OLEH:
ATRIK PURWATI
1601032001
akibat adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya ( Pudjiadi, 2014)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang disebabkan oleh distruksi sel beta
Menurut (Pudjiadi, 2014) Etiologi secara umum Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas
disebabkan oleh :
1. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi /
yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan
2. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta.
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan yang disebut diuresis osmotik. Polifagia : akibat
aseton, perubahan kesadaran, koma bahkan kematian yaitu akibat dari ketoasidosis,
yang merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh bila
jumlahnya berlebihan
V. PATOFISIOLOGI
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel-sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu,
dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;
a. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran
sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin,
timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi
Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih).
d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.
berlebihan).
g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-
besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena
Glukoneogenesis Hiperglikemia
Lemak Glycosuria
Protein
Dehidrasi Kekurangan
Mual Penurunan PH Nitrogen urine
muntah meningkat volume
Hemokonsentrasi cairan
Asidosis
Risiko Thrombosis
ketidakseimbangan Koma, kematian
nutrusi kurang dari Aterosklerosis
kebutuhan
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Risiko injury
VII. PENATALAKSANAAN
Utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadinya. hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penalaksanaan diabetes mellitus antara lain :
1) Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman
dan praktis e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2) Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot
training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal.
dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan
akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Berbagai metode kini tersedia
tersebut pada strip pereaksi khusus, dan kemudian darah tersebut (biasanya antara 45
dan 60 detik sesuai ketentuan pabrik). Untuk beberapa produk, darah diapus dari strip
(dengan menggunakan kapas atau kertas tisue sesuai ketentuan pabrik). Bantalan
pereaksi pada strip akan berubah warnanya dan kemudian dapat dicocokkan dengan
peta warna pada kemasan produk. Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin,
terhadap efektivitas latihan, diet dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat
tipe II, pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang
insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak
terbatas. Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai jangka panjang
untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak
biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang
dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dann pada malam hari. Karena dosis
insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa dalam
darah, maka pemantauan kadar glukosa yang akurat sangat penting. Pemantauan
mandiri kadar glukosa darah telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin
5) Pendidikan Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Karena diet, aktivitas fisik dan stres
fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian diabetes, maka pasien harus
belajar untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanya harus
belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari
penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus
keterampilan yang harus dimiliki oleh penderita diabetes dapat membantu perawat
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
tidak)
e. Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
tekanan darah
f. Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
g. Eliminasi : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
h. Makanan / Cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan
menurun.
k. Integritas Ego : Stress, ansietas
II. DIAGNOSA
a. Risiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b. Gangguan integritas kulit
III. INTERVENSI
a. Risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
b. Ganguan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi
ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA