Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT

DALAM KOMUNITAS : KESEHATAN WANITA DAN PRIA

Dosen Pengampu :Suwanti, S.Kep., Ns.,MNS

1. Aisah Bibi (010114A003)


2. Anita Istifaizah (010114A010)
3. Cahyo Widodo (010114A016)
4. Dhinartika Dwi Lestari (010114A024)
5. Estri Linda Wijayanti (010114A030)
6. I Dewa Gede Partha Yoga M. (010114A036)
7. I Wayan Yoga Pradnyana (010114A042)
8. Jamal Huda (010114A049)
9. Lale Aulia Marsitah W. (010114A055)
10. Lisa Erfana (010114A062)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI


WALUYO UNGARAN 2017
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………… i

Daftar isi …………………………………………………………………. ii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Tidak Menular

1. Definisi …………………………………………………..

2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular …………………………..

B. Hipertensi

1. Definisi ………………………………………………….

2. Etiologi ………………………………………………….

3. Patofisiologi Hipertensi ………………………………….


4. Tanda dan Gejala Hipertensi ………………………….
5. Faktor-

faktor resiko hipertensi ………………………….


6. Komplikasi Hipertensi ………………………………….
7. Tingkatan

Hipertensi ………………………………………….

8. Pengendalian Hipertensi ………………………………….

C. Kanker Payudara

1. Definisi ………………………………………………….

2. Etiologi ………………………………………………….

3. Faktor resiko kanker payudara ………………………….

4. Manifestasi klinis …………………………………………

5. Klasifikasi TNM kanker payudara & harapan hidup ………….

6. Tipe kanker payudara …………………………………………

7. Pemeriksaan penunjang …………………………………

8. Komplikasi …………………………………………………

9. Penatalaksanaan …………………………………………

DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………… i
Daftar isi …………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Tidak Menular

1. Definisi …………………………………………………..

2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular …………………………..

B. Hipertensi

1. Definisi ………………………………………………….

2. Etiologi ………………………………………………….

3. Patofisiologi Hipertensi ………………………………….


4. Tanda dan Gejala Hipertensi ………………………….
5. Faktor-

faktor resiko hipertensi ………………………….


6. Komplikasi Hipertensi ………………………………….
7. Tingkatan

Hipertensi ………………………………………….

8. Pengendalian Hipertensi ………………………………….

C. Kanker Payudara

1. Definisi ………………………………………………….

2. Etiologi ………………………………………………….

3. Faktor resiko kanker payudara ………………………….

4. Manifestasi klinis …………………………………………

5. Klasifikasi TNM kanker payudara & harapan hidup ………….

6. Tipe kanker payudara …………………………………………

7. Pemeriksaan penunjang …………………………………

8. Komplikasi …………………………………………………

9. Penatalaksanaan …………………………………………
10. Pengobatan kanker payudara ………………………………………….

11. Pencegahan kanker payudara ………………………………………….

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian …………………………………………………………………. B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………….


C. Intervensi

Keperawatan ………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data
WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia
pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-
negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi
pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di
negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada
orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab
terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi
di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global
akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan
diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per
tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini.

Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan
jumlah kesakitan akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit
menular akan menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta
penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030.
Sementara itu penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun
2030. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan
peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia
yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup.
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah Triple
Burden Diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan
masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu , munculnya kembali beberapa
penyakit menular lama ( Re-Emerging Diseases). Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya
kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007)
telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena
penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular
semakin menurun.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden lakilaki yang
terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi,
terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan dewasa. Data dari Riskesdas tahun 2010
menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%) dibandingkan
perempuan (4.2%). Selain dari merokok, hal lain yang memicu tingginya hipertensi disebabkan
oleh kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya >30%, aktivitas fisik yang
sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan, prevalensi asma dan kanker di Indonesia
cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi kanker
cenderung lebih tinggi pada masyarakat kota dibanding pedesaan dan cenderung lebih tinggi
pada orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat,
kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik (Riskesdas,
2013).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi


prevalensi PTM di Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Sebagai seorang perawat, peran kita tidak hanya sebagai pemberi
pengobatan ataupun perawatan di rumah sakit, namun juga dapat berperan sebagai
perawat komunitas yang berperan meliputi pendidik, pengamat kesehatan, koordinator
pelayanan kesehatan, peran pembaharu, role model dan fasilitator kesehatan. Peran
perawat komunitas dalam mengurangi PTM yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui
peningkatan kesehatan (Promotif), dan
pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) tanpa
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitative.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Tidak Menular


1. Definisi
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan
dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kesehatan
karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra 2013). Penyakit
tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai
penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang
dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013). Menurut Bustan
(2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang
tergolong kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung,
atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), diabetes mellitus serta
kanker.
2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular
Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di dunia di
bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di Negara Negara –

berpenghasilan bawah - menengah (WHO, 2010).


Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan menyerang usia
produktif, menyebabkan permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan saja, akan
tetapi mempengaruhi ketahanan ekonomi Nasional jika tidak dikendalikan secara tepat,
benar dan kontinyu.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit tidak menular (PTM)
merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Data PTM dalam
Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK); (3) kanker;
(4) DM; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7)
jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal kronis; (11) batu
ginjal; (12) penyakit sendi / rematik.
Selain penyakit kanker, penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan
kematian tertinggi di dunia adalah penyakit kardiovaskuler. Tingginya angka mortalitas
tersebut disebabkan oleh faktor risiko utama, yaitu peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko terkena stroke dan
penyakit jantung koroner (WHO, 2011). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan
suatu keadaan tekanan darah seseorang > 140/90 mmHg (Essop & Naidoo, 2009).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu: hipertensi primer dan
sekunder. Hipertensi primer / esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya dan telah mendominasi 95% kasus-kasus hipertensi. Sementara itu,
hipertensi sekunder (5%) adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti
penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskuler, endokrin, sindrom Cushing, dan
hipertensi gestasional (Gray, 2002).

Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control 2011,


PTM meningkatkan 36 juta kematian di dunia antara lain: penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskular) 48%(17,3 juta), kanker 21%(7,5 juta), penyakit saluran
pernapasan kronis 12% (4,3 juta),dan penyakit diabetes melitus 3% (1 juta). Hampir 80%
kematian akibat PTM terjadi di negara - negara
berpenghasilan rendah dan sedang sekitar 17 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer), 3 juta
diantaranya terjadi pada usia dibawah 60 tahun. WHO pada tahun 20062008 diperkirakan
sebanyak 5,4 juta orang di dunia meninggal akibat rokok. Ada kecenderungan prevalensi
perokok ini selalu meningkat dari waktu ke waktu. Global Adult Tembacco Survey (GATS)
tahun 2011 menemukan di Indonesia terdapat perokok laki -laki (67%), perokok
perempuan (2,7%).
B. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling tidak
pada 3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Wijaya dan Putri
(2013) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah meningkatnya
tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif dan Kusuma, 2013).
2. Etiologi
Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan salah satu
dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari
arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara
lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan
dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka
ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi menyebabkan
kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu
memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada
hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang
pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Hayens,
2003).
3. Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula di otak, dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah (Sagala, 2009).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Sagala, 2009).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi
(Sagala, 2009).
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai


bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
[peningkatan nitrogen urea darah ( Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau serangan iskemiktransien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
tajam penglihatan (Sagala, 2009).
Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal dan lainlain (Sagala, 2009).

5. Faktor-faktor Resiko Hipertensi


i. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan
oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh
darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Yulianti,
2005).

ii. Jenis Kelamin


Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi
dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada
laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang
wanita mengalami menopause.

Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria


dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria
dan 17,4% wanita. Daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan
10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada
pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001 dalam Sagala, 2009).

iii. Riwayat Keluarga


Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah
terjadinya hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika
seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidupnya
memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi (Sagala, 2009).

iv. Garam Dapur


Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan
asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 515 gram perhari,
prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam
terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah (Basha, 2004 dalam Sagala, 2009).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang


peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan
dan peningkatan tekanan darah (Sagala, 2009). Garam berhubungan erat dengan
terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak
ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah.
Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi
presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan
meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).

Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan


sendirinya akan menaikan tekanan darah karena garam mempunyai sifat menahan
air. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini
tidak berarti menghentikan
pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang
dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000 dalam Sagala, 2009).

v. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap
rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan
darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
kedalam organ dan jaringan tubuh (Sagala, 2009).

vi. Aktivitas/Olahraga
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang
yang kurang aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi. Otot jantung semakin keras dan sering memompa maka makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri (Sagala, 2009).

vii. Depresi/Stres
Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi dimana hubungan antara depresi dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Depresi yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh depresi yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Dunitz, 2001 dalam Sagala, 2009).

6. Komplikasi Hipertensi
i. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteriarteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.

Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah


sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Sagala, 2009).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,
2006). Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.Hipertropi ventrikel dapat juga menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Sagala,
2009).

ii. Gagal Ginjal


Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Sagala, 2009).

iii. Gagal jantung


Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki
dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru paru menyebabkan

sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering


dikatakan edema (Sagala, 2009).

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi


yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta
kematian (Sagala, 2009).

7. Tingkatan Hipertensi
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Tekanan darah
Tekanan darah sistolik
Klasifikasi diastolic

8. Pengendalian Hipertensi
Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.

Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi


kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis
antara lain mengurangi stress, olahraga, dan istirahat (Sagala, 2009).

i. Berhenti merokok
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini
disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon
adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh
pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah
lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.Hal ini menyebabkan kerja
jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah yang sempit.

Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan, disamping


itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secara
optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Santoso,
2006).

ii. Mengurangi kelebihan berat badan


Pengurangan berat badan juga menurunkan resiko diabetes,
penyakit kardiovaskular, dan kanker. Tubuh yang berat akan semakin tinggi
tekanan darah, jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi
berat badan dan menurunkan tekanan darah dengan cara yang terkontrol.

iii. Menghindari alkohol

Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon hormon lain yang

membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan


penumpukan natrium dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih
juga dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan
mengurangi mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg
dan diastolik 7 mmhg.

iv. Modifikasi diet


Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi,
tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan
sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit
kardiovaskuler.Ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan keadaan tekanan darah yakni : diet rendah garam, diet rendah
kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat
badan (Sagala, 2009).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites
serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan
darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun
yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi
mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah
komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori,
protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium (Sagala, 2009).

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue,


baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium
benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang
terbuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala).
Penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter
terlebih dahulu (Hayens, 2003).

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Tiga bagian lemak didalam
tubuh yaitu : kolestrol, trigliserid, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolestrol
dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat
berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena
terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan
tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 % dari setiap makanan (Sagala, 2009).

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri
dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude Fiber) dan serat kasar
banyak terdapat pada sayuran dan buah buahan, sedangkan serat makanan

terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang
hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol
maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini
dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup
tinggi (Mayo, 2005).

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat


badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena
hipertensi.Perencanaan diet, perlu diperhatikan hal hal berikut :

a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
v. Manajemen stres/depresi
Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi depresi
berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang
sangat tinggi. Apabila periode depresi sering terjadi maka akan mengalami
kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang
menetap (Sagala, 2009).

vi. Aktifitas olahraga


Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti
jalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi.
Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormon
– hormon lain penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga isometrik seperti
angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah (Mayer, 1980 dalam
Sagala, 2009).

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel


dalam tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Waktu istirahat
itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam bekerja sehari hari. –

Istirahat juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang
dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh
dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Sagala, 2009).

C. Kanker Payudara
1. Definisi
Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).
Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal
mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas.
2. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau genetik. Kanker
payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-
sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.
Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan
kanker payudara (estradisol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler) (Brunner & Suddarth,2002).
3. Faktor resiko kanker payudara
i. Riwayat keluarga tentang kanker payudara
Keluarga tingkat pertama (keluarga maternal atau paternal ) dengan
kanker payudara 2-3 kali lebih besar terkena kanker.Ibu dan saudara
perempuan,atau 2 saudara perempuan terkena kanker payudara mempunyai
resiko 6 kali lebih besar terkena kanker payudara.
ii. Usia
Usia 30-50 tahun mengalami peningkatan kasus ca.mammae dan tingkat
menurun saat menopause.
iii. Lokasi geografis dan ras
Pada orang Eropa barat dan Amerika Utara mengalami peningkatan kasus
ca.mammae lebih dari 6-10 kali orang keturunan Amerika, perempuan Afrika -
Amerika sebelum usia 40 tahun.
iv. Bentuk tubuh
Orang yang obesitas setiap penambahan 10 kg berat badan maka 80% lebih
besar terkena kanker payudara.
v. Sosial ekonomi dan status perkawinan

Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara dan
kelompok sosial ekonomi menengah keatas.

vi. Paparan radiasi


Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak-
anak,bermanifestasi setelah usia 30 tahun,periode laten minimun 10-15 tahun.
vii. Kanker primer kedua
Orang dengan kanker ovarium primer memiliki resiko kanker
payudara 3-4 kali lebih besar. Orang dengan kanker endometrium primer memiliki
resiko kanker payudara 2 kali lebih besar. Orang dengan kanker kolorektal mempunyai
resiko 2 kali lebih besar terhadap kanker payudara (Price, A Sylvia. 2006). viii. Menarke
dini. ix. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.
x. Menopouse. xi. Riwayat penyakit
payudara jinak.
xii. Obesitas resiko terendah diantara wanita pascamenopouse.
xiii. Kontrasepsi oral lebih dari 7 tahun meningkatkan terjadinya ca.mammae (Depkes
RI,2007). xiv. Terapi pergantian hormone.
xv. Masukan alkohol
(Brunner & Sudarth,2002)
4. Manifestasi klinis
i. Nyeri.
Nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat
menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak.
Nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker
payudara pada kasus lebih lanjut. Biasanya nyeri timbul jika kanker sudah
bermetastase ke tulang (Brunner & Sudarth,2002).
ii. Benjolan pada payudara.
Benjolan ini mula-mula kecil makin lama semakin membesar, lalu melekat
pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu.
iii. Erosi atau eksema puting susu.
Kulit atau puting susu tertarik kedalam (retraksi) berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema, hingga kulit terlihat seperti jeruk ( peau
d’orange) mengkerut atau timbul borok (ulkus pada payudara). Ulkus itu semakin lama
semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara, sering berbau
busuk dan mudah berdarah. iv. Timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak
bengkak pada lengan dan penyebaran kanker diseluruh tubuh.
v. Penglupasan papilla payudara
vi. Keluar cairan abnormal dari puting susu berupa nanah darah, cairan encer padahal
ibu tidak sedang hamil ataupun menyusui.
5. Klasifikasi TNM Kanker Payudara dan Harapan Hidup

TUMOR PRIMER (T)


KELENJAR GETAH BENING REGIONAL(N)

METASTASIS JAUH (M)


( American Joint Committee on Cancer ,1997.* National Cancer InstituteSurveillance,Epidemiology,and
End Result <SEER>,2001).
6. Tipe kanker payudara
i. Karsinoma duktal menginfiltrasi
Kanker ini terasa jelas sangat keras saat dipalpasi, biasanya kanker ini
bermetastasis ke nodus aksila.
ii. Karsinoma Lobular menginfiltrasi
Tipe kanker ini dapat terjadi penebalan disalah satu area atau kedua area
payudara. Karsinoma duktal biasanya menyebar ketulang,
paru, hepar atau otak, sementara karsinoma lonular biasanya bermetastasis
kepermukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.
iii. Karsinoma medular
Ini tubuh didalam kapsul dalam tubuh, tipe tumor ini dapat menjadi
besar tetapi meluas dengan lambat. iv. Kanker musinus
Penghasil lendir, tumbuh dengan lambat, mempunyai prognosis yang
lebih baik.
v. Kanker duktal-tubular
Bermetastasis ke aksilaris secara histologi tidak lazim, maka
prognosisinya sangat baik.
vi. Karsinoma inflamatori
Tumor setempat ini terasa nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara secara
abnormal keras dan membesar, kulit diatas tumor ini merah dan agak kehitaman,
sering terjadi edema retraksi puting susu. Penyakit menyebar dengan cepat pada
bagian tubuh lainnya.

7. Pemeriksaan Penunjang
i. Non Invasif
a. Mammografi
Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi
lesi yang tidak terpalpasi. Mammografi terakhir harus dibandingkan dengan
hasil mammografi terbaru. Keuntungan dari
pemeriksaan ini jauh lebih ringan dari resiko yang ditimbulkan, pasien
perlu menemukan pusat perawatan payudara yang mempunyai akreditasi
dalam mammografi berkaitan dengan bergamnya setting satu ke setting
lainnya. Pedoman ACS menganjurkan setiap 1 atau 2 tahun bagi wanita di usia
40-50 tahun dan setelah usia 50 tahun. Mammografi bagi wanita antara usia
35 dan 40 tahun belum dianjurkan.
b. USG (Ultrasonografi)
USG dilakukan untuk membedakan kista yang berisi cairan dengan
jenis lesi lainnya. Teknik ini 95% sampai 99% akurat dalam mendiagnosisi kista
tetapi tidak secara definitif menyingkirkan lesi (Brunner & Sudarth,2002).
c. MRI
MRI digunakan untuk membedakan karsinoma mammae yang rekuren
atau jaringan parut, untuk memeriksa mammae kontralateral
pada wanita karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma
terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi
neoadjuvan.
ii. Invasif
a. Biopsi bedah
b. Biopsi eksisional
c. Tru-cut core biopsy
d. Biopsi stereotaktik
e. Aspirasi jarum halus
(Brunner & Sudarth,2002).

8. Komplikasi
Komplikasi terjadi karena kanker ini bermetastasis melalui saluran limfe
(limfogen) ke paru-paru,tulang dan hati.

9. Penatalaksanaan
i. Terapi Medis
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara,ada tiga jenis
mastektomi antara lain:
a. Modiefied Radical Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara ditulang dada, tulang selangkang dan tulang iga,
serta benjolan disekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy yaitu pengangkatan diseluruh payudara saja,
tetapi bukan kelenjar ketiak.
c. Radicial Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara,
biasanya disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang
mengandung sel kanker bukan seluruh payudara.
ii. Terapi Non-Medis
a. Lintas Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan
resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang
diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasisi sel kanker
pudara menuju tulang. Walaupun
penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti
osteonerkrosisi dan turunnya fungsi ginjal.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
Kemoterapi Adjuvant
Neoadjuvant Chemotheraphy
d. Terapi anti-estrogen
e. Terapi antibodi anti-HER 2/neu
10. Pengobatan
Pengobatan kanker payudara yang sudah disepakati oleh ahli kanker menurut
(Mediastore 2011) yaitu:
11. Pencegahan
i. Melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri (SADARI).
ii. Memberikan ASI pada bayi bagi ibu menyusui.
iii. Jika menemukan benjolan/gumpalan segera kedokter. iv. Mencari tahu
riwayat keluarga mengenai kanker payudara.
v. Mengurangi konsumsi alcohol.
vi. Memperhatikan berat badan untuk mencegah obesitas dan mengurangi
makanan yang banyak mengandung lemak.
vii. Untuk usia 50-40 dan usia lebih dari 50 tahun untuk melakukan skrinning
mammografi 1 atau 2 tahun sekali

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Geografi
- Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
- Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
- Berapa luas daerah ini ?
- Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di masingmasing
batasnya?
2. Demografi
- Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
- Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
- Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang
hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.?
- Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
3. Vital Statistik
- Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia
dewasa?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia dewasa?
- Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?
4. Kelompok Etnis
- Suku apa yang dianut di masyarakat?
5. Nilai dan Keyakinan
- Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
- Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
- Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?
Pengakajian Sub Sistem
1. Lingkungan fisik
- Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
- Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
- Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya terdapat pepohonan dan
terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
- Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?
- Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?
- Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?
- Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
- Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
- Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan masyarakat?
- Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah ini ?
- Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja yang
diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan aktif? Berapa kali
diselenggarakan?
- Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
- Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
- Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
- Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?
- Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
- Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
- Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan atau kegiatan
sehari-hari?
- Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
- Apakah ada pemadam kebakaran?
- Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
- Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di masyarakat?
- Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?
- Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
- Ada berapa RT dan RW di desa ini ?
- Ada berapa kader di desa ini ?
- Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakah sudah berjalan dengan baik dan aktif?
- Apakah terdapat tokoh agama di desa ini ?
5. Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas ?
- Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
- Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
- Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok tertentu?
- Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
- Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
- Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia?

Pengkajian komunitas pada klien hipertensi


1. Riwayat kesehatan
- Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk?
- Apakah anda sering merasa pusing?
- Apakah anda pernah merasa pandangan kabur?
- Apakah anda merasa telinga berdengung?
- Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur?
- Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar?
2. Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi?
3. Makanan yang dikonsumsi
- Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis, pedas)?
- Berapa banyak anda makan dalam sehari?
- Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti, biscuit, makanan berlemak,
santan, jeroan dan tetelan? Jika iya, berapa kali dalam seminggu?
- Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?
- Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali dalam sehari?
- Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda habiskan dalam sehari?
4. Aktivitas fisik
- Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi waktunya?
5. Riwayat pengobatan
- Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di tengkuk tersebut? 6.
Komunikasi
- Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai hipertensi?
- Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi dalam kehidupan sehari-
hari?
- Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di lingkungan anda? Jika iya, Apakah
anda mengerti isi dari informasi tersebut?
- Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai hipertensi dari teman terdekat atau
tetangga?
Deteksi Kanker

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

1. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas Kesehatan Tingkat


Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara

2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita berisiko dengan ketentuan:
a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain: menikah/hubungan seksual pada usia muda,
sering melahirkan, merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi menular seksual.

1) Apakah anda sudah menikah?

2) Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada usia muda?

3) Berapakali anda melahirkan?

4) Apkah anda merokok ?

5) Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual?

6) Apakah anda pernah mengalami infeksi menular seksual ?


b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga ada yang menderita Kanker
Payudara, menstruasi dini, wanita yang mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun, tidak
pernah menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak payudara, terapi hormon, pajanan
radiasi, kontrasepsi oral terlalu lama, alkohol dan trauma terus menerus

1) Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker payu dara?

2) Pada umur berapakah anda mulai menstruasi?

3) Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama?

4) Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda?

5) Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya? Kapan terkahir menstruasi?

6) Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor jinak payudara?

7) Apakah anda pernah melakukan terpai hormon?

8) Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar radiasi?

9) Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama anda mengkonsumsinya?

10)Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?

11)Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-menrus?

c. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

d. Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir Permohonan Pelayanan Deteksi


Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : Hambatan
kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki status
kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang tidak efektif
: ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan

: 00168 Kriteria hasil :

1. (185520) Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kesehatan :


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.
2. (185522) Strategi pencegahan penyakit : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

3. (185525) Manfaat dukungan sosial: dipertahankan pada 2 di tingkatkan ke 5.

4. (180502) Manfaat olahraga teratur : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

5. (182308) Perilaku meningkatkan kesehatan : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

NIC :

1. Peningkatan Latihan : Latihan kekuatan.

2. Terapi latihan : Latihan pergerakan sendi.

3. Bantuan modifikasi diri.

4. Fasilitasi tanggung jawab diri.


Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : 00188 Kriteria hasil :

1. Penerimaan status kesehatan

a) 130016 : Mempertahankan hubungan : dipertahankan pada 3 di tingkatkan 5.

b) 130007 : Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan : dipertahankan


pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 130011 : Membuat keputusan tentang kesehatan : dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

2. Kepercayaan mengenai kesehatan : Sumber-sumber yang diterima

a) 170303 : Merasakan dukungan dari tetangga :dipertahankan pada 3


ditingkatkan ke 5.

b) 170304 : Merasakan dukungan dari penyedia layanan kesehatan :


dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

c) 170305 : Merasakan dukungan dari dukungan kelompok sendiri :


dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

NIC :

1. Modifikasi perilaku.

2. Membangun hubungan yang kompleks.

3. Peningkatan koping.

4. Dukungan pengambilan keputusan.

Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan


olahraga bagi kesehatan : 00099

Kriteria hasil :
1. Keseimbangan Gaya Hidup : 2013

a) 201301 : Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan aktivitasaktivitas


hidup : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

b) 201302 : Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas hidup yang


seimbang : dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.

2. Pengetahuan : Manajemen Kanker : 1833

a) 183301 : hasil skrining abnormal : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke


4.

b) 183302 : Tanda dan gejala kanker : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke


4.

c) 183303 : diagnosis kanker tertentu : dipertahankan pada 2 ditingkatkan


ke 4.

3. Pengetahuan : Manajemen Hipertensi : 1837

a) 183703 : Target tekanan darah dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

b) 183705 : komplikasi potensial hipertensi dipertahankan pada 2


ditingkatkan pada 4.

c) 183706 : Pilihan pengobatan yang tersedia dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

d) 183707 : manfaat pengobatan jangka panjang dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

4. Pengetahuan : gaya hidup sehat : 1855

a) 185522 : strategi pencegahan penyakit dipertahankan pada 2 ditingkatkan


di 4.
b) 185527 : Pentingnya skrining pencegahan dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.

c) 185535 : strategi meningkatkan keseimbangan hidup dipertahankan pada


2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Berikan pendidikan kesehatan.

2. Peningkatan kesadaran kesehatan.

3. Lakukan Skrining kesehatan.

4. Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.

5. Fasilitasi pembelajaran.

Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan : 00215
Kriteria hasil

1. Status imun komunitas : 2800

a) 280001 : Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari standar
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) 280007 : Skrining pada populasi beresiko infeksi dipertahankan pada 1


ditingkatkan ke 4.

c) 280008 : Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

2. Kontrol resiko komunitas penyakit kronik : 2801

a) 280101 : Penyediaan program pendidikan publik tentang penyakit kronis


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280102 : Tingkat partisipasi populasi target dalam program pengurangan
resiko dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 280103 : Ketersediaan program preventif dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

d) 280105 : ketersediaan program pendidikan manajemen penyakit kronis


sendiri dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

e) 280119 : pemantauan insiden penyakit kronis dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke4.

f) 280123 : pemantauan komplikasi penyakit kronis dipertahakan pada 2


ditingkatkan ke 5.

3. Kefektifan skrining kesehatan komunitas : 2807

a) 280701 : identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di komunitas


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) 280703 : pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini dipertahankan


pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 280707 : identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa dipertahankan


pada 2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Pengembangan kesehatan komunitas.

2. Manajemen sumber daya keuangan.

3. Skrining kesehatan.

Dx. 5 Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial : 00078

Kriteria hasil :
1. Perilaku patuh : 1600

a) 160001 : Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

b) 160002 : mencari informasi kesehatan dari berbagai macam sumber


dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 160003 : Menggunakan informasi kesehatan yang dapat dipercaya untuk


mengembangkan strategi dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Membangun hubungan yang kompleks.

2. Modifikasi perilaku.

3. Peningkatan koping.

4. Konseling.

5. Dukungan emosional.

6. Panduan sistem pelayanan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2011). Kanker Payudara. Diambil dari


http://medicastore.com/penyakit/1045/Kanker_Payudara.html. 13 Oktober 2017.

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC.

Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction, NIC Edisi VI Ahli Bahasa: Intrasi
Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Cetakan 2 Rineka Cipta, .
Jakarta.

Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Intimedia. Jakarta.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.

Gray, Huon H, dkk, 2002. Lucture Notes : Kardiologi (Edisi Keempat). Erlangga Medical Series. Jakarta.

Guyton AC, JE Hall. Buku Ajar Fisiologi. Ed. 9. Alih Bahasa: Setiawan I, Santoso A. Jakarta: EGC; 2006.

Harianto, Rina, M, dan Hery, S 2005. Risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi terhadap kejadian
kanker payudara pada reseptor KB di Perjan RS Dr.
CiptoMangun kusumo, Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, No.1, hh. 84-99.

Hayens,B,dkk. (2003). Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka.

Herdman t. Heather, S.Kamitsuru. 2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosis keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Ahli Bahasa Budi Ana Keliat,dkk. Jakarta: EGC .

Jansje dan Samodra. 2013. Prevalensi Penyakit Tidak Menular Pada Tahun 2012 – 2013 di
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. Diambil dari :
https://www.researchgate.net/publication/316992216_Prevalensi_Penyakit_Tidak_
Menular_pada_Tahun_2012-
2013_di_Kecamatan_Airmadidi_Kabupaten_Minahasa_Utara_Sulawesi_Utara.
Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification, NOC Edisi VI Ahli Bahasa: Intrasi
Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta.

Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC NOC.Edisi Revisi.
Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
_________________. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC .Edisi Revisi. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit , Edisi 6,
Volume 1. Jakarta: EGC.

RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

_______________________________ . 2013 . Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Sagala, LMB.2010. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa
di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe. Skripsi. Fakultas Keperawatan. Medan: Universitas
Sumatra Utara.

Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:Intisari Mediatama.

Sudjaswadi,Wiryowidagdo, M.Sitanggang. 2002. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah


Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

WHO., 2010. The World Health Report 2010. http://www.who.int./whr/2010/en/index.html Akses


13 Oktober 2017.

WHO, 2011. Noncommunicable Diseases Country Profiles 2011.


http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241502283_eng.pdf.

Anda mungkin juga menyukai