kista

bartholini suhunya meningkat diatas 380c

(Manuaba, 2008).

Nadi : Pemeriksaan untuk mengetahui denyut

nadi pasien dengan menghitung dalam 1


22

menit penuh normalnya adalah 60-80

x/menit dalam keadaan santai.

Respirasi : Pemeriksaan untuk mengetahui sistem

pernafasan pasien dalam waktu 1 menit

penuh normalnya adalah 16-24 x/menit.

Tinggi Badan : Pemeriksaan untuk mengetahui tinggi

badan pasien.

Berat Badan : Pemeriksaan untuk mengetahui

pertambahan berat badan pasien saat

ditimbangan pada waktu kunjungan

normalnya pertambahan berat badan tiap

minggu adalah 0,50 kg

d) Inspeksi

Melakukan pemeriksaan pandang terhadap pasien mulai

dari kepala sampai kaki (Varney, 2007)

(1) Kepala

(a) Rambut : Pemeriksaan untuk mengetahui

bersih atau kotor, warna, mudah

rontok atau tidak, berketombe

atau tidak.

(b) Muka : Pemeriksaan untuk mengetahui

ada cloasma atau tidak, dan ada

oedema atau tidak.


23

(c) Mata : Pemeriksaan untuk mengetahui

ada oedema atau tidak,

konjungtiva merah muda atau

tidak, seklera putih atau tidak.

(d) Hidung : Pemeriksaan untuk mengetahui

ada benjolan atau tidak, ada

secret atau tidak.

(e) Telinga : Pemeriksaan untuk mengetahui

ada serumen atau tidak.

(f) Mulut dan gigi : Pemeriksaan untuk mengetahui

lidahnya bersih atau tidak, ada

sariawan atau tidak, ada gusi

yang mudah berdarah atau tidak,

ada caries atau tidak.

(2) Leher : Pemeriksaan untuk mengetahui ada

tidaknya pembesaran kelenjar tyroid

dan kelenjar limfe.

(3) Dada : Pemeriksaan untuk mengetahui normal

bentuk simetris, hiperpigmentasi areola

atau tidak, ada benjolan atau tidak,

putting susu menonjol atau tidak.


24

(4) Abdomen : Pemeriksaan untuk mengetahui bentuk,

ada bekas luka atau tidak, dan ada nyeri

tekan atau tidak.

(5) Anogenital

(a) Vulva Vagina : Pemeriksaan untuk

mengetahui normal atau tidak,

ada varises pada vulva atau

tidak, ada kemerahan atau

tidak, ada nyeri tekan atau

tidak, dan ada pembesaran

kelenjar bartholini atau tidak

(Romauli, 2011). Pada kasus

gangguan sistem reproduksi

dengan kista bartholini

didapatkan hasil pemeriksaan

terlihat ada massa di dinding

sebelah dalam pada 1/3 bawah

labium mayora, warna merah,

kulit mengkilat,

(Prawirohardjo, 2011).

(6) Anus : Pemeriksaan untuk mengetahui

ada haemoroid atau tidak

(Romauli, 2011).
25

(7) Ekstremitas

(a) Varises : Pemeriksaan untuk mengetahui

ada varises atau tidak

(Romauli, 2011).

(b) Oedema : Pemeriksaan untuk mengetahui

ada oedema atau tidak

(Romauli, 2011).

(c) Reflek Patella : Tungkai bawah akan bergerak

sedikit ketika tendon diketuk

(Romauli, 2011). Pada kasus

gangguan sistem reproduksi

dengan kista bartholini tidak

dilakukan pemeriksaan reflek

patella.

e) Perkusi

Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan cara

mengetuk untuk membandingkan kiri dan kanan pada setiap

daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara,

dan bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, dan

konsistensi jaringan. Perkusi dilakukan untuk mengetahui

reflek patella pasien (Nursalam, 2008). Pada kasus

gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini tidak

dilakukan pemeriksaan perkusi.


26

f) Palpasi

Palpasi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan

rabaan (Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan sistem

reproduksi dengan kista bartholini didapatkan hasil

pemeriksaan teraba adanya massa di dinding sebelah dalam

pada 1/3 bawah labium mayora (Prawirohardjo, 2011).

g) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan

menggunakan stetoskop. Pada kasus gangguan sistem

reproduksi dengan kista bartholini pemeriksaan auskultasi

dilakukan pada saat pemeriksaan tekanan darah

(Nursalam, 2008).

h) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaa dalam dikaji untuk mengetahui keadaan

porsio dan pengeluaran pervaginam

(Romauli, 2011). Pada kasus gangguan sistem reproduksi

dengan kista bartholini tidak dilakukan pemeriksaan dalam.

i) Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung

diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan

laboratorium. Pada kasus gangguan sistem reproduksi


27

dengan kista bartholini tidak dilakukan pemeriksaan

penunjang (Romauli, 2011).

b. Langkah kedua: Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa

dan masalah berdasarkan intepretasi atas data-data yang telah

dikumpulkan, data dasar yang telah dikumpulkan diintepretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah

tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan

penanganan (Estiwidani, 2008).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan

bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosa kebidanan diagnosa kebidanan terdiri dari

data dasar yang terdiri atas data subyektif dan data obyektif.

Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Ny. E umur 21 tahun

dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini

(Estiwidani, 2008).

Data Dasar

a) Data subyektif

(1) Ibu mengatakan nyeri pada saat berjalan atau duduk

dan pada saat berhubungan suami istri.


28

(2) Ibu mengatakan ada benjolan pada kemaluannya yang

semakin hari semakin membesar, dan suhu badan

meningkat.

(Manuaba, 2005; Prawirohardjo, 2011).

b) Data Obyektif

Data obyektif menurut (Romauli, 2011), antara lain:

(1) Keadaan Umum : Baik

(2) Kesadaran : Composmentis

(3) Vital Sign : Biasanya terrjadi peningkatan suhu

badan >380c (Manuaba, 2008).

(4) Vulva Vagina : Terdapat massa di dinding sebelah

dalam pada 1/3 bawah labium

mayora dan warna kulit merah

mengkilat.

2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan

pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang

disertai diagnosis. Masalah yang sering timbul pada kasus kista

bartholini adalah cemas, gelisah dengan keadaannya

(Wildan & Hidayat, 2008).

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang


29

didapatkan dengan melakukan analisis data. Kebutuhan

yang diperlukan untuk kasus kista bartholini adalah dukungan

moral dan informasi mengenai kista bartholini

(Wildan & Hidayat, 2008).

c. Langkah ketiga: Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap

mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar

terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang

aman (Estiwidani, 2008). Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu

gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini apabila tidak

segera mendapat penanganan yang tepat akan menjadi infeksi

(Prawirohardjo 2011).

d. Langkah keempat: Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yanag lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan (Estiwidani, 2008). Pada kasus gangguan sistem

reproduksi dengan kista bartholini bidan berkolaborasi dengan


30

dokter dalam melakukan tindakan segera yaitu insisi dinding kista

dan drainase cairan kista atau abses, yang disebut dengan prosedur

marsupialisasi dapat pula dilakukan dengan memasang

world catheter dan pemberian antibiotik dan analgetik

(Prawirohardjo, 2011).

e. Langkah kelima: Perencanaan/Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi (Estiwidani, 2008). Dalam

langkah ini yang dapat dilakukan bidan berupa persiapan

perencanaan tindakan pembedahan dan marsupialisasi. Perencanaan

yang diberikan pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista

bartholini diantaranya:

1) Observasi keadaan umum dan tanda tanda vital ibu

(Varney, 2007).

2) Beri dukungan moril pada klien untuk tidak cemas

(Wildan & Hidayat, 2008).

3) Ajarkan pasien teknik relaksasi jika merasa nyeri

(Prawirohardjo, 2011).

4) Anjurkan pasien untuk istirahat cukup

(Pernoll, 2009).
31

5) Pasang kateter dan infuse 20 tetes per menit

(Prawirohardjo, 2011).

6) Berikan antibiotik dan analgetik

(prawirohardjo, 2011).

7) Beritahu pasien bahwa akan dilakukan tindakan operasi

marsupialisasi (Manuaba, 2008).

f. Langkah keenam : Pelaksanaan

Pelaksanaan ini dilaksanakan secara efisien dan aman,

perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan

tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya (Estiwidani, 2008). Pada langkah ini

rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien dan aman, pelaksanaan asuhan

kebidanan dengan kista bartholini sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat (Manuaba, 2008).

g. Langkah ketujuh: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam


32

pelaksanaannya (Estiwidani, 2008). Pada kasus gangguan reproduksi

post marsupialisasi tingkat keberhasilannya cukup, dengan berbagai

tindakan yang telah dilakukan sesuai rencana. Hasil yang diharapkan

yaitu keadaan umum pasien baik, tidak terjadi perdarahan, dan tidak

ada infeksi lanjut, pasien merasa tidak cemas dan merasa nyaman

(Manuaba, 2005).

C. Data Perkembangan Soap

Asuhan lanjutan setelah dilakukan manajemen Varney di

dokumentasikan menggunakan format SOAP (Rismalinda, 2014). Sistem

pendokumentasian tersebut antara lain:

S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian

hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa (wawancara) yang merupakan

ungkapan langsung.

O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian

hasil pemeriksaan fisik klien.

A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian

hasil analisa dan interpretasi yang

terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

yang meliputi diagnosis, antisipasi

diagnosis atau masalah potensial, serta

perlu tidaknya dilakukan tindakan

segera.
33

P (Planning) : Merupakan rencana dari tindakan yang

akan diberikan termasuk asuhan mandiri,

kolaborasi, tes diagnosis atau

laboratorium, serta konseling untuk

tindak lanjut.

D. Landasan Hukum

Kewenangan bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan

kompetensi bidan di Indonesia dalam kasus gangguan reproduksi dengan

kista bartholini bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya

dalam permenkes nomor 1464/Menkes/Per/2010. Tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesaui

dengan pasal 12 yang isinya antara lain:

1. Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu.

b. Pelayanan kesehatan anak, dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan.

Dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9

huruf c, berwenang untuk:


34

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan

metode studi kasus merupakan penelitian yang menggambarkan (mendeskripsikan)

fenomena yang ditemukan, baik itu faktor risiko, maupun suatu efek atau hasil

(Notoadmojo, 2010). Studi kasus ini adalah Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem

Reproduksi dengan Kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen tahun 2015.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi pengambilan kasus yang

akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi pengambilan kasus ini dilaksanakan

di RSU Assalam Gemolong Sragen.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah hal atau orang yang akan dikenai kegiatan

pengambilan kasus (Notoadmojo, 2012). Subjek penelitian dalam kasus ini adalah

Ny. E dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini.

35
36

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan batas waktu dimana pengambilan kasus

diambil (Notoadmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini dilakukan pada tanggal 23-29

Mei 2015.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk

mendapatkan data-data kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini menggunakan

format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan data perkembangan SOAP pada ibu

gangguan sistem reproduksi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

oleh orang yang melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data primer

diambil dengan cara:

a. Wawancara

Metode yang digunakan untuk mendapatkan keterangan secara

lisan dari klien atau bercakap-cakap dan berhadapan dengan responden,

jadi data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui

percakapan atau pertemuan (Notoatmodjo, 2010) pada kasus gangguan


37

sistem reproduksi dengan kista bartholini dilakukan wawancara pada

pasien.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan yang berencana yang

antara lain meliputi melihat, mendengar, mencatat sejumlah taraf

aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan

masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Observasi dilakukan

dengan pengamatan langsung pada pasien dengan kista bartholini yaitu

observasi keadaan umum, kesadaran, Vital Sign, dan anogenital vulva

vagina.

c. Pemeriksaan fisik

Pengkajian kesehatan merupakan komponen kunci dalam

pembuatan klinis. Keahlian dalam pembuatan keputusan klinis

menopang pengembangan praktik kebidanan (Nursalam, 2008).

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan

secara sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan

indera penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat

untuk mengumpulkan data. Dalam pengambilan kasus kista

bartholini ini peneliti melakukan inspeksi pada vulva vagina untuk

melihat apakah ada varises, luka, pembengkakan, kemerahan,

kelenjar bartholini dan pengeluaran pervaginam (Nursalam, 2008).

Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini


38

didapatkan hasil pemeriksaan terlihat ada massa di dinding sebelah

dalam pada 1/3 bawah labium mayora berwarna merah, kulit

mengkilat (Prawirohardjo, 2011).

2) Perkusi

Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan cara mengetuk

untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan

tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, dan bertujuan untuk

mengidentifikasi lokasi, ukuran, dan konsistensi jaringan. Perkusi

dilakukan untuk mengetahui reflek patella pasien (Nursalam, 2008).

Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini tidak

dilakukan pemeriksaan perkusi.

3) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera

peraba, tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitive

dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor,

bentuk kelembaban, vibrasi dan ukuran (Nursalam, 2008). Pada

kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini didapatkan

hasil pemeriksaan yaitu adanya massa dan nyeri tekan pada daerah

vulva vagina.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop

(Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan


39

kista bartholini pemeriksaan auskultasi dilakukan pada saat

pemeriksaan tekanan darah.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian (Saryono, 2011). Data sekunder meliputi:

a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya

laporan, catatan-catatan di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi

adalah segala bentuk dokumen di bawah tanggung jawab instansi tidak

resmi seperti biografi, catatan harian (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal

ini contohnya yaitu status/catatan pasien, rekam medik di RSU Assalam

Gemolong Sragen.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik

berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh

berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010).

Studi kepustakaan yang digunakan penulis adalah buku-buku dari tahun

2005 sampai 2014.

G. Alat-alat yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (Wawancara):


40

a. Format pengkajian asuhan kebidanan pada gangguan reoroduksi

b. Buku tulis

c. Ballpoint, penggaris

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi

a. Timbangan berat badan

b. Thermometer

c. Stetoskop

d. Spygmomanometer

e. Handscoon steril

f. Kom kecil

g. Kapas dan Kassa

h. Bengkok

i. Pinset Anatomis

j. Betadin

k. Jam tangan dengan penunjuk second

H. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

penyusunan proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus,

beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,

2010).

Jadwal terlampir.
BAB IV

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA

Ny. E UMUR 21 TAHUN DENGAN KISTA BARTHOLINI

DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

Ruang : VK

Tgl masuk : 23 Mei 2015

No. Reg : 085018

I. PENGKAJIAN

Tanggal 23 Mei 2015 Pukul 14.00 WIB

A. Identitas Pasien Identitas Suami

1. Nama : Ny. E Nama : Tn.F

2. Umur : 21 tahun Umur : 22 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku bangsa : jawa, Indonesia Suku bangsa : Jawa, Indonesia

5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMK

6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Baron, RT 15 Poyong, Miri, Sragen

41
42

B. Anamnesa ( Data Subyektif )

1. keluhan Utama

Ibu mengatakan keluar lendir darah bercampur nanah dari vulva, ada

benjolan pada kemaluan kiri warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan saat

berhubungan dengan suami.

2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama umur 12 tahun.

b. Siklus : Ibu mengatakan siklus menstruasinya ± 28 hari.

c. Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur.

d. Lama : Ibu mengatakan lamanya menstruasi 7 hari.

e. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 3x/hari.

f. Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer, warna merah

segar.

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan saat hari pertama menstruasi kadang

nyeri perut bagian bawah, tetapi tidak sampai

menganggu aktifitas.

3. Riwayat perkawinan:

Ibu mengatakan status perkawinannya syah, kawin I kali pada umur 20

tahun dengan suami umur 21 tahun. Lamanya menikah 1 tahun dan belum

pernah hamil.
43

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu


Tgl/ Anak Nifas Keadaan
Tempat Jenis Peno
No Thn UK Anak
Partus Partus long JK BB PB Kead Laktasi
Partus Sekarang
-

5. Riwayat KB

a. Metode yang pernah dipakai

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

b. Keluhan selama pemakaian kontrasepsi

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

6. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti batuk,

pilek, maupun deman.

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung

Ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar-debar pada dada bagian

kiri, tidak mudah lemah, tidak mudah berkeringat dingin saat

beraktifitas ringan.

2) Ginjal

Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada bagian pinggang

bagian kanan dan kiri.

3) Asma

Ibu mengatakan tidak pernah menderita sesak nafas.


44

4) TBC

Ibu mengatakan tidak pernah menderita batuk berkepanjangan lebih

dari 2 minggu.

5) Hepatitis

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kuning pada mata,

ujung kuku, maupun kulit.

6) DM

Ibu mengatakan tidak mudah haus dan lapar serta BAk pada malam

hari.

7) Hipertensi

Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/90

mmHg.

8) Epilepsi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang hingga mengeluarkan

busa dari mulut.

9) Lain-lain

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun seperti TBC,

hepatitis, HIV/AIDS, maupun lainnya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganaya maupun keluarga suami tidak ada

yang memiliki penyakit menurun seperti jantung, hipertensi, asma,

maupun DM, serta tidak meiliki riwayat penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, HIV/AIDS.
45

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga suami tidak ada yang

memiliki riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah mengalami riwayat operasi apapun.

7. Data Psikologis

Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya yang sedang dialami sekarang.

C. Pemeriksaan Fisik ( Data Obyektif )

1. Status generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. TTV : TD :120/80 N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

c. TB : 158 cm

d. BB : 58 kg

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak mudah rontok.

2) Muka : Tidak oedema, tidak pucat.

3) Mata

1) Oedema : Tidak ada

2) Conjungtiva : Merah muda

3) Sklera : Putih

4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada secret.

5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen.


46

6) Mulut / gigi / gusi : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gusi

tidak berdarah.

b. Leher

1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok.

2) Tumor : Tidak ada benjolan

3) Pemeriksaan Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar

limfe.

c. Dada dan Axilla

1) Dada : Simetris, tidak ada retraksi.

2) Mammae

a) Membesar : Normal

b) Tumor : Tidak ada benjolan

c) Simetris : Simetris

d) Puting susu : Tidak menonjol

e) Kolostrum : tidak ada kolostrum

3. Axilla

a) Benjolan : Tidak ada benjolan

b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

d. Abdomen

1) Pembesaran hati : Tidak ada

2) Benjolan / Tumor : Tidak ada benjolan

3) Nyeri tekan : Tidak nyeri tekan

4) Luka bekas operasi : Tidak ada.


47

e. Anogenital

1) Vulva Vagina

a) Varices : Tidak ada

b) Luka : Tidak ada

c) Pembengkakan : Ada, di labia mayora sebelah kiri

d) Kemerahan : Ada, warna kemerahan di labia mayora

sebelah kiri

e) Nyeri : Ada nyeri tekan

f) Kelenjar bartholini : Ada pembengkakan kelenjar bartholini

sebesar kelereng

g) Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan

nanah pada vulva yang sudah pecah.

2) Inspekulo

a) Servik/porsio : Tidak dilakukan

3) Pemeriksaan dalam

a) Porsio/servik : Tidak dilakukan

b) Tumor / Benjolan : Tidak dilakukan

c) Nyeri : Tidak dilakukan

4) Anus

a. Haemoroid : Tidak ada

b. Keluhan lain : Tidak ada


48

f. Ekstremitas

1) Varices : Tidak ada

2) Oedema : Tidak ada

3) Reflek patella : Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 23 Mei 2015 pukul 14.10 WIB

a. Pemeriksaan Laboratorium

Hb: 10,9 % gr/dl Gol. Darah: B+ Leukosit: 11,9 % gr/dl

b. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal 23 Mei 2015 Pukul 14.15 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.

Data dasar:

Data Subyektif

1. Ibu mengatakan bernama Ny. E

2. Ibu mengatakan umur 21 tahun.

3. Ibu mengatakan belum pernah hamil.

4. Ibu mengatakan ada benjolan, warna kemerahan pada kemaluan

sebelah kiri.

5. Ibu mengatakan nyeri saat melakukan hubungan dengan suami.


49

Data Obyektif:

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. TB : 158 cm

5. BB : 58 kg

6. Anogenital

Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora

sebelah kiri warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba padat dan keras.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah

dari vulva yang sudah pecah.

B. Masalah

Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya yang sedang dialaminya

sekarang, ada benjolan pada kemaluan sebelah kiri, keluar lendir darah

serta nanah dari vulva ibu merasa tidak nyaman.

Data dasar:

Data Obyektif: ibu terlihat tegang.

C. Kebutuhan

Berikan dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Potensial terjadinya infeksi.


50

IV. ANTISIPASI ATAU TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:

Infus RL 20 tpm

Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV

V. PERENCANAAN

Tanggal 23 Mei 2015 14.25 WIB

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu, keadaan umum,

kesadaran, dan tanda-tanda vital.

2. Observasi kista bartholini 3x sehari ( pagi, siang, malam ).

3. Beri dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang

sedang dialami saat ini, dengan cara menganjurkan ibu untuk rileks, tarik

nafas panjang dari hidung keluarkan melalui mulut secara perlahan.

4. Kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:

Infus RL 20 tpm

Injeksi Ceftriaxon/12 jam 1 gr

Nutriflam 500 mg 3x1 per oral

Dolos 500 mg 3x1 per ora


51

VI. PELAKSANAAN

Tanggal 23 Mei 2015

1. Pukul 14.30 WIB

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami gangguan

sistem reproduksi yaitu kista bartholini, keadaan ibu baik, kesadaran

composmentis, dan tanda-tanda vital normal.

Hasil observasi tanda-tanda vital:

TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

TB : 158 cm

BB : 58 kg

Anogenital

Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora

sebelah kiri warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba padat dan keras.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah

dari vulva yang sudah pecah.

2. Pukul 14.33 WIB

Mengobservasi kista bartholini ( pagi, siang, malam ).

Hasil: Masih terdapat benjolan pada labia mayora kiri, warna kemerahan,

teraba padat, keras, dan terdapat nyeri tekan.

3. Pukul 14.36 WIB

Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan

yang sedang di alami sekarang dengan cara menganjurkan ibu untuk


52

rileks, tarik nafas panjang dari hidung keluarkan melalui mulut secara

perlahan.

4. Pukul 14.40 WIB

Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:

Infus RL 20 tpm

Injeksi Ceftriaxon/12 jam 1 gr/IV

Nutriflam 500 mg 3x1 per oral

Dolos 500 mg 3x1 per oral

VII. EVALUASI

Tanggal 23 Mei 2015 Pukul 15.00 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan secara inspeksi

pada anogenital terlihat berupa lendir darah dan nanah dari vulva yang

sudah pecah, warna kemerahan, dan teraba padat, keras, dan terdapat

nyeri tekan.

2. Hasil observasi kista bartholini.

Terdapat benjolan pada labia mayora kiri, warna kemerahan, teraba

padat, keras, dan terdapat nyeri tekan.

3. Ibu sudah merasa lebih tenang.

4. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr.SpoG untuk pemberian terapi

nutriflam 500 mg 1x1 per oral, dolos 500 mg 1x1 per oral pada jam 14.40

WIB.
53

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 24 Mei 2015 Pukul 08.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah lebih merasa tenang.

2. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada kemaluannya.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TTV TD : 110/70 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. Ektremitas atas : Terpasang infus pada tanagn kiri

5. Anogenital

Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora sebelah kiri

warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba padat dan keras.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva

yang sudah pecah.

Assasment

Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.

Planning

Tanggal 24 Mei 2015

1. Pukul 08.15 WIB

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.


54

2. Pukul 08.20 WIB

Mengobservasi kista bartholini.

3. Pukul 08.23 WIB

Menberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang

sedang dialami saat ini dengan cara mengalihkan perhatian dari

kekawatirannya dengan mengajak ngobrol bahwa ibu bisa menghadapinya.

4. Pukul 08.26 WIB

Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:

Injeksi ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV

Nutriflam 500 mg 3x1 per oral

Dolos 500 mg 3x1 per oral.

Evaluasi

Tanggal 24 Mei 2015 Pukul 09.00 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara inspeksi

pada anogenital terlihat berupa lendir darah dan nanah dari vulva yang sudah

pecah warna kemerahan, teraba padat, keras, dan terdapat nyeri tekan.

2. Hasil observasi kista bartholini.

Masih terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna kemerahan, teraba padat,

keras, dan terdapat nyeri tekan.

3. Ibu sudah merasa lebih tenang.

4. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi

ceftriaxone 1 gr/ IV, nutriflam 500 mg per oral, dolos 500 mg per oral pada

pukul 09.00 WIB.


55

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 25 Mei 2015 pukul 09.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang sedang dialaminya saat

ini.

2. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada kemaluannya.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. Etremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri

5. Anogenital

Inspeksi : Terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna

kemerahan dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba lunak.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva

yang sudah pecah.

Assasment

Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.


56

Planning

Tanggal 25 Mei 2015

1. Pukul 09.10 WIB

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-

tanda vital.

2. Pukul 09.15 WIB

Mengobservasi kista bartholini.

3. Pukul 09.18 WIB

Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang

sedang dialami saat ini dengan cara meyakinkan ibu bahwa rasa nyeri yang

dialami bisa hilang dengan berfikir positif.

4. Pukul 09.22 WIB

Memberitahu ibu untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.

5. Pukul 09.25 WIB.

Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:

Injeksi ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV

Nutriflam 500 mg 3x1 per oral

Dolos 500 mg 3x1 per oral.


57

Evaluasi

Tanggal 25 Mei 2015 Pukul 09.40 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, dan tanda tanda vital normal.

TD: 110/70 mmHg R: 24x/menit

N : 80x/menit S: 36,70c

Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri

Anogenital

Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora kiri

warna kemerahan dan nyeri.

Palpasi : Teraba lunak.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah

dari vulva yang sudah pecah.

2. Hasil observasi kista bartholini.

Terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna kemerahan, teraba lunak, dan

terdapat nyeri tekan.

3. Ibu sudah merasa lebih tenang.

4. Ibu bersedia untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.

5. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi nutriflam

500 mg per oral, dolos 500 mg per oral pukul 09.25 WIB.
58

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal 26 Mei 2015 pukul 09.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan merasa sudah merasa lebih tenang.

2. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada kemaluannya.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri

5. Anogenital

Inspeksi : Terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna

kemerahan dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba lunak.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva

yang sudah pecah.

Assasment

Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.

Planning

Tanggal 26 Mei 2015

1. Pukul 09.10 WIB

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-

tanda vital.
59

2. Pukul 09.15 WIB

Mengobservasi kista bartholini.

3. Pukul 09.18 WIB

Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi

marsupialisasi besok pagi pukul 09.00 WIB.

4. Pukul 09.21 WIB

Berikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan tindakan

operasi marsupialisasi.

5. Pukul 09.24 WIB

Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi yaitu: Pasang

infus RL 20 tpm

Injeksi Ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV

Puasa 4 jam sebelum dilakukan tindaka operasi marsupialisasi

Pasang DC(dower cateter).

6. Pukul 09. 30 WIB

Menganjurkan ibu untuk puasa mulai besok pagi pukul 06.00 WIB.

7. Pukul 09. 33 WIB

Konsultasi dengan dokter bagian anestesi.

EVALUASI

Tanggal 26 Mei 2015 Pukul 09.45 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, dan tanda-tanda vital normal.

Hasil observasi tanda-tanda vital


60

TTV TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

TB : 158 cm

BB : 58 kg

Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri

Anogenital : terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna kemerahan

dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba lunak.

Pengeluaran : Ada pengeluaran lendir darah dan nanah dari vulva yang

sudah pecah.

2. Hasil observasi kista bartholini yaitu terdapat benjolan pada labia mayora kiri,

warna kemerahan, teraba lunak, dan terdapat nyeri tekan.

3. Ibu dan keluarga bersedia dilakukan tindakan operasi marsupialisasi.

4. Keluarga ( suami ) sudah menandatangani informed consent.

5. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr.SpoG dalam pemberian terapi

ceftriaxone 1 gr/IV, DC (dower cateter) sudah terpasang pukul 09.24 WIB.

3. Ibu bersedia untuk berpuasa besok pagi selama 4 jam mulai pukul 06.00 WIB.

4. Telah dilakukan konsultasi dengan dokter bagian anestesi.


61

DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal 27 Mei 2015 Pukul 08.30 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah siap untuk dilakukan tindakan operasi marsupialisasi.

2. Ibu mengatakan sedang berpuasa sejak jam 06.00 WIB.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. TB : 158 cm

5. BB : 58 kg

6. Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri

7. Anogenital

Inspeksi : Terlihat benjolan pada labia mayora kiri, warna

kemerahan, dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba lunak.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva

yang sudah pecah.

Assasment

Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.


62

Planning

Tanggal 27 Mei 2015

1. Pukul 08.35 WIB

Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan operasi pukul 09.00 WIB dan

hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-tanda vital.

2. Pukul 08.38 WIB

Mengobservasi kista bartholini.

3. Pukul 08.43 WIB

Menyiapkan ibu untuk persiapan operasi: Menganti baju ibu dengan baju

operasi lengkap dengan tutup kepala, menyiapkan pakaian ganti ibu dan

jarik/selimut, infus dan DC (dower cateter) sudah terpasang.

4. Pukul 08.45 WIB

Mengantar ibu ke ruang operasi ( OK )

Evaluasi

Tanggal 27 Mei 2015 Pukul 09.00 WIB

1. Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan operasi marsupialisasi dan ibu sudah

mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran komposmentis

dan tanda-tanda vital normal.

TTV TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

TB : 158 cm

BB : 58 kg

Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri


63

Inspeksi : Terlihat benjolan pada labia mayora kiri, warna

kemerahan, dan terdapat nyeri tekan.

Palpasi : Teraba lunak.

Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva

yang sudah pecah.

2. Hasil observasi kista bartholini yaitu terdapat benjolan pada labia mayora kiri,

warna kemerahan, teraba lunak, dan terdapat nyeri tekan.

3. Telah dilakukan persiapan operasi dengan hasil pakaian ibu sudah diganti

dengan baju operasi lengkap dengan tutup kepala, pakaian ganti, jarik/selimut

sudah disiapkan, dan infus dan DC ( dower cateter ) sudah terpasang.

4. Ibu telah diantar ke ruang operasi ( OK ).


64

DATA PERKEMBANGAN V

Tanggal 27 Mei 2015 Pukul 12.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan nyeri luka operasi.

2. Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri

5. Anogenital

Inspeksi : Terlihat bekas luka operasi pada labia mayora kiri dan

terpasang tampon.

Assasment

Ny. E umur 21 tahun dengan post operasi kista bartholini hari ke 0.

Planning

1. Pukul 12. 08 WIB.

Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik dan hasil tindakan

operasi marsupialisasi berjalan lancar kista bartholini sudah diambil ukurannya

sebesar kelereng kemudian dijahit dan terpasang tampon pada kemaluan ibu.

2. Pukul 12.10 WIB

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini miri kanan, miring kiri, duduk dan

berjalan jika ibu sudah tidak merasa pusing.


65

3. Pukul 12. 13 WIB

Memberitahu ibu untuk istirahat cukup.

4. Pukul 12.15 WIB

Memberitahu ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan mengkonsumsi makanan

yang bergizi.

5. Pukul 12.18 WIB

Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene.

Evaluasi

Tanggal 27 Mei 2015 pukul 12.30 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa kista bartholini sudah

dioperasi.

2. Ibu sudah miring kanan dan miring kiri tetapi masih takut untuk duduk dan

berjalan.

3. Ibu bersedia untuk istirahat cukup.

4. Ibu bersedia untuk mencukupi nutrisinya dengan mengkonsumsi makanan yang

bergizi.

5. Ibu bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene.


66

DATA PERKEMBANGAN VI

Tanggal 28 Mei 2015 Pukul 08.30 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tanagn kiri

5. Anogenital

Inspeksi : Terlihat bekas luka operasi pada labia mayora kiri, dan

terpasang tampon.

Assasment

Ny. E umur 21 tahun post operasi kista bartholini hari ke 1.

Planning

Tanggal 28 Mei 2015

1. Pukul 08.35 WIB

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-

tanda vital.

2. Pukul 08.38 WIB

Mengobservasi luka post operasi kista bartholini.


67

3. Pukul 08.40 WIB

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini duduk, dan berjalan.

4. Pukul 08.43 WIB

Melakukan kolaborasi dengan dr.SpoG dalam pemberian terapi:

Injeksi Xevolac/8 jam 1 gr/IV

Nutriflam 3x1 500 mg/oral

Dolos 3x1 500 mg/oral

Evaluasi

Tanggal 28 Mei 2015 Pukul 09.30 WIB

1. Hasil observasi keadaan umum baik, kesadaran komposmentis dan tanda-tanda

vital normal.

TTV TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri

2. Hasil observasi post operasi kista bartholini yaitu bekas luka operasi masih

basah dan terpasang tampon.

3. Ibu sudah duduk, dan berjalan.

4. Telah di lakukan kolaborasi dengan dr.SpoG dalam pemberian terapi Injeksi

xevolac 1 gr/IV, nutriflam 500 mg/oral, dolos 500 mg/oral pukul 09.00 WIB.
68

DATA PERKEMBANGAN VII

Tanggal 29 Mei 2015 Pukul 09.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi sedikit berkurang.

2. Ibu mengatakan ingin pulang.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. Ekstremitas : Terpasang infus pada tangan kiri

5. Anogenital

Inspeksi : Terlihat bekas luka operasi pada labia mayora kiri

dan terpasang tampon.

Assasment

Ny.E umur 21 tahun post operasi kista bartholini hari ke 2.

Planning

Tanggal 29 Mei 2015

1. Pukul 08.35 WIB

Melakukan observasi keadaan umum, kesadaran, dan tanda-tanda vital.

2. Pukul 08.38 WIB

Observasi luka post operasi kista bartholini.


69

3. Pukul 08.40 WIB

Memberitahu ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan mengkonsumsi

makanan yang bergizi.

4. Pukul 08.43 WIB

Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup.

5. Pukul 08.46 WIB

Memberitahu ibu untuk selalu menjaga personal hygiene.

6. Pukul 08.50 WIB

Konsultasi dengan dr.SpoG untuk izin pasien pulang.

7. Pukul 08.55 WIB

Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi:

Ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV

Nutriflam 3x1 500 mg/oral

Dolos 3x1 500 mg/oral

Cefixim 2x1 200 mg/oral

Laktasit eba pagi dan sore

8. Pukul 10.00 WIB

Aff infus dan tampon.

9. Pukul 11.00 WIB

Memberitahu ibu untuk kontrol 1 minggu lagi.

10. Pukul 11.13 WIB

Pasien pulang.
70

Evaluasi

Tanggal 29 Mei 2015 Pukul 11.30 WIB

1. Hasil observasi keadaan umum baik, kesadaran komposmentis dan tanda-

tanda vital normal.

TTV TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

2. Luka jahitan masih basah.

3. Ibu bersedia dan mau untuk memenuhi nutrisinya dengan mengkonsumsi

makanan yang bergizi.

4. Ibu bersedia untuk istirahat cukup.

5. Ibu bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene.

6. Telah dilakukan konsultasi dengan dr.SpoG bahwa pasien diperbolehkan

pulang hari ini.

7. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr.SpoG dalam pemberian terapi

ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV, nutriflam 3x1 500 mg/oral, dolos 3x1 500

mg/oral, cefixim 2x1 200 mg/oral pukul 09.00 WIB.

8. Infus dan tampon sudah di aff pukul 10.00 WIB.

9. Ibu bersedia untuk kontrol 1 minggu lagi.

10. Pasien pulang pukul 11.30 WIB.


71

DATA PERKEMBANGAN VIII

Tanggal 04 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun.

2. Ibu mengatakan sudah beraktifitas sehari-hari.

Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. BB : 58 kg

5. Anogenital : Terlihat luka operasi sudah kering.

Assasment

Ny.E umur 21 tahun post operasi kista bartholini hari ke 6.

Planning

Tanggal 04 Juni 2015

1. Pukul 10.05 WIB

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan bekas luka

operasi marsupialisasi sudah kering.

2. Pukul 10.13 WIB

Memberitahu ibu untuk selalu menjaga personal hygiene.

3. Pukul 10. 16 WIB

Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang begizi.


72

4. Pukul 10.20 WIB

Memberitahu ibu untuk istirahat cukup.

5. Pukul 10.24 WIB

Memberitahu ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu jika

ibu masih merasa khawatir.

6. Pukul 10.27 WIB

Kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi:

Nutriflam 3x1 500 mg/oral

Dolos 3x1 500 mg/oral

Cefixim 2x1 200 mg/oral

Evaluasi

Tanggal 04 Juni 2015 Pukul 10.40 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene.

3. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

4. Ibu bersedia untuk istirahat cukup.

5. ibu sudah mengerti apa yang dianjurkan bidan.

6. Terapi obat telah diberikan kepada ibu pukul 10.35 WIB.


73

B. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang gangguan sistem

reproduksi kista bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan teori

yang ada. Karena penulis menggunakan pendekatan manajemen asuhan

kebidanan tujuh langkah Varney, maka pembahasan akan diuraikan langkah

demi langkah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian pada langkah pertama ini dikumpulkan semua sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan

dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan dan

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan

penunjang (Estiwidani, 2008).

Data subjektif pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista

bartholini ibu mengatakan keluar lendir darah bercampur nanah dari vulva

yang sudah pecah, dan nyeri saat berhubungan dengan suami. Data obyektif

pada pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini

keadaan ibu baik, kesadaran composmentis, ada benjolan pada labia mayora

kiri warna kemerahan, padat, keras, dan terdapat nyeri tekan. Jadi dalam

pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

2. Interpretasi Data

Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan,

menentukan masalah, dan kebutuhan pada kasus Ny. E dengan gangguan

sistem reproduksi kista bartholini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi


74

terhadap diagnosa dan masalah berdasarkan intepretasi atas data-data yang

telah dikumpulkan, data dasar yang telah dikumpulkan diintepretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak

dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan

(Estiwidani, 2008). Pada kasus ini penulis menentukan diagnosa

kebidanan Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.

Masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan

dari hasil pengkajian yang disertai diagnosis. Masalah yang sering timbul

pada kasus kista bartholini adalah cemas, gelisah dengan keadaannya

(Wildan & Hidayat, 2008).

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data. Kebutuhan yang diperlukan untuk kasus kista

bartholini adalah dukungan moral dan informasi mengenai kista

bartholini (Wildan & Hidayat, 2008). Jadi pada langkah ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.

3. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,

bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau

masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting


75

sekali dalam melakukan asuhan yang aman (Estiwidani, 2008). Diagnosa

potensial yang terjadi pada ibu gangguan sistem reproduksi dengan kista

bartholini apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat akan

menjadi infeksi (Prawirohardjo 2011). Jadi pada langkah tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

11. Tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yanag lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan

(Estiwidani, 2008). Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista

bartholini bidan berkolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan

segera yaitu insisi dinding kista dan drainase cairan kista atau abses, yang

disebut dengan prosedur marsupialisasi dapat pula dilakukan dengan

memasang world catheter dan pemberian antibiotik dan analgetik

(Prawirohardjo, 2011). Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan praktik dilapangan.

12. Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi (Estiwidani, 2008). Dalam langkah ini yang dapat dilakukan

bidan berupa persiapan perencanaan tindakan pembedahan dan


76

marsupialisasi. Perencanaan yang diberikan pada kasus gangguan sistem

reproduksi dengan kista bartholini diantaranya:

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-

tanda vital ( Varney, 2007 ).

b. Melakukan observasi kista bartholini

( Prawirohardjo, 2011 ).

c. Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan

yang sedang dialami saat ini

( Wildan dan Hidayat, 2008 ).

d. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tidakan operasi

marsupialisasi

( Manuaba, 2008 ).

e. Memberikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan

tindakan operasi

( Manuaba, 2008 ).

f. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi

( Manuaba, 2008).

g. Melakukan konsultasi dengan dokter bagian anestesi

( Manuaba, 2008 ).

Langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di

lapangan.
77

13. Pelaksanaan

Langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan berupa persiapan

perencanaan tindakan pembedahan marsupialisasi yaitu:

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-

tanda vital ( Varney, 2007 ).

b. Melakukan observasi kista bartholini

( Prawirohardjo, 2011 ).

c. Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan

yang sedang dialami saat ini

( Wildan dan Hidayat, 2008 ).

d. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tidakan operasi

marsupialisasi

( Manuaba, 2008 ).

e. Memberikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan

tindakan operasi

( Manuaba, 2008 ).

f. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi

( Manuaba, 2008).

g. Melakukan konsultasi dengan dokter bagian anestesi

( Manuaba, 2008 ).
78

7. Evaluasi

Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam

diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwidani, 2008). Setelah

dilakukan pemeriksaan pada Ny. E dan perawatan selama 7 hari. Hasilnya

kista bartholini dapat teratasi dan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, serta ibu sudah merasa nyaman dengan keadaanya. Jadi

asuhan yang diberikan pada Ny. E sesuai dengan perencanaan.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan observasi dengan memberikan

manajemen asuhan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. E Umur 21 Tahun

dengan Kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan

menggunakan pendekatan tujuh langkah varney, dapat diambil kesimpulan:

1. Dari pengkajian pada Ny. E didapatkan data subjektif keluhan utama ibu

mengatakan mengeluh ada benjolan pada kemaluan sebelah kiri, keluar

lendir darah dan nanah dari vulva, serta nyeri saat berhubungan dengan

suaminya. Sedangkan pada data objektif didapatkan keadaan umum baik,

kesadaran komposmentis, serta terdapat benjolan di labia mayora kiri warna

kemerahan padat, keras dan terdapat nyeri tekan.

2. Dari intepretasi data pada kasus Ny. E didapatkan diagnosa kebidanan Ny. E

umur 21 tahun dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini, dengan

masalah yang timbul adalah ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang

sedang dialaminya saat ini serta kebutuhan yang dibutuhkan yaitu dukungan

moril pada ibu agar tidak cemas dengan keadaannya.

3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. E dengan gangguan sistem reproduksi

kista bartholini adalah potensial terjadinya infeksi. Tetapi setelah dilakukan

operasi marsupialisai tidak terjadi infeksi.

79
80

4. Antisipasi yang diberikan pada kasus Ny. E yaitu kolaborasi dengan dr.

SpoG dalam pemberian terapi.

5. Rencana asuhan kebidanan pada Ny. E dengan gangguan sistem reproduksi

kista bartholini dilakukan secara menyeluruh yaitu:

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-

tanda vital.

b. Observasi kista bartholini.

c. Beri dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang

sedang dialami saat ini.

d. Beritahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi

marsupialisasi.

e. Berikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan tindakan

operasi.

f. Kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:

Infus RL 20 tpm

Injeksi Ceftriaxon/12 jam 1 gr

Nutriflam 500 mg 3x1 per oral

Dolos 500 mg 3x1 per oral

Puasa 4 jam sebelum dilakukan tindaka operasi

Pasang DC (dower cateter)

g. Konsultasi dengan dokter bagian anestesi.

6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Ny. E dengan gangguan sistem

reproduksi kista bartholini sesuai dengan rencanaan yang telah dibuat.


81

7. Setelah dilakukan pemeriksaan pada Ny. E dan perawatan selama 7 hari

hasilnya kista bartholini dapat teratasi dan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, serta ibu sudah merasa nyaman dengan keadaanya. Jadi

asuhan yang diberikan pada Ny. E sesuai dengan perencanaan.

8. Berdasarkan hasil pembahasan dari pengkajian sampai evaluasi tidak ada

kesenjangan antara rencana tindakan dan pelaksanaan teori dan praktik.

B. SARAN

1. Bagi bidan

Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa pemantauan,

memberikan informasi serta pelayanan yang tepat dan adekuat dalam

memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus ibu dengan

gangguan sistem reproduksi kista bartholini.

2. Bagi Institusi dan Pendidikan

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan mutu

pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada kasus

gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini agar lebih tepat

menangani kasus.

b. Bagi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk

meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus

gangguan sistem produksi kista bartholini.


82

3. Bagi ibu

Ibu diharapkan untuk lebih memjaga terhadap kesehatannya agar

terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatan dan mampu memberikan

pertolongan pertama serta cepat mengambil keputusan untuk mencari

pertolongan pertama pada tempat pelayanan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Baradero, dkk.2007. Penatalaksanaan Gangguan Sistem Reproduksi &


Seksualitas. Yogyakarta: Fitramaya

Estiwidani, dkk. 2011. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Manuaba, I. B. G. 2005. Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC

Manuaba, dkk. 2008. Gawat darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi
sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Nursalam, 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Nugroho dan Utama. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Nuha Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Pernoll, 2008. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Rismalinda, P. H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Katalog dalam Terbitan:


In Media

Romauli, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta: Nuha Medika

Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendiia

Wildan & Hidayat. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai