Disusun Oleh :
JAKARTA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan proposal yang berjudul “Proposal
Training Of Trainer (Perawatan Luka Modern)” dapat terselesaikan.
Proposal ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Gerontik di
STIKes PERTAMEDIKA. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada:
1. Bapak Drs.Marjito, M.Si selaku Kepala Panti Sasana Tresna Werdha Budi
Mulia 3
2. Bapak/Ibu dosen mata ajar Keperawatan Gerontik yang telah memberikan
tugas dan petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dalam
bentuk materi dan non materi.
4. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
5. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
D. Metode, Media, dan Instrumen ................................................................... 58
E. Susunan Acara ............................................................................................. 60
F. Proses Pelaksanaan...................................................................................... 61
G. Skanerio Kegiatan ....................................................................................... 64
H. Rencana evaluasi ......................................................................................... 68
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 69
Kesimpulan ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan
memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan kulit
yang tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
integritas kulit. Gangguan integritas kulit dapat diakibatkan oleh tekanan yang
lama, iritasi kulit atau imobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka
dekubitus (Potter & Perry, 2010). Hal tersebut diakibatkan oleh karena pada
imobilisasi terjadi gesekan, tekanan, jaringan bergeser satu dengan yang lain,
dan penurunan sirkulasi darah pada area yang tertekan, sehingga terjadi
ischemia pada jaringan yang tertekan. Kondisi yang ada dapat diperburuk lagi
dengan adanya infeksi, trauma, kegemukan, berkeringat, dan nutrisi yang
buruk (Asmadi, 2008).
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses
patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu
(Potter & Perry, 2010). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa
membran dan tulang atau organ tubuh yang lain.
1
2
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 merupakan panti sosial yang
menampung lansia terlantar dengan jumlah lansia saat ini 275 orang. Lansia
keseluruhan di panti dilayani oleh 23 tenaga PNS, dan 28 orang tenaga
pelayanan sosial. Masing-masing PNS bertanggung jawab atas satu ruangan,
dibantu oleh 3-4 orang tenaga pelayanan sosial. Adapun dari PSTW Budi
Mulia memiliki dua sasana yang terletak didaerah Kampong Duku, Kramat
Jati, Jakarta Timur, yaitu: 1) Sasana Tresna Werdha Budi Mulia Duku 3
dengan kapasitas lansia sebanyak 23 WBS perempuan, dan jumlah petugas
PNS 2 orang, tenaga pelayanan sosial 5 orang. 2) Sasana Tresna Werdha Budi
Mulia Dukuh 5 dengan kapasitas 25 WBS perempuan, dengan tenaga PNS 2
orang, dan tenaga pelayanan sosial 5 orang.
B. Tujuan Kegiatan
1. Petugas PSTW Budi Mulia 03 dapat mengulangi pengertian luka.
2. Petugas PSTW Budi Mulia 03 dapat mengulangi jenis-jenis luka.
3. Petugas PSTW Budi Mulia 03 dapat mengulangi proses fisiologis
penyembuhan luka.
4. Petugas PSTW Budi Mulia 03 dapat mengulangi teori teknik perawatan
luka modern
4
C. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan
Dapat menjadi salah satu intervensi tindakan keperawatan dalam
menangani luka pada lansia dengan perawatan luka modern di Panti
Sasana Tresna Werdha Budi Mulia 3.
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa usia lanjut meliputi
usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) yaitu kelompok usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu
kelompok usia 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) yaitu kelompok usia
diatas 90 tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 yaitu Lanjut Usia adalah yang mencapai usia 60
tahun ke atas. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas, 2)
Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, 3) Kelompok usia
lanjut (kurang dari 65 tahun) senium.
2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
5
6
3. Proses Menua
Menua (aging) adalah proses alamiah yang biasanya disertai perubahan
kemunduran fungsi dan kemampuan sistem yang ada di dalam tubuh
sehingga terjadi penyakit degeneratif. Proses menua adalah proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri (Nugroho, 2000 dalam Silvanasari 2012). Penuaan
adalah proses normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Penuaan merupakan fenomena yang
kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel
dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem (Stanley & Beare, 2007).
Proses penuaan merupakan akumulasi secara progresif dari berbagai
perubahan fisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring berlalunya
waktu. Proses penuaan akan meningkatkan kemungkinan terserang
penyakit bahkan kematian (Azizah, 2011 dalam Silvanasari, 2012).
7
1) Teori Genetika
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan
merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah
diwariskan secara turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk
mengubah sel dan struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori
DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori
glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean
mengenai infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat
molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel dimulai,
sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka
akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan
malfungsi organ. Teori genetika dengan kata lain mengartikan
bahwa proses menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan
akan semakin terlihat bila usia semakin bertambah. Teori ini juga
bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh yang dapat
mempengaruhi susunan molekular.
8
d. Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh
sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan
kanker.1 perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada
jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T
9
Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas
dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-
produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika
radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran
sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada
akhirnya mengganggu fungsi.
f. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan
tentang terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi
karena adanya keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga
10
k. Teori Sosiologi
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status
hubungan sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari
luar tubuh.
1) Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik
lansia. Teori pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh
Jung menyebutkan bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu
introvert dan ekstrovert. Lansia akan cenderung menjadi introvert
kerenan penurunan tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan
ikatan sosial.
4) Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang
sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut
berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang
yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan
yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya
fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup,
dan aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan
memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.
5) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia
dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat
berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan
kualitas hidup.
6) Teori Subkultur
Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri,
harapan, keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah
memiliki subkultur mereka sendiri. Teori ini juga menyatakan
bahwa orang tua kurang terintegrasi secara baik dalam masyarakat
yang lebih luas dan berinteraksi lebih baik di antara lansia lainnya
bila dibandingkan dengan orang dari kelompok usia berbeda. Salah
satu hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan
"kesadaran kelompok umur" yang akan berfungsi untuk
meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi budaya
negatif dari penuaan.
4. Teori Psikologis
Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena
penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga
14
d) Persarafan
Saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya yang
berhubungan dengan stress. Berkurang atau hilangnya lapisan
mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon
mootorik dan refleks.
e) Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),
bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi
otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.
f) Gastrointestinal
Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan
peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun.
Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menuurun
sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.
g) Vesika Urinaria
Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine.
Prostat: Hipertrofi pada 75% lansia.
h) Vagina
Selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
i) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
j) Penglihatan
Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan
katarak.
k) Endokrin
Produksi hormon menurun.
l) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun, vaskularisasi
17
2) Perubahan Sosial
a) Peran : Post power syndrome, single woman, dan single
parent.
b) Keluarga :Kesendirian, kehampaan.
c) Teman
Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan
akan meninggal. Berada di rumah terus menerus akan cepat pikun
(tidak berkembang).
d) Abuse
Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit,
tidak diberi makan)
e) Masalah hukum
Berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan pribadi yang
dikumpulkan sejak masih muda.
f) Pensiun
Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun). Kalau
tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.
g) Ekonomi
18
B. Konsep Luka
1. Definisi
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat
proses patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai
organ tertentu (Lazarus, et al., 1994 dalam Potter & Perry, 2006). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul
seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan
kematian sel (Kozier, 2011).
2. Jenis Luka
a. Berdasarkan sifat
Abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis,
dan lain-lain. Klasifi kasi berdasarkan struktur lapisan kulit, meliputi:
superfi sial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang
melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
20
Pembuluh darah kapiler melebar 10-30 menit setelah luka dan tetap
melebar selama beberapa saat karena serotonin yang dilepaskan oleh
platelet. Plasma mengalir pada area luka untuk mengencerkan racun
yang disekresi oleh organisme, membawa oksigen dan nutrisi yang
diperlukan untuk perbaikan jaringan, dan membawa fagosit ke daerah
luka. Daerah yang terluka menjadi hangat dan merah; perubahan-
perubahan ini adalah manifestasi klasik dari inflamasi dan fase
inflamasi dari proses penyembuhan luka dimulai.
22
Kata kunci :
1. Platelet
2. Jaringan fibrin
3. Dilatasi kapiler
(Black dan Hawks, 2014)
b. Fase inflamasi
Inflamasi terjadi saat sel mengalami luka. Luka pada sel dapat terjadi
karena trauma, kurang oksigen, dan nutrisi, zat kimia, invasi
mikroorganisme, suhu yang ekstrim, atau radiasi ion. Inflamasi juga
dapat terjadi karena adanya sel yang mati. Inflamasi dimulai sejak saat
terjadinya luka dan dapat berlangsung hingga 4-6 hari, tergantung
berat ringannya luka. Proses inflamasi sanagt diperlukan dalam proses
penyembuhan, sehingga sering dikatakan “tidak ada inflamasi, tidak
ada penyembuhan”.
Efek Walling-Off atau Pembatasan timbul pada area yang rusak untuk
mencegah penyebaran agen berbahaya ke jaringan tubuh yang lain.
Bekuan fibrinigen menyumbat saluran getah bening dan ruang
23
Aktivitas sel darah putih. Selama fase ini, sel adrah putih menjadi
aktof membersihkan luka dan memulai proses penyembuhan
selanjutnya.
Sel darah putih lain. Eosinofil dan basofil juga bermigrasi ke area
luka. Eosinofil membantu mengontrol respons inflamasi dengan
mengeluarkan antihistamin. Basofil mengeluarkan histamin. Limfosit
membantu makrofag lebih efektif pada area luka melalui beberapa
proses. Limfosit dikontrol oleh hormon adrenokortikal.
Kinin adalah protein plasma yang terlibat dalam inflamasi. Pada awal
luka, kinin meningkatkan permeabilitas vaskular dan memungkinkan
leukosit masuk ke jaringan. Pada akhir proses inflamasi, kinin bekerja
dengan prostaglandin untuk menimbulkan nyeri dan kontraksi otot
polos dan inti meningkatkan kemoktasis leukosit. Kinin meningkatkan
permeabilitas vaskuler, cairan dalam luka, dan jumlah leukosit yang
ada untuk membantu fagositosis. Kini yang utama adalah bradikinin.
Kata kunci :
1. Neutrofil
2. Makrofag
26
3. Mediator inflamasi
4. Limfosit dan sel darah putih lain
(Black dan Hawks, 2014)
27
c. Fase Proliferasi
Fase ini mempunyai beberapa proses yaitu deposisi kolagen,
angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru), pertumbuhan
jaringan granulasi, dan kontraksi luka. Fase ini berakhir dua – tiga
minggu setelah luka tapi proses penyembuhan tidaklah berhenti dan
berlanjut hingga 1-2 tahun.
Kata kunci :
1. Fibrolast
2. Endapan (deposisi) kolgen
3. Angiogenesis
4. Jaringan granulasi
5. Epitelium
6. Endotelium
(Black dan Hawks, 2014)
Jaringan parut tidak pernah sekuat atau bertahan lama seperti jaringan
normal. Kekuatan tegangan tidak pernah mencapai 80% pada jaringan
parut. Selama 12 bulan setelah cedera, jaringan parut menjadi matang
dan tipis serta putih, bukannya merah dan menonjol seperti pada
jaringan granulasi. Parut adalah bagian normal dari penyembuhan
luka. Beberapa parut sulit dilihat sedangkan lainnya tampak jelas
seumur hidup klien.
30
Kata kunci :
1. Pembentuka kembali kolagen
2. Maturasi jaringan parut
(Black dan Hawks, 2014)
a. Faktor instrinsik
Faktor instrinstik meliputi faktor- faktor patofisiologi umum
(misalnya, gangguan kardiovaskuler, malnutrisi, gangguan metabolik
dan endokrin, penurunan daya tahan terhadap infeksi) dan faktor
fisiologi normal yang berkaitan dengan usia dan kondisi lokal yang
merugikan pada tempat luka (misalnya, eksudat yang berlebihan,
dehidrasi, infeksi luka, trauma kambuhan, penurunan suhu luka,
pasokan darah yang buruk, edema, hipoksia lokal, jaringan nekrotik,
pengelupasan jaringan yang luas, produk metabolik yang berlebihan,
dan benda asing).
31
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik meliputi penatalaksanaan luka yang tidak tepat
(misalnya, pengkajian luka yang tidak tepat, penggunaan bahan
perawatan luka primer yang tidak sesuai, dan teknik penggantian
balutan yang ceroboh).
5. Komplikasi
Menurut Potter & Perry (2006) komplikasi penyembuhan luka meliputi:
a. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering
muncul dalam 2-7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi
termasuk adanya purulen, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan,
bengkak disekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah
sel darah putih.
b. Dehisen Dehisen adalah terpisahnya lapisan luka secara parsial atau
total. Dehisen sering terjadi pada luka pembedahan abdomen dan
terjadi setelah regangan mendadak, misalnya batuk, muntah atau
duduk tegak di tempat tidur.
c. Eviserasi Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan
eviserasi (keluarnya organ viseral melalui luka yang terbuka). Bila
terjadi evisersasi, perawat meletakkan handuk steril yang dibasahi
32
2. Pengkajian Luka
a. Status nutrisi pasien: BMI (body massindex), kadar albumin
b. Status vaskuler: Hb, TcO2
c. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan
yang lain
34
2) Ulkus Arteri
Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi, bila keadaan luka kering
dan eskar keras, jangan lakukan debridemen. Hindari terapi
(kompresi) karena dapat menghambat aliran darah. Lakukan
balutan dengan teknik steril dan pertahankan lingkungan dalam
keadaan lembab. Gunakan balutan hidrokoloid jika ada untuk
menjaga kelembaban lingkungan luka. Pada saat berbaring posisi
kepala ditinggikan 5 sampai 7 derajat yang bertujuan untuk
menyokong sirkulasi daerah kulit dan ke bagian ekstremitas.
39
3) Ulkus Vena
Lakukan pengkajian kondisi area luka. Ganti balutan dengan teknik
steril. Bersihkan luka dengan salin normal. Bila terdapat jaringan
nekrotik lakukan debridemen. Lakukan terapi kompresi, yang
bertujuan untuk memperlancar aliran limfatik, reduksi tekanan vena
superfisial dan mengurangi aliran balik ke pembuluh vena yang
dalam. Pemberian obat topikal tergantung jumlah eksudat dan
ukuran luka, ada tidaknya infeksi dan karakteristik sekeliling luka.
Apabila menggunakan balutan untuk kelembaban lingkungan dapat
menggunakan hidrokoloid, transparan film, dan foam. Lakukan
peninggian posisi pada daerah kaki, hal yang dapat meningkatkan
sensitivitas pada sekeliling luka.; hindari larutan atimikrobial,
hindari bahan yang sifatnya lengket. Prinsip perawatan luka pada
ulkus vena adalah meningkatkan pengisian kembali ke vena, yang
akan menyebabkan statis vena menurun.
5) Ulkus Dekubitus
Perawatan luka dekubitus mencakup 3 prinsip , debridemen,
pembersihan dan dressing. Debridemen dilakukan untuk mencegah
infeksi yang lebih luas. Debridemen bertujuan untuk mengangkat
jaringan yang sudah mengalami nekrosis. Pada setiap luka yang
akan diganti selalu dibersihkan. Bahan-bahan yang perlu dihindari
40
6) Luka
Suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit
terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan
radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses
pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan
pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan
penyembuhan luka. Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi
sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan
tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-
sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal.
Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur
anatomi, fungsi dan penampilan (Handayani, 2016).
c. Balutan modern
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam perawatan luka telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari
dukungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu tersebut dapat dilihat dari banyaknya inovasi
terbaru dalam perkembangan produk bahan pembalut luka modern.
Bahan pembalut luka modern adalah produk pembalut hasil
teknologi tinggi yang mampu mengontrol kelembapan disekitar luka.
Bahan balutan luka modern ini di disesuaikan dengan jenis luka dan
eksudat yang menyertainya. Jenis-jenis balutan luka yang mampu
mempertahankan kelembaban antara lain (Briant, 2007):
1) Kalsium Alginat
Alginat banyak terkandung dalam rumput laut cokelat dan
kualitasnya bervariasi. Polisakarida ini digunakan untuk bahan
regenerasi pembuluh darah, kulit, tulang rawan, ikatan sendi dan
sebagainya. Apabila pembalut luka dari alginat kontak dengan
42
2) Hidrogel
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tibih
sendiri. Berbahan dasar gliserin/air yang dapat memberikan
kelembapan; digunakan sebgaai dressing primer dan
memerlukan balutan sekunder (pad/kassa dan transparent film).
Dapat digunakan untuk luka nektotik/berwarna hitam/kuning
dnegan eksudat minimal atau tidak ada (Kartika, 2015).
43
3) Foam Silikon
Dapat menyerap cairan luka yang jumlahnya sangat banyak
sebagai dressing primer atau sekunder. Balutan jenis ini
menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada permukaan
yang kontak dengan luka, terbuat dari polyurethane, non-
adherent wound contact layer, highly absorptive. Silikon
membantu mencegah balutan foam melekat pada permukaan
luka atau sekitar kulit pada pinggir luka. Hasilnya
menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat mengganti
balutan, dan membantu proses penyembuhan. Balutan luka
silikon lunak ini dirancang untuk luka dengan drainase dan luas.
44
4) Hidrokoloid
Balutan hidrokoloid bersifat ”water-loving” dirancang elastis
dan merekat yang mengandung jell seperti pektin atau gelatin
dan bahan-bahan absorben atau penyerap lainnya. Balutan
hidrokoloid bersifat semipermiabel, semipoliuretan padat
mengandung partikel hidroaktif yang akan mengembang atau
membentuk jel karena menyerap cairan luka. Bila dikenakan
pada luka, drainase dari luka berinteraksi dengan komponen-
komponen dari balutan untuk membentuk seperti jel yang
menciptakan lingkungan yang lembab yang dapat merangsang
pertumbuhan jaringan sel untuk penyembuhan luka. Balutan
hidrokoloid ada dalam bermacam bentuk, ukuran, dan ketebalan.
Balutan hidrokoloid digunakan pada luka dengan jumlah
drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis ini biasanya diganti
satu kali selama 5-7 hari, tergantung pada metode aplikasinya,
lokasi luka, derajat paparan kerutan-kerutan dan potongan-
potongan, dan inkontinensia. Balutan ini diindikasi kan pada
luka pada kaki, luka bernanah, luka berwarna kemerahan dengan
epitelisasi dan eksudat minimal sedangkan kontraindikasi
balutan ini adalah tidak digunakan pada luka yang terinfeksi
atau grade III-IV.
45
5) Hidrofiber
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan
tenunan atau balutan pita yang terbuat dari serat sodium
carboxymethylcellusole, beberapa bahan penyerap sama dengan
yang digunakan pada balutan hidrokoloid. Komponen-
komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka
untuk membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir
dari permukaan luka.
6) Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, non absorben, non
adhesif. Digunakan untuk luka eksudat sedang sampai banyak,
luka infeksi, memerlukan balutan sekunder (Kartika,2015).
46
8) Film Dressing
Digunakan sebagai secondary dressing dan untuk luka-luka
superfisial dan non eksudat atau untuk luka post-operasi. Terbuat
dari polyrethane film yang disertai perekat adhesif ; tidak
menyerap eksudat. Indikasi : luka dengan epitelisasi, low
exudate, luka insisi. Kontraindikasi : luka infeksi, eksudat
banyak (Kartika,2015).
d. Larutan pembersih
Proses pembersihan luka terdiri dari memilih cairan yang tepat untuk
membersihkan luka dan menggunakan cara-cara mekanik yang tepat
untuk memasukkan cairan tersebut tanpa menimbulkan cedera pada
jaringan luka (AHPCR, 1994). Tujuan pembersih luka adalah untuk
menegeluarkan debris organik maupun anorganik sebelum
menggunakan balutan untuk mempertahankan lingkungan yang
optimum pada tempat luka untuk proses penyembuhan. Adanya
debris yang terus menerus, termasuk benda asing, jaringan lunak
yang mengalami devitalisasi, krusta, dan jaringan nekrotik dapat
memperlambat penyembuhan dan menjadi fokus infeksi.
Membersihkan luka dengan lembut tetapi mantap akan membuang
kontaminan yang mungkin akan menjadi sumber infeksi. Cairan
47
e. Agen topikal
Agen topikal terdiri dari antiseptik dan antibakteri. Antiseptik adalah
bahan kimia yang dioleskan pada kulit atau jaringan yang hidup
untuk menghambat dan membunuh mikroorganisme (baik yang
bersifat sementara maupun yang tinggal menetap pada luka) dengan
demikian akan mengurangi jumlah total bakteri yang ada pada luka.
Pada perawatan luka modern, pemakaian antiseptik yang
diperkenalkan oleh Lister, seperti povidone-iodine, hypoclorite,
asam asetat tidak digunakan lagi pada luka-luka terbuka dan luka
bersih seperti luka bedah (akut) dan luka-luka kronik. Pemakaian
povidone iodine hanya digunakan pada luka-luka akut maupun
kronik yang dapat menunjukkan kesembuhan (healable wound), luka
yang mengalami infeksi. Povidone iodine juga digunakan untuk
mensterilkan alat dan permukaan kulit yang utuh yang akan
dioperasi. Sehingga, untuk mencegah kerusakan jaringan baru pada
luka, WHO menyarankan agar tidak lagi menggunakan antiseptik
pada luka bersih, tetapi menggunakan normal salin sebagai agen
48
Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut.
Produksi cairan kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka
dan dapat menyebabkan maserasi pada pinggir luka. Cairan pada luka
kronik ini juga menghancurkan matrik protein ekstraselular dan faktor-
faktor pertumbuhan, menimbulkan inflamasi yang lama, menekan
proliferasi sel, dan membunuh matrik jaringan. Dengan demikian, untuk
mengefektifkan perawatan pada dasar luka, harus mengutamakan
penanganan cairan yang keluar dari permukaan luka untuk mencegah
aktifitas dari biokimiawi yang bersifat negatif/merugikan.
2) Meningkatkan angiogenesis
Tidak hanya sel-sel yang dibutuhkan untuk angiogenesis juga
dibutuhkan lingkungan yang lembab tetapi juga angiogenesis
terjadi pada tekanan oksigen rendah, balutan ”occlusive” dapat
merangsang proses angiogenesis ini.
4) Meningkatkan re-epitelisasi
Pada luka yang lebih besar, lebih dalam sel epidermal harus
menyebar diatas permukaan luka dari pinggir luka serta harus
mendapatkan suplai darah dan nutrisi. Krusta yang kering pada
luka menekan/menghalangi suplai tersebut dan memberikan barier
untuk migrasi dengan epitelisasi yang lambat.
54
6) Mengurangi nyeri
Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga
mengurangi nyeri.
Langkah-langkah
1. Observasi luka
2. Pakai handscoon, apron dan underpad
3. Cuci luka dan sekitarnya dengan sabun
4. Bilas dengan Nacl/air matang
5. Keringkan dengan menggunakan kassa
6. Gunakan salep dan ratakan dengan kassa steril, tempel ke luka dengan kassa
yang tadi digunakan untuk meratakan salep
7. Letakkan kassa kering 2 lapis diatas kassa ke 1
8. Plester
9. Jika kassa yang paling atas basah (rembes), ganti kassa yang paling atas,
kassa yang menempel langsung dengan salep jangan diganti
10. Ganti balutan semua setelah 3 hari (lakukan langkah 1-8)
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN
A. Sasaran
Pramuwisma PSTW :
1. Kriteria Inklusi
Semua pramusosial.
2. Kriteria Eksklusi
Pramusosial yang tidak hadir pada jadwal kerja.
B. Pengorganisasian
1. Nama Kegiatan : Training of Trainer
2. Pokok Bahasa : Perawatan Luka
3. Sasaran : Staf PSTW Budi Mulia 3 Jakarta Selatan
4. Hari, tanggal : Jum’at, 21-04-2017
5. Waktu : 13.00 – selesai WIB
6. Tempat : Aula utama PSTW Budi Mulia 3
C. Perencanaan
a. Penanggung jawab : Sugeng Eko Putro Prabowo
Uraian tugas :
1) Bertanggung jawab mulai dari persiapan sampai pelaksanaan kegiatan
2) Mengkoordinir anggota kelompok dan menjelaskan tugas dan peran-
peran masing-masing
3) Memimpin pertemuan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
b. Leader : Sugeng Eko Putro Prabowo
Uraian Tugas :
1) Membuka presentasi
2) Presentasi mengenai
c. Co-leader : Yulianita
Uraian Tugas :
1) Mengambil alih posisi leader jika kegiatan menyimpang
2) Mengingatkan leader tentang waktu
56
57
Layar
Penyaji
Operator
Observer
Instruktur Instruktur
Pasien Meja Fasilitator Pasien Meja Fasilitator
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Observer
Observer
Instruktur
Pasien Meja Fasilitator
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Observer
60
E. Susunan Acara
NO WAKTU KEGIATAN
1 13.00 – 13.15 Pembukaan
15.05 – 15.10
Penutup
9
Doa penutup
61
F. Proses Pelaksanaan
NO Waktu Kegiatan
1 110 Pelaksanaan
menit Pre Test
“Baiklah sebelum penyampaian materi, kita akan
memberikan pre test terlebih dahulu kepada teman-teman
semua. Untuk mengetahui sejauh mana teman-teman sudah
mengerti atau memahami tentang perawatan luka. Waktu
mengerjakan pre test hanya 10 menit. Silahkan fasilitator
untuk membagikan lembar soal pre test-nya.”
Penyampaiann Materi
“Baiklah acara selanjutnya adalah penyampaian materi
TOT tentang perawatan luka pada lansia yang berlangsung
dengan waktun ± 15 menit, dimohon untuk tetap tenang dan
memeperhatikan. Kepada presentator yaitu Nur Aisyah,
dipersilahkan untuk menyampaikan materi.”
Demonstrasi
“Terimakasih kepada saudari Nur Aisyah atas presentasinya
tentang perawatan luka. Selanjutnya adalah demonstrasi
atau peragaan poerawatan luka. Sebelum demonstrasi
dilkakukan, kami akan membagi teman-teman dalam 3
kelompok, di mana nanti setiap kelompok akan difasilitasi
oleh satu orang instruktur. Instruktur tersebut antara lain
Cony Choirunnissa, Nurhayah, Ulva Oca Octavia, tri
Cahyaningsih. Kepada para instruktur kami persilahkan.”
62
Skill Station
“Selanjutnya adalah skill station yaitu kegiatan dimana
teman-teman diberi kesempatan untuk memperagakan ulang
atau re-demonstrasi langkah-langkah perawatan luka yang
akan dibantu oleh teman-teman instruktur. Kepada semua
instruktur silahkan dibantu.”
Doa Penutup
“Baiklah selanjutnya adalah acara doa penutup yang akan
dipimpin oleh saudara Nurhadi. Kepada saudara Rahmat
Hidayat kami persilahkan.”
G. Skanerio Kegiatan
No Waktu Kegiatan
1 15 menit Pembukaan
- Memberikan salam pembukaan dan memperkenalkan diri
“Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat siang dan salam sejahtera bagi
kita semua. Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah sehat dan selamat
pada hari ini di mana kita dapat berkumpul di ruang serbaguna di
PSTW Budi Mulia 3 Margaguna, Jakarta.’’
- Memperkenalkan Diri
“Perkenalkan kami adalah mahasiswa/i dari STIKes Pertamedika
Studi Profesi yang akan mengadakan kegiatan Training Of Trainer.
Kegiatan ini kami tujukan kepada pramu sosial di panti ini.”
“Sebelumnya kami akan bacakan susunan acara pada acara siang
hari ini, yaitu:
1. Pembukaan
2. Pembacaan doa
3. Sambutan-Sambutan
4. Pre-test
5. Presentasi Materi
6. Skill Station
7. Sesi Diskusi dan Tanya Jawab
8. Kesan dan Pesan
9. Reward Post test
10. Penutup”
- Kontrak Waktu
65
“Kegiatan TOT ini akan kita lakukan selama ± 2 jam, kita bersama-
sama mempelajari tentang Perawatan Luka”.
- Doa Pembuka
“Baiklah sebelum acara dimulai mari kita semua berdoa terlebih
dahulu agar acara kegiatan TOT ini berjalan dengan lancar. Doa
akan dipimpin oleh saudara Nurhadi, kepada saudara Nurhadi kami
persilahkan”.
- Sambutan-Sambutan
“Terima kasih kepada saudara Nurhadi yang telah memimpin doa-
nya. Baiklah selanjutnya kita akan mendengarkan sambutan dari
ketua pelaksana kegiatan Training Of Trainer, saudara Sugeng.
Kepada Saudara Sugeng kami persilahkan”.
“Terima Kasih kepada Ibu Ns. Tati Suryati, S.Kep., M.Kep., Sp. KJ
atas sambutannya, selanjutnya adalah sambutan dari Kepala panti
Drs. Mardjito M.Si sekaligus membuka acara TOT ini, kepada
Bapak Mardjito kami persilahkan”.
H. Rencana evaluasi
1. Evaluasi input
a. Tim berjumlah 26 orang yang terdiri dari seorang leader, 4 orang instruktur, 6
orang fasilitator, 4 orang observer,
b. Lingkungan tenang dan tepat waktu
c. Peralatan : Lcd, Laptop, Sound system, Hand Out, Soal Pre Dan Post Test.
2. Evaluasi proses
a. Minimal 75% peserta dapat meningikuti dari awal sampai berakhirnya kegiatan.
b. Minimal 75% peserta aktif mengikuti kegiatan.
c. Maksimal 25% peserta yang keluar dari kegiatan.
3. Evaluasi out put
a. Minimal 50% peserta mampu mendemonstrasikan perawatan luka
b. Pelaksanaan kegiatan tepat waktu
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai
optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah
pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis
untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas, terutama dalam penggunaan modern
dressing.
69
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salema Medika.
Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Singapore: Elsevier.
Bryant, Ruth. (2007). Acute & Chronic Wounds; Current Manangement Concept .
Philadelphia : Mosby Elsevier.
Handayani, L.T. (2016). Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki Diabetes Dengan Modern
Dressing. Fakultas Ilmu KEsehatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Kartika, Ronald W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. CDK-
230/Vol.42/no.7. Jakarta : RS Gading.
Maryam, R., & Siti, et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, P.A., & A.G. Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktek. Jakarta: EGC.
70
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tindakan Balutan Pertama Tn.W
Hari Pertama
1. Mengobservasi luka
3,5
5 2
2
2. Memakai handscoon, apron dan Underpad.
3. Mencuci luka dan sekitarnya dengan sabun.
4. Membilas dengan Nacl/air matang.
5. Mengeringkan dengan menggunakan kassa.
6. Menggunakan salep dan ratakan dengan kassa steril, tempel ke luka dengan kassa yang
tadi digunakan untuk meratakan salep.
7. Meletakkan kassa kering 2 lapis diatas kassa ke 1.
8. Memplester.
Catatan :
1. Jika kassa yang paling atas basah (rembes), ganti kassa yang paling atas, kassa yang
menempel langsung dengan salep jangan diganti.
2. Ganti balutan semua setelah 3 hari (lakukan langkah 1-8).
Lampiran 2
Tindakan Balutan Pertama Tn.M
Hari Pertama
1. Mengobservasi luka
Panjang luka :
Lebar luka :
Kedalaman luka :
2. Memakai handscoon, apron dan Underpad.
3. Mencuci luka dan sekitarnya dengan sabun.
4. Membilas dengan Nacl/air matang.
5. Mengeringkan dengan menggunakan kassa.
6. Menggunakan salep dan ratakan dengan kassa steril, tempel ke luka dengan kassa yang
tadi digunakan untuk meratakan salep.
7. Meletakkan kassa kering 2 lapis diatas kassa ke 1.
8. Memplester.
Catatan :
1. Jika kassa yang paling atas basah (rembes), ganti kassa yang paling atas, kassa yang
menempel langsung dengan salep jangan diganti.
2. Ganti balutan semua setelah 3 hari (lakukan langkah 1-8).
Lampiran 3
Tindakan Balutan Pertama Ny.T
Hari Pertama
1. Mengobservasi luka
Panjang luka :
Lebar luka :
Kedalaman luka :
2. Memakai handscoon, apron dan Underpad.
3. Mencuci luka dan sekitarnya dengan sabun.
4. Membilas dengan Nacl/air matang.
5. Mengeringkan dengan menggunakan kassa.
6. Menggunakan salep dan ratakan dengan kassa steril, tempel ke luka dengan kassa yang
tadi digunakan untuk meratakan salep.
7. Meletakkan kassa kering 2 lapis diatas kassa ke 1.
8. Memplester.
Catatan :
1. Jika kassa yang paling atas basah (rembes), ganti kassa yang paling atas, kassa yang
menempel langsung dengan salep jangan diganti.
2. Ganti balutan semua setelah 3 hari (lakukan langkah 1-8).
Lampiran 6
A. Daftar Hadir
B. Topik
Membahas Laporan Proposal TOT “Perawatan Luka Modern”
Lampiran 11
DOKUMENTASI
Lampiran 12
Tn. W
Tn. M
Ny. T