Anda di halaman 1dari 13

MODERN DRESSING

Disusun Oleh :
NAMA :Ipnu sabili amaruloh
NIM :18030

1. Prinsip Modern Dressing


Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip
moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode konvensional.
Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode
modern dressing. Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika
luka tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang
kelembapannya seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen
dalam matriks nonseluler yang sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi
aksi faktor pertumbuhan, cytokines, dan chemokines yang mempromosi pertumbuhan
sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya.
Lingkungan yang terlalu lembap dapat menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan
kondisi kurang lembap menyebabkan kematian sel, tidak perpindahan epitel dan
jaringan matriks.1,2
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci
luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan
menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama, debridement
jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka.
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka,
sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip menjaga kelembapan luka
dengan menggunakan bahan seperti hydrogel. Hydrogel berfungsi menciptakan
lingkungan luka tetap lembap, melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik
tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur gel dan
terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan
selama tiga sampai lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri
pada saat penggantian balutan.2
Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat
membantu menghentikan perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang mampu
menyerap cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah
hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat
digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing
disesuaikan dengan jenis luka.Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan
balutan yang menyerap cairan seperti foam, sedangkan pada luka yang sudah mulai
tumbuh granulasi, diberi gel untuk membuat suasana lembap yang akan membantu
mempercepat penyembuhan luka.2,3

2. Pengkajian luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai luka:4
1. Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin
2. Status vaskuler: Hb, TcO2
3. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang lain
4. Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya
5. Kondisi luka:
a) Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough (yellow), necrotic tissue (black),
infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).
b) Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
c) Eksudat dan bau
d) Tanda-tanda infeksi
e) Keadaan kulit sekitar luka: warna dan kelembapan
f) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung : leukositosis dan kultur
bakteri
Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah RYB/Red
Yellow, Black (Merah – Kuning – Hitam).
a. Luka dasar merah
Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah mempertahankan
lingkungan luka dalam keadaan lembap, mencegah trauma/perdarahan serta
mencegah eksudat.

Gambar 1. Luka dengan warna dasar merah tua atau terang dan selalu tampak
lembap merupakan luka bersih dengan banyak vaskulerisasi

b. Luka dasar kuning


Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis debridement agar luka
berwarna merah, kontrol eksudat, menghilangkan bau tidak sedap dan
mengurangi/menghindari kejadian infeksi.
Gambar 2. Luka dengan warna dasar kuning/kuning kecoklatan/kuning kehijauan/
kuning pucat adalah jaringan nekrosis merupakan kondisi luka yang
terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskuler.

c. Luka dasar hitam


Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu pembersihan
jaringan mati dengan debridement, baik dengan autolysis debridement maupun
dengan pembedahan.

Gambar 3. Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan
jaringan avaskuler
3. Modern wound dressing
Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dilaporkan tersedia
untukmenangani luka kronis. Bahan modern wound dressing dapat berupa hidrogel,
filmdressing, hydrocolloid, calcium alginate, foam/absorbant dressing, antimicrobial
dressing,antimicrobial hydrophobic.4,5
A. Film Dressing
Penggunaan balutan luka dengan Film Dressing lebih sering digunakan sebagai
secondary dressing dan untuk luka-luka superfisial dan non-eksudatif atau untuk luka
post-operasi. Balutan ini terbuat dari polyurethane film yang disertai perekat adhesif
dan tidak menyerap eksudat. Penggunaan balutan luka dengan Film Dressing
diindikasikan untuk luka dengan epitelisasi, eksudat sedikit, dan luka insisi. Balutan
luka jenis ini kontraindikasi untuk luka terinfeksi dan memiliki eksudat yang banyak.

Gambar 4. Transparant Film Dressing


B. Hydrocolloids
Balutan ini mengandung partikel hydroactive (hydrophillic) yang terikat dalam
polymer hydrophobic. Partikel hydrophillic dapat mengabsorbsi kelebihan
kelembaban pada luka dan mengonversikannya ke dalam bentuk gel sehingga
kestabilan kelembaban luka akan terjaga. Balutan ini akan mempertahankan luka
dalam suasana lembab, melindungi luka dari trauma dan mengindarkan luka dari
resiko infeksi. , mampu menyerap eksudat tetapi minimal, dapat sebagai dressing
primer atau sekunder, support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
slough. Terbuat dari pektin, gelatin, carboxymethylcellulose, dan elastomers. Indikasi
untuk luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal. Kontraindikasi:
luka terinfeksi atau luka grade III-IV. Hydrocolloid tidak lengket pada luka sehingga
balutan dapat diganti tanpa menyebabkan trauma atau rasa sakit saat penggantian
balutan.

Gambar 5. Hydrocolloid dressing pada luka dengan eksudat minimal


C. Alginate
Alginate terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur
dengan eksudat luka. Alginate digunakan untuk dressing primer dan masih
memerlukan balutan sekunder. Alginate dapat digunakan selama 7 hari. Alginate akan
membentuk gel di atas permukaan luka yang berfungsi menyerap cairan luka yang
berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah. Balutan dengan alginate
diindikasikan untuk luka degnan eksudat sedang sampai berat. Kontraindikasi pada
luka dengan jaringan nekrotik dan kering.

(a)

(b)
Gambar 6. Calcium Alginate dressing. (a) mekanisme kerja alginate pada
luka, (b) bentuk sediaan alginate dressing

D. Foam Dressing
Mengandung Polyurethane foam, tersedia dalam kemasan lembaran atau ‘cavity
filling’. Foam memiliki kapasitas tinggi untuk mengabsorbsi eksudat yang banyak
dan mampu menyerap kelebihan kelembaban sehingga mengurangi resiko maserasi.
Foam dressing tidak menimbulkan nyeti dan trauma pada jaringan luka saat
penggantian perban dilakukan. Foam dressing dapar digunakan sebagai dressing
primer atau sekunder.
Gambar 7. Bentuk sediaan Foam Dressing

E. Hidrogel

Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri.


Berbahan dasar gliserin/air yang dapat memberikan kelembapan; digunakan sebagai
dressing primer dan memerlukan balutan sekunder (pad/kasa dan transparent film).
Topikal ini tepat digunakan untuk luka nekrotik/berwarna hitam/kuning dengan
eksudat minimal atau tidak ada.

Gambar 8. Bentuk sediaan Hidrogel


F. Dressing Antimikrobial
Balutan mengandung silver 1,2% dan hydrofiber dengan spektrum luas termasuk
bakteri MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus). Balutan ini digunakan
untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi. Balutan
antimikrobial tidak disarankan digunakan dalam jangka waktu lama dan tidak
direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.

Gambar 9 Bentuk sediaan dressing antimikrobial

G. Charcoal/ carbon dressing


Charcoal dressing mengandung activated charcoal yang mempunyai kemampuan
sebagai absorben, dan mampu menyerap bau. Dressing ini juga dapat
menghambat kontaminasi bakteri. Charcoal dressing dapat diindikasikan untuk
luka dengan infeksi, eksudat dan bau yang tidak sedap.

Gambar 10 Bentuk sediaan charcoal dressing

F. Silver Dressing
Dapat digunakan sebagai dressing primer atau sekunder, dapat bersifat sebagai
antimikroba dan memiliki sifat absorben, karena pada preparat biasanya juga terdapat
Ca alginate. Silver dressing diindikasikan untuk luka infeksi dengan eksudat.
Gambar 11 Bentuk sediaan silver dressing

Implementasi Jenis Perawatan Luka dengan Jenis Luka 4,6,7


1. Luka Nekrotik
 Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar).
 Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis
 Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
 Dressing yang digunakan : Hydrogels, hydrocolloid dressing

2. Luka Nekrotik & infeksi


 Bertujuan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mencegah infeksi
 Dressing yang dapat digunakan : charcoal dressing

3. Luka Nekrotik + infeksi + eksudat


 Bertujuan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mencegah infeksi
 Dressing yang dapat digunakan : charcoal dressing

4. Luka infeksi
 Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
 Wound culture – systemic antibiotics
 Kontrol eksudat dan bau
 Ganti balutan tiap hari
 Dressing yang dapat digunakan : antimicrobial dressing , alginate,
metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings

5. Luka infeksi + eksudat


 Bertujuan untuk control eksudat dan mengatasi infeksi
 Dressing yang dapat digunakan : charcoal active dressing, silver dressing.

6. Luka nekrotik + eksudat


 Bertujuan untuk debridement jaringan nekrotik dan control eksudat
 Dressing yang dapat digunakan : hidrogel + foam, hidrofibre + foam

7. Luka Granulasi
 Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang
baru, jaga kelembaban luka
 Prinsip Moist wound surface – non-adherent dressing
 Dressing : Hydrocolloids, collagen dressing, hidrofiber

8. Luka epitelisasi
 Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-
surfacing”
 Dressing : Transparent films, semipermeable membrane dressing,
hydrocolloids
 Balutan tidak terlalu sering diganti
DAFTAR PUSTAKA

1. Theoret CL. Clinical techniques in equine practice. 3rd ed. 2004. Chapter 2,

Update on wound repair; p.110-22.

2. Sibbald RG, Keast DH. Best practice recommendations for preparing the wound

bed: Update 2006, clinical practice, wound care. Canada; 2006: 4(1).

3. Fernandez R, Griffi ths R, Ussia C. The eff ectiveness of solutions, techniques

and pressure in wound cleansing. JBI Reports 2004; 2(7): 231-70.

4. Kartika RW. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Jakarta: CDK-230
/ Vol. 42 (7). 2015
5. Geoff Susman. Modern wound dressing. Monash university. CdG magazine. Vol

17 (4). 2015

6. Kristanto B, Saputri NC, Candra EF. Perbandingan Motivasi Penggunaan Modern


Dressing pada Penderita Ulkus Diabektikum di Kelurahan Kalijirak dan
Kelurahan Wonolopo Kecamatan Tasikmadu Karanganyar. Jakarta: JIK. 2015;
3(1): 67-74
7. Ritin Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of

Solutions, Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs

Institute for Evidence Based Nursing & Midwifery. Australia.

Anda mungkin juga menyukai