Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS


DI RUANG YUSTISIA RUMAH SAKIT UNS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Clinical Instructure : Ibu Rahayu Thoatin Oktafiana, S.Kep., Ns
Clinical Teacher : Siti Lestari, MN

Disusun Oleh:
ANNISA NUR AFIFAH
P27220022157

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2023

BAB I
KONSEP TEORI

A. Definisi
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan
yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Pakpahan,
2020)
Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti
diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).
Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang
kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).
Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang
mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Wulandari, 2018)
.
B. Etiologi
Menurut (Supiyarsih, 2018) abses dapat disebabkan karena adanya
a. DM Tipe I
1) Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta
terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi
autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
2) Faktor infeksi virus
Dapat berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetik.
b. DM Tipe II
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu
obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin di
seluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan
efek metabolik yang biasa
c. DM Malnutrisi
1. Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
DM yang terjadi karena mengonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein
sehingga klasifikasi pankreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik
(Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
2. Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Terjadi karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta
pankreas.
d. DM Tipe Lain
1) Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
2) Penyakit hormonal Seperti: Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang
merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan
rusak.
3) Obat-obatan
a) Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin.
b) Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.

C. Manifestasi Klinis
Menurut (Longso, 2018), Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes
mellitus yaitu:
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin).
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat ganguan aliran darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar).
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan proteiin sebagai pembentukan antibody,
peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan funsi imun, dan penurunan
aliran darah pada penderita diabetes kronik.
6. Kelainan kulit: gatal, bisul- bisul.
7. Kelainan genekologis, Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.
8. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita diabetes mellitus
regenerasi sel persyarafan mengalami ganguan akibat kekurangan bahan dasar utama
yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer
mengalami kerusakan.
9. Kelemahan tubuh, terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan
oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
10. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes
mellitus bahan protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel hingga bahan
yang dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami ganguan. Selain itu
luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang
cepat pada penderita diabetes mellitus.
11. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi ejakulasi dan dorongan seksualitas laki-
laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormon testoteron. Penderita diabetes mellitus
mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testotern dan sistem
yang berperan.
12. Mata kabur yang disebabkan katarak atau ganguan refreaksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelainan pada corpus vitreum

D. Patofisiologi
Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia. Hiperglikemia murapakan peningkatan kadar glukosa darah
sehingga menyebabkan cadangan lemak dan protein berkurang, kemudian menyebabkkan
berat badan penderita menurun sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar glukosa darah.
Selain itu, hiperglikemia dapat mengakibatkan kerusakan vaskuler sehingga menyebabkan
neuropati perifer/ kerusakan pada sistem saraf otak. Neuropati perifer berakibat pada
iskemia saraf, yang menyebakan kepekaan yang berkurang terhadap rangsangan seperti
nyeri, suhu, sentuhan yang beresiko mengakibatkan abses maupun ulkus diabetik. Sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan integritas kulit pada penderita. Saat dilakukan
debridement/ pembedahan pada abses dan ulkus, terdapat perlukaan pada kaki sehingga
menyebabkan pengeluaran histamin dan progestin yang dapat menyebabkan nyeri akut.
Apabila nyeri dirasakan terus menerus pada ekstremitas bisa membuat penderita mengalami
gangguan mobilitas fisik. Saat debridement jika terdapat luka insisi yang tidak terawat
dapat menimbulkan terjadinya peningkatan leukosit sehingga dapat terjadi risiko infeksi.
E. Pathway

Umur

Penurunan fungsi indra pengecap Penurunan fungsi pankreas

Konsumi makanan Penurunan kualitas


manis berlebih & kuantitas insulin

Hiperglikemia

Peningkatan kadar glukosa darah Kerusakan vaskuler

Cadangan lemak dan protein berkurang Neuropati perifer

BB turun ABSES DAN ULKUS

Ketidakstabilan kadar Gangguan integritas


glukosa darah kulit

Pembedahan (debridement)

Nyeri akut Pengeluaran histamin & progestin Adanya perlukaan pada kaki

Luka insisi tidak terawat

Gangguan
Peningkatan leukosit
mobilitas
fisik
Risiko infeksi

F. Penatalaksanaan
Menurut (Utami, 2022). Penatalaksaan pada klien dengan abses diantaranya adalah:
a. Drainase
Drainase abses dapat digunakan untuk mengeringkan abses dengan mengeluarkan
nanah yang ada di dalamnya. Namun, sebelum melakukan prosedur ini, akan dilakukan
pemberian anastesi dan akan dilakukan pemotongan abses untuk memungkinkan cairan
pus keluar.
b. Debridement
Debridement adalah prosedur tindakan yang dilakukan untuk mengangkat jaringan
nekrotik ataupun jaringan yang telah mengalami kerusakan atau telah terinfeksi.

c. Antibiotik
Abses juga bisa diatasi dengan pemberian antibiotik. Antibiotik yang akan
diberikan seperti dixloxasilin atau safelaksin jika pasien berada dalam kondisi memiliki
abses lebih dari satu, sistem kekebalan tubuh terganggu dan seluilitis. Jika abses terjadi
karena bakteri Stephylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin, maka biasanya
hanya akan diberikan klidamisin atau doksisilin.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Taniya, 2023) pemeriksaan pada abses dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Kadar Gula Darah
c. Urine
d. Kultur pus
Untuk melihat jenis kuman pada abses dan menentukan antibiotik yang sesuai
2. Pemeriksaan Leukosit
Untuk melihat adanya risiko infeksi pada abses

H. Komplikasi
Menurut Chasanah (2021), jika infeksi bisa terlokalisir oleh dinding abses, biasanya
infeksi tidak menyebar. Namun, dalam beberapa kasus infeksi yang dimulai di dalam
abses kulit dapat menyebar ke jaringan di sekitarnya dan di seluruh tubuh yang
menyebabkan komplikasi serius. Beberapa abses baru dapat terbentuk pada sendi atau
lokasi lain di kulit. Jaringan kulit dapat mati akibat infeksi, yang menyebabkan ganggren.
Ketika infeksi menyebar secara internal di dalam tubuh dapat menyebabkan endokarditis
yang berakibat fatal jika tidak ditangani sejak dini. Infeksi ini juga dapat menyebar ke
tulang yang menyebabkan ostromielitis dan dibeberapa kasus bakteri penyebab abses juga
dapat menyebabkan sepsis.
Abses dapat menyebabkan komplikasi seperti berikut:
1) Penyebaran infeksi yang berpotensi ke otak atau sumsum tulang belakang.
2) Keracunan darah atau sepsis.
3) Endokarditis, yang merupakan infeksi pada lapisan dalam jantung.
4) Perkembangan abses paru.
5) Kematian jaringan di daerah abses seperti ganggren.
6) Infeksi tulang akut atau osteomielitis.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a) Identitas Pasien
Identitas pasien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir,
alamat, agama, status perkawinan, pekerjaan, nomor register, diagnosa medis, dan
tanggal masuk rumah sakit.
b) Identitas Penanggungjawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pekerjaan,
alamat, dan hubungan dengan pasien.

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh pasien saat pengkajian.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang meliputi pertanyaan berupa kapan abses mulai muncul,
lokasi, adakah rasa nyeri pada area abses, jika ada kapan dirasakan nyeri, skala
nyeri, dan pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat , atau tertusuk
R (Region) : daerah atau lokasi nyeri
S (Severity) : berat ringannya rasa nyeri, skala nyeri secara umum (0-10 skala)
T (Time) : Kapan nyeri mulai muncul
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat diabetes melitus, adakah alergi terhadap obat/
makanan,
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji adanya riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak.
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pola persepsi menggambarkan persepsi pasien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan serta penatalaksanaan pasien diabetes melitus dengan abses.
b) Pola aktivitas dan latihan
Pola pasien dengan Diabetes Mellitus gejala yang ditimbulkan antara lain keletihan,
kelelahan, malaise, dan seringnya mengantuk pada pagi hari.
c) Pola Istirahat dan Tidur
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang berdampak pada
gangguan tidur (insomnia).
d) Pola Nutrisi Metabolik
Penderita Diabetes Mellitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat badannya
justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan
massa sel.
e) Pola Eliminasi
Data eliminasi untuk buang air besar (BAB) pada klien Diabetes Mellitus tidak ada
perubahan yang signifikan. Sedangkan pada eliminasi buang air kecil (BAK) akan
dijumpai jumlah urin yang banyak baik secara frekuensi maupun volumenya.
f) Pola kognitif dan perceptual
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan penderita Diabetes Mellitus dengan abses
g) Pola konsep diri
Terjadinya perubahan fungsi dan strukur tubuh menyebabkan pasien mengalami
gangguan pada gambaran diri. Abses yang sukar sembuh menyebabkan klien
mengalami kecemasan.
h) Pola koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronis, serta perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan gangguan psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung
i) Pola seksual-reproduksi
Akibat angiopati dalam sistem pembuluh darah pada organ reproduksi menyebabkan
gangguan seks, ganggguan kualitas ataupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi dan orgasme.
j) Pola peran hubungan
Abses yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan pasien malu dan menarik diri
dari pergaulan.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Gambaran pasien Diabetes Mellitus tentang penyakit yang dideritanya menurut
agama dan kepercayaannya, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan
sakitnya.

4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum adalah pemeriksaan kepada kondisi pasien saat
pertama ke Rumah Sakit, seperti kondisi sedang, cukup, lemah.
b) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan
c) GCS
Glasgow coma scale (GCS) adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesadaran seseorang. Pengukurannya berdasarkan 3 aspek, yaitu respons
pembukaan mata , verbal dan motorik.
d) Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah
Bisa terjadi hipotensi atau hipertensi.
2. Nadi
Biasanya terjadi perubahan denyut nadi.
3. Pernapasan
Biasanya pasien bisa sesak
4. Suhu
Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia.
e) Head to toe
1. Kepala : mengkaji bentuk kepala, simetris atau tidak, ada benjolan tidak
2. Mata : Kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata/palpebral oedem,
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka, apakah ada peradangan,
apakah terdapat luka, benjolan, bulu mata rontok atau tidak, konjungtiva dan
sclera, perubahan warna (anemis/ananemis), warna iris (hitam, hujau,biru),
reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis) pupil (isokor/anisokor).
3. Hidung : fungsi penghidu normal/ tidak, ada sekret/ tidak, terdapat cuping/
tidak
4. Mulut dan bibir : mukosa bibir kering/ tidak, stomatitis, mengalami gangguan
pengecapan, reflek mengunyah dan menelan buruk, dan bibir tidak simetris
5. Telinga : Fungsi pendengaran normal/ tidak, bentuk simetris atau tidak, terdapat
serumen atau tidak
6. Leher : Bentuk simetris atau tidak, adakah pembesaran tiroid, adakah nyeri saat
menelan
7. Thoraks :
a) Paru-paru
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
b) Jantung
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
c) Abdomen
1) Inspeksi
2) Auskultasi
3) Palpasi
4) Perkusi
8. Genitalia dan anus : pasien dengan diabetes biasanya akan mengalami masalah
dalam proses eliminasi (terutama BAK) sehingga pasien harus dipasang kateter.
9. Ekstremitas
Apakah terdapat abses di tangan/ kaki
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
a) CT scan
b) MRI
2) Pemeriksaan laboraturium
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini
berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit
untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar leukosit diatas normal, berarti ada
penyakit infeksi yang sedang menyerang pasien.
b. Test kimia darah
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat, dll.
Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda pasien
sudah menderita diabetes dan jantung. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan
glukosa darah yaitu: GDS > 200 mg/dl, dua jam post prandial > 200 mg/dl, dan
gula darah puasa > 120 mg/dl.
c. Urine
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
d. Kultur pus
Untuk melihat jenis kuman yang menginfeksi luka dan menentukan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
e. Pemeriksaan leukosit
Untuk melihat adanya risiko infeksi pada luka ulkus.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (SIKI, 2018). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
adalah :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)


2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi (D.0129)
3. Ketidakstabilan kadar Glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin (D.0027)
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan diabetes melitus (D.0142)

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No. Dx Keperawatan Intervensi
Hasil
Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
1 Nyeri Akut
intervensi keperawatan (I.08238)
berhubungan dengan
selama …x…jam Observasi
agen pencedera
diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis (D.0077)
nyeri menurun dengan karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri
nyeri
menurun dari 5-6
2. Identifikasi skala
menjadi 2
nyeri
2. Meringis menurun
Terapeutik
3. Gelisah menurun
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(mengajarkan
teknik nafas
dalam)
2. Berikan teknik
farmakologis
dengan
memberikan obat
analgesik
Edukasi
1. Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk meredakan
nyeri
Kolaborasi
1. . Kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi
Setelah dilakukan Perawatan Integritas
2 Gangguan integritas
intervensi keperawatan Kulit (I.11353)
kulit berhubungan
selama …x…jam Observasi
diharapkan integritas 1. Identifikasi
dengan perubahan
kulit dan jaringan penyebab
sirkulasi (D.0129)
meningkat dengan gangguan
kriteria hasil: integritas kulit
1. Kerusakan jaringan Terapeutik
sedang 1. Ubah posisi tiap 2
2. Nyeri cukup jam jika tirah
menurun baring
3. Tekstur cukup 2. Gunakan produk
membaik berbahan
petroleum atau
minyak pada kulit
kering

Edukasi
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
3. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
Setelah dilakukan
3 Ketidakstabilan kadar Manajemen
intervensi
Glukosa darah Hiperglikemia
keperawatan selama
berhubungan dengan (I.03115)
…x…jam
resistensi insulin Observasi
diharapkan
(D.0027) 1. Monitor kadar
kestabilan kadar
glukosa darah
glukosa darah
2. Monitor intake dan
meningkat dengan
output cairan
kriteria hasil:
1. Kadar glukosa dalam
Terapeutik
darah sedang
2. Berkeringat cukup 1. Berikan asupan

menurun cairan oral

3. Pusing menurun Edukasi

1. Anjurkan
menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian insulin
Setelah dilakukan
4 Gangguan mobilitas Dukungan Mobilisasi
intervensi
fisik berhubungan (I.05173)
keperawatan selama
dengan nyeri (D.0054) Observasi
…x…jam
diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya

fisik meningkat nyeri atau keluhan

dengan kriteria hasil: fisik lainnya

1. Pergerakan 2. Monitor frekuensi

ekstremitas cukup jantung dan tekanan

meningkat darah sebelum


memulai mobilisasi
2. Nyeri sedang
Terapeutik
3. Kelemahan fisik
cukup menurun 1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
Pagar tempat tidur)

2. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
5 Risiko Infeksi
intervensi keperawatan (I.14539)
berhubungan dengan
selama …x…jam Observasi
diabetes melitus
diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan
(D.0142)
infeksi menurun gejala infeksi lokal
dengan kriteria hasil: dan sistemik
1. Kemerahan cukup Terapeutik
menurun 1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Nyeri sedang
Edukasi
3. Kadar sel darah
1. Ajarkan cara
putih membaik
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk
membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.
Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu
cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk
setiap tindakan yang diberikan kepada pasien. Tindakan tersebut berupa observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
Sebelum melakukan tindakan, perawat melakukan validasi lagi apakah rencana yang
disusun dibutuhkan klien atau tidak. Kemudian, setelah memastikan semuanya sesuai,
maka langkah selanjutnya yaitu melakukan tindakan keperawatan. Setelah melakukan
setiap tindakan, perawat melakukan dokumentasi apa yang telah dilakukan dan bagaimana
respon klien terhadap tindakan tersebut.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan
dengan menggunakan metode SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning).
S (Subjektif) : Pasien mengatakan responnya terhadap tindakan yang didapatkan
O (Objektif) : Perawat mengobservasi langsung respon tubuh klien terhadap
tindakan yang dilakukan
A (Assessment) : Perawat menilai apakah tindakan tersebut telah teratasi atau tidak
P (Planning) : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan di
modifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chasanah, O., N., (2021) ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN ULKUS
DIABETIKUM DI RUANG BAITUSSALAM 1 RSI SULTAN AGUNG
SEMARANG. Diploma thesis, Universitas Islam Sultan Agung.
http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/23714

Longso, Sumiati (2018) Asuhan Keperawatan Pada Tn. T dengan Abses Pedis di Ruang Kelimutu,
RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Kupang.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/id/eprint/345

Pakpahan, L. (2020) ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.R. DENGAN DIABETES MELLITUS


DI PUSKESMAS SIMPANG TIGA PEKANBARU. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes
Riau. http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/961

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

SUPIYARSIH (2018) ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN SALAH SATU


ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI DM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2140

Taniya, Intan (2023) ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN ULKUS DIABETIKUM
PEDIS DEXTRA DI RUANG ABDURAHMAN WAHID RUMAH SAKIT ISLAM
NAHDLATUL ULAMA DEMAK. Diploma thesis, UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG. http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/31334
Ultri, U. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA POST OP
ABSES MANUS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DI RUANG
MELATI RSUD KOTA KENDARI (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/3139/

Utami, W. B. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diagnosis Abses Pedis Sinistra Di
Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Jusuf SK.
https://repository.ubt.ac.id/repository/UBT30-08-2022-121123.pdf

Wulandari, W. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Tipe Ii Di
Ruang Flamboyan Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. https://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/423/

Anda mungkin juga menyukai