1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes
melitus adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh adanya
tiga faktor yang sering disebut Critical Triad of Diabetic Ucers yaitu
Iskemik, Neuropati, dan Infeksi
4. Faktor risiko untuk terjadinya ulkus dan amputasi adalah:
a. Riwayat ulkus diabetik;
b. Amputasi;
c. Deformitas kaki;
d. Neuropati perifer;
e. Kallus;
f. Penyakit arteri perifer;
g. Kontrol glikemi yang kurang;
h. Nefropati diabetik; dan
i. Merokok.
5. Pencegahan Ulkus Diabetik
c. Edukasi
d. Alas kaki
C. Relevansi
D. Capaian Pembelajaran
TINJAUAN TEORI
c. Kadar gula darah dua jam setelah makan > 200 mg/dl
1) Kesemutan, neuropati
2) Kelemahan tubuh
3) Impotensi pada pria
4) Mata kabur
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya (2013) pemeriksaan diagnostik pada pasien DM adalah:
a. Kadar gula glukosa
1. Gula darah sewaktu/random >200mg/dl
2. Gula darah puasa/nuchter >140 mg/dl
3. Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200mg/dl
1.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan teraupetik pada
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (Padila,
2012).
Menurut Wijaya & Yessie (2013) dalam penatalaksanaan pasien diabetes
melitus tujuannya:
a) Jangka panjang : mencegah komplikasi
b) Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM
1. Komplikasi
Menurut Riyadi (2008) komplikasi diabetes melitus adalah:
a. Komplikasi yang bersifat akut
Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diabetik
yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan
glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi
untuk masuk ke dalam sel.
Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak
ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi
ini akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-
benda keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.
Koma hiperosmolar nonketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstrasel karena banyak diekskresi lewat urin.
b. Komplikasi yang bersifat kronik
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Nefropati terjadi karena perubahan
mikrovaskulr pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan
komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit
ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal.
Retinopati adanya perubahan dalam retina karena penurunan
protein dalan retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan
dalam penglihatan.
Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fingsi sensorik dan motorik saraf menurun
kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.
Ulkus diabetik
Perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren,
penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat
menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan gangren.
2.1 Konsep Ulkus Diabetik
Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler
insusifiensi dan neuropati, keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita
yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Hastuti dalam Dafianto,
2016). Ulkus ini juga disebut ulkus neuropati diabetik yang dapat terjadi pada
individu yang menderita diabetes melitus, sebagian akibat dari gangguan
sirkulasi. Individu penderita diabetes sering kali sulit untuk sembuh dan luka
ini mungkin sulit diobati (Rosdahi, 2015). Menurut Frykberg dalam Dafianto
(2016), luka diabetik adalah luka atau lesi pada pasien DM yang
mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama amputasi kaki.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan ulkus diabetik atau ulkus neuropati
diabetik merupakan suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam
dermis biasanya pada ekstermitas bawah yang sulit diobati dan diakibatkan
karena komplikasi makroangiopati yang dapat berkembang karena adanya
infeksi dan merupakan penyebab utama amputasi kaki.
2.2 Etiologi
Diabetes yang tidak terkontrol berkontribusi terhadap
perkembangan neuropati dan penyakit arteri perifer oleh jalur metabolik yang
kompleks. Hilangnya sensasi yang disebabkan oleh neuropati perifer, iskemia
karena penyakit arteri perifer, atau kombinasi dari ini dapat menyebabkan
ulkus kaki. Sebuah tinjauan sistematis (78 penelitian dari 84 kohor)
melaporkan prevalensi 0,003-2,8% untuk diabetes terkait neuropati perifer dan
0,01- 0,4% untuk diabetes terkait penyakit arteri perifer. Gambar 1
menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap komplikasi kaki.
Diabetes juga terlibat dalam artropati Charcot, yang melibatkan penghancuran
progresif tulang, sendi, dan jaringan lunak, paling sering di pergelangan kaki
dan kaki. Diabetes terkait artropati Charcot memiliki prevalensi yang
dilaporkan antara 0,08% dan 13%, tetapi tidak ada studi epidemiologi
berkualitas tinggi pada kaki Charcot.7 8 Kombinasi neuropati, pemuatan kaki
abnormal, trauma mikro berulang, dan kelainan metabolik tulang mengarah ke
peradangan, menyebabkan osteolisis, fraktur, dislokasi, dan deformitas.
Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tanpa alas
kaki, kurangnya kesadaran, keterlambatan dalam mencari perawatan, dan
kekurangan penyedia layanan kesehatan terlatih dan perawatan kaki adalah
faktor umum yang dapat berkonstribusi luka kaki diabetes.
Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi
neuropati, penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang paling
banyak menyebabkan ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan deformitas
kaku, yang sering disebut dengan Critical Triad of Diabetic Ulcers. Penyebab
lain ulkus diabetik adalah iskemik, infeksi, edema, dan kalus. Ulkus diabetik
merupakan penyebab tersering pasien harus diamputasi, sehingga faktor-faktor
tersebut juga merupakan faktor predisposisi terjadinya amputasi (Frykberg
dalam Dafianto, 2016).
2.3 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetik (Arisanti dalam Yunus, 2010), yaitu:
a. Sering kesemutan
b. Nyeri kaki saat istirahat
c. Sensasi rasa berkurang
d. Kerusakan jaringan (nekrosis)
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, dan poplitea
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
g. Kulit kering.
2.4 Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes
melitus adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh adanya tiga
faktor yang sering disebut Critical Triad of Diabetic Ucers yaitu Iskemik,
Neuropati, dan Infeksi. Neuropati perifer merupakan multifaktorial dan
diperkirakan adalah akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum,
disfungsi endotel, defisiensi mioinositol, perubahan sintesis mielin dan
menurunnya aktivitas Na-K ATPase, hiperosmolaritas kronis, menyebabkan
edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose
(Frykberg dalam Dafianto, 2016). Keadaan hiperglikemia akan meningkatkan
metabolisme glukosa melalui jalur sorbitol. Sorbitol yang meningkat dapat
mengakibatkan keadaan neuropati pada pasien DM. Keadaan makroangiopati
diabetik mempunyai gambaran hispatologis berupa aterosklerosis. Pada
keadaan makroangiopati diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular
dan apabila mengenai arteri-arteri perifer dapat mengakibatkan insufisiensi
vaskular perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan gangren pada
ekstermitas (Price & Wilson dalam Dafianto, 2016).
Sherwood (2011) menyatakan bahwa ketika kadar glukosa dalam
darah mengalami peningkatan (hiperglikemiI, sel tubulus tidak mampu
mereabsorpsi glukosa dan mengakibatkan glukosa muncul pada urin. Glukosa
yang ada pada urin akan menimbulkan efek osmotik dan mengakibatkan
tertariknya H2O ikut bersama glukosa, sehingga terjadi poliuria. Besarnya
cairan yang dibawa glukosa bersama urin akan mengakibatkan dehidrasi dan
kemudian menurunkan sirkulasi darah perifer (iskemia). Menurut Ganong
(2008), keadaan hiperglikemi akan mengakibatkan enzim aldosa reduktase
yang kemudian menyebabkan pembentukan sorbitol di dalam sel. Penimbunan
sorbitol pada jaringan saraf akan menyebabkan terjadinya neuropati, termasuk
neuropati perifer (Price & Wilson dalam Dafianto, 2016). Keadaan
hiperglikemiakan memicu pembentukan advance glycosylation end products
(AGEs) yang dapat merusak pembuluh darah dan mengganggu respons dari
leukosit terhadap infeksi. Kondisi hiperglikemi yang disertai dengan
insufisiensi sirkulasi arterosklerotik dan penurunan resistensi terhadap infeksi
dapat menyebabkan terjadi ulkus kronis dan gangren, terutama daerah kaki
(Ganong, 2008). Gangguan saraf motorik menyebabkan paralisis otot kaki
dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dan bentuk pada
sendi kaki (deformitas), perubahan cara berjalan, dan menimbulkan titik tekan
baru dan penebalan pada telapak kaki (kalus). Gangguan saraf sensorik
menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma
sehingga pasien mengalami cedera tanpa disadari. Gangguan saraf otonom
mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit menjadi kering dan
mudah mengalami luka yang sulit sembuh (Rebolledo dalam Dafianto, 2016).
Alterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot- otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian
jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetik (Misnandiarly dalam
Dafianto, 2016).
2.5 Faktor Risiko Ulkus Diabetik
Menurut Kibachio dalam Dafianto (2016), dalam penelitiannya di
Kenya menunjukan bahwa kapalan pada kaki dan tekanan darah diatas 130/80
mmHg berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus diabetik. Kondisi seperti sepatu
yang tepat, pemeriksaan kaki secara teratur, memiliki diet yang ditentukan,
rencana latihan, tidak memiliki infeksi jamur, dan memiliki pengetahuan
tentang perawatan kaki akan melindungi penyandang DM dari ulkus diabetik.
Berdasarkan penelitian Roza , et al. Dalam Dafianto (2016), pasien DM
dengan ulkus dan tanpa ulkus yang masing-masing 27 orang di RSUP Dr. M.
Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang menunjukan bahwa lama DM, neuropati,
penyakit arteri perifer, riwayat trauma, dan perawatan kaki merupakan faktor
risiko terjadinya ulkus diabetik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa arteri
perifer dan trauma merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap ulkus
diabetik. Faktor perawatan kaki, neuropati motorik, penyakit arteri perifer,
pengendalian kadar glukosa darah, dan gangguan pengihatan merupakan
faktor risiko terjadinya ulkus (Purwanti dalam Dafianto, 2016).
Menurut ADA (2016), faktor risiko untuk terjadinya ulkus dan amputasi
adalah:
a. Riwayat ulkus diabetik;
b. Amputasi;
c. Deformitas kaki;
d. Neuropati perifer;
e. Kallus;
f. Penyakit arteri perifer;
g. Kontrol glikemi yang kurang;
h. Nefropati diabetik; dan
i. Merokok.
2.6 Diagnosa Ulkus Diabetik
Pemeriksaan kaki menyeluruh penting untuk mendeteksi penyakit
sejak dini. Skrining untuk neuropati perifer dan penyakit arteri perifer dapat
membantu mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami borok kaki.
Riwayat ulkus atau amputasi dan kontrol glikemik yang buruk meningkatkan
risiko. Kaji kondisi umum pasien untuk tanda-tanda toksisitas atau sepsis
seperti merasa tidak enak badan, tampak sakit, menunjukkan perilaku
abnormal, sirkulasi, atau pernapasan, dengan atau tanpa demam. Periksa kaki
pada setiap kunjungan tindak lanjut untuk penyakit aktif seperti ulserasi atau
gangren. Carilah lesi seperti infeksi jamur, retakan dan feses kulit, kuku cacat,
ruang web yang dimaserasi, kapalan, dan kelainan bentuk seperti palu, jari
kaki cakar, dan pes cavus, yang meningkatkan risiko ulserasi. Rasakan suhu
kaki dengan dorsum tangan Anda. Kaki dingin mungkin menunjukkan
iskemia, dan peningkatan kehangatan dengan kemerahan dan pembengkakan
mungkin menunjukkan peradangan seperti kaki Charcot akut atau selulitis.
a. Perifer neuropati
Tujuan skrining adalah untuk mengidentifikasi pasien dengan hilangnya
sensasi protektif di kaki. Kebanyakan pedoman merekomendasikan 10 g
monoflamen untuk penilaian neuropati pada penderita diabetes.
Monoflamen ini memberikan gaya gundukan 10 g ketika membungkuk.
Ketidakmampuan untuk merasakan tekanan 10 g adalah konsensus saat ini
yang kehilangan sensasi protektif. Tes ini portabel, murah dan mudah
dilakukan. Meskipun meluasnya penggunaan tes monoflamen,
keakuratannya dalam mendiagnosis neuropati adalah variabel. Tes ini
dapat dikombinasikan dengan tes lain untuk skrining neuropati, seperti
biothesiometer atau garpu tala yang lulus (Rydel Seiffer) untuk menilai
ambang persepsi getaran.
c. Edukasi
d. Alas kaki
Alas kaki oklusif menyebabkan berkeringat dan dapat menyebabkan
infeksi jamur, terutama di negara-negara tropis. Idealnya, alas kaki untuk
penderita diabetes harus memiliki kotak kaki lebar, sol empuk lembut,
kedalaman ekstra untuk mengakomodasi orthosis jika diperlukan, dan tali
atau Velcro untuk penyesuaian dan penyesuaian. Sepasang sepatu baru
bisa dipakai untuk sementara waktu setiap hari hingga nyaman.
Pemenuhan pasien terhadap alas kaki yang ditentukan biasanya buruk,
terutama di rumah di mana mereka lebih aktif.29 Pasien dengan ulkus
tanaman di kaki depan atau tumit dapat diberikan alas sepatu untuk
memungkinkan penyembuhan ulkus dan mencegah kekambuhan.
2.9 Pengelolaan luka kaki diabetes atau Diabetes foot ulcer (DFU)
a. Tujuan
d) Tekanan pembongkaran.
Perawatan kaki yang efektif harus kemitraan antara pasien, perawat dan
profesional kesehatan. Ini berarti memberikan informasi yang tepat
untuk memungkinkan pasien dan perawat untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan dan memahami alasan di balik beberapa keputusan
klinis serta mendukung perawatan diri yang baik.
a. Debridemen jaringan
b. Peradangan dan pengendalian infeksi
c. Moisture balance (pemilihan dressing yang optimal)
d. Kemajuan tepi epitel
2. Bagaimana bisa terjadi ulkus Diabetik?
Penyelesaian :
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes melitus
adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh adanya tiga faktor
yang sering disebut Critical Triad of Diabetic Ucers yaitu Iskemik, Neuropati,
dan Infeksi. Neuropati perifer merupakan multifaktorial dan diperkirakan
adalah akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum, disfungsi
endotel, defisiensi mioinositol, perubahan sintesis mielin dan menurunnya
aktivitas Na-K ATPase, hiperosmolaritas kronis, menyebabkan edema pada
saraf tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose
TOPIK 3
RANGKUMAN
Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati,
keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan
dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob
(Hastuti dalam Dafianto, 2016). Ulkus ini juga disebut ulkus neuropati diabetik
yang dapat terjadi pada individu yang menderita diabetes melitus, sebagian akibat
dari gangguan sirkulasi. Individu penderita diabetes sering kali sulit untuk sembuh
dan luka ini mungkin sulit diobati (Rosdahi, 2015).
TOPIK 4
a. Mengatur posisi
e. Dokumentasi
a. Prinsip Kering
b. Prinsip MOIST
c. Prinsip basah
a. Teraba Panas
b. Sulit Tidur
c. Sensasi rasa berkurang
d. Berat Badan turun >10%
e. CRT <3 detik
5. Bagaimana cara pencegahan ulkus diabetik ?
a. Kontrol Glikemik
b. Makan-makanan manis
c. Kontrol Tekanan darah
d. Kontrol Nadi
e. Berolahraga
Kunci jawaban
1. C
2. B
3. A
4. C
5. A
TOPIK 5
A. Umpan balik
Cocokan jawaban kalian dengan pada tes formatif sebagai bahan belajar
mandiri. Hitunglah jawaban kalian yang benar, kemudian gunakan rumus
dibawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan kalian terhadap materi
kegiatan belajar
Rumus :
Jumlah soal
A: 80-100
B+: 75-79
B: 70-74
C+:65-69
C: 60-64
D+:55-59
D:50-54
E: <50
B. Tindak lanjut
Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 70% atau lebih, kalian
dapat melanjutkan kegiatan selanjutnya tetapi, apabila tingkat penguasaan
kalian masih dibawah 70% kalian harus mengulangi kegiatan belajar terutama
pada bagian yang belum kalian kuasai.
DAFTAR PUSTAKA
Kavitha, K. V., Tiwari, S., Purandare, V. B., Khedkar, S., Bhosale, S. S., &
Unnikrishnan, A.G. (2014). Choice of wound care in diabetic foot ulcer: A practical
approach. World Journal of Diabetes, 5(4), 546–556.
http://doi.org/10.4239/wjd.v5.i4.546
Mariam Botros, Janet Kuhnke, John Embil, Kyle Goettl, Christina Morin, Laurie
Parsons, Brian Scharfstein, Ranjani Somayaji, Robyn Evans. (2017).
BEST PRACTICE RECOMMENDATIONS FOR THE Prevention and Management
of Diabetic Foot Ulcers. https://www.woundscanada.ca/docman/public/health-care-
professional/bpr-workshop/895- wc-bpr-prevention-and-management-of-diabetic-foot-
ulcers-1573r1e-final/file
Mishra, S. C., Chhatbar, K. C., Kashikar, A., & Mehndiratta, A. (2017). Diabetic
foot. The BMJ, 359, j5064. http://doi.org/10.1136/bmj.j5064