Disusun Oleh :
Nur Itikavia
(2021.04.197)
2022
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative. (susanto, 2017, hal. 72)
Diabetes militus adalah penyakit metabolic yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda kadar glukosa darah yang berlebih dan glukosaria,
disertai dengan tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai
akibat dari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh. Gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolism lemak dan protein. (susanto, 2017, hal. 73)
2. Etiologi
Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil dan
sebagian besar dari sel beta dan pulau Langerhans pada pangkreas yang
berfungsih menghasilkan insulin, yang berakibat kekuragan insulin.
(susanto, 2017, hal. 74)
Di samping itu, diabetes militus juga dapat terjadi karena gangguan
terhadap fungsi insulin dalam memasukkan kadar gula darah ke dalam sel.
Gangguan itu terjadi karena kegemukan atau adapenyebab lain yang belum
diketahui. Diabetes militus mempunyai etiologi yang hiterogen , yakni
berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulit, tetapi determina
genetik biasanya memegang perana penting pada mayoritas Diabetes
milietus. factor lain yang di anggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu
sebagai berikut. (susanto, 2017, hal. 74)
a. Kelainan sel beta pancreas,berkisar dari hilangnya sel beta hingga
kegagalan sel beta melepas insulin.
3
b. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain adalah
agen yang menimbulkan infeksi , diet pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, serta obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan system imunitas. system ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibody antipangkreatikjuga
mengakibatkan kerusakan sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan
kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada klien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin karena kurangnya reseptor insulin yang berada
pada membrane sel yang responsive terhadap insulin. (susanto, 2017, hal.
74)
Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM
atau tidak table berikut menunjukkan criteria DM.
Bukan DM Puasa Vena < 100 2 jam PP
Kapiler < 80
Gangguan Puasa Vena 100-140 2 jam PP Vena 100-140
toleransi Kapiler 80- Kapiler 80-
glukosa 120 120
DM Puasa Vena > 140 2 jam PP Vena > 200
Kapiler > 120 Kapiler > 200
(susanto, 2017, hal. 75)
c. Factor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses imun
yang menyerang diri sendirisehingga menimbulkan estruksi sel beta pada
diabetes tipe 1. (hardhi kusuma, 2016, p. 166)
d. Diabetes militus tipe 2 dapat disebabkan oleh factor resiko yaitu: usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th), obesitas,
riwayat dan keluarga. (hardhi kusuma, 2016, p. 166)
3. Tanda dan gejala
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes yaitu banyak minum,
banyak kencing, dan berat badan menurun. Pada awalnya, kadang-kadang
berat badan penderita diabetes naik yang disebabkan kadar gula tinggi
dalam tubuh. Sehingga, perlu waspada apabila kenginan minum terlalu
berlebihan atau merasa ingin makan terus. Berat badan yang awalnya terus
naik lalu tiba-tiba menurun terus tanpa diet. Gejala lain adalah gangguan
saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan
dan gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama
sembuh, gangguan ereksi pada pria, serta keputihan pada perempuan. Pada
tahap awal gejala umumnya hingga tidak dirasakan, tetapi baru diketahui
sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. (susanto, 2017, hal. 75)
Tanda dan gejala lainnya yaitu: (kowalak, 2016, hal. 520)
a. Poliuria dan polidipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang
tinggi akibat kadar glukosa serum yang tinggi.
b. Anoreksia (sering terjadi) atau polifagi (kadang-kadang terjadi).
c. Penurunan berat badan (biasanya sebesar 10% hingga 30% penyandang
diabetes tipe 1 secara khas tidak memiliki lemak pada tubuhnya saat
diagnosis ditegakkan) karena tidak terdapat metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang normal sebagai akibat fungsi insulin yang
rusak atau tidak ada.
d. Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang berkurang, dan
gangguan pada kinerja sekolah serta pekerjaan; semua ini disebabkan
oleh kadar glukosa intrasel yang rendah.
5
Poliuri
Syok hiperglikemi Kekebalan tubuh
Kehilangan elektrolit menurun
dalam sel Koma diabetek
Ketidakseimbanga nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
6
5. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes militus
a. Klasifikasi klinis
1) DM
a) Tipe I: IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
terjadinya proses autoimun. (hardhi kusuma, 2016)
b) Tipe II: NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relativ sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati: (hardhi kusuma,
2016, hal. 166)
(1) Tipe II dengan obesitas
(2) Tipe II tanpa obesitas
c) Diabetes kehamilan (gestasional) yang mucul pada saat hamil
namun hilang pada saat kehamilan berakhir. (black, 2016, hal.
632)
b. Klasifikasi resiko statistik : (hardhi kusuma, 2016, hal. 166)
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa.
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut diabetes militus
1) Hiperglikemia
Akibat saat hlukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel karena
kekurangan insulin. Tanpa tersedianya KH untuk bahan bakar sel,dan
hati mengubuah simpanan glikogennya kembali ke glukosa
(glikogenolisis) serta meningkatkan biosintesis glukosa
(glukoneogenesis). (black, 2016, hal. 661)
7
8
2) Ketoasidosis
Asidosis metabolik berkembang dari pengaruh asam (PH rendah)
akibat keton asetoasetat dan hidroksibuktirat-beta. Kondisi ini disebut
ketoasidosis asidosis. (black, 2016, hal. 661)
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia(juga di kenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemia) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga di temukan
di dalam klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau
obat oral. (black, 2016, hal. 668)
b. Komplikasi kronis diabetes militus
Komplikasi kronis adalah pnyebab utamanya kesakitan dan kematian
pada klien DM. Perubahan ini banyak memengaruhi sistem tubuh dan
dapat menghancurkan klien dan keluarganya; perubahan ini
mempengaruhi klien DM tipe 1 dan DM tipe 2. Komplikasi terkait
diabetes diklasifikasikan 1 dari 2 tipe.
1) Makrovaskular, termasuk penyakit jangtung koroner, penyakit
jantung pembuluh, hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan
infeksi.
2) Mikrovaskular, termasuk retinapati, nepropati, dan neuropati (black,
2016, hal. 174).
9
b) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang
takikardi/brakikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
(jauhar m. d., 2013, hal. 40)
c) Sistem persarafan
Biasanya terjadi penurunan sensoris parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflex lambat, kacau mental, disorientasi.
(jauhar m. d., 2013, hal. 41)
d) Sistem perkemihan
Poliuri (sering berkemih), retensio urine, inkontinensia urine,
rasa panas atau sakit saatberkemih.(jauhar m. d., 2013, hal. 41)
e) Sistem pencernaan
Terdapat polifagi.Polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan, perubahan dengan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.(jauhar m. d., 2013, hal. 41)
f) Sistem integument
Turgor kulit menurun, kulit kering, adanya ulkus di kulit,
serta akral dingin, capillarry refil kurang dari 3 detik, adanya
pitting edema. (jauhar m. d., 2013, hal. 41)
g) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri.(jauhar m. d., 2013, hal. 41)
h) Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pankreas dan produknya
mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang
menyebabkan DM tipe 1, respon sel beta pankreas terpapar secara
kronis terhadap kadar glukosa darah yang tinggal menjadi
progesif kurang efisien yang menyebabkan DM tipe 2. (black,
2016, hal. 634)
12
i) Sistem reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,
gangguan kualitas maupun ereksi, dan memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.(jauhar m. d., 2013, hal. 38)
j) Sistem penglihatan
Retinopati diabetik adalah penyebab utama kebutaan di antara
klien dengan DM. (black, 2016, hal. 677)
k) Sistem imun
Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi
infeksi, infeksi sulit untuk pengobatan. Area yang terinfeksi
sembuh secara pelan-pelan karena kerusakan sistem pembuluh
darah tidak dapat membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat
gizi, dan antibodi ke tempat luka. Infeksi meningkatkan
kebutuhan insulin dan mempertinggi kemungkinan ketoasidosis.
(black, 2016, hal. 677)
e. Pemeriksaan penunjang (hardhi kusuma, 2016, hal. 168)
1) Kadar glukosa darah
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring.
13
7) Anafilaksis
8) Sepsis
9) Koagulasi intravaskular diseminata
10) Sindrom respons inflamasi diseminata
3. Intervensi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (wilkinson,
2016, hal. 282)
1) Tujuan
Memperlihatkan suatu nutrisi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstem, berat, sedang, ringan, atau
tidak ada penyimpangan dari rentang normal): Asupan gizi, dan Asupan
makanan, Asupan cairan, Energi.
2) Kriteria hasil
Selera makan: keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
sedang menjalani pengobatan.
Perilaku kepatuhan : program diet : tindakan personal untuk mengikuti
anjuran asupan makanan dan cairan oleh profesional kesehatan untuk
kondisi kesehatan khusus.
Fungsi gastrointestinal : tingkat makanan (melalui konsumsi atau
memberikan makan melalui slang) berpindah dari konsumsi hingga
ekskresi.
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Aktivitas umum untuk semua ketidakseimbangan nutrisi.
Pengkajian
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
b) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kenutuhan nutrisi.
c) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan
elektrolit.
d) Manajemen nutrisi (NIC):
20
3) Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Lihat juga aktivitas keperawatan pada kerusakan integritas kulit, risiko.
Pengkajian
a) Kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurun tekanan, meliputi kasur
udara statis, terapi low-air loss, terapi udara yang dicairkan, dan
kasur air.
b) Perawatan area insisi (NIC)
c. Inspeksi luka pada setiap mengganti balutan.
d. Kaji krakteristik luka, meliputi drainase, warna, ukuran, dan
bau.
e. Kaji luka terhadap karakteristik berikut: lokasi, luas, dan
kedalaman.
f. Adanya dan karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna, dan
bau.
g. Ada atau tidaknya granulasi atau epitelialisasi.
h. Ada atau tidaknya jaringan nekrotik, deskripsikan warna, bau,
dan banyaknya.
i. Ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi luka setempat (mis,.
Nyeri saat palpasi, edema, pruritus, indurasi, hangat, bau busuk,
eskar, dan eksudat).
j. Ada atau tidaknya perluasan luka ke jaringan di bawah kulit dan
pembentukan saluran sinus.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan
gejala infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat
mandi, dan mengurangi penekanan pada insisi tersebut.
23
Aktivitas kolaboratif
a) Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein,
mineral, kalori, dan vitamin.
b) Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian
makanan dan nutrisi enteral atau parenteral untuk meningkatkan
potensi penyembuhan luka.
c) Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk mendapatkan bantuan
dalam pengkajian, penentuan derajat luka, dan dokumentasi
perawatan luka atau kerusakan kulit.
d) Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS (trans cutaneous
elektrical nerve stimulation) untuk peningkatan proses
penyembuhan luka, jika perlu
Aktivitas lain
a) Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topikal yang dapat
meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorben,
dan sebagainya.
b) Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin yang
dapat meliputi tindakan berikut:
(1) Ubah atur posisi pasien secara sering.
(2) Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan
kelembapan yang berlebihan.
(3) Lindungi pasien dari kontaminasi feses atau urine.
(4) Lindungi pasien dari eksresi luka lain dan eksresi slang drain
pada luka.
c) Bersihkan dan balut area insisi pembedahan menggunakan prinsip
steril atau tindakan asepsis medis berikut, jika perlu:
1) Gunakan sarung tangan sekali pakai (steril, jika perlu).
2) Bersihkan area insisi dari area “bersih ke kotor”
menggunakan satu kasa atau satu sisi kasa pada setiap
usapan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
black, m. d. (2014). keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan. jakarta: cv pentasada media edukasi.
Herdman, T. (2018). Nanda-I diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020. jakarta:
EGC.
PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
susanto, j. d. (2015). standar asuhan keperawatan dan prosedur tetap dalam praktik
keperawatan. jakarta: salemba medika..
syam, a., & dkk. (2014). buku ajar ilmu penyaki dalam edisi IV jilid II. jakarta: internapubliing.