Anda di halaman 1dari 2

manifestasi klinis 1 Inkontinensia dorongan gejalanya adalah berkemih sering disertai oleh

tingginya frekuensi berkemih buka lebih sering dari 2 jam sekali). kandung kemih atau kontraktur
berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100) atau dalam jumlah besar (lebih dari 500) 2
Inkontinensia stres gejalanya adalah keluarnya urine pada saat tekanan intra abdomen meningkat
dan seringnya berkemih 3 Inkontinensia refleks gejalanya adalah tidak menyadari bahwa kandung
kemih nya sudah terisi, kurangnya untuk berkemih, kontraksi spasme kandung kemih yang tidak
dicegah titik 4 Inkontinensia fungsional gejalanya adalah mendesaknya keinginan untuk berkemih
menyebabkan urine keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai. Lima Inkontinensia overflow
gejalanya adalah mengeluh keluarnya sedikit urine tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih
sudah penuh distensi kandung kemih. Gejala Inkontinensia urine menurut (Potter dan Perry 2005)
1 Inkontinensia dorongan gejalanya adalah berkemih sering disertai oleh tingginya frekuensi
berkemih(lebih sering dari 2 jam sekali). spasme kandung kemih atau kontraktur berkemih dalam
jumlah kecil (kurang dari 100 mili) atau dalam jumlah besar (lebih dari 500 Mili) titik2 Inkontinensia
total gejalanya adalah urine tetap mengalir pada waktu-waktu yang tidak dapat diperkirakan
nokturia kau tidak menyadari bahwa kandung kemihnya berisi. 3 Inkontinensia stres gejalanya
adalah keluarnya urine pada saat tekanan intra abdomen meningkat dan sering berkemih. 4
Inkontinensia refleks gejalanya adalah tidak menyadari bahwa kandung kemih nya sudah terisi
kurangnya untuk berkemih, kontraksi spasmodik kandung kemih yang tidak dicegah. 5
Inkontinensia fungsional gejalanya adalah mendesaknya keinginan untuk berkemih menyebabkan
urin keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai. pemeriksaan penunjang pemeriksaan penunjang
Inkontinensia urine menurut soeparman dan waspadji S, 2001). uji urodinamik sederhana dapat
dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal sisa-sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan
pada pemeriksaan fisis. pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasonik atau
kateterisasi urine. merembesnya urine pada saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan.
evaluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan
untuk berkemih diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri
merembesnya urine seringkali dapat dilihat titik informasi yang dapat diperoleh antara lain saat
pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali,
dan kapasitas kandung kemih. satu urinalisis dilakukan terhadap spesimen urin yang bersih untuk
mendeteksi adanya faktor yang berperan terhadap terjadinya terjadinya Inkontinensia urine
seperti Hematuri, Kyuri, bakteriuria, glukosuria, dan proteinuria 2 pemeriksaan darah Elektrolit,
ureum Kreatinin, glukosa dan kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi
yang menyebabkan poliuria. tiga tes laboratorium tambahan seperti kultur urine Blood urea
nitrogen, Kreatinin, kalsium, glukosa sitologi . 4 tes diagnostik lanjutan perlu dilanjutkan bila
evaluasi awal didiagnosis belum jelas titik tes lanjutan tersebut adalah: a titik tes urodinamik untuk
mengetahui anatomi dan fungsi saluran kemih bagian bawah B. tekanan urea untuk saat C. imaging
test terhadap saluran perkemihan bagian atas dan bawah titik 5 catatan berkemih ( voiding record)
catatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih titik catatan ini digunakan untuk
mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami Inkontinensia urin dan tidak Inkontinensia urin
dan gejala berkaitan dengan Inkontinensia urine. pencatatan pola berkemih tersebut dilakukan
selama 1 sampai 3 hari titik catatan tersebut dapat digunakan untuk memantau respon terapi dan
juga dapat dipakai sebagai intervensi terapeutik karena dapat menyadarkan pasien faktor-faktor
yang memicu terjadinya Inkontinensia urine pada dirinya penatalaksanaan adalah faktor risiko ,
mempertahankan homeo statis, mengontrol Inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, medikasi,
latihan otot pelvis dan pembedahan. dari beberapa hal tersebut di atas dilakukan sebagai berikut
satu pemanfaatan kartu catatan berkemih yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu
berkemih dan jumlah urine yang keluar baik yang keluar secara normal maupun yang keluar karena
tak tertahan Selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum . 2 terapi non
farmakologi dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya Inkontinensia
urine seperti hiperplasia prostat infeksi saluran kemih, diuretik, hiperglikemi, dan lain-lain. Adapun
terapi yang dapat dilakukan adalah: A. melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval
waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi berkemih 6 sampai 7 kali
per hari lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. lansia
dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam selanjutnya
diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin ingin berkemih setiap dua sampai tiga jam Titik B.
membiasakan berkemih pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan Lansia
2

prompted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta
dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada
lansia dengan gangguan fungsi kognitif (berpikir). C. melakukan latihan otot dasar panggul dengan
mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang titik adapun cara-cara
mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan cara: satu. berdiri di lantai dengan
kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri
kurang lebih 10 kali ke depan ke belakang kurang lebih 10 x, dan berputar searah dan berlawanan
dengan jarum jam kurang lebih 10 * titik-titik gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita
buang air besar dilakukan kurang lebih 10 kali. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi
lebih kuat dan uretra dapat tertutup dengan baik. tiga titik terapi farmakologi obat-obat yang
dapat diberikan pada Inkontinensia urine adalah antikolinergik seperti oxybutynin , Banten
koma,, pada Inkontinensia stres diberikan Alfa adrenergik agonis yaitu untuk meningkatkan retensi
uretra titik pada springbed rileks diberikan kolinergik Agus seperti beta dan Alfa kolinergik
antagonis seperti izin untuk simulasi kontraksi dan terapi diberikan secara singkat. 4 terapi
pembedahan terapi ini dapat dipertimbangkan pada Inkontinensia tipe stres dan urgensi bila terapi
non farmakologis dan dan farmakologi tidak berhasil. Inkontinensia tipe overflow umumnya
memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urine terapi ini dilakukan
terhadap tumor, batu, diverticulum, hiperplasia prostat dan serviks (pada wanita). 5 modalitas lain
sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan Inkontinensia urine
dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami Inkontinensia urin
diantaranya adalah pempers kateter, dan alat bantu toilet seperti urinal dan bed Pan. a. Pampers
digunakan pada kondisi akut maupun kondisi dimana pengobatan sudah tidak berhasil mengatasi
Inkontinensia urin namun pemasangan pempers juga dapat menimbulkan masalah seperti luka
lecet bila jumlah air seni melebihi daya tampung Pampers sehingga air seni keluar dan akibatnya
kulit menjadi lembab Selain itu dapat menyebabkan kemerahan pada kulit gatal dan alergi. B.
kateter kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karena dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih dan juga terjadi pembentukan batu titik Selain kateter
menetap, terdapat kateter sementara merupakan alat yang secara rutin digunakan untuk
mengosongkan kandung kemih titik Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat
mengosongkan kandung kemih. namun Teknik ini juga berisiko menimbulkan infeksi pada saluran
kemih titik-titik alat bantu seperti urinal dan Batman yang digunakan pada lansia yang tidak
mampu bergerak dan menjalani tirah baring. alat bantu tersebut akan menolong lansia terhindar
dari jatuh serta membantu memberikan kemandirian pada lansia dalam Menggunakan toilet.

Anda mungkin juga menyukai