MAHASISWA:
WELHELMUS LOUK
1490120127
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pancreas
tidak menghasilkan cukup insulin (hormone yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Diabetes mellitus adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat masalah penyakit tidak menular prioritas
yang menjadi target oleh pemimpin dunia (KEMENKES, 2018).
Diabetes mellitus sering disebut diabetes dan merupakan kondisi serius
jangka panjang (kronis) yang terjadi ketika kadar gula darah seorang meningkat
karena tubuh tidak dapat atau tidak mampu memproduksi hormone insulin serta
menggunakan insulin secara efektif insulin adalah hormone penting yang
diproduksi pancreas. Akibatnya , glukosa memasuki sel tubuh melalui aliran darah
dan diubah menjadi energy di sana. Insulin juga penting untuuk protein dan
metabolism lemak. Kekurangan insulin atau sel gagal meresponya mengakibatkan
gula darah (glukosa) tinggi, indicator klinis diabetes. Jika tidak ditangani kekurangan
insulin dapat merusak banyak organ tubuh dan menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa seperti kardiovaskuler (CVD) dan kerusakan saraf (Neuropati)
kerusakan ginjal (sindrom nefrotik) dan iritasi mata (menyebabkan kebutaa retinal
dan bahkan kebutaan) namun dengan pengendaalian diabetes yang tepat,
komplikasi ini dapat muncul, tertunda atau dihindari (International, 2019).
B. Etiology
Diabetes mellitus di bagi menjadi dua yaitu :
1. Diabetes mellitus tipe I
a. Faktor genetic
Penderita diabetes mellitus tipe 1 tidak mewarisi diabetes 1 sendiri :
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kea
rah terjadi DM tipe 1. Kecenderungan genetic ini di temukan pada
individu tipe HLA
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respon otoimun yang merupakan respon yang merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olahh sebagai jaringan asing, yaitu antibody
terhadap sel-sel; pulao Langerhans dan insulin endogen
c. Faktor lingkungan
Virus ataun toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes mellitus tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetic
memeggang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun )
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga.
C. Faktor resiko
Beberapa faktor resiko yang di ketahui dapat mempengaruhi diabetes mellitus
antara lain :
1. Kelainan genetic
Kelainan genetic diabetes yang dapat menurun menurut silsilah keluarga
yang mengidap diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat
menghasilkan insulin dengan baik.
2. Usia
Usia umumnya penderita diabetes mellitus mengalami perubahan fsiologi
yang secara drastis. Diabetes mellitus sering muncul setelah usia 30 tahun
keatas dan pada mereka yang berat badannya berlebihan sehingga
tubuhnya tidak peka terhadap insulin. Umur merupakan faktor yang tidak
bisa di ubah, oleh karena itu sebaiknya seorang yang sudah berumur lebih
dari 40 tahun rutin untuuk mengecek kadar gula darah, mengatur pola
makan dan teratur berolahraga agar kadar glukosa darah dapat terkontrol
dengan baik.
3. Stress
Stress kronis cenderung membuat seseoorang makan makanan yang manis
untuk meningkatkan kadar lemak serotonin otak. Serotonin ini mempunyai
efek penenang sementara untuk meredakan stresnya tetapi glukosa dan
lemak berbahaya bagi mereka yang beresiko mengidap penyakit diabetes
4. Pola makan
Pola makan yang salah ppenderita diabetes terjadi obesitas (gemuk
berlebihan) yang dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi
insulin). Obesitas bukan karena makan yang manis atau kaya lemak, tetapi
lebiih diseabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan
glukosa darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80%
pasien diabetes mellitus adallah mereka yang tergolong gemuk.
D. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut (Rudjianto, 2015) yaitu :
1. Tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus /IDDM
Diabetes mellitus tipe I terjadi karena kerusakan atau distruksi sel beta di
pancreas. Kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insuln yang
terjadi secara absolute. Penyebab dari kerusakan selbeta antara lain
autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes mellitus tipe II atau Insulin Non-dependent diabetes mellitus /
NIDDM
Pada penderita DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi
insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat
mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
Hiperglikemia pada diabetes tipe 2 adalah akibat pertama dari tubuh
seseorang tidak sepenuhnya merespons insulin, suatu kondisi yang disebut
"resistensi insulin". Selama resistensi insulin, hormon menjadi tidak efektif
dan pada akhirnya meningkatkan produksi insulin. Pada waktunya, produksi
insulin yang tidak mencukupi dapat terjadi karena sel beta pankreas tidak
memenuhi kebutuhan. Diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang
dewasa yang lebih tua, tetapi semakin sering terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda karena obesitas, aktivitas fisik, dan malnutrisi. Diabetes tipe 2
dapat memiliki gejala yang mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi secara
umum gejala diabetes tipe 2 lebih parah dan kondisinya bisa sangat
berbeda (International, 2019)
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh
defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan
imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
E. Patofisiology (Pathway yang menunjukan minimal 5 masalah keperawatan
- Faktor genetik
Gerontik) Gula dalam darah
- Infeksi Virus tidak dapat dibawa
- Pengrusakan masuk dalam sel
Imunologik Kerusakan Ketidakseimbangan
sel beta produksi insulin
Poliuri
Aliran darah Koma diabetik Kerusakan pada
Retensi urine lambat antibodi
Ketidakefektifan
Neuropati sensori
perfusi jaringan
perifer
perifer
Klien tidak
merasa sakit
Kerusakan
Gangren Integritas
Kulit
Sel Kekurangan
Merangsang Protein dan lemak
bahan untuk BB menurun
Hipotalamus dibakar
metabolisme
Keletihan
Pusat
Lapar dan Katabolisme Pemecahan
Haus lemak protein
Kelemahan otot
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari keteasidosis
kebutuhan tubuh
G. Diagnostik Penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Kadar glukosa darah :
a. Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl)
b. Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)
2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan
Kekebalan tubuh
menurun
Neuropati sensori
perifer
Nekrosis luka
Gangren
Kerusakan Integritas
Kulit
3 Gejala dan tanda mayor Hiperglikemia Retensi Urine
Data Subjektif :
- Sensasi penuh pada Batas melebihi ambang
kandung kemih ginjal
Data objektif :
- Dysuria/ anuria
Glukosuria
- Distensi kandung kemih
Gejala dan tandaa minor Dieresis osmotic
Data Subjektif :
- Dribbling Poliuri
Data objektif :
- Inkontinensia Retensi Urine
- Residu urine 150 ml atau
lebih
Ketidakefektifan
Gejala dan tandaa minor
perfusi jaringan perifer
Data Subjektif :
- Parastesia
- Nyeri ekstermitas
Data objektif :
- Edema
- Penyembuhan luka
lambat
- Indeks ankie-brachial
<0,90
- Bruit femoral
BB menurun
Keletihan
Kelemahan otot
Risiko Jatuh
Subjektif :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit)
- Menolak makan
- Indigesti
- Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
- Melaporkan perubahan sensasi
- Melaporkan kurangnya makanan
- Merasa cepat kenyang setelah mengonsumsi
makanan
Objektif :
- Pembuluh kapiler paru
- Diare atau steatore
- Adanya bukti kekurangan makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bisisng usus hiperaktif
- Kurang informasi, informasi yang salah
- Kurangnya minat terhadap makanan
- Salah paham
- Membrane mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Menolak untuk makan
- Rongga mulut terbuka
Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan
atau mengunyah
Pengkajian - Tentukan motivasi pasien untuk mengubah
kebiasaan makan
- Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
- Pantau nilai laboratorium, khususnya transferrin,
albumin, dan elektrolit
- Manajemen nutrisi (NIC)
Faktor yang berhubungan: - Asupan diet kurang
- Mual
- Defisit perawatan diri : Makan
- Menelan, gangguan
Alternative diagnose (saran - Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
penggunaan) - Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan makan
- Gangguan psikososial
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :
- Selera maka badan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
- Perilaku kepatuhan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
- Fungsi kebutuhan tubuh tercukupi dengan baik
gastrointestinal
- Status nutrisi Tujuan Jangka Pendek (SMART):
- Asupan zat gizi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
- Berat badan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Massa tubuh membaik dengan
- Perilaku menaikan Kriteria Hasil :
berat - Status nutrisi dalam rentang normal
- Massa tubuh dan berat badan dalam batas
normal
- Komponen diet bergizi adekuat
- Tingkat energi yang kuat
Intervensi (NIC): Diagnosis Keperawatan. Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Hasil NOC edisi 10. Judith M Wilkinson (Hal 282)
Objektif :
- Kerusakan pada lapisan kulit (dermis)
- Kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)
Invasi struktur tubuh
Pengkajian - Kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurun tekanan,
meliputi kasur udara statis, terapi low-air loss,
terapi udara yang dicairkan, dan Kasur air
- Perawatan area insisi (NIC) :
Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, atau
tanda-tanda dehisensi atau eviserasi pada area
insisi
- Perawatan luka (NIC) :
Inspeksi luka pada setiap mengganti
balutan
Kaji karakteristik luka, meliputi drainase,
warna, ukuran dan bau
Kaji luka terhadap karakteristik berikut :
Lokasi, luas dan kedalaman
Adanya dan karakter eksudat, termasuk
kekentalan, warna dan bau
Ada atau tidaknya granulasi atau
epitelialisasi
Ada atau tidaknya jaringan nekrotik
Faktor yang berhubungan: - Agen cidera kimiawi
- Ekskresi
- Kelembapan
- Hipertermia
- Hipotermia
- Kelembapan
- Gangguuan volime cairan
- Nutrisi tidak adekuat
- Faktor psikogenik
Alternative diagnose (saran - Infeksi, risiko
penggunaan) - Integritas kulit, risiko kerusakan
- Integritas jaringan, kerusakan
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :
- Respons alergi Setelah dilakuakan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
- Penyembuhan luka masalah kerusakan integritas kulit membaik
- Integritas jaringan
- Membrane mukosa Tujuan Jangka Pendek (SMART):
dan kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
masalah kerusakan integritas kulit membaik dengan
Kriteria Hasil :
- Integritas jaringan normal
- Kulit dan membrane mukosa normal
- Tidak ada perfusi jaringan
- Keutuhan kulit normal
- Eritema kulit sekitar minimal
Intervensi (NIC): Diagnosis Keperawatan. Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Hasil NOC edisi 10. Judith M Wilkinson (Hal 397)
I. Laporan Kasus
IDENTITAS
NAMA : NY. E USIA : 70 thn P/L
MENIKAH/TIDAKMENIKAH/JANDA/DUDA SUKU : SUNDA AGAMA :
ISLAM
PENDIDIKAN : TIDAK TAMAT SD/TAMAT ALERGI : Tidak ada
SD/SMP/SMU/PT
ALAMAT : Jalan Nyengseret Utara No 256
RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN DAN PENYAKIT 3 BULAN TERAKHIR:
Klien Mengatakan 3 bulan yang lalu dia jatuh di kamar mandi dan sering buang air kecil
pada malam hari
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Pasien
: Diabetes Melitus
: Meninggal
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB:
Klien jatuh di kamar mandi
TELINGA : Bentuk simestris kiri dan kanan, tidak EKSTREMITAS : Ekstremitas atas
menggunakan alat bantu pendengaran, fungsi dan bawah lengkap, menggunakan
pendengaran normal. alat bantu jalan ( walker)
5 5
3 3
INTEGUMEN : Warna kulit putih, dan kulit tampak REFLEKS : refleks otot menurun
kering
OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI
RESEP DOKTER: metformin 3 x 500 mg (oral) TANPA RESEP DOKTER
Tidak ada
PENGKAJIAN FUNGSIONAL
(BARTHEL INDEKS: ‘MAHONEY & BARTHEL’)
AKTIVITAS NILAI
1. Makan
0= dependen 10
5= bantuan
10= mandiri
2. Mandi
0= bantuan 0
5= mandiri
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok
gigi
5
0 = bantuan
5 = mandiri
4. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu
0= dependen
5
5= membutuhkan bantuan
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
10 = mandiri
6. Mengontrol berkemih 10
0= incontinent (kateter atau dependen)
5= bantuan
10= mandiri
NO AKTIVITAS NILAI
7. Aktivitas toilet
0= dependen
5
5= bantuan
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, termasuk duduk di tempat
tidur
Interpretasi hasil:
Skor 24-30 : Normal
Skor 17-23 : Kemungkinan mengalami gangguan kognitif
Skor 0 -16 : Klien mengalami gangguan kognitif
Bandung, 26/Oktober/2021
………………………
Sumber:
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. (1975). “Mini-Mental State” a practical method
for grading the cognitive state of patients for the clinician. Journal of Psychiatric Research,
12(3): 189-198.
……………………
Sumber: Burns, (1999). Assessment scales in old age psychiatry. Martin Dunitz Ltd.
London, p. 56-57.
Indikator hasil:
< 14 detik : resiko jatuh rendah
≥ 14 detik : resiko jatuh tinggi
Tanggal : 19 oktober 2020
Test 1 : 3-15 detik
Observasi : Klien berdiri dalam waktu 16 detik
Tanggal : 26 oktober 2021
Test 2 : 3 – 15 detik
Observasi : Klien berjalan dan berputar balik dalam waktu 25 detik
Bandung, 26/Oktober/2021
………………………
Sumber:
Jacobs, M., & Fox, T. (2008). Using the “Timed Up and Go/TUG” test to predict risk of falls.
Assisted Living Consult.
Podsiadlo, D., & Richardson, S. 1991. The timed Up & Go: a test of basic functional
mobility for frail elderly persons. J Am Geriatr Soc, 39(2): 142-148.
o Normal 0
Bandung, 26/10/2021
……………………
Keterangan:
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko : 0 - 24 (Perawatan dasar)
Risiko rendah : 25 - 50 (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)
Risiko tinggi : ≥ 51 (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi)
GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) (SHORT FORM)
Nama Klien : NY E Tanggal : 26 oktober 2021
Usia : 76 Tempat : Panti Werda
Instruksi: Lingkari jawaban yang mengekspresikan perasaan klien dalam seminggu
terakhir. Berikan nilai sesuai dengan jawaban di kriteria penilaian.
NO PERTANYAAN JAWABAN NILAI
1. Apakah Bapak/Ibu sekarang ini merasa puas dengan Ya/Tidak 0
kehidupannya?
2. Apakah Bapak/Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan Ya/Tidak 1
atau hobi akhir-akhir ini?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa hampa/kosong didalam hidup Ya/Tidak 1
ini?
4. Apakah Bapak/Iibu sering merasa bosan? Ya/Tidak 1
5. Apakah Bapak/Ibu merasa bersemangat di setiap waktu? Ya/Tidak 1
6. Apakah Bapak/Ibu merasa takut sesuatu yang buruk akan Ya/Tidak 1
terjadi pada Bapak/Ibu?
7. Apakah Bapak/Ibu merasa bahagia di setiap saat? Ya/Tidak 1
8. Apakah Bapak/Ibu merasa tidak berdaya? Ya/Tidak 1
9. Apakah Bapak/Ibu memilih untuk tinggal di rumah, Ya/Tidak 0
dibanding pergi keluar dan melakukan hal yang baru?
10. Apakah Bapak/Ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya/Tidak 1
11. Apakah Bapak/Ibu berpikir bahwa hidup sekarang ini Ya/Tidak 1
menyenangkan?
12. Apakah Bapak/Ibu sering merasa tidak berharga akhir- Ya/Tidak 1
akhir ini?
13. Apakah Bapak/Ibu selalu bersemangat untuk Ya/Tidak 1
beraktivitas?
14. Apakah Bapak/Ibu sering merasa sedih dan putus asa? Ya/Tidak 1
15. Apakah Bapak/Ibu merasa orang lain hidup lebih baik Ya/Tidak 1
dibanding Bapak/Ibu?
Total 13
Penilaian:
Berikan nilai 1 disetiap item yang menunjukkan jawaban di bawah ini:
1. Tidak 4. Ya 7. Tidak 10. Ya 13. Tidak
2. Ya 5. Tidak 8. Ya 11. Tidak 14. Ya
3. Ya 6. Ya 9. Ya 12. Ya 15. Ya
Interpretasi hasil
Skor 0-5 : Normal (tidak depresi)
Skor 7 (+3) : Depresi ringan
Skor 12 (+2) : Depresi berat
Mini Nutritional Assessment
I. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Gejala dan tanda mayor Hiperglikemia Resiko jatuh
Data Subjektif :
- Pasien merasa lemah Batas melebihi ambang
- Pasien merasa pusing ginjal
Data objektif :
- Klien tampak
Glukosuria
menggunakan alat bantu
jalan
Kehilangan kalori
- GDS : 220 mg/dl
TD : 150/90 mmHg
Sel Kekurangan bahan
untuk metabolism
BB menurun
Keletihan
Kelemahan otot
Risiko Jatuh
Ketidakefektifan perfusi
Gejala dan tandaa minor
jaringan perifer
Data Subjektif :
- Parastesia
- Nyeri ekstermitas
Data objektif :
- Edema
- Penyembuhan luka
lambat
- Indeks ankie-brachial
<0,90
- Bruit femoral
Hari/Tanggal :26/10/2021
Waktu :09.00-10.00
Pelaksana : Aula
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa darah atau hiperglikemia. (Smeltzer & Bare, Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah).
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia terdapat 120 juta
penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini
disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan (obesitas), dan gaya hidup.
Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit Internasional Bintaro (RSIB),
komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki (15 persen)
yang kini disebut kaki diabetes
Dari sudut ilmu kesehatan,tidak diragukan lagi bahwa alah raga apabila dilakukan sebagaimana
mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya.selain itu telah lama pula
olah raga digunakan sebagai bagian pengobatan diabetes melitus namun tidak semua olah raga
dianjurkan bagi pengidap diabetes melitus (bagi orang normal juga demikian) karena dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama
pada penderita usia lanjut adalah senam kaki.
Karena salah satu tujuan dilaksanakannya senam kaki adalah memperlancar peredaran darah untuk
mencegah kaki diabetes.untuk itu makalah ini membahas tentang senam kaki pada pasien diabetes.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Lansia dapat memahami dan memperagakan kembali senam kaki pada pasien penderita
diabetes mellitus
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakuakan terapi aktifitas lansia mampu:
a) Lansia mampu memahami dan menjelaskan pengertian senam kaki diabetes.
b) Lansia mampu memahami dan menjelaskan tujuan senam kaki diabetes.
c) Lansia mengetahui cara melakukan senam kaki diabetes.
C. Metode
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
3. Peragaan
F. Sasaran
Adapun sasaran dari terapi aktivitas kelompok ini ditujukan khususnya untuk lansia di panti
sosial tresna werda jambi dengan atau tanpa diabetes.
Ket:
: MAHASISWA
: KLIEN
I. Susunan Kegiatan :
5. Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya
3 7 (menit) Evaluasi : 1. Menjawab pertanyaan
1. Menanyakan kepada peserta 2. Menjawab pertanyaan
tentang materi yang
disampaikan dan memberikan
reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab
2. Menanyakan kembali apakah
ada
penyuluhan
4 3 (menit) Terminasi : 1. Mendengarkan
2. Menjawab salam
1. Mengucapkan terima kasih
atas peran sertanya
I. Materi TAK
A. Definisi
Senam kaki adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun secara sistemik
yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki.
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk),
hanskun.
2. Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki
3. Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi peserta, Jaga privasi peserta
4. Prosedur Pelaksanaan :
a. Perawat cuci tangan
b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku
dengan kaki menyentuh lantai
c. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu
dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada
kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas.
Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi
sebanyak 10 kali.
e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan
kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
g. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
k. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua
belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua
belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
1) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
2) Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
3) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaka lalu letakkan
sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
4) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola
E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir di tempat kegiatan terapi aktivitas kelompok.
b) Penyelenggaraan penyuluhan di salah satu ruangan panti sosial tresna werda jambi
c) Persiapan alat dan bahan penyuluhan (SAP, infokus, kursi dan koran)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi kegiatan.
b) Peserta mengikuti jalannya kegiatan sampai selesai.
c) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi Hasil
a) Peserta mengetahui pengertian senam diabetes mellitus
b) Peserta mengetahui tujuan senam diabetes mellitus
c) Peserta mengetahui manfaat senam diabetes mellitus
d) Peserta mengetahui cara melakukan senam diabetes mellitus dan
dapat memperagakannya
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian
kaki yang memiliki tujuan memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil,
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha,
mengatasi keterbatasan gerak sendi. Untuk itu penderita diabetes mellitus di anjurkan
untuk melakukan senam kaki. Peran kita sebagai perawat adalah membimbing klien
untuk melakukan senam kaki agar klien dapat melakukan senam.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
KEMENKES, R. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI.
OKTA VIANASARI, K. (2019). KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DIABETES MELITUS DENGAN MASALAH INTOLERASI AKTIFITAS DI RUANGAN
MELATI RSUD BANGIL PASURUAN.
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC.
Noer, Sjaifoellah.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3.Jakarta: FKUI.
S,Sumosardjuno.1986.Manfaat dan macamolahraga bagi penderita diabetes
melitus.Bandung.
www.wikipedia.com
www.diabetesmelitus.com