Disusun Oleh :
NAMA :Ipnu sabili amaruloh
NIM :18030
2. Pengkajian luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai luka:4
1. Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin
2. Status vaskuler: Hb, TcO2
3. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang lain
4. Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya
5. Kondisi luka:
a) Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough (yellow), necrotic tissue (black),
infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).
b) Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
c) Eksudat dan bau
d) Tanda-tanda infeksi
e) Keadaan kulit sekitar luka: warna dan kelembapan
f) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung : leukositosis dan kultur
bakteri
Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah RYB/Red
Yellow, Black (Merah – Kuning – Hitam).
a. Luka dasar merah
Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah mempertahankan
lingkungan luka dalam keadaan lembap, mencegah trauma/perdarahan serta
mencegah eksudat.
Gambar 1. Luka dengan warna dasar merah tua atau terang dan selalu tampak
lembap merupakan luka bersih dengan banyak vaskulerisasi
Gambar 3. Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan
jaringan avaskuler
3. Modern wound dressing
Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dilaporkan tersedia
untukmenangani luka kronis. Bahan modern wound dressing dapat berupa hidrogel,
filmdressing, hydrocolloid, calcium alginate, foam/absorbant dressing, antimicrobial
dressing,antimicrobial hydrophobic.4,5
A. Film Dressing
Penggunaan balutan luka dengan Film Dressing lebih sering digunakan sebagai
secondary dressing dan untuk luka-luka superfisial dan non-eksudatif atau untuk luka
post-operasi. Balutan ini terbuat dari polyurethane film yang disertai perekat adhesif
dan tidak menyerap eksudat. Penggunaan balutan luka dengan Film Dressing
diindikasikan untuk luka dengan epitelisasi, eksudat sedikit, dan luka insisi. Balutan
luka jenis ini kontraindikasi untuk luka terinfeksi dan memiliki eksudat yang banyak.
(a)
(b)
Gambar 6. Calcium Alginate dressing. (a) mekanisme kerja alginate pada
luka, (b) bentuk sediaan alginate dressing
D. Foam Dressing
Mengandung Polyurethane foam, tersedia dalam kemasan lembaran atau ‘cavity
filling’. Foam memiliki kapasitas tinggi untuk mengabsorbsi eksudat yang banyak
dan mampu menyerap kelebihan kelembaban sehingga mengurangi resiko maserasi.
Foam dressing tidak menimbulkan nyeti dan trauma pada jaringan luka saat
penggantian perban dilakukan. Foam dressing dapar digunakan sebagai dressing
primer atau sekunder.
Gambar 7. Bentuk sediaan Foam Dressing
E. Hidrogel
F. Silver Dressing
Dapat digunakan sebagai dressing primer atau sekunder, dapat bersifat sebagai
antimikroba dan memiliki sifat absorben, karena pada preparat biasanya juga terdapat
Ca alginate. Silver dressing diindikasikan untuk luka infeksi dengan eksudat.
Gambar 11 Bentuk sediaan silver dressing
4. Luka infeksi
Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
Wound culture – systemic antibiotics
Kontrol eksudat dan bau
Ganti balutan tiap hari
Dressing yang dapat digunakan : antimicrobial dressing , alginate,
metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
7. Luka Granulasi
Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang
baru, jaga kelembaban luka
Prinsip Moist wound surface – non-adherent dressing
Dressing : Hydrocolloids, collagen dressing, hidrofiber
8. Luka epitelisasi
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-
surfacing”
Dressing : Transparent films, semipermeable membrane dressing,
hydrocolloids
Balutan tidak terlalu sering diganti
DAFTAR PUSTAKA
1. Theoret CL. Clinical techniques in equine practice. 3rd ed. 2004. Chapter 2,
2. Sibbald RG, Keast DH. Best practice recommendations for preparing the wound
bed: Update 2006, clinical practice, wound care. Canada; 2006: 4(1).
4. Kartika RW. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Jakarta: CDK-230
/ Vol. 42 (7). 2015
5. Geoff Susman. Modern wound dressing. Monash university. CdG magazine. Vol
17 (4). 2015