Anda di halaman 1dari 20

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Definisi diabetes militus secara umum suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tidak bisa memanfaatkan secara
optimal insulin yang di hasilkan, sehingga terjadi kelonjakan kadar gula dalam darah
melebihi normal. Diabetes mellitus bisa juga terjadi karena hormone insulin yang di
hasilkan oleh tubuh tidak dapat bekeja dengan baik (Fitriana, 2016).
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi (Black and Hawks, 2014).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan
kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan
pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila
dalam keadaaan hiperglikemia kronis (American Diabetes Association (ADA), 2013).
Kesimpulan Diabetes Mellitus yaitu suatu keadaan tubuh pada seseorang yang
mengalami kekurangan insulin sehingga terjadi kadar gula darah melebihi normal
2. Etiologi
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
1) Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
2) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTII)
Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus /NIDDM) Mekanisme
yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam prosesterjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubangan yaitu:
(1) Usia Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
(2) Obesitas
(3) Riwayat Keluarga
(4) Kelompok etnik
3. Patofisiologi
Cara kerja dan fungsi hormon insulin dan glukagon yang bekerja dalam
mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini bekerja bersama untuk menyeimbangkan
gula darah, menjaganya agar tetap berada pada tingkat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Proses autoimun dapat menyebabkan kerusakan sel alfa dan sel beta didalam tubuh
sehingga menyebabkan kegagalan produksi. Kegagalan produksi sel alfa dan sel
beta di dalam tubuh menyebabkan hormone insulin dan glukagon tidak bisa
bekerjasama dalam mengatur kadar glukosa darah, sehingga terjadi peningkatan
glukosa di dalam tubuh yang terjadi secara kronik menyebabkan hiperglikemia
dimana glukosa menumpuk di dalam darah sehingga muncul masalah keperawatan
yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah. Di samping itu peningkatan gula darah
kronik dapat menyebabkan gangguan gangguan fungsi imun (melindungi organisme
dari infeksi) sehingga penyembuhan luka akan terganggu. Jadi ketika ada luka dikulit
maka akan lama proses penyembuhannya yang dapat memunculkan masalah
keperawatan yaitu gangguan integritas kulit. Dari gangguan penyembuhan luka ini
akan menyebabkan terjadinya nekrosis (kematian sel). Apabila sel sudah mati maka
perlu tindakan pembedahan seperti amputasi. Dari tindakan pembedahan amputasi
ini muncul tiga masalah keperawatan yaitu resiko infeksi dikarenakan luka
pembedahan yang terjadi apabila tidak dirawat lukanya secara benar akan
menyebabkan infeksi, nyeri akut
dikarenakan pembedahan yang dilakukan akan menimbulkan rasa tidak nyaman, dan
gangguan mobilitas fisik dikarenakan setelah tindakan amputasi itu tidak bisa
melakukan mobilitas seperti biasanya.
4.Pathway

Kerusakan sel α dan β pankreas

Kegagalan produksi Produksi glucagon


Berlebih
Meningkatkan gula darah

Osmolaritas Produksi gula dari


meningkat lemak dan protein

Membuang masa tubuh

Poli uri Poli dipsi Poli Pagi

BB turun Peningkatan gula


Darah kronik
Resiko Kekurangan
Nutrisi

Diabetik Small vessel Arterosklerosis Gangguan


Disease fungsi imun
- Berkurang Hipertensi, Peningkatan
Sensasi kadar LDL Infeksi, Gangguan
- Neuropati Suplai Darah penyembuhan luka
menurun
Nekrosis
Kerusakan
Intregitas Kulit
Gangguan Pembedahan
Perfusi
Jaringan
amputasi

5.Klasifikasi Nyeri
Intoleransi
Aktivitas
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2011)
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
5% - 10% penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
90% sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diet dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
c. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
6. Gejala Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering ditemukan
sebagai berikut :
1) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien banyak kencing
2) Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan


banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih banyak
minum
3) Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami


starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
kan berada sampai pada pembuluh darah.
4) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM banyak makan akan tetap kurus.
5) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan katara.
Diabetes Tipe I
1) Hiperglikemia berpuasa
2) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3) Keletihan dan kelemahan
4) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

Diabetes Tipe II
1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
3) Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes, dkk. pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada
penderita penyakit diabetes mellitus antara lain :
1. Pemeriksaan darah, yang meliputi:
a. Glukosa darah biasanya meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih.
Nilai normalnya: GDP 70-100 mg/dl. GD 2 JPP < 140 mg/dl.
b. Aseton plasma atau keton, positif secara mencolok. Normalnya nagatif.
c. Asam lemak bebas. Kadar lipid dan kolesterol meningkat. Nilai normalnya :
450-1000 mg /100ml.
d. Osmolalitas serum meningkat, tetapi biasnya kurang dari 330 mOsm/lt. Nilai
normalnya 500-850 mOsm/lt.
e. Elektrolit
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. (Normal : 135-145
mEq/lt).
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun. (Normal: 3,5-5,0 mEq/lt).
Fosfor : Lebih sering menurun. (Normal 1,7-2,6 mEq/lt).
f. Hemoglobin glikosilat, kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir. (Normal : P
13-18 gr/dl ? W 12-16 gr/dl ).
g. Gas darah arteri, biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
(Normal : pH 7,25-7,45).
h. Trombosit darah, Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi. (Normal :
150-400 ribu/lt).
i. Ureum/kreatinin mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal). Nilai normalnya : 110-150 mg/mnt.
j. Amilase darah mungkin meningkat, yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari diabetes ketoasidosis (DKA). (Normal : 80-180
unit/100ml)
k. Insulin darah mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal
sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin dalam
penggunaannya (endogen atau eksogen ).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid. Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
2. Pemeriksaan urin, yang meliputi :
a. Urin
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Normal : Bj : 1,003-1,030
b. Kultur dan sensitivitas
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan
infeksi pada luka.
8. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik:
1) Komplikasi Akut

Adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan dengan


keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah:
(1) Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata.
(2) Koma Hiperosmolar Nonketonik (KHHN)
Koma Hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran.
(3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60
mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau
preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
2) Komplikasi Kronik

Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah


diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2:

(1) Mikrovaskuler (Penyakit Pembuluh Darah Kecil)


1. Penyakit Ginjal
Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein
darah dalam urine.
2. Penyakit Mata
Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
3. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer, sistem saraf
otonom medulla spinalis atau sistem saraf pusat.
(2) Makrovaskuler (Penyakit Pembuluh Darah Besar)

1. Penyakit Jantung Koroner


Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh
tubuh sehingga tekanan darah akan naik.
2. Pembuluh Darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren.
3. Pembuluh Darah ke Otak
Pada pembuluh darah otak daoat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah ke otak menurun.
9. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diem DM adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kalorinya
1. Diit DM I : 1100 kalori
2. Diit DM II : 1300 kalori
3. Diit DM III : 1500 kalori
4. Diit DM IV : 1700 kalori
5. DiitDMV : 1900 kalori
6. Diit DM VI : 2100 kalori
7. Diit DM VII : 2300 kalori
8. Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
J I : Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah.
J II : Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya. J III : Jenis makanan yang
manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan
rumus:
BB (Kg)

BBR = X 100 %
TB (cm) - 100

Kurus (underweight)

1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %


BBR 90-110%
2) Normal (ideal) :
BBR > 110%
3) Gemuk (overweight) :
BBR > 120 %
4) Obesitas, apabila : BBR 120- 130%

a) Obesitas ringan : BBR 130 - 140 %

b) Obesitas sedang :

c) Obesitas berat : BBR 140 - 200 %

d) Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM


yang bekerja biasa adalah:
a. Kurus : BB X 40 - 60 kalori sehari
b. Normal : BB X 30 kalori sehari
c. Gemuk : BB X 20 kalori sehari
d. Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan Kesehatan kepada penderita DM melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
Mekanisme kerja sulfanilurea
1) Kerja OAD tingkat prereseptor: pankreatik, ekstra pancreas
2) Kerja OAD tingkat reseptor

Mekanisme kerja Biguanida


Biguanide tidak memiliki efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:

1) Biguanide pada tingkat prereseptor: ekstra pankreatik


a) menghambat absorpsi kabohidrat
b) menghambat gluconeogenesis di hati
c) meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2) biguanide pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlah reseptor insulin
3) biguanide pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM gangguan faal hati yang berat
e. DM dan infeksi akut (selulitis, gangrene)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DSM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
2) Beberapa cara pemberian insulin

a. Suntikan insulin subkutan


Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa
factor antara lain:
1) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan
paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap
hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak
memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
2) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30
menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
3) Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
4) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat
absorpsi insulin.
5) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai.
Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada
subcutan.
6) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 - 100 U/ml, tidak terdapat
perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u -100 ke u
- 10 maka efek insulin dipercepat.

b. Suntikan intramuskular dan intravena


Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada
kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan
intravena dosis rensah digunakan untuk terapi koma diabetik.

5. Cengkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cengkok prancreas adalah segmental dari donor
hidup saudara kembar identic (Tjokroprawiro, 2015).
10. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Militus
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kaki
kesemutan, mati rasa, kelelahan/keletihan, penglihatan yang mulai kabur.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala dan keluhan yang sering dialami pasien saat ini. Kemungkinan pasien
merasa kesemutan pada kakinya dan sudah mati rasa namun pasien tidak
menyadari.
4. Riwayat Penyakit Masa lalu
Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal terdiagnosa diabetes melitus.
Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS karena keluhan yang dirasakan.
5. Genogram
Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal bersama
pasien.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit diabetes pada keluarga
7. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
8. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa dan keadaan di dalam rumah
pasien.
9. Riwayat Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan menghilangkan stress.
10. Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi pasien.
11. Spiritual/Kultural
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat
dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya
pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
12. Keyakinan Tentang Kesehatan
Persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami.
13. Pola Fungsi Gordon
a. Persepsi Kesehatan - Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien.
b. Pola Aktivitas/Latihan

Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

c. Pola Nutrisi Metabolik

Gejala : Biasanya pasien mengalami peningkatan nafsu makan,


pasien dengan diabetes melitus biasanya merasa cepat lapar tetapi mengalami
penurunan berat bada atau disebut dengan poliphagi.
d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien yang mengalami diabetes melitus mengalami masalah pada
sistem perkemihannya yaitu sering buang air kecil atau disebut poliuri..
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur karena sesak napas sering terjadi.
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Persepsi pasien mengenai sakit yang dialami. Menjelaskan konsep diri dan
persepsi diri misalnya body image, body comfort.
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit.Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
j. Manajemen Koping Stress
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat
dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya
pelaksanaan ibadah.
14. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
c. GCS : E4 : V5 :M6
d. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu pasien
e. Antropometri
1) Tinggi Badan :
Pada pria: 64,19 - (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut (cm))
Pada wanita: 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut (cm))
2) Berat Badan
IMT = BB
(TB)2dalam meter
f. Pemeriksaan Head to Toe
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak stabilan kadar gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Kelelahan berhubungan dengan kondisu fisiologis yang menurun
3. Resiko cedera berhubungan dengan fungsi pengelihatan yang berkurang

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan
. Keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional

1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen 1. Pemasukan dan


Kadar Glukosa asuhan Hiperglikemia: pengeluaran cairan bisa
Darah
berhubungan keperawatan 3x 1. Monitor intake dan membantu
dengan kunjungan setiap output cairan. dalam menjaga kondisi
resistensi insulin
pertemuanya 1x60 2. Berikan asupan pasien.
menit, diharapkan cairan oral. 2. Asupan cairan oral bisa
masalah kestabilan 3. Anjurkan kebutuhan membantu
kadar glukosa terhadap diet dan dalam menjaga
darah pasien dapat olahraga. kelembaban mulut pasien.
Kembali normal 4. Memberian insulin, 3. Diet dan olahraga pasien
dengan kriteria jika perlu. DM bisa membantu dalam
hasil: mengurangi gejala DM
1. Pasien tidak yang serius.
lelah
4. Pemberian insulin perlu
2. Mulut tidak
dilakukan
kering
Supaya kadar glukosa dalam
3. Kadar glukosa
dalam darah darah bisa menurun.
menurun

2 keletihan Setelah di berikan Edukasi 1. Informasi yang tepat dapat


berhubungan asuhan Aktivitas/Istirahat memberikan motivasi untuk
dengan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan meningkatkan tingkat
kondisi dan kemampuan
fisiologis selama 3x aktivitas meskipun klien
yang menurun kunjungan, setiap dalam menerima sangat lemah.
pertemuannya informasi. 2. Pendidikan kesehatan dapat
1x60 menit, 2. Sediakan materi dan memberikan motivasi untuk
diharapkan media pengaturan meningkatkan tingkat
masalah keletihan aktivitas dan istirahat. aktivitas meskipun klien
pasien dapat 3. Berikan kesempatan sangat lemah.
menurun, dengan kepada pasien dan 3. Menggali antusias
kriteria hasil : kelurga untuk pasien dan keluarga dalam
1. Verbalisasi bertanya menerima
kepulihan tenaga 4. Anjurkan dan bantu informasi dan pendidikan
cukup klien serta keluarga 4. kesehatan yang diberikan.
meningkat dalam menyusun Aktivitas yang sudah
2. Kemampuan jadwal aktivitas dan terjadwal dan istirahat yang
melakukan istirahat yang maksimal dapat mencegah
aktivitas rutin maksimal. kelelahan
cukup yang berlebih.
meningkat
3. Verbalisasi lelah
dan lesu cukup
menurun
4. Gelisah
menurun
5. Frekuensi nafas
cukup menurun
6. Pola istirahat
membaik
3 Risiko cedera Setelah di berikan Manajemen 1. Mengidentifikasi
berhubungan asuhan keperawatan Keselamatan kebutuhan pasien dapat
dengan fungsi selama 3x Lingkungan mempermudah dalam
penglihatan kunjungan, setiap 1. Identifikasi menentukan intervensi.
yang pertemuannya 1x60 kebutuhan 2. Menghindari klien dari
berkurang menit, diharapkan keselamatan klien kemungkinan bahaya
tingkat (mis. kondisi fisik, yang dapat membuatnya
cedera yang dapat fungsi kognitif, dan cedera.
terjadi pada riwayat perilaku). 3. Menganjurkan klien
pasien menurun, 2. Hilangkan bahaya menggunkan alas kaki
memberikan informasi
dengan keselamatan kompliksi gangrene
kriteria hasil : lingkungan yang dapat terjadi pada
1. Toleransi (mis. fisik, kimia, penderita diabetes
biologi). melitus dapat mencegah
aktivitas yang
3. Anjurkan klien untuk terjadinya cedera luka
dapat dilakukan
menggunakan alas pada kaki.
pasien
kaki saat melakukan 4. Berikan informasi
meningkat
segala aktivitas dan kepada klien, sehingga
2. Pemeliharaan
berikan informasi pasien dapat
lingkungan
kepada klien menghindari hal-hal
rumah
komplikasi gangren yang dapat
meningkat
Terjadinya yang dapat terjadi memperburuknya.
luka/lecet pada penderita 5. Dapat mencegah pasien
menurun diabetes melitus jika mengalami kompliksi
kakinya terluka. diabetes melitus.
4. Berikan informasi
mengenai hal-hal
yang perlu dikontrol
dan harus dilakukan
terutama pada hal jika
penglihatan klien
semakin memburuk
dan kakinya mulai
mati rasa.
5. Berikan senam kaki
diabetes

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah realisasi rencana Tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaa
Tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi
adalah fase Ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Berdasarkan terminologi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan Tindakan yang
merupakan Tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan Tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
Tindakan tersebut (Kozier, 2010).
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks
ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah Ketika
klien dan professional Kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau
diubah (Kozier, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 : 64-71

American Diabetes Association (ADA). 2013. Standards of medical care in diabetes


2013. Diabetes Care (36): 13.
Black, J., and Hawks, J. H, 2014, Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Dalam, Yogyakarta: Nuha Medika.
Corwin, EJ. 2011. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Dipiro, Cecily V., Barbara G. Wells, Joseph T DiPiro, and Terry L. Schwinghammer.
2015. Pharmacotherapy Handbook 9th Ed. United States:
McGraw-Hill Education.

Fitriana, R dan Rachmawati, S, 2016, Cara Ampuh Tumpas Diabetes, Yogyakarta:


Medika.
Padila. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter & Perry. ( 2015 ). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPMI.2017.Standar Diagnosis 68 Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai