Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

SURVEILEN BENCANA, DOKUMENTASI DAN PELAPORAN HASIL


PENILAIAN BENCANA

OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS : A12-A KEPERAWATAN

NAMA KELOMPOK :
1. I Made Sujana Yasa (18.321.2835)
2. Ni Luh Putu Mas Ari Puspa Dewi (18.321.2841)
3. Ni Made Maria Sari (18.321.2848)
4. Ni Nyoman Budi Rahayu (18.321.2850)
5. Ni Putu Ary Manilawati (18.321.2853)
6. Ni Wayan Eka Subpremagni (18.321.2859)
7. Putu Ayu Dyah Noviana Dewi (18.321.2861)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Surveilen Bencana, Dokumentasi dan
Pelaporan Hasil Penilaian Bencana” ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini
merupakan salah satu tugas dari Keperawatan Bencana.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan


dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku
dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu,
melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om                                                

         
Denpasar, 24 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.2 Bencana................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Bencana...........................................................................................3
2.1.2 Klasifikasi Bencana.......................................................................................3
2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana...........................................................................4
2.2 Surveilans Epidemilogi........................................................................................5
2.2.1 Definisi Surveilans........................................................................................5
2.2.2 Tujuan Surveilans :........................................................................................6
2.2.3 Kegunaan Surveilans.....................................................................................6
2.3 Surveilans Bencana..............................................................................................7
2.3.1 Peran Surveilans Bencana.............................................................................9
2.3.2 Upaya penanggulangan bencana meliputi.....................................................9
2.3.3 Manfaat Surveilans bencana........................................................................11
2.3.4 Masalah Epidemiologi dalam Surveilans Bencana.....................................11
2.4 Dokumentasi dan Pelaporan Hasil Penilaian Bencana......................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................25
3.1 Kesimpulan........................................................................................................25
3.2 Saran..................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas

manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena

ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,

sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan

sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk

mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini

berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu

dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak

akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya

gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam"

juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa

keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk

bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,

sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat

manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)

serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan

memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki

ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana

merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk

mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan

1
demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang

besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

Terjadinya bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan

surveilans untuk meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan

sebelum bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Surveilen bencana ?
2. Bagaimana Dokumentasi dan pelaporan hasil penelaian bencana ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Surveilen bencana.
2. Untuk mengetahui bagaimana Dokumentasi dan pelaporan hasil penelaian
bencana.

1.4 Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui apa yang
dimaksud dengan Surveilen bencana. Dan untuk mengetahui bagaimana
Dokumentasi dan pelaporan hasil penelaian bencana.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bencana

2.1.1 Definisi Bencana

Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemampuan masyarakat dengan

segala sumber dayanya.1

Sumber lain juga mendefinisikan bencana sebagai suatu kejadian alam,


buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba
sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan.2

2.1.2 Klasifikasi Bencana

Bencana dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 3

1. Menurut Penyebab :

a. Alam : gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat
kekeringan (banjir dan angin taufan)

b. perbuatan manusia : kecelakaan kimia atau perang.

2. Menurut Perkiraan :

a. Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan,

b. Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.

3
3. Menurut Waktu Berlangsungnya :

a. Singkat saja : angin tornado, gempa bumi

b. Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.

4. Menurut Frekuensi :

a. Sering : angin tornado dan taufan,

b. Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.

5. Menurut Dampak :

a. Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi

b. Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.

2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana

Bencana alam dapat memperbesar risiki penyakit yang dapat dicegah akibat
perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut : 7

1. Kepadatan penduduk

Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran


penyakit bawaan udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut
menyebabkan sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang
dilaporkan pasca bencana.

2. Perpindahan penduduk

Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit


menular baik pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang
rentan.

3. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air

Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh


kebocoran saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.

4. Terganggunya program kesehatan masyarakat

4
Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan
pemulihan. Jika program kesehatan masyarakat (misalnya program
pengendalian vector atau program vaksinasi) tidak dipelihara atau
dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran penyakit menular dapat
meningkat pada populasi yang tidak terlindung.

5. Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor

Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan
dapat memengaruhi kepadatan populasi vector. Salah satu dampaknya
adalah pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya
hewan pengerat di daerah banjir.

6. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar

Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat


bencana alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut
dapat ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain.

7. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana


Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau
sumber yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan
dari sumber baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular.

2.2 Surveilans Epidemilogi

2.2.1 Definisi Surveilans

Definisi surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara cermat


dan terus menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian dan
penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis,
interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan
pencegahan. Dalam definisi ini, surveilans mempunyai arti seperti sistem informasi
kesehatan rutin. Menurut CDC (Center of Disease Control), surveilans adalah
pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus
menerus yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya

5
kesehatan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini dipadukan dengan diseminasi data
secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.4

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans adalah pengamatan secara
teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan
maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan
pencegahan dan penganggulangannya.5

2.2.2 Tujuan Surveilans :

1. Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi


bencana.

2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan


penyebarannya.

3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan

lingkungan akibat bencana(misalnya perbaikan sanitasi).

2.2.3 Kegunaan Surveilans

Surveilans mempunyai manfaat/kegunaan sebagai berikut : 4

1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan


dengan tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.

2. Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis dan


mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.

3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,


khususnya untuk mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.

4. Memberikan informasi dan data dasar untuk penentuan prioritas,


pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber
daya kesehatan.

5. Dapat memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian


khusus dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah
pelaksanaan program.

6
6. Membantu menentapkan prioritas masalah kesehatan dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan program.

7. Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut usia, pekerjaan,


wilayah dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah
pemahaman mengenai vector penyakit, reservoir binatang dan dinamika
penularan penyakit menular.

2.3 Surveilans Bencana

Surveilans bencana meliputi :

1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit


menular.

Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey


penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan
nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit
tersebut.

Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD,
diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit
kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.

Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :

 Penyakit yang rentan epidemik  Tetanus


(kondisi padat)
 Kolera
 Diare berdarah
 Thypoid fever
 Hepatitis
 Penyakit dalam program
pengendalian nasional
 Campak

7
 Penyakit endemis yang dapat  Malaria
meningkat paska bencana 
DBD

Penyebab Utama Kesakitan & Kematian

 Campak
 Pnemonia  Malnutrisi
 Diare  Keracunan
 Malaria pangan
Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya
penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana,
pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas
publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak
balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil.

2. Surveilans data pengungsi.

Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di


tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis
kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.

3. Surveilans kematian.

Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak,
umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.

4. Surveilans rawat jalan.

5. Surveilans air dan sanitasi.

6. Surveilans gizi dan pangan.

7. Surveilans epidemiologi pengungsi.

8
2.3.1 Peran Surveilans Bencana
Surveilans berperan dalam:

1. Saat Bencana:Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak


apa saja yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah
korban,barangbarang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang
harus disediakan,berapa banyak pengungsi lansia,anak-anak,seberapa
parah tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.

2. Setelah Bencana:Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana


harus dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau
kebijakan, misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakatuntuk
kembali dari pengungsian,rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang
harus diberikan.

3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan


respon/evaluasi. Manajemen penanggulangan bencana meliputi Fase I
untuk tanggap darurat,Fase II untuk fase akut,Fase III untuk
recovery(rehabilitasi dan rekonstruksi).Prinsip dasar penaggunglangan
bencana adalah pada tahapPreparedness atau kesiapsiagaan sebelum
terjadi bencana.

2.3.2 Upaya penanggulangan bencana meliputi

1. Pra-bencana

 Kelembagaan/ koordinasi yg solid


 SDM/ petugas kesehatan yg terampil secara medik dan sosial
(dapat bekerjasama dengan siapapun)
 Ketersediaan logistic (bahan, alat, dan obat)
 Ketersediaan informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena
dampak)
 Jaringan kerja lintas program/ sector

9
2. Ketika bencana RHA (Rapid Health Assessment) dilakukan hari H
hingga H+3.6 Rapid Health Assessment (penilaian kesehatan secara
cepat) dilakukan untuk mengatur besarnya suatu masalah yang
berkaitan dengan kesehatan akibat bencana, yaitu dampak yang terjadi
maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan, sebarapa
besar kerusakan terhadap sarana permukiman yang berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi upaya
kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya.

Assessment terhadap kondisi darurat merupakan


suatu proses yang berkelanjutan. Artinya seiring dengan
perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang lebih
rinci.

Tujuan dari dilakukannya assessment awal secara cepat adalah :

a. Mendapatan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan


darurat

b. Menjadi dasar bagi perencanaan program

c. Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help


serta aktivitas-aktivitas berbasis masyarakat.

d. Mengidentifikasi kesenjangan, guna :

 Menggambarkan secara tepat dan jelas jenis bencana, keadaan,


dampak, dan kemungkinan terjadinya perubahan keadaan
darurat
 Mengukur dampak kesehatan yang telah terjadi dan akan
terjadi
 Menilai kapasitas sumber daya yang ada dalam pengelolaan
tanggap darurat dan kebutuhan yang perlu direspon secepatnya
 Merekomendasikan tindakan yang menjadi prioritas bagi aksi
tanggap darurat.

10
3. Pascabencana: berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah
selanjutnya

 Pengendalian penyakit menular (ISPA, diare,DBD,chikungunya,


tifoid,dll)
 Pelayanan kesehatan dasar
 Surveilans penyakit
 Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan
sampah, sanitasi makanan, dll)

2.3.3 Manfaat Surveilans bencana


Surveilans bencana sangat penting, secara garis besar manfaatnya adalah:

1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi,


kepadatan, kualitas tempat penampungan.

2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga


dapat diupayakan pencegahan.

3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-


anak,lansia,wanita hamil,sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.

4. Pendataan pengungsi
diwilayah,jumlah,kepadatan,golongan,umur,menurut jenis kelamin.

5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi

6. Survei Epidemiologi.

2.3.4 Masalah Epidemiologi dalam Surveilans Bencana

a. Pertolongan terhadap kelaparan

Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode


untuk secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan

11
usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status
nutrisi populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe makanan yang
dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak
tersediaan secara optimal dari distribusi makanan sementara kondisi
kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah, pengawasan nutrisi dan
distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan penanggulangan
kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.

b. Kontrol Epidemik ; Kantor Pengaduan

Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi


pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang
penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah
sebuah kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting
dalam memonitor berkembangnya issuissu yakni dengan menyelidiki yang
benar-benar bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak
umum akan bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak
hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi
juga terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.

c. Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera

Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih


luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang
mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal,
terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit.

d. Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.

Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak
dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang
parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah
kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada
perawatan medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada
pengiriman korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan
medis yang tepat.

12
e. Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu

Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan


peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak
penting, kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena
bencana, seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab
menyebabkan beberapa personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan
yang relevan dari sekumpulan material yang tidak diperlukan.

f. Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada


Bencana Yang Akan Datang

Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin


ribut jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian
bencana itu sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi
pencegahan sering direkomendasikan, padahal belum melalui suatu
penelitian epidemiologi yang mendalam.

g. Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan

Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak


ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan
apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan
ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan
kebiasaan membuat bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap
respon masyarakat terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan
masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha
persiapan dimasa yang akan datang.3

2.4 Dokumentasi dan Pelaporan Hasil Penilaian Bencana

1. Informasi yang tepat dan akurat tergantung dari adanya data pendukung
yang terstruktur dan mudah dipahami. Informasi dalam penanggulangan

13
bencana dimulai sejak pengumpulan, analisis hingga diseminasi
informasi yang dilakukan secara cepat, tepat dan benar sebagai bagian
dalam penanggulangan bencana. Data dan informasi becana dikumpulkan
dari berbagai sumber, antara lain dari pemerintahan, organisasi
relawan/NGO/masyarakat dan berbagai sumber media. Data
dikumpulkan baik secara langsung melalui wawancara ataupun secara
tidak langsung seperti dari internet, televisi, media cetak dan sebagainya

A. Data pra bencana merupakan basis data yang dapat digunakan apabila
diperlukan. Data ini memberikan gambaran mengenai kondisi geografis,
geologis, iklim, ketersediaan sumber daya dan lain sebagainya.
Ketersediaan data tersebut akan membantu sebagai informasi awal dalam
penanganan bencana.

1. Profil Daerah Profil Daerah berisi data kondisi geografis, geologis,


iklim, hidrologi, tata guna lahan, demografi dan lain-lain. Formulir
ini diisi oleh BPBDjOPD yang menangani penanggulangan bencana
yang bersumber dari OPD yang mengelola data terkait dengan profil
daerah denga.

2. Ketersediaan Sumber Daya Ketersediaan sumber daya meliputi


logistik (pangan, sandang, logistik lain, paket kematian), peralatan,
dan sumber daya manusia. Formulir ini diisi oleh BPBD/OPD yang
menangani bencana, yang bersumber dari OPD yang mengelola data
terkait dengan ketersediaan sumber daya. a. Logistik Data logistik
dalam pra bencana meliputi :

1. Pangan, antara lain makanan pokok (beras/sagu/jagung/ubi, dan


lain-lain), lauk-pauk, air bersih, bahan makanan pokok
tambahan seperti mi, susu, kopi, teh, perlengkapan makan (food
ware) dan sebagainya.

2. Sandang, antara lain perlengkapan pribadi berupa baju, kaos dan


celana anakanak sampai dewasa laki-laki dan perempuan,

14
sarung, kain batik panjang, handuk, selimut, daster, perangkat
lengkap pakaian dalam, seragam sekolah laki-laki dan
perempuan (SD dan SMP), sepatu/alas kaki sekolah dan
turunannya.
3. Logistik lainnya, antara lain, obat dan alat kesehatan habis
pakai, tenda gulung, tikar, matras, alat dapur keluarga, kantong
tidur (sleeping bag) dan sebagainya

4. Paket kematian, antara lain kantong mayat, kain kafan dan


sebagainya.

b. Peralatan Peralatan adalah segala bentuk alat dan peralatan yang dapat
dipergunakan untuk membantu terselenggaranya suatu kegiatan
penanggulangan bencana, sehingga dengan bantuan alat tersebut
manusia dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat melaksanakan fungsi
kehidupannya sebagai manusia. Termasuk dalam kategori peralatan ini
misalnya peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, peralatan
peringatan dini, peralatan teknik dan sebagainya.

c. Sumber Daya Manusia Relawan, tenaga kesehatan (dokter, perawat,


bidan, sanitarian, apoteker, ahli gizi dan lain-lain), TNI/Polri, tenaga
SAR, desa siaga.

15
Petunjuk Pengisian Data Pra Bencana

Provinsi : (nama provinsi)

Kabupaten/Kota : (nama kabupaten/kota)

Sumber Data : (literatur/daftar pustaka)

Tahun : (tahun penerbitan sumber data)

NO URAIAN
1. a. Letak geografis : diisi Longitude/Latitude dan tinggi dpl (diatas permukaan
laut).

b. Luas : diisi luas wilayah dalam satuan km2.

c. Batas Wilayah : diisi batas Utara, Timur, Selatan dan Barat.

d. Geologi : diisi jenis batuan gunung berapi.

e. Klimatologi : diisi keadaan iklim atau cuaca, misalkan arus angin, temperatur
dan kelembaban udara.

f. Geomorfologi : diisi bentukan lahan.

g. Topografi : diisi ketinggian pegunungan, perbukitan dan dataran.


h. Fisiografi : diisi kondisi bentuk permukaan suatu daerah.

i. Stratigrafi : diisi jenis-jenis lapisan batuan.

j. Kondisi Tanah : diisi jenis tanah dan luasnya, sebagai contoh jenis tanah aluvial
hidromorf dengan luas 163.444.

k. Hidrologi: diisi nama sungai dengan daerah alirannya.


2. Tata Guna Lahan : diisi uraian tentang penggunaan lahan pada suatu daerah.
Sebagai contoh persawahan, perindustrian, dll serta diisikan pula luasan lahan yang
digunakan dan prosentasenya.

16
3. Gunung : diisi nama gunung, tipe gunung (A,B,C), nama kawah dan jumlah kawah
kalau ada, lokasi gunung (LS dan BT), tinggi dari permukaan laut (meter), nama &
jarak kab/kota terdekat dari gunung (km), status gunung (aktif/non aktif), serta
sejarah letusan gunung.
4. DAS (Daerah Aliran Sungai) : diisi nama sungai, hulu sungai, muara sungai, daerah
aliran sungai ( nama kecamatan) serta karakteristik/kondisi DA
5. Danau : diisi nama danau, lokasi danau, luas danau (hektar) dan kondisi
6. Jalan : diisi nama ruas jalan, status jalan (nasional, provinsi, kab/kota, dan lainlain),
panjang jalan (kilometer), lebar jalan(meter), permukaan jalan dan kondisi jalan

7. Jembatan : diisi nama jembatan, status jembatan, panjang dan lebar (m2), konstruksi
(contoh : terbuat dari beton, aspal, hotmix), kondisi jembatan (baik, sedang, rusak,
dan rusak berat), koordinat (x,y).
8. Cakupan Air Bersih: diisi PAM, PMA, PAH, sumur gali, sumur pompa tanga
9. Irigasi : diisi jenis irigasi (teknis, setengah teknis, non teknis), panjang saluran,
jumlah bendungan air, dan jumlah pintu air.
10. Listrik : diisi jenis sumber energi (PLN, PLTD, PLTU, PLTA) dan daya tersambung
(kva) per kecamatan.

11. Telekomunikasi : diisi jumlah sambungan telepon, jumlah tower, dan keterangan
(penyedia layanan) per kecamatan.

12. Demografi : diisi jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi usia dan jenis kelamin,

17
mulai dari kurang 1 tahun sampai dengan lebih dari 60 tahun, dan total penduduk
per kecamatan.

Sarana pendidikan : jumlah bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi tingkat


13.
pendidikan dari TK, SLB, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA dan Perguruan

Tinggi.

14.
Bandar udara : diisi nama lokasi bandara, kelas bandara, panjang landasan, jenis
landasan, disertai sarana dan prasarana.

15.
Lokasi Pelabuhan Laut/Sungai/Danau : diisi nama Pelabuhan Laut/Sungai/Danau,
kelas pelabuhan, panjang dermaga, sarana dan prasarana.

16.
Sarana Kesehatan: diisi Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu.

17.
Sarana Peribadatan: diisi Jumlah masjid, gereja, pura, wihara dan lainnya

Ketersediaan Sumber Daya

NO URAIAN
1. Logistik: diisi pangan, sandang, logistik lainya, paket kematian

2. Peralatan: diisi standar minimal jenis peralatan penanggulangan bencana

3. Sumber Daya Manusia: diisi relawan, tenaga kesehatan, TNI/Polri, tenaga SAR dan
desa siaga.

18
B. Data tanggap darurat merupakan rekapitulasi kejadian bencana mulai dari tempat
kejadian, korban sampai dengan dampak yang ditimbulkan. Formulir ini diisi oleh
BPBD/OPD yang menangani bencana yang bersumber dari OPD yang mengelola
data terkait dengan tanggap darurat

Petunjuk Pengisian Data Tanggap Darurat

NO URAIAN
1. Kejadian Bencana

a. Jenis bencana : (gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain)

b. Tanggal kejadian : (tanggal pada saat terjadinya bencana, bukan tanggal


perkembangan bencana)

c. Waktu kejadian : waktu terjadinya bencana pertama kali (jam kejadian


bencana)

d. Lokasi bencana : (provinsi, kabupaten, daerah cakupan bencana (desa/kel,


kecamatan))

e. Letak geografi : koordinat bencana (long X, lat y), cakupan dampak bencana

f. (panjang,lebar,radius), khusus bencana banjir (luas dan tinggi genangan)

g. Penyebab bencana : (pemicu terjadinya bencana)

h. Deskripsi tentang bencana tersebut. 8. Kondisi Cuaca: diisi cuaca pada saat
pelaporan

19
2. Jumlah korban : diisi jumlah total korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan,
pengungsi dan penderita/terdampak namun dibedakan per usia dan jenis kelaminnya.

Meninggal : diisi nama korban yang meninggal beserta alamat, jenis kelamin, usia,
ahli waris dan keterangan (informasi lainnnya).
3.

Hilang : diisi nama korban yang hilang beserta alamat, jenis kelamin, usia, lokasi

4. hilang, ahli waris dan keterangan (informasi lainnya).

Luka ringan : diisi nama korban luka ringan beserta alamat, jenis kelamin, usia dan

5. keterangan (informasi lainnya).

Luka berat : diisi nama korban luka berat beserta alamat, jenis kelamin, usia, status

6. medis (dirujuk/dirawat), lokasi (nama Rumah Sakit) dan keterangan (informasi


lainnya).

20
7. Lokasi pengungsi : diisi kode lokasi pengungsi, lokasi (tempat pengungsian, seperti
sekolah, tempat ibadah, aula, dll), alamat pengungsian, kapasitas (jumlah maksimal
jiwa dari tempat pengungsian), jenis hunian (tenda darurat, barak, balai desa,
sekolah, rumah ibadah, dll) dan keterangan (informasi lainnnya).

8. Jumlah pengungsi : diisi nama wilayah (bisa dipilih kab/kota atau sampai
kelurahan), lokasi (merupakan kode lokasi pengungsian), jumlah pengungsi
merupakan total dari pengklasifikasian pengungsi berdasarkan usia, jenis kelamin
dan kelompok rentan.

9.
Jumlah penderita/terdampak : diisi nama wilayah (bisa dipilih kab/kota atau sampai
kelurahan), alamat, jumlah penderita merupakan total dari pengklasifikasian
penderita berdasarkan usia, jenis kelamin dan kelompok rentan.

10.
Kerusakan : diisi wilayah kerusakan, jenis kerusakan serta jumlah kerusakan yang
diklasifikasikan menjadi rusak berat, sedang dan ringan, serta total keseluruhan dari
jumlah kerusakan tersebut.
11.
Fasilitas umum yang masih bisa digunakan : diisi dengan uraian berdasarkan
pertanyaan yang telah tersedia.

12.
Upaya penanganan yang telah dilakukan : diisi dengan uraian tentang penanganan
darurat apa saja yang telah dilakukan oleh BPBD setempat, instansi terkait, BNPB
13. maupun K/L terkait di Pusat.

Sumber daya : diisi dengan ketersediaan kebutuhan, kebutuhan yang diperlukan dan
kekurangan kebutuhan.
14
Relawan nasional : diisi data relawan nasional yang terlibat dalam penanganan
bencana, beserta asal organisasi, jumlah relawan, keahlian relawan, penempatan

21
dan tugas relawan, keterangan (infoermasi lainnya).

15 Relawan internasional : diisi data relawan internasional yang terlibat dalam


penanganan bencana, beserta asal organisasi, jumlah relawan, keahlian relawan,
penempatan dan tugas relawan, keterangan (lnformasi lainnya).

16 Bantuan dalam negeri : diisi data bantuan yang berasal dari dalam negeri, yaitu
tanggal penerimaan bantuan , asal bantuan, jenis bantuan, jumlah bantuan dan
satuannya serta nilai bantuan (nominal) dan keterangan (informasi lainnya).

17 Bantuan luar negeri : diisi data bantuan yang berasal dari luar negeri, yaitu tanggal
penerimaan bantuan, asal bantuan, jenis bantuan, jumlah bantuan dan satuannya
serta nilai bantuan (nominal) dan keterangan (informasi lainnya).

18. Pendistribusian/pengangkutan : diisi berupa uraian tentang jenis logistik, spesifikasi,


cara pendistribusian dan tujuannya

19. Potensi bencana susulan : diisi dengan uraian untuk potensi bencana susulan yang
kemungkinan akan terjadi pasca bencana

C. Dalam pelaksanaan pengisian formulir ini, data yang dibutuhkan adalah data
kerusakan aset yang mencakup lima sektor: pemukiman, infrastruktur, ekonomi
produktif, sosial dan lintas sektor. Kerusakan dimaksud meliputi : tingkat kriteria
kerusakan rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan. Pengisian formulir ini
mencakup penilaian kerusakan dan kerugian berikut status kepemilikan aset. Di
samping penilaian formulir di atas, juga diperlukan pengisian untuk penilaian
kebutuhan pemulihan kemanusiaan. Formulir tersebut mengacu pada Peraturan

22
Kepala BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca Bencana. Hasil pengisian ini digunakan untuk penilaian
kebutuhan pasca bencana, sebagai hasil untuk pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi pasca bencana. (Formulir lengkap untuk proses penilaian
kerusakan dan kerugian serta kebutuhan pasca bencana, mengacu ke Pedoman
Inventarisasi dan Verifikasi serta Pedoman Penilaian Kebutuhan Pasca Bencana).
Formulir ini diisi oleh BPBD/OPD yang menangani bencana yang bersumber dari
OPD yang mengelola data terkait dengan rehabilitasi dan rekonstruksi

Petunjuk Pengisian Data Pasca Bencana

NO URAIAN
1. 1. Kejadian bencana (gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan lain-lain)

2. Tanggal kejadian (tanggal saat terjadinya bencana)

3. Lokasi bencana (provinsi, kabupaten kota, dan kecamatan)


2. Penilaian kerusakan berisi :

1. Bidang/sector.

2. Lokasi.

3. Tingkat kerusakan (rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan) dan satuannya
mengacu pada data kerusakan saat tanggap darurat.

4. Harga satuan (rusak berat, rusak sedang, rusak ringan) diisi berdasarkan
penilaian dari bidang rehabilitasi dan rekonstruksi.

5. Nilai kerusakan merupakan penjumlahan dari perkalian masing-masing tingkat


kerusakan dengan harga satuan Nilai Kerusakan =(RB pada Tk.

Kerusakan x RB pada Harga satuan) + (RS pada Tk. Kerusakan x RS pada Harga
satuan) + (RR pada Tk. Kerusakan x RR pada Harga satuan).

6. Taksiran kerugian berasal dari penilaian kerugian dari tabel penilaian Taksiran
kerugian.

7. Hasil verifikasi BNPB/BPBD/KL di isi oleh tim dari BNPB/BPBD/KL.

23
8. Kepemilikan (pemerintah dan non pemerintah).
3. Penilaian taksiran kerugian berisi sub sektor/jenis sub sektor, lokasi, rincian
kerugian, asumsi perhitungan, jumlah, satuan, harga satuan, penilaian kerugian
(jumlah x harga satuan) dan keterangan (informasi lainnya).
4. Rencana kegiatan dan pendanaan berisi uraian kegiatan, jumlah (penjumlahan dari
tk. kerusakan pada tabel penilaian kerusakan), satuan, usulan, kebutuhan
dana (Hasil verifikasi dari Tim BNPB/BPBD/KL) dan rencana sumber dana, terdiri
dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, K/L dan BNPB.
5. Realisasi berisi uraian kegiatan, jumlah, satuan, kebutuhan dana, rencana sumber
dana yang berisi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, K/L dan BNPB
serta kolom tambah kurang (kebutuhan dikurangi dengan hasil penjumlahan dari
seluruh rencana sumber dana).
6. Sumber dana dalam negeri berisi tanggal, asal, jenis bantuan dan nilai dari bantuan
serta keterangan (informasi lainnya).
7. Sumber dana dalam negeri berisi tanggal, asal, jenis bantuan dan nilai dari bantuan
serta keterangan (informasi lainnya).

Penilaian

BAB III

PENUTUP

24
3.1 Kesimpulan

 Kegiatan yang dilakukan pada sebelum bencana


terjadi adalah

 pengorganisasian dan koordinasi dengan lembaga terkait.


 Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya bencana adalah

melakukan RHA (Rapid Health Assessment)/penilaian kesehatan secara

cepat.

 Kegiatan yang dilakukan pada setelah terjadinya bencana adalah

melakukan intervensi dari RHA yang sudah dibuat. Misalnya dengan

memberikan bantuan makanan, dll.

3.2 Saran
Surveilans bencana dilakukan secara berkesinambungan mulai dari

pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Jadi perlu koordinasi dan

kerjasama yang baik antara pihak-pihak terkait agar persiapan mengahadapi

bencana dan intervensi setelah bencana dapat terlaksana dengan baik

25
DAFTAR PUSTAKA

http://www.p2kp.org. Modul Khusus Fasilitator Pengelolaan Penanganan

Bencana. Diakses tanggal 9-2-2013, jam 21:12 WIB.

Priambodo, S.A. 2009, Panduan Praktis Menghadapi bencana. Yogyakarta :

Kanisius

http://arimasriadi.blogspot.com/Surveilans Epidemiologi Setelah Terjadinya

Bencana. Diakses tanggal 9-2-2013, jam 22:47 WIB.


Nugrahaeni, D.K. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC

Mardiah, dkk. 2011. Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC

Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. 2007. Pengelolaan Kesehatan

Masyarakat dalam Kondisi Bencana. Yogyakarta : Yudhistira

Widyastuti, P (Ed.). 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGC

26

Anda mungkin juga menyukai