1. Definisi …………………………………………………..
B. Hipertensi
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
Hipertensi ………………………………………….
C. Kanker Payudara
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
8. Komplikasi …………………………………………………
9. Penatalaksanaan …………………………………………
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………… i
Daftar isi …………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Definisi …………………………………………………..
B. Hipertensi
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
Hipertensi ………………………………………….
C. Kanker Payudara
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
8. Komplikasi …………………………………………………
9. Penatalaksanaan …………………………………………
10. Pengobatan kanker payudara ………………………………………….
Keperawatan ………………………………………………….
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data
WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia
pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-
negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi
pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di
negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada
orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab
terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi
di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global
akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan
diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per
tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini.
Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan
jumlah kesakitan akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit
menular akan menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta
penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030.
Sementara itu penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun
2030. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan
peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia
yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup.
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah Triple
Burden Diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan
masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu , munculnya kembali beberapa
penyakit menular lama ( Re-Emerging Diseases). Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya
kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007)
telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena
penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular
semakin menurun.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden lakilaki yang
terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi,
terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan dewasa. Data dari Riskesdas tahun 2010
menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%) dibandingkan
perempuan (4.2%). Selain dari merokok, hal lain yang memicu tingginya hipertensi disebabkan
oleh kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya >30%, aktivitas fisik yang
sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan, prevalensi asma dan kanker di Indonesia
cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi kanker
cenderung lebih tinggi pada masyarakat kota dibanding pedesaan dan cenderung lebih tinggi
pada orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat,
kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik (Riskesdas,
2013).
TINJAUAN TEORI
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi
(Sagala, 2009).
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
v. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap
rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan
darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
kedalam organ dan jaringan tubuh (Sagala, 2009).
vi. Aktivitas/Olahraga
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang
yang kurang aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi. Otot jantung semakin keras dan sering memompa maka makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri (Sagala, 2009).
vii. Depresi/Stres
Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi dimana hubungan antara depresi dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Depresi yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh depresi yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Dunitz, 2001 dalam Sagala, 2009).
6. Komplikasi Hipertensi
i. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteriarteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
7. Tingkatan Hipertensi
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Tekanan darah
Tekanan darah sistolik
Klasifikasi diastolic
8. Pengendalian Hipertensi
Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.
i. Berhenti merokok
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini
disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon
adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh
pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah
lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.Hal ini menyebabkan kerja
jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah yang sempit.
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon hormon lain yang
–
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Tiga bagian lemak didalam
tubuh yaitu : kolestrol, trigliserid, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolestrol
dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat
berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena
terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan
tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 % dari setiap makanan (Sagala, 2009).
–
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri
dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude Fiber) dan serat kasar
banyak terdapat pada sayuran dan buah buahan, sedangkan serat makanan
–
terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang
hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol
maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini
dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup
tinggi (Mayo, 2005).
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
v. Manajemen stres/depresi
Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi depresi
berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang
sangat tinggi. Apabila periode depresi sering terjadi maka akan mengalami
kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang
menetap (Sagala, 2009).
Istirahat juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang
dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh
dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Sagala, 2009).
C. Kanker Payudara
1. Definisi
Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).
Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal
mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas.
2. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau genetik. Kanker
payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-
sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.
Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan
kanker payudara (estradisol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler) (Brunner & Suddarth,2002).
3. Faktor resiko kanker payudara
i. Riwayat keluarga tentang kanker payudara
Keluarga tingkat pertama (keluarga maternal atau paternal ) dengan
kanker payudara 2-3 kali lebih besar terkena kanker.Ibu dan saudara
perempuan,atau 2 saudara perempuan terkena kanker payudara mempunyai
resiko 6 kali lebih besar terkena kanker payudara.
ii. Usia
Usia 30-50 tahun mengalami peningkatan kasus ca.mammae dan tingkat
menurun saat menopause.
iii. Lokasi geografis dan ras
Pada orang Eropa barat dan Amerika Utara mengalami peningkatan kasus
ca.mammae lebih dari 6-10 kali orang keturunan Amerika, perempuan Afrika -
Amerika sebelum usia 40 tahun.
iv. Bentuk tubuh
Orang yang obesitas setiap penambahan 10 kg berat badan maka 80% lebih
besar terkena kanker payudara.
v. Sosial ekonomi dan status perkawinan
Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara dan
kelompok sosial ekonomi menengah keatas.
7. Pemeriksaan Penunjang
i. Non Invasif
a. Mammografi
Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi
lesi yang tidak terpalpasi. Mammografi terakhir harus dibandingkan dengan
hasil mammografi terbaru. Keuntungan dari
pemeriksaan ini jauh lebih ringan dari resiko yang ditimbulkan, pasien
perlu menemukan pusat perawatan payudara yang mempunyai akreditasi
dalam mammografi berkaitan dengan bergamnya setting satu ke setting
lainnya. Pedoman ACS menganjurkan setiap 1 atau 2 tahun bagi wanita di usia
40-50 tahun dan setelah usia 50 tahun. Mammografi bagi wanita antara usia
35 dan 40 tahun belum dianjurkan.
b. USG (Ultrasonografi)
USG dilakukan untuk membedakan kista yang berisi cairan dengan
jenis lesi lainnya. Teknik ini 95% sampai 99% akurat dalam mendiagnosisi kista
tetapi tidak secara definitif menyingkirkan lesi (Brunner & Sudarth,2002).
c. MRI
MRI digunakan untuk membedakan karsinoma mammae yang rekuren
atau jaringan parut, untuk memeriksa mammae kontralateral
pada wanita karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma
terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi
neoadjuvan.
ii. Invasif
a. Biopsi bedah
b. Biopsi eksisional
c. Tru-cut core biopsy
d. Biopsi stereotaktik
e. Aspirasi jarum halus
(Brunner & Sudarth,2002).
8. Komplikasi
Komplikasi terjadi karena kanker ini bermetastasis melalui saluran limfe
(limfogen) ke paru-paru,tulang dan hati.
9. Penatalaksanaan
i. Terapi Medis
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara,ada tiga jenis
mastektomi antara lain:
a. Modiefied Radical Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara ditulang dada, tulang selangkang dan tulang iga,
serta benjolan disekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy yaitu pengangkatan diseluruh payudara saja,
tetapi bukan kelenjar ketiak.
c. Radicial Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara,
biasanya disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang
mengandung sel kanker bukan seluruh payudara.
ii. Terapi Non-Medis
a. Lintas Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan
resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang
diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasisi sel kanker
pudara menuju tulang. Walaupun
penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti
osteonerkrosisi dan turunnya fungsi ginjal.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
Kemoterapi Adjuvant
Neoadjuvant Chemotheraphy
d. Terapi anti-estrogen
e. Terapi antibodi anti-HER 2/neu
10. Pengobatan
Pengobatan kanker payudara yang sudah disepakati oleh ahli kanker menurut
(Mediastore 2011) yaitu:
11. Pencegahan
i. Melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri (SADARI).
ii. Memberikan ASI pada bayi bagi ibu menyusui.
iii. Jika menemukan benjolan/gumpalan segera kedokter. iv. Mencari tahu
riwayat keluarga mengenai kanker payudara.
v. Mengurangi konsumsi alcohol.
vi. Memperhatikan berat badan untuk mencegah obesitas dan mengurangi
makanan yang banyak mengandung lemak.
vii. Untuk usia 50-40 dan usia lebih dari 50 tahun untuk melakukan skrinning
mammografi 1 atau 2 tahun sekali
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Geografi
- Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
- Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
- Berapa luas daerah ini ?
- Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di masingmasing
batasnya?
2. Demografi
- Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
- Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
- Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang
hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.?
- Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
3. Vital Statistik
- Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia
dewasa?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia dewasa?
- Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?
4. Kelompok Etnis
- Suku apa yang dianut di masyarakat?
5. Nilai dan Keyakinan
- Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
- Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
- Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?
Pengakajian Sub Sistem
1. Lingkungan fisik
- Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
- Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
- Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya terdapat pepohonan dan
terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
- Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?
- Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?
- Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?
- Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
- Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
- Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan masyarakat?
- Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah ini ?
- Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja yang
diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan aktif? Berapa kali
diselenggarakan?
- Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
- Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
- Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
- Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?
- Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
- Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
- Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan atau kegiatan
sehari-hari?
- Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
- Apakah ada pemadam kebakaran?
- Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
- Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di masyarakat?
- Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?
- Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
- Ada berapa RT dan RW di desa ini ?
- Ada berapa kader di desa ini ?
- Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakah sudah berjalan dengan baik dan aktif?
- Apakah terdapat tokoh agama di desa ini ?
5. Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas ?
- Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
- Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
- Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok tertentu?
- Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
- Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
- Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia?
2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita berisiko dengan ketentuan:
a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain: menikah/hubungan seksual pada usia muda,
sering melahirkan, merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi menular seksual.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : Hambatan
kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki status
kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang tidak efektif
: ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan
NIC :
NIC :
1. Modifikasi perilaku.
3. Peningkatan koping.
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan Gaya Hidup : 2013
NIC :
5. Fasilitasi pembelajaran.
Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan : 00215
Kriteria hasil
a) 280001 : Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari standar
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
NIC :
3. Skrining kesehatan.
Kriteria hasil :
1. Perilaku patuh : 1600
NIC :
2. Modifikasi perilaku.
3. Peningkatan koping.
4. Konseling.
5. Dukungan emosional.
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC.
Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction, NIC Edisi VI Ahli Bahasa: Intrasi
Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Cetakan 2 Rineka Cipta, .
Jakarta.
Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Intimedia. Jakarta.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.
Gray, Huon H, dkk, 2002. Lucture Notes : Kardiologi (Edisi Keempat). Erlangga Medical Series. Jakarta.
Guyton AC, JE Hall. Buku Ajar Fisiologi. Ed. 9. Alih Bahasa: Setiawan I, Santoso A. Jakarta: EGC; 2006.
Harianto, Rina, M, dan Hery, S 2005. Risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi terhadap kejadian
kanker payudara pada reseptor KB di Perjan RS Dr.
CiptoMangun kusumo, Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, No.1, hh. 84-99.
Jansje dan Samodra. 2013. Prevalensi Penyakit Tidak Menular Pada Tahun 2012 – 2013 di
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. Diambil dari :
https://www.researchgate.net/publication/316992216_Prevalensi_Penyakit_Tidak_
Menular_pada_Tahun_2012-
2013_di_Kecamatan_Airmadidi_Kabupaten_Minahasa_Utara_Sulawesi_Utara.
Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification, NOC Edisi VI Ahli Bahasa: Intrasi
Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta.
Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC NOC.Edisi Revisi.
Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
_________________. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC .Edisi Revisi. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit , Edisi 6,
Volume 1. Jakarta: EGC.
RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Sagala, LMB.2010. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa
di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe. Skripsi. Fakultas Keperawatan. Medan: Universitas
Sumatra Utara.
Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:Intisari Mediatama.