Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK RENTAN PEMULUNG

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas


Yang dibimbing oleh Ibu Hj.Karwati, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK

- Anwarudin
- Dilla Shintia D
- Nabila Diani F
- Putri Anindya

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEBELAS APRIL SUMEDANG 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Kelompok Rentan :Pemulung” dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas Mata Kuliah Keperawatan
Komunitas. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan yang penulis peroleh dari informasi
beberapa buku dan media massa. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa


2. Ibu Hj.Karwati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah pembahasan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan bahasan ataupun penulisannya. Mungkin dalam makalah pembahasan ini
terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sumedang, 1 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................


1. Populasi Rentan.................................................................................................
2.1.1 Definisi Populasi Rentan......................................................................................
2.1.2 Macam-macam Populasi Rentan.........................................................................
2.1.3 Peran Perawat Komunitas dalam Menangani Populasi Rentan..........................
2. Pemulung Sebagai Populasi Beresiko................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi rentan didefinisikan sebagai kelompok sosial yang memiliki resiko atau
kelemahan yang relatif tinggi sehingga merugikan kesehatan (Flakerud dan Winslow, 1998;
Stanhope dan Lancaster, 2004).
Indonesia memiliki populasi penduduk yang cukup tinggi. Sehingga,
menyebabkan tingginya jumlah timbulan sampah yang terdapat di Indonesia . Hal ini,
menciptakan peluang bagi pemulung untuk menjadikan sampah tersebut sebagai sumber
mata pencahari.

Berdasarkan usia ini terlihat adanya beberapa perbedaan terhadap pemulung


dengan usia muda dan usia yang lebih tua yaitu terbatasnya tenaga yang dimiliki oleh usia
pemulung yang lebih tua untuk mencari sampah dalam waktu yang cukup lama. Menurut
BKKBN (2013) usia produktif seseorang untuk tetap bekerja adalah minimal 15 tahun
sampai maksimal 59 tahun.

Menurut Abdul (2009) berdasarkan karakteristiknya pemulung dibagi menjadi


dua kategori dalam menjalankan pekerjaannya seperti memulung bersama dan memulung
sendiri. Pemulung dengan karakteristik memulung bersama yang dimaksud adalah
terlibatnya anggota keluarga yang ikut membantu mencari sampah, sedangkan pemulung
dengan karakteristik memulung sendiri hanya dilakukan salah satu dari anggota keluarga
yang ada

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan populasi rentan?
2) Sebutkan macam-macam populasi rentan?
3) Bagaimana peran perawat dalam menangani populasi rentan?
4) Bagaimana pemulung sebagai populasi rentan?
5) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada populasi rentan pemulung?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi populasi rentan?
2) Untuk mengetahui macam-macam populasi rentan?
3) Untuk mengetahui peran perawat dalam menangani populasi rentan?
4) Untuk mengetahui pemulung sebagai populasi rentan?
5) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada populasi rentan : Remaja
merokok?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Populasi Rentan

2.1.1 Definisi Poupulasi Rentan


Populasi rentan didefinisikan sebagai kelompok sosial yang memiliki resiko atau
kelemahan yang relatif tinggi sehingga merugiikan kesehatan (Flakerud dan Winslow, 1998;
Stanhope dan Lancaster, 2004). Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara
eksplisit dalam peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam pasal 5 ayat (3)
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk
kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih
berkenaan dengan kekhususannya. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia,
anak-anak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.
Menurut Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan adalah semua
orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan
yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakatyang berperadaban.
Jadi kelompok rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus mendapatkan
perlindungan dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka hadapi.

2.1.2 Macam-Macam Populasi Rentan


Kelompok rentan meliputi :
 Anak-anak
 Perempuan
 IDPs (Internally Displace Person) dan pengungsi
 Kelompok minoritas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok rentan :
 Budaya
 Ekonomi
 Pendidikan
 Lingkungan
 Usia
Dampak kelompok rentan :
 Menurnnya status kesehatan
 Membuat stress
 Keluarga tersebut menjadi putus asa
 Bertambahnya penyakit kronis
 Kurangnya komunikasi sosial dengan lingkungan
Faktor penyebab :
 Perceraian
 Keterbatasan mental
 lingkungan kumuh
 Kebutuhan makan tidak terpenuhi
 Penghasilan tidak tetap
 Tidaak mengerti kesehatan
 Usia
 Penyalahgunaan obat
 Kehamilan
Tidak hanya individu namun keluarga juga dapat menjadi kelimpok rentan.
Vulnerable Family Keluarga yang berkemungkinan besar mengembangkan masalah
kesehatan sebagai hasil dari paparan resiko atau memiliki outcome yang buruk dari
masalah kesehatan tersebut daripada populasi lainnya. Vulnarable group sering
mengalami akumulasi faktor resiko yang membuat mereka lebih sensitif pada efek yang
merugikan dari faktor resiko individual yang dimana individu lain mungkin dapat
teratasi.

Prioritas Vulnarable Family :


 Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan :
- Ibu hamil tertentu yang belum ANC
- Ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun
- Balita tertentu
- Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program
- Penyakit endemis
- Penyakit kronis tidak menular
- Kecacatan tertentu (mental ataupun fisik)
 Kelompok yang rawan dan rentan terhadap masalah keperawatan
- Terikat dalam institusi, misal :
 Panti
 Rutan/lapas
 Pondok pesantern
 Lokalisasi/WTS
- Tidak terikat dalam institusi, misal :
 Katang wredha
 Karan balita
 KPKIA
 Kelompok pekerja informal
 Perkumpulan penyandang penyakit tertentu (Jantung, asma, DM, dll)
 Kelompok remaja

2.1.3 Peran Perawat Komunitas dalam Menangani Populasi Rentan


Menurut Allender, Rector, dan Warner (2010) keperawatan komunitas
memberikan perawatan profesional kepada masyarakat yang difokuskan pada kelompok-
kelompok risiko tinggi melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit maupun
pemeliharaan dan rehabilitasi untuk mencapai kesehatan yang optimal. Peran perawat
selalu berkembang sejalan dengan perkembangan pengetahuan, teknologi, pembiayaan
dan tuntutan dari masyarakat. Beberapa peran perawat komunitas antara lain sebagai
clinician, educator, advocate, manager, collaborator, leadership, consultant, counselor,
dan researcher(Allender, Rector & Warner, 2010). Berikut peran perawat dalam
penanganan populasi at risk yaitu :
1) Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran perawat komunitas yang sangat familiar adalah clinician atau provider.
Perawat memberikan asuhan keperawatan secara langsung melalui kegiatan pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Perawat memberikan pelayanan kesehatan bukan hanya kepada individu
dan keluarga, tetapi juga kepada kelompok dan populasi. Pelayanan keperawatan di
desain sesuai dengan kebutuhan khusus dari klien. Perawat memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan tiga tingkatan prevensi yaitu prevensi primer,
prevensi sekunder, dan prevensi tersier (Helvie, 1998; Spradley, 2005).
2) Peran Pendidik
Menurut Stanhope dan Lancaster (2010) perawat harus mampu meberikan
informasi kesehatan yang dibutuhkan melalui pendidikan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas. Memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, kelompok dan masyarakat merupakan tanggung jawab
perawat komunitas. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatannya. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan tentang bahaya merokok dan cara mengatasinya kepada siswa, masyarakat
sekolah, serta keluarga sehingga remaja dan keluarga mampu menghindari atau
berhenti dari kebiasaan merokok.
3) Peran sebagai advocate
Perawat komunitas bertindak sebagai pelindung bagi individu atau kelompok.
Masalah psikosial pada remaja dianggap kurang penting dibandingkan dengan masalah
atau penyakit fisik lainnya sehingga masalah merokok pada remaja dianggap kurang
penting untuk ditanggulangi. Perawat komunitas memfasilitasi klien dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Klien mungkin membutuhkan
beberapa penjelasan tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, advokasi dilakukan
pada klien yang tidak mampu bertindak untuk dirinya sendiri.
4) Peran sebagai manajer
Sebagai manager, perawat komunitas mampu melakukan dan bertindak sebagai
perencana, pengelola, pemimpin, pengawas, pengontrol, dan evaluasi perkembangan
klien untuk mencapai tujuan. Perawat komunitas diharapkan mampu mengelola
kebutuhan perawatan individu, keluarga, dan kelompok usia remaja melalui pengkajian,
mengadakan kerjasama, memonitoring dan melakukan evaluasi.
5) Peran sebagai collaborator
Perawat komunitas tidak bisa bekerja sendirian, perawat komunitas harus
mampu bekerjasama dengan klien dan tim kesehatan lainnya dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Mengatasi perilaku merokok pada remaja perawat komunitas
harus bekerjasama dengan pihak sekolah, guru, LSM, keluarga, serta tokoh masyarakat
melalui rencana yang telah disusun untuk menyelesaikan masalah. Melalui kolaborasi ini
diharapkan kegiatan yang telah disusun dapat berjalan optimal dan berkelanjutan bagi
remaja, sekolah, maupun masyarakat.
6) Peran sebagai pemimpin
Dalam menjalankan perannya sebagai leader, perawat komunitas harus mampu
menjadi agent of change. Perawat komunitas melakukan perubahan yang positif yang
dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Perawat komunitas juga harus mampu
menjadi pemimpin dan motor penggerak dalam proses perubahan yang dapat
mempengaruhi perilaku remaja untuk menghindari maupun berhenti merokok.
7) Peran sebagai peneliti
Perawat berperan menemukan kasus baru atau permasalahan baru terkait
pencegahan perilaku merokok pada remaja. perawat sebagai peneliti berperan dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan remaja baik fisik maupun psikososial dan faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja sehingga dapat ditentukan
strategi intervensi yang tepat dan efektif untuk mengatasi kebiasaan merokok pada
remaja. Perawat sebagai peneliti mengembangkan intervensi keperawatan untuk
mengatasi perilaku merokok pada remaja.
8) Peran sebagai konsultan
Perawat memberikan informasi atau membantu klien dalam memilih keputusan
alternative yang ada dengan menggunakan keahlian sebagai konsultan. Perawat
membantu remaja dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami remaja,
memberikan informasi, sehingga remaja mampu mengambil keputusan yang tepat.
9) Peran sebagai konselor
Konseling merupakan suatu proses dalam membantu klien memilih solusi yang
tepat dalam megatasi masalahnya. Konseling bukan memberitahu apa yang harus klien
lakukan, tetapi merupakan proses membantu mereka untuk mengatasi masalah untuk
menentukan tindakan yang tepat bagi dirinya sendiri. Konseling dapat dilakukan pada
remaja dan keluarga, dalam hal ini peran perawat lebih kepada proses mendengarkan
secara objektif, dan menyediakan informasi, sehingga mereka mampu untuk
menyelesaikan masalah yang dialami oleh remaja maupun keluarganya.

2.1.2 Pemulung Sebagai Populasi Rentan

Pemulung adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan
memungut serta memanfaatkan barang bekas (sepertibotol bekas) dengan menjualnya
kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditas

Berdasarkan usia ini terlihat adanya beberapa perbedaan terhadap pemulung


dengan usia muda dan usia yang lebih tua yaitu terbatasnya tenaga yang dimiliki oleh
usia pemulung yang lebih tua untuk mencari sampah dalam waktu yang cukup lama.
Menurut BKKBN (2013) usia produktif seseorang untuk tetap bekerja adalah minimal 15
tahun sampai maksimal 59 tahun

Pemulung bukan profesi yang diinginkan oleh mereka untuk memenuhi


kebutuhan hidup. Banyaknya keterbatasan dan kendala yang mengakibatkan pemulung
memberikan berbagai macam alasan untuk menggambarkan profesi memulung yang
hanya bisa mereka lakukan. Pemulung di Kabupaten Sleman menjalankan profesi
memulung paling banyak karena tidak terikat waktu dan tidak ada pilihan pekerjaan
lainnya

Menurut Badan Pusat Statistik berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010,
jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 237,6 juta jiwa. Ketika Indonesia
mengalami krisis moneter pada tahun 1998, jumlah penduduk miskin Indonesia berada
di puncaknya yaitu dengan jumlah 49,5 juta jiwa (24,2%). Setelah tahun 1998 jumlah
penduduk miskin mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Seperti pada September
2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah 28,55 juta jiwa (11,47%). Sedangkan
pada bulan September 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sejumlah
27,73 juta jiwa (10, 96%).

Kemiskinan pada akhirnya dapat memunculkan masalah ketenagakerjaan.


Masalah ketenagakerjaan muncul tidak lepas dari adanya migrasi penduduk. Migrasi
penduduk secara besar-besaran menyebabkan tertumpuknya penduduk di perkotaan.
Hal ini tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menampung
pendatang dari desa. Sedikitnya lapangan pekerjaan mendorong sebagian orang untuk
terjun ke pekerjaan sektor informal yaitu pemulung (Chasanah, 2007 dalam Rezky,
2012).

Pemulung adalah orang yang kegiatannya mengambil dan mengumpulkan


barang-barang bekas yang masih memiliki nilai jual yang kemudian akan dijual kepada
jurangan barang bekas (Lestari:2005 dalam Rezky, 2012). Pekerjaan sebagai pemulung
adalah pekerjaan yang tidak memerlukan modal yang besar, hanya bermodalkan karung
dan pengait dalam mengais rejeki setiap harinya. Pekerjaan sebagai pemulung 2 adalah
individu yang bekerja dengan cara memunguti dan mengumpulkan barang- barang
bekas. Pekerjaan ini tidak memerlukan ketrampilan ataupun pendidikan (Rezky, 2012).
Pekerjaan sebagai pemulung juga memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan
mereka yang dikarenakan berbagai hal seperti kondisi lingkungan pekerjaan yang kotor,
berbahaya dan merupakan sarang dari berbagai penyebab penyakit karena mereka
bekerja setiap harinya berkumun dengan sampah sampah yang secara kimia. Sedangkan
kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi individu karena dengan tubuh
sehat maka kita dapat melakukan aktivitas apapun.

Menurut WHO tahun 1947, kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara
fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari suatu
penyakit, cacat dan kelemahan (Rezky, 2012). Sedangkan menurut UU No. 36 tahun
2009 pasal 1 ayat 1, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup secara produktif secara
sosial dan ekonomis.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Proses keperawatan merupakan satu siklus yang tidak terputus antara tahapannya. Pada
bagian ini akan dibahas mengenai tahap pengkajian komunitas menggunakan model
Community As A Partner. Model Community as Partner yang dikembangkan oleh Anderson
dan McFarlane didasari pada model Neuman System Model, melalui pendekatan secara
keseluruhan terhadap manusia untuk menggambarkan masalah individu (Anderson &
McFarlane, 2011). Komunitas sebagai klien dikembangkan mengilustrasikan konsep
Community Health Nursing (CHN) / Primary Health Nursing (PHN) sebagai sintesis dari
konsep keperawatan dan kesehatan publik. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan
penelitian-penelitian, maka konsep ini berkembang menjadi Community as partner sebagai
pandangan yang mendasari keaktifan dari masyarakat dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah, serta mengatasi masalah kesehatan.
Model Community As A Partner mempunyai dua komponen utama yaitu core dan
subsistem. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregate, demografi, suku, nilai,
dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan, dan rekreasi.
Hal-hal yang dikaji dalam model community as partner yaitu :
1) Inti Komunitas
a) Demografi
Menurut Anderson dan McFarlan (2011) pengkajian demografi mempelajari
struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Data demografi terdiri dari jumlah
remaja berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, agama, usia, dan jumlah remaja yang
merokok. Data statistik vital meliputi jumlah kesakitan remaja karena perilaku
merokok, jumlah remaja merokok, dan jumlah kematian karena merokok. Adapun
data demografi yang dikaji dalam model pengkajian ini yaitu usia, jenis kelamin,
suku, nilai dan keyakinan terkait perilaku merokok.
b) Etnis
Menurut Anderson dan McFarlane (2011) pengkajian etnis terdiri dari distribusi
remaja berdasarkan etnis dan kebiasaan-kebiasaan terkait dengan etnis yang
berdampak pada masalah kesehatan remaja dan gaya hidup remaja yang
berpengaruh terhadap remaja dengan perilaku merokok. Keragaman suku dapat
menimbulkan variasi terhadap nilai kesehatan, sehingga program perencanaannya
relatif akan lebih bervariasi dibandingkan dengan suku yang relatif homogen.
c) Nilai dan Keyakinan
Menurut Prasetyo (2011) sesuai dianggap memiliki nilai jika sesuatu tersebut
dianggap penting, baik dan berharga bagi individu; baik ditinjau dari segi religius,
politik, hukum, moral, estetika, ekonomi, dan sosial budaya. nilai juga merupakan
rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan (Mulyana, 2004). Pengkajian nilai
dan keyakinan pemulung mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

2) Sub Sistem
a) Lingkungan Fisik
Pengkajian lingkungan fisik meliputi keadaan masyarakat, anggota masyarakat,
struktur yang dibuat masyarakat, perumahan, jarak, daerah penghijauan (Anderson
& McFarlane, 2011). Pengkajian lingkungan sekolah meliputi bangunan dan halaman
rumah pemulung
b) Pelayanan Kesehatan Sosial
Pelayanan kesehatan dan sosial ini meliputi akses fasilitas kesehatan yang ada, jenis
pelayanan kesehatan yang tersedia untuk masyarakat di Puskesmas.
c) Ekonomi
Pengkajian ekonomi pada pemulung yang tidak tentu penghasilannya untuk
memenuhi kebutuhan
d) Komunikasi
Pengkajian komunikasi meliputi komunikasi formal dan non formal. Komunikasi
formal seperti koran, radio dan televisi, pelayanan pos. sedangkan komunikasi
informal antara lain papan pengumuman, poster, brosur, dan bagaimana remaja
mendapatkan informasi tentang kesehatan (Anderson & McFarlane, 2011).
e) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Menurut Anderson dan McFarlane (2011) pada variabel ini yang perlu diidentifikasi
adalah tempat pelayanan kesehatan dan sosial, pelayanan yang diberikan (tarif,
waktu, rencana pelayanan baru), sumber (tenaga, tempat, biaya dan sistem
pencatatan), karakteristik pengguna (distribusi geografik, profil demografik, dan
transportasi), statistik (jumlah pengguna yang dilayani setiap hari, setiap minggu,
dan setiap bulan), kesesuaian, keterjangkauan, dan penerimaan fasilitas menurut
pengguna maupun pemberi pelayanan. Persepsi

2. Intervensi

Diagnosa : Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal


ditandai dengan badan kotor dan bau
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam, klien merasa nyaman dan bersih
dengan KH:
1. Kulit klien tidak kotor
2.  Tidak ada bau badan
3. Kuku pasien tidak panjang    dan kotor
4.  Rambut bersih
Perencanaan
1. Pantau integritas kult pasien
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri
Rasional
1. Mengetahui kondisi kulit secara umum
2. Agar klien merasa lebih nyaman dan segar
3. Menambah wawasan klien dan keluarga tentang pentingnya perawatan diri
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Populasi rentan didefinisikan sebagai kelompok sosial yang memiliki resiko atau
kelemahan yang relatif tinggi sehingga merugikan kesehatan (Flakerud dan Winslow, 1998;
Stanhope dan Lancaster, 2004).

Pemulung adalah orang yang kegiatannya mengambil dan mengumpulkan barang-


barang bekas yang masih memiliki nilai jual yang kemudian akan dijual kepada jurangan
barang bekas (Lestari:2005 dalam Rezky, 2012). Pekerjaan sebagai pemulung adalah
pekerjaan yang tidak memerlukan modal yang besar, hanya bermodalkan karung dan
pengait dalam mengais rejeki setiap harinya. Pekerjaan sebagai pemulung 2 adalah individu
yang bekerja dengan cara memunguti dan mengumpulkan barang- barang bekas. Pekerjaan
ini tidak memerlukan ketrampilan ataupun pendidikan (Rezky, 2012). Pekerjaan sebagai
pemulung juga memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan mereka yang dikarenakan
berbagai hal seperti kondisi lingkungan pekerjaan yang kotor, berbahaya dan merupakan
sarang dari berbagai penyebab penyakit karena mereka bekerja setiap harinya berkumun
dengan sampah sampah yang secara kimia. Sedangkan kesehatan merupakan aspek yang
sangat penting bagi individu karena dengan tubuh sehat maka kita dapat melakukan aktivitas
apapun.

2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3. Sebagai perawat ada baiknya kita harus mengetahui tindakan apa yang harus kita
berikan jika menghadapi kondisi pasien atau klien yang memberikan respon atau
tindakan yang diakibatkan adanya tekanan atau stressor terhadap pasien dan akibat
yang mungkin bisa terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/download/300/194

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3914/1/ummul%20waqiah.pdf

https://solica1.blogspot.com/2016/05/asuhan-keperawatan-dengan-kebutuhan.html

Anda mungkin juga menyukai