Anda di halaman 1dari 21

A.

Konsep Dasar Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang

di sebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglekimia)

akibat kekurangan hormone insulin baik absolut maupun relatif. Absolut

berarti tidak terdapat insulin sama sekali sedangkan relatif jumlahnya

cukup atau memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormone

insulin di buat dalam pangkreas (Manurung,2018).

Diabetes Mellitus (DM) yang merupakan sebuah kondisi di mana

gula darah mengalami kenaikan yang disebabkan oleh sel beta pankreas

memproduksi insulin dalam jumlah sedikit dan terdapat juga gangguan

fungsi insulin atau resistensi (Haryono & Dwi 2019).

Diabetes Mellitus ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh

hiperglikemia atau kadar glukosa yang banyak dalam darah serta adanya

kelainan pada prosesmetabolisme karena kekurangan insulin (Utomo et al.,

2020).

2. Etiologi

Penyebab Diabetes Mellitus menurut WHO berdassarkan klasifikasi:

a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)

1) Faktor genetik / herediter

Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan

sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah


perkembangan antibody autoimun melawan sel-sel beta, jadi

mengarah pada penghancuran sel-sel beta.

2) Faktor infeksi virus

Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu

yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara

genetik

b. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)

Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada

individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam

sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia

kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.

3. Patofisiologi

Diabetes Mellitus tipe II memiliki beberapa persoalan utama yakni

gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin. Ketika insulin gagal

disekresikan oleh pancreas hal tersebut akan mengakibatkan sel target

tidak mampu untuk menangkap gula dalam darah yang selanjutnya akan

diolah menjadi energi, hal ini berlangsung dalam waktu yang lama sel

target insulin dapat menjadi resisten terhadap insulin atau bahkan

mengabaikan sinyal yang diberikan insulin untuk mengambil gula dari

darah ke dalam sel (Fatimah, 2015)

Gangguan resistensi insulin terjadi ketika sel dalam lemak, hati,

dan otot mulai menolak respons insulin untuk mengambil suplai gula dari

aliran darah menuju sel dan hal ini dapat berakibat pada peningkatan
glukosa dalam darah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya obesitas,

penuaan, dan kurang aktifitas fisik hingga dalam waktu yang lama tanpa

disadari sel beta akan mengalami kerusakan (Fatimah, 2015).


4. Penyimpangan KDM

 Faktor geneti Kerusakan sel Beta Gula dalam darah


Ketidak seimbaga tidak dapat di baw
k
n produksi insulin ah masuk dalam s
 Infeksi virus
 Pengrusakan el
Imunologik

Glukosuria Batas melebihi am Hiperglikemia Anabolisme protei


bang ginjal n menururn

Syok hiperglikemi Kerusakan pada


Glukosuria Vikositas darah k anti bodi
meningkat

Kekebalan tutubuh
Aliran darah la menurun
Dieresis osmati mbat
k
Iskemik jaringa
Resiko infeksi Neuropati sensor
n
i perifer
Poliuri Rete
nsi Urine Ketidakefektifan
perfusi jaringan p Nekrosis luka Klien tidak mera
erifer sa sakit

Kehilangan kalor
i Gangrene Kerusakan integr
itas jaringan

Merangsang hipotal Sel kekurangan bahan


amus untuk metabolisme Protein dan lemak
dibakar
BB Menurun

Pusat lapar dan haus


Vikositas darah m Keletihan
eningkat Pemecahan protein

Polydipsia
polipagia
Vikositas darah me
ningkat Keton Ureum
Ketidakseimbagan
jala
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Vikositas darah meningkat

Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2015)


Gambar 1 Penyimpangan KDM
5. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala Tanda awal yang dapat diketahui bahwa

seseorang menderita Diabetes Melitus DM atau kencing manis yaitu

dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana

peningkatan kadar gula darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni

(urine) penderita kencing yang mengandung gula (glukosa), sehingga

urine sehingga dilebung dan dikerumuti semut.(Manurung, 2018).

Manifestasi klinis yang sering kali dilaporkan Diabetes Mellitus

adalah tanda-tanda dan gejala umum, dan kurang lebih memiliki

manifestasi klinis yang serupa dengan penderita Diabetes Melitus, yaitu:

a. Buang air kencing di malam hari dengan intensitas tinggi dalam artian

sering.

b. Merasa haus dan lapar meski telah cukup minum dan makan

c. Merasa lelah meski sudah istarah dengan cukup

d. Gangguan penglihatan yang di sebabkan oleh adanya perubahan pada

bentuk lensa di mata

e. Penurunan berat badan

Beberapa gejala dan tanda-tanda lain yang sering di laporkan

selain dari gejala dan tanda umum di atas, yaitu luka yang sukar untuk

sembuh, tubuh mudah terserang infeksi, merasa gatal gatal,perubahan

pada mata seperti pandangan yang mulai kabur, dan merasa kelelahan

meski sudah memiliki waktu istrahat yang cukup. Dengan kadar gula
darah yang terus menerus mengalami peningkatan hingga mengalami

hiperglekemia, maka akan muncul tanda dan gejala lebih lanjut :

a. Mulut terasa kering

b. Selalu merasa haus dan lapar

c. Kehilangan kesadaran

d. Hipotensi

e. Infeksi yang terus menerus kambuh, seperti ISk atau berserang infeksi

di mulut sariawan (Haryono & Dwi 2019).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang Diabetes Mellitus, sebagai berikut (Nurarif, 2015).

a. Kadar gula darah

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik

sebagai patokan penyaring.

Kriteria diagnostic WHO untuk Diabetes Mellitus pada sedikitnya 2

kali Pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa > 140mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian

sesudah mengkomsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post

prandial(pp) > 200 mg/dL).


b. Tes laboratorium

Jenis tes laboratorium pada Diabetes Mellitus dapat berupa tes saring,

tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi

komplikasi.

c. Tes saring

Tes saring Diabetes Mellitus adalah :

1) Gula Darah Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP)

2) Tes glukosa urine

3) Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)

4) Tes Tarik celep ( metode glukosa oxidase/hexokinase)

d. Tess diagnostic

Tes diagnostic pada DM adalah : GDP(gula darah puasa), GDS(gula

darah sewaktu), GD2PP (Glukosa darah 2 jam post prandial),

Glukosa ke-2 tes toleransi glukosa oral (TTGO).

e. Tes monitoring terapi

Tes-tes monitoring terapi adalah :

1) Gula darah puasa (GDP) : plasma vena, darah kapiler

2) Glukosa darah 2 jam post prandial (GD2 PP) : plasma vena

3) Absolute kymphocyte count (Alc) : darah vena, darah kapiler

f. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :

1) Microalbuminuria : urin

2) Ureum, kreatinin,asam urat


3) Kolestrol : plasma vena ( puasa )

4) Kolestrol Low Density Lipoprotein( LDL) : plasma vena ( puasa)

5) Kolestrol High density lipoprotein (HDL) : plasma vena ( puasa )

6) Trigliserida : plasma vena ( puasa )

7. Penatalaksanaan Medis Diabetes Mellitus

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :

1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan

mineral)

2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

3) Memenuhi kebutuhan energi

4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

caracara yang aman dan praktis

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

Insulin pada Diabete Mellitus diperlukan pada keadaan :

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia berat disertai ketosis

c. Ketoasidosis Diabetic (KAD) atau hiperglikemia

d. hyperosmolar non ketotik ( HHNK)

e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat


f. Gagal dengan kombinasi( obat hipoglikemik oral ) OHO dosis

optimal

g. Stress berat ( infeksi sistemik, operasi sesar,stroke )

h. Gangguan fungsi ginjam atau hati yang berat

i. Kontraindikasi dan atau alergi pada terhadap OHO

j. Kehamilan pada diabetes mellitus gastasional yang tidak terkendali

dengan perencanaan makanan. ( Nurarif, 2015)

8. Masalah lazim yang muncul

Masalah yang muncul pada kasus diabetes mellitus menurut ( Nurarif,

2015) yaitu :

a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b. Resiko syok berhubungan dengan ketidak mampuan elektrolit dalam sel

tubuh, hypovolemia

c. Kerusakan integritas jaringan

d. Resiko infeksi

e. Resitensi urine

f. Ketidak efektifan resistensi perfusi jaringan prifer

g. Resiko ketidak seimbangan elektrolir

h. Keletihan
B. Konsep Askep Diabetes Melitus

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaaan, alamat status perkawinan, suku bangsa, nomor RM,

tanggal masuk Rumah Sakit dan Diagnosa Medis.

b. Keluhan utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah rasa raba yang

menurun, adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau ,

adanya nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta

upaya yang telah di lakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit Diabetes mellitus atau penyakit lain yang

ada kaitanya dengan definisi insulin misalnya penyakit pankreas .

adanya riwayat penyakit jantung, obesitas , maupun

anteroskleorisis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-

obatan yang di gunakan penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita

diabetes mellitus atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi insulin missal, Diabetes mellitus, jantung.


f. Genogram

Dari genogram biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang

juga menderita Diabetes Mellitus atau penyakit keturunan yang

dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin missal, Diabetes

Mellitus, jantung.

g. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi

badan, berat badan dan tanda-tanda vital.

2) Kepala dan leher

Mengkaji bentuk kepala, keadaan rambut , adakah pembesaran

pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan

pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih

kentan, gigi mudah goyang, gusi mudah bengkak dan

berdarah,penglihatan kabur? Ganda , diplopia, lensa mata keruh.

3) Sistem integument

Turgor kuit menurun, adanya luk atau warna kehitaman bekas

luka, kelembabban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan

gangrene, kemerahan pada kulit sekitar luka tekstur rambut dan

kuku

4) Sistem pernafasan

Adakah keluhan sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada

penderita Diabetes Meliltus .


5) System kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, Diabetes Mellitus /hipotensi, aritmia

kardiomegal.

6) Sistem gastrointensial

Terdapat polifagi, mual, muntah dan diare, konstipasi, dehidrasi,

perubahanberat badan, peningkataan lingkar abdomen, obesitas.

7) Sistem urinary

Poliuri , retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit

saat berkemih

8) Sistem musuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan berat

badan, mudah lelah, lemah dan nyeri adanya genggren di

ekstermitas.

9) Sistem neurologis

Terjadinya penurunan sensorik, paresthesia, anastesia letergi,

mengantuk, reflek lambat, kacau, mental, disorientasi.

h. Pemeriksaan penunjang

1) Kadar glukosa

a) Gula darah sewaktu / random > 200mg/dl

b) Gula darah puasa / nuchter > 140mg/dl

2) Aseton plasma > hasil (+) mencolok

3) As lemak bebas > peningkatan lipid dan kolestrol


4) Osmolaritas serum ( > 330 osm/l)

5) Urinalisis > proteinuria, ketonuria, glukosuria, (Wijaya &

Putri,2013).

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis meng

enai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Dia

gnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien in

dividu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan denga

n kesehatan (PPNI, 2017).

Diagnosis keperawatan yang dapat diangkat adalah sebagai ber

ikut: (Nurarif & kusuma, 2015)

a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubun

gan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas

jasmani.

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis luka

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglekimia

d. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan

kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri.

e. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pen

urunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit Diabetes Mellitus.

f. Keletihan

3. Perencanaan Keperawatan
Berikut ini adalah perencanaan yang dirumusan untuk mengatasi

masalah keperawatan pada klien degan Diabetes Mellitus:

a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makan dan

aktivitas jasmani (SDKI, 2017)

1) Kriteria hasil (SLKI, 2018)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan di harapkan status nutrisi

dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a) Porsi makan yang dihabiskan meningkat

b) Kekuatan otot mengunyah meningkat

c) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

d) Perasaan cepat kenyang menurun

e) Diare menurun

f) Frekuensi makan membaik

g) Nafsu makan membaik

2) Intervensi keperawatan (SIKI, 2018)

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi makanan yang disukai

c) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

d) Monitor asupan makanan

e) Monitor berat badan

f) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

g) Lakukan oral hygiene sebelum makan


h) Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi

i) Berikan makanan yang tinggi protein dan tinggi kalori

j) Berikan suplemen makanan

k) Anjurkan posisi duduk, jika mampu.

l) Ajarkan diet dan programkan

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis luka

(SDKI, 2017)

1) Kriteria hasil (SLKI, 2018)

Setelah di lakukan asuhan keperawatan maka diharapkan

integritas kulit dan jaringan dapat meningkat dengan kriteria

hasil:

a) Perfusi jaringan cukup meningkat

b) Kerusakan jaringan menurun

c) Kerusakan lapisan kulit menurun

d) Nyeri, pendarahan, kemerahan, hematoma menurun

e) Nekrosis menurun

f) Sensasi dan tekstur membaik

2) Intervensi (SIKI, 2018)

a) Monitor karakteristik luka (mis.drainase, warna, ukuran, bau)

b) Monitor tanda-tanda infeksi

c) Lakukan perawatan luka

d) Lakukan pembalutan luka sesuai kondisi luka

e) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu


c. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglekimia (SDKI, 2017)

1) Kriteria hasil (SLKI, 2018)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapkan tingkat

infeksi menurun dengan kriteria hasil:

a) Kebersihan tangan dan badan meningkat

b) Demam, kemerahan, nyeri, bengkak menurun

c) Kadar sel darah putih meningkat

d) Integritas kulit normal

2) Intervensi (SIKI, 2018)

a) Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

b) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

c) Ajarkan cara mencuci tangan yang benar

d) Kolaborasi dengan pemberian antibiotik

d. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung

kemih, sfingter kuat dan poliuri (SDKI, 2017)

1) Kriteria hasil (SLKI, 2018)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan dapat teratasi

dengan kriteria hasil:

a) Sensasi berkemih meningkat

b) Desakan kandung kemih menurun

c) Distensi kandung kemih menurun


d) Berkemih tidak tuntas menurun

e) Nocturia menurun

f) Dysuria menurun

g) Frekuensi BAK membaik

h) Karakteristik urine membaik

2) Intervensi (SIKI, 2018)

a) Periksa kondisi pasien (mis. Kesadaran, tanda-tanda vital,

daerah parineal, distensi kandung kemih, inkontinensia urine,

refleks berkemih )

b) Siapkan peralatan bahan-bahan dan ruang tindakan

c) Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal

rekumben (untuk wanita) supine (untuk laki-laki)

d) Pasang sarung tangan

e) Bersihkan daerah parineal atau preposium dengan cairan NaCl

atau aquades

f) Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip

aseptik

g) Sambungkan kateter urine dengan urine bag

h) Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran pabrik

e. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penuru

nan sirkulasi darah kaperifer, proses penyakit Diabetes Mellitus.

(SDKI, 2017)

1) Kriteria hasil (SLKI, 2018)


Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapkan perfusi

parifer dapat meningkat dengan kriteria hasil:

a) Denyut nadi parifer meningkat

b) Sensai meningkat

c) Penyembuhan luka meningkat

d) Warna kulit pucat menurun

e) Nekrosis menurun

f) Pengisian kapiler cukup membaik

g) Turgor kulit cukup membaik

h) Tekanan darah cukup membaik

2) Intervensi (SIKI, 2018)

a) Periksa sirkulasi parifer (mis. Nadi parifer, edema, pengisian

kapiler,warna, suhu, ankle-brachial index)

b) Indentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,

perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)

c) Memonitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada

ekstremitas dengan keterbatasan perfusi

d) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

(mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidal

sembuh, hilangnya rasa)

f. Keletihan (SDKI, 2017)


1) Kriteria kasil (SLKI, 2018)

Setelah di lakukan asuhan keperawatan maka diharpkan keletihan

dengan kriteria hasil:

a) Verbalisasi kepulihan energi meningkat

b) Tenaga meningkat

c) Kemampuan melakukan aktivitas meningkat

d) Lesu menurun

e) Gangguan konsentrasi menurun

f) Pola istirahat membaik

2) Intervensi (SIKI, 2018)

a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan

b) Monitor kelelahan fisik dan fungsional

c) Monitor pola dan jam tidur

d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas

e) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahya,

suara, kunjugan)

f) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan

rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan

guna membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wulandari,

2018).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan

intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap

untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam

rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat

waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi

prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,

memantau dan mencatat respons kasus terhadap setiap intervensi dan

mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan

kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat

mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses

keperawatan berikutnya (Wilkinson, 2012).

Komponen tahap implementasi antara lain:

a. Tindakan keperawatan mandiri.

b. Tindakan keperawatan edukatif

c. Tindakan keperawatan kolaboratif.

d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

asuhan keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistemastis dan terencana antara hasil

akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan. (Wulandari, 2018) Evaluasi merupakan langkah terakhir

dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh

mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam

melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,

kemampuan menggambar kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta

kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria

hasil (Hidayat,2012).

Anda mungkin juga menyukai