Anda di halaman 1dari 7

GRAND KEGIATAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN

SEMINAR MANAJEMEN PENGENDALIAN MPKP TIM


BERDASARKAN PENILAIAN KARS
Disusun Oleh :

Munfarikatus Zuhdataini Nim: 1401032027


Idza Amruhu R Nim: 1601032002
Imawati Budiana Nim: 1601032003
Sovilia Adeliana Nim: 1601032004
Afthon Yazid A Nim: 1601032008
Ade Sri Widiarti Nim: 1601032010
Niko Arifin Nim: 1601032012
Deddy Yuliansyah Nim: 1601032014
Mohammad Asad Nim: 1601032015
Moch. Fahruddin Nim: 1601032016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FEBRUARI-MARET 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan
dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000).
Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan
dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa
manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur
organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan
menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi
posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai
manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama sekali
diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi, perintah,
koordinasi, dan pengendalian.
B. Manajemen aproach (pengendalian)
Menurut Mockler (1984, dalam Keliat, dkk.,2006 dalam Asmuji 2014) pengendalian
adalah usaha sistematis untuk menetapkan standart prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan, untuk mendisain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
prestasi yang sesungguhnya dengan standart yang telah ditetapkan, untuk menetapkan
apakah ada deviasi, dan untuk mengukur signifikansinya. Pengendalian berfungsi untuk
menganbil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan
dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Beberapa hal yang dapat
dijadikan indikator mutu umum pelayanan keperawatan antara lain sebagai berikut:
1. Mengevaluasi indikator mutu BOR
BOR adalah proporsi pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Nilai
yang didapatkan menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan temtap tidur
rumah sakit. Menurut Keliat , dkk. (2006 dalam Asmuji 2014) standart internasional,
BOR dikatakan baik jika nilainya 80-90%, sedangkan standart nasional adalah antara
70-80%. Rumus penghitungan BOR:

BOR= hari perawatan______ = 100


tempat tidur x hari persatuan
Keterangan:
a. Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satuan waktu.
b. jumlah hari persatuan waktu, artinya penghitungan hari didasarkan bulan

2. Mengevaluasi indikator mutu AvLOS


AvLOS adalah rata-rata lama hari rawat seorang pasien. Nilai AvLOS dapat
digunakan sebagai gambaran efisiensi dan mutu pelayanan. Semakin kecil nilai yang
didapet dapat diartikan semakin efisiensi dan semakin bermutu pelayanan yang
diberikan, begitu juga sebaliknya. Nilai AvLOS yang ideal antara 6-9 hari. Kelemahan
perhitungan ini adalah tidak memperhitungan keluar rumah sakit karena sembuh atau
pulang paksa dan mati.
avLOS = hari perawatan pasien keluar
pasien keluar dalam satu periode waktu

Keterangan:
a. hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
b. pasien keluar (hidup+mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau
meniggal dalam satu periode waktu
3. Mengevaluasi indikator mutu TOI
Turn Over Interval adalah rata-rata hari tempat tidur tidak terisi/ ditempati dari saat
diisi ke saat terisi berikutnya. Nilai yang diperoleh menggambarkan tingkat efisiensi
penngunaan tempat tidur. Menurut Keliat, dkk (2006 dalam Asmuji 2014) nilai
idealnya hanya dalam waktu 1-3 hari. Rumus penghitungan TOI:
TOI= ( TT x hari) hari perawatan RS
pasien keluar dalam satu periode waktu

Keterangan:
a. TT adalah jumlah total kapasitas TT yang dimiliki
b. Hari perawatan adalah jumlah total hari perawatan pasien yang keluar
(hidup +mati)
c.jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang keluar (hidup + mati)
d. jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang dimutuasikan keluar
baik pulang,mutasi, atau meninggal

4. Mengevaluasi indikator mutu kasus cidera


The Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan keselamatan pasien sebagai
freedom from accidental injury. Senada dengan hal ini Hughes (2008)
menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan pencegahan cidera
terhadap pasien. Pencegahan cidera didefinisikan bebas dari bahaya yang
terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan medis.
Praktek keselamatan pasien adalah mengurangi risiko kejadian yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan paparan terhadap lingkungan diagnosis
atau kondisi perawatan medis.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 691/MEN
KES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit, definisi
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

5. Mengevaluasi indikator mutu kasus infeksi nosokomial


Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama
dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi
mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan
perangkatnya. Akibat lainnya yang juga cukup merugikan adalah hari rawat
penderita yang bertambah, beban biaya menjadi semakin besar, serta
merupakan bukti bahwa manajemen pelayanan medis rumah sakit kurang
bermutu (Darmadi, 2008).
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting
karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhirakhir ini
muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan
re-emerging diseases) (Depkes RI, 2007).
Kegiatan pencegahan dan pengedalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya merupakan suatu standar mutu pelayanan dan
penting bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pengendalian infeksi harus dilaksanakan
oleh semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya untuk melindungi
pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian infeksi dengan
memperhatikan cost effectiveness (Depkes RI, 2007).
Penyebab infeksi nosokomial adalah akibat mikroorganisme berupa bakteri,
virus, fungi dan parasit, tetapi umumnya terjadi akibat virus dan bakteri.
Sumber infeksi dapat berasal dari pasien, petugas rumah sakit, pengunjung
atau lingkungan rumah sakit. Dari keempat sumber penularan, pada umumnya
kejadian infeksi nosokomial terjadi melalui tangan petugas rumah sakit yang
tercemar kuman akibat berhubungan dengan pasien, bahan atau alat yang
tercemar (Depkes, 1995).
Menurut Timby (1999), kelalaian petugas rumah sakit untuk mencuci tangan
merupakan penyebab umum terjadinya infeksi yang diperoleh di rumah sakit.
Cara penularan melalui tangan yang kurang bersih atau secara tidak langsung
melalui peralatan yang ditempatkan sebagai penyebab utama infeksi
nosokomial (Utji, 1993).
6. Melakukan audit dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
asuhan keperawatan yang mengacu pada proses keperawatan(pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi). Apa pun alasannya, tidak
dibenarkan jika perawat tidak mendokumentasikan suatu kegiatan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan(Asmuji, 2014)
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai tanggung jawab dan tanggung gugat.
Kelengkapan dan kebenaran dokumentasi keperawatan memberika perlindungan bagi
pasien yang menerima pelayanan dan bagi perawatan yang memberikan pelayanan.
Kelengkapan dan kebenaran dokumentasi ini juga dapat menentukan nilai mutu
pelayanan keperawatan. Karena pentingnya arti dokumentasi keperawatan, untuk
menjamin mutu pelaksanaan dokumentasi, perlu dilakukan audit secara ruitn.
Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan:

N Aspek yang dinilai Kode berkas rekam Ket


O medik pasien
A Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji sesuai
dengan pedoman pengkajian
2 Data dikelompokkan(Bio-psiko-
sosio-spiritual)
3 Data dikaji sejak pasien masuk
sampai pasien pulang
4 Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status
kesehatan dan norma serta pola
fungsi hidup
Subtotal
Total nilai
Persentase
B Diagnosis
1 Diagnosis keperawatan
berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan
2 Diagnosis keperawatan aktual
dirumuskan
3 Diagnosis keperawatan risiko
dirumuskan
Subtotal
Total nilai
Persentase
C Perencanaan
1 Rencana tindakan berdasarkan
diagnosis keperawatan
2 Rencana tindakan disusun menurut
urutan prioritas
3 Rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subjek,
perubahan perilaku, kondisi pasien
dan/atau kriteria
4 Rencana tindakan mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas
5 Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan
kerja sama dengan tim kesehatan
lain
Subtotal
Total nilai
Persentase
D Tindakan
1 Tindakan dilaksanakan mengacu
pada rencana keperawatan
2 Perewatan mengobservasi respon
pasien terhadap tindakan
keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat ringkas dan
jelas
Subtotal
Total nilai
Persentase
E Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada tujuan
2 Hasil evaluasi dicatat
Subtotal
Total nilai
Persentase
F Catatan Asuhan Keperawatan
1 Menulis format yang baku
2 Pencatatan dilakukan sesuai
dengan tindakan yang dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis dengan jelas,
istilah yang baku dan benar
4 Setiap melakukan tindakan,
perawat mencantumkan paraf/nama
jelas, dan tanggal waktu tindakan
yang dilakukan
5 Berkas catatan keperawatan
disimpan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Subtotal
Total nilai
Persentase

Rekapitulasi Evaluasi Asuhan Keperawatan


No Aspek yang dinilai % Keterangan
1 Pengkajian keperawatan
2 Diagnosis keperawatan
3 Perencanaan keperawatan
4 Tindakan keperawatan
5 Evaluasi keperawatan
6 Catatan keperawatan

7. Melakukan survei kepuasan pasien


8. Melakukan survei kepuasan keluarga pasien
9. Melakukan survei kepuasan perawat
10. Melakukan survei kepuasan tenaga kesehatan lain
11. Melakukan survei masalah kesehatan
12. Melakukan survei masalah keperawatan

Anda mungkin juga menyukai