5.Klasifikasi Nyeri
Intoleransi
Aktivitas
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2011)
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
5% - 10% penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
90% sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diet dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
c. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
6. Gejala Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering ditemukan
sebagai berikut :
1) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien banyak kencing
2) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM banyak makan akan tetap kurus.
5) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan katara.
Diabetes Tipe I
1) Hiperglikemia berpuasa
2) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3) Keletihan dan kelemahan
4) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
Diabetes Tipe II
1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
3) Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes, dkk. pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada
penderita penyakit diabetes mellitus antara lain :
1. Pemeriksaan darah, yang meliputi:
a. Glukosa darah biasanya meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih.
Nilai normalnya: GDP 70-100 mg/dl. GD 2 JPP < 140 mg/dl.
b. Aseton plasma atau keton, positif secara mencolok. Normalnya nagatif.
c. Asam lemak bebas. Kadar lipid dan kolesterol meningkat. Nilai normalnya :
450-1000 mg /100ml.
d. Osmolalitas serum meningkat, tetapi biasnya kurang dari 330 mOsm/lt. Nilai
normalnya 500-850 mOsm/lt.
e. Elektrolit
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. (Normal : 135-145
mEq/lt).
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun. (Normal: 3,5-5,0 mEq/lt).
Fosfor : Lebih sering menurun. (Normal 1,7-2,6 mEq/lt).
f. Hemoglobin glikosilat, kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir. (Normal : P
13-18 gr/dl ? W 12-16 gr/dl ).
g. Gas darah arteri, biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
(Normal : pH 7,25-7,45).
h. Trombosit darah, Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi. (Normal :
150-400 ribu/lt).
i. Ureum/kreatinin mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal). Nilai normalnya : 110-150 mg/mnt.
j. Amilase darah mungkin meningkat, yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari diabetes ketoasidosis (DKA). (Normal : 80-180
unit/100ml)
k. Insulin darah mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal
sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin dalam
penggunaannya (endogen atau eksogen ).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid. Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
2. Pemeriksaan urin, yang meliputi :
a. Urin
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Normal : Bj : 1,003-1,030
b. Kultur dan sensitivitas
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan
infeksi pada luka.
8. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik:
1) Komplikasi Akut
BBR = X 100 %
TB (cm) - 100
Kurus (underweight)
b) Obesitas sedang :
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan Kesehatan kepada penderita DM melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
Mekanisme kerja sulfanilurea
1) Kerja OAD tingkat prereseptor: pankreatik, ekstra pancreas
2) Kerja OAD tingkat reseptor
5. Cengkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cengkok prancreas adalah segmental dari donor
hidup saudara kembar identic (Tjokroprawiro, 2015).
10. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Militus
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kaki
kesemutan, mati rasa, kelelahan/keletihan, penglihatan yang mulai kabur.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala dan keluhan yang sering dialami pasien saat ini. Kemungkinan pasien
merasa kesemutan pada kakinya dan sudah mati rasa namun pasien tidak
menyadari.
4. Riwayat Penyakit Masa lalu
Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal terdiagnosa diabetes melitus.
Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS karena keluhan yang dirasakan.
5. Genogram
Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal bersama
pasien.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit diabetes pada keluarga
7. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
8. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa dan keadaan di dalam rumah
pasien.
9. Riwayat Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan menghilangkan stress.
10. Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi pasien.
11. Spiritual/Kultural
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat
dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya
pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
12. Keyakinan Tentang Kesehatan
Persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami.
13. Pola Fungsi Gordon
a. Persepsi Kesehatan - Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien.
b. Pola Aktivitas/Latihan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan
. Keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah realisasi rencana Tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaa
Tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi
adalah fase Ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Berdasarkan terminologi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan Tindakan yang
merupakan Tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan Tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
Tindakan tersebut (Kozier, 2010).
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks
ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah Ketika
klien dan professional Kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau
diubah (Kozier, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. ( 2015 ). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPMI.2017.Standar Diagnosis 68 Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia