Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS TIPE I


di POLI ANAK RSD dr. SOEBANDI JEMBER

OLEH:
ATRIK PURWATI
1601032001

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016
I. DEFINISI
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi kronik

akibat adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya ( Pudjiadi, 2014)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang disebabkan oleh distruksi sel beta

pulau langerhans akibat proses autoimun (Nanda , 2015).


II. ETIOLOGI

Menurut (Pudjiadi, 2014) Etiologi secara umum Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent

Diabetes Melitus /IDDM )

Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas

disebabkan oleh :

1. Faktor genetik

Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi /

kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan pada individu

yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA

merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan

proses imun lainnya.

2. Faktor Imunologi

Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.

3. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi

sel beta.

III. TANDA GEJALA


a. Polidipsi
b. Poliuria
c. Polifagia
d. berat badan turun
e. Hiperglikemia ( 200 mg/dl)
f. Ketonemia
g. glukosuria
IV. MANIFESTASI KLINIS
DM Tipe I : Poliuria, polidipsia terjadi akibat konsentrasi glukosa dalam darah cukup

tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran

cairan dan elektrolit yang berlebihan yang disebut diuresis osmotik. Polifagia : akibat

menurunnya simpanan kalori dan defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein

dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.


Kelelahan dan kelemahan, Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau

aseton, perubahan kesadaran, koma bahkan kematian yaitu akibat dari ketoasidosis,

yang merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh bila

jumlahnya berlebihan
V. PATOFISIOLOGI
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin

secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel-sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu,

dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;
a. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran

glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena

sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin,

timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi

defisiensi glukosa intrasel - kelaparan di lumbung padi.


b. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi

melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan menyebabkan

glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.


c. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya.

Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering

berkemih).
d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang

pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume

darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat

menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan

gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.


e. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat

perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.

Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi

untuk mengatasi dehidrasi.


f. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan sel kelaparan akibatnya nafsu makan

(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang

berlebihan).
g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis

trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-

besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam

darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.


h. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto kearah

katabolisme protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka

lisut dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan


VI. WOC
Defisiensi insulin

Penurunan pemakaian glukosa oleh sel


Glucagon meningkat

Glukoneogenesis Hiperglikemia

Lemak Glycosuria
Protein

BUN meningkat Osmoticdiuresis


Ketogenesis

Dehidrasi Kekurangan
Mual Penurunan PH Nitrogen urine
muntah meningkat volume
Hemokonsentrasi cairan
Asidosis

Risiko Thrombosis
ketidakseimbangan Koma, kematian
nutrusi kurang dari Aterosklerosis
kebutuhan

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Jantung Serebral Ekstermitas Retina Ginjal

Miokard infark Retinopati


Stroke Gangrene diabetik Nefropati

Ganguan intergritas kulit Gangguan


Gagal ginjal
penglihatan

Risiko injury
VII. PENATALAKSANAAN
Utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa

darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.

Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal

(euglikemia) tanpa terjadinya. hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas

pasien. Ada lima komponen dalam penalaksanaan diabetes mellitus antara lain :
1) Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.

Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :

a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral) b)

Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai c) Memenuhi kebutuhan

energi d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman

dan praktis e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2) Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.

Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan

glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot

juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan membawa tahanan (resistance

training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju

metabolisme istirahat (resting metabolic rate).


3) Pemantauan Glukosa dan Keton Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah

secara mandiri (SMBG : self-monitoring of blood glucose), penderita diabetes kini

dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal.

Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia,

dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan

akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Berbagai metode kini tersedia

untuk melakukan pemantauan mandiri kadar glukosa darah. Kebanyakan metode


tersebut mencakup pengambilan setetes darah dari ujung jari tangan, aplikasi darah

tersebut pada strip pereaksi khusus, dan kemudian darah tersebut (biasanya antara 45

dan 60 detik sesuai ketentuan pabrik). Untuk beberapa produk, darah diapus dari strip

(dengan menggunakan kapas atau kertas tisue sesuai ketentuan pabrik). Bantalan

pereaksi pada strip akan berubah warnanya dan kemudian dapat dicocokkan dengan

peta warna pada kemasan produk. Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin,

pemantauan mandiri glukosa darah sangat membantu dalam melakukan pemantauan

terhadap efektivitas latihan, diet dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat

membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita diabetes

tipe II, pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang

diduga dapat menyebabkan hiperglikemia atau hipoglikemia.


4) Terapi Insulin Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memprodusi

insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak

terbatas. Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai jangka panjang

untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak

berhasil mengontrolnya. Di samping itu, sebagian pasien diabetes tipe II yang

biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang

membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan,

pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin sering

dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan

kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dann pada malam hari. Karena dosis

insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa dalam

darah, maka pemantauan kadar glukosa yang akurat sangat penting. Pemantauan

mandiri kadar glukosa darah telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin
5) Pendidikan Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku

penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Karena diet, aktivitas fisik dan stres
fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian diabetes, maka pasien harus

belajar untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanya harus

belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari

penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus

memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi

diabetik jangka panjang. Penghargaan pasien tentang pentingnya pengetahuan dan

keterampilan yang harus dimiliki oleh penderita diabetes dapat membantu perawat

dalam melakukan pendidikan dan penyuluhan.


I. PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Yang dikeluhkan oleh pasien
b. Riwayat penyakit sekarang
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi

insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa

saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya


c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
d. Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /

tidak)
e. Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan

tekanan darah
f. Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia,gangguan penglihatan.
g. Eliminasi : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
h. Makanan / Cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan

berat badan, haus, penggunaan diuretic, Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang,

nyeri (sedang / berat)


i. Keamanan : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
j. Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot

menurun.
k. Integritas Ego : Stress, ansietas
II. DIAGNOSA
a. Risiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b. Gangguan integritas kulit
III. INTERVENSI
a. Risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Intervensi :

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.


Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan

yang dapat dihabiskan pasien.


Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,

muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa

sesuai dengan indikasi.


Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit

dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.


Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit

lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
b. Ganguan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati

perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi

Intervensi :

Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi

ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jakarta : Mediaction


Hermand, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Pudjiadi, Antonius H. 2014. Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,

jilid 1. Jakarta: EGC


http://www.fk.uns.ac.id/static/resensibuku/Mengenal_Kasus-kasus_Endokrin_Anak.pdf di

unduh tgl 29 september 2016 jam 15.51WIB

Anda mungkin juga menyukai