Anda di halaman 1dari 22

PROMOSI KESEHATAN HIV/AIDS

Oleh :
Kelompok 4
1. Cokorda Putra Suarnama 193223109/B12-B
2. Dewa Ayu Agung Yuspita Dewi 193223111/B12-B
3. Dewa Kadek Gangga Persia 193223112/B12-B
4. Dian Wahyu Niarti 193223113/B12-B
5. Ni Kadek Ayu Dian Indrayani 193223132/B12-B
6. Ni Putu Diah Kusumasari 193223145/B12-B
7. Putu Pertiwi Ratna Dewi 193223159/B12-B
8. Ni Putu Mia Devihapsari 193223148/B12-B
9. Ni Made Dwi Cahyani 193223143/B12-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
202

1
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah Promosi Kesehatan. Ada pun pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai dan
mengucapkan terima kasih untuk bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami
dukungan juga semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari bahwa studi kasus ini masih jauh dari kata sempurna . oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak penulis
harapkan, untuk kesempurnaan studi kasus ini.

Akhir kata kami ucapkan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Esa dan studi kasus
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada khususnya.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 6 April 2020

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Promosi Kesehatan Welnes ...................................................................... 5


B. Imunisasi .................................................................................................. 10
C. Healt Care Follow Up .............................................................................. 13
D. Antiretroviral Therapy ............................................................................. 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 20
B. Saran ......................................................................................................... 21

Daftar Pustaka .................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1987,
dengan jumlah penderita 5 orang pasien. Pada tahun-tahun berikutnya, angka
penderita HIV/AIDS bukannya semakin menurun tetapi meningkat dengan tajam,
dengan varian penyakit penyerta yang makin beragam.
Dengan melihat data-data perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS yang sangat
pesat maka penanganan HIV/AIDS merupakan pekerjaan rumah yang serius bagi
pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya. Penanganan HIV/AIDS yang
diperlukan saat ini tidak sekedar bersifat kuratif saja, tetapi juga preventif dan
promotif. Berangkat dari kenyataan itulah maka tema yang akan saya angkat
dalam makalah ini ,mengenai “Upaya Pencegahan AIDS dalam promosi
kesehatan”.Namun terlebih dahulu saya akan memberikan gambaran umum
mengenai AIDS itu sendiri .Agar penjelasan mengenai upaya pencegahan yang
saya berikan kemudian tidak timpang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu:
1. Bagaimana cara melakukan promosi kesehatan wellness ?
2. Bagaimana imunisasi dalam pencegahan HIV/AIDS ?
3. Apa yang bisa dilakukan dalam Health Care Follow Up ?
4. Bagaimana penerapan antiretroviral therapy dalam mengatasi HIV/AIDS ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu:
1. Agar mengetahui cara melakukan promosi kesehatan wellness
2. Agar mengetahui imunisasi dalam pencegahan HIV/AIDS

4
3. Agar mengetahui hal-hal yang bisa dilakukan dalam Health Care Follow Up
4. Agar mengetahui penerapan antiretroviral therapy dalam mengatasi
HIV/AIDS

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Promosi Kesehatan Wellness


Selama ini pemerintah dan LSM dalam hal ini instansi terkait maupun
organisasi pelayanan masyarakat banyak melakukan penyuluhan sebagai kegiatan
pencegahan tentang HIV/AIDS dan penyakit menular seksual (PMS) di
masyarakat. Padahal, pencegahan HIV/AIDS tidak hanya dengan penyuluhan
kesehatan. Diperlukan upaya lain yang relative komprehensif yang memfokuskan
pada perubahan perilaku sehat.
Upaya ini dilakukan melalui pendekatan promosi kesehatan. Salah satu
yang mempraktekan penanganan sosial tersebut adalah (PHMC PT FI).
Programnya antara lain: masyarakat dibina dan dididik melalui program Klinik
Reproduksi, Pos Informasi AIDS(PIAR/PIA) dan program pelajaran anak sekolah
(PPAS), untuk menjadi educator, dan tenaga promosi. Tujuan program-program
pencegahan adalah agar setiap orang mampu melindungi dirinya dan orang lain
agar tidak tertular HIV dan tidak menularkan kepada orang lain. Untuk mencapai
tujuan pencegahan dengan berbagai sasaran maka berikut langkah langkahnya:
1. Membina kerja sama dan Kolaborasi
Kita perlu mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat, baik tokoh
masyarakat formal (misalnya pejabat) maupun informal. Selain itu, kita juga
sebagai petugas kesehatan mengadakan kerjasama dengan dinas kesehatan
setempat dan masyarakat sekitar. Disini peran kita adalah membina suasana
sehingga situasi dan kondisi memungkinkan untuk kita melakukan kegiatan di
tempat tersebut.
2. Sosialisasi
a. Hal-hal yang disosialisasikan tentang:
1) Penyakit HIV/AIDS
Bagi yang belum terkena HIV/AIDS, utamanya yang memiliki resiko
tinggi terinfeksi meliputi:

6
a) Apa itu HIV/AIDS
b) Apa penyebabnya
c) Bagaimana cara penularannya
d) Bagaimana cara mencegahnya
Bagi yang sudah terinfeksi HIV
a) Bagaimana untuk memperpanjang hidupnya (memperlambat
replikasi virus dengan terapi ART
b) Bagaimana supaya mereka tidak menularkan penyakitnya ke orang
orang di sekitarnya
c) Promosi kondom, VCT, Keluarga Berencana (KB)
jauhi narkoba. Karena penggunaan narkoba dengan jarum suntik
merupakan salah satu media penyebaran HIV.
2) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT).
Pencegahan penularan dari ibu HIV positif kepada bayinya
dilaksanakan secara komprehensif, meliputi pencegahan penularan
pada perempuan usia produktif, pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan pada perempuan HIV positif, pencegahan dari ibu hamil
HIV positif kepada bayinya serta memberikan dukungan psikososial
bagi ibu HIV positif, bayi dan keluarganya terutama di daerah epidemi
terkonsentrasi dan di daerah epidemi yang telah memasukipopulasi
umum. Pencegahan dilakukan dengan edukasi dan konseling tentang
pencegahan HIV, promosi kondom, VCT, antenatal care, ARV
profilaksis, persalinan yang aman, konseling dan dukungan untuk
pemberian ASI yang aman.
3) Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Penderita IMS mempunyai risiko 2-9 kali lebih besar untuk tertular
HIV dibandingkan dengan bukan penderita. Program penanggulangan
IMS yang meliputi surveilans, penemuan, pengobatan dan pencegahan
ditingkatkan di semua daerah.

7
b. Cara mensosialisasikan
1) Pertemuan dan pelatihan (komunikasi publik)
2) Bagi para pekerja medis (dokter,perawat,bidan,petugas
labolatoriumdll) yang rawan terinfeksi diberikan pengetahuan
mengenai cara pencegahan di lingkungan tempat mereka bekerja.
3) Bagi para ODHA,diharapkan dengan dipertemukan dengan sesamanya
mereka bisa saling memberi motivasi dan mau turut membantu dlam
proses pencegahan AIDS.
4) Bagi masyarakat umum,biasanya berupa penyuluhan.Hal hal yang
perlu di berikan dalam penyuluhan sudah tertera di point a,sedangkan
penjelasannya sudah saya uraikan pada bab II.Biasanya penyuluhan
sering pula diadakan di sekolah sekolah mengingat masa remaja
merupakan masa yang paling labil.
5) Komunikasi publik yang baik dan berkelanjutan akan membantu
menurunkan derajat kerentanan dari kelompok–kelompok rentan.
Upaya ini dilakukan melalui komunikasi, informasi, pendidikan,
penyuluhan, tatap muka, pembinaan ketahanan keluarga dan
penyetaraan gender dengan menggunakan jalur komunikasi dan media
yang tersedia. Materi dan cara penyampaian komunikasi publik perlu
memperhatikan keanekaragaman suku bangsa, bahasa, budaya, serta
model penularan HIV di Indonesia.
6) Kampanye yang meliputi pemberian informasi,edukasi, dan
komunikasi (KIE) sesuai dengan budaya dan agama setempat.
Misalnya saja kampanye penggunaan kondom, utamanya di daerah
yang rawan seperti lokalisasi atau tempat pelacuran. Penjara juga
merupakan tempat yang rawan.
7) Peningkatan penggunaan kondom pada setiap hubungan seks berisiko
perlu ditingkatkan untuk mencegah infeksi HIV dan IMS. Penggunaan
kondom perempuan dimungkinkan untuk digunakan pada tempat-

8
tempat yang memerlukan. Program mencakup juga Intervensi
Perubahan Perilaku (Behavior Change Intervention =BCI).
8) Seminar
Saat ini telah sering diadakan seminar tentang HIV/AIDS yang mana
sasarannya masyarakat umum. Sehingga tidak ada lagi yang tidak tau
mengenai HIV /AIDS.
9) Penyebaran leaflet/brosur
Penyebaran leaflet ini bisa dilakukan di berbagai kesempatan. Bahkan
pada saat seminar dan pertemuan atau pelatihan bisa pula dibagikan
leaflet/brosur.
10) Publikasi di media massa
3. Program peningkatan pelayanan konseling dan testing sukarela
Pelayanan konseling dan testing sukarela ditingkatkan jumlah dan mutunya
dengan melibatkan kelompok dukungan sebaya sehingga mencapai hasil
maksimal.Pelayanan testing sendiri merupakan penyediaan fasilitas dari
kegiatan promosi kesehatan ini agar memudahkan masyarakat untuk bisa
berprilaku sehat.
4. Pemberian kondom, konseling, dan pengobatan untuk setiap penularan
penyakit seksual secara gratis. Ini juga merupakan bagian dari penyediaan
fasilitas dari kegiatan promosi kesehatan ini agar memudahkan masyarakat
untuk bisa berprilaku sehat.
5. Menganjurkan sunat bagi laki laki yang belum sunat , WHO dan UNAIDS
telah membuat rekomendasi kebijakan untuk menyebarluaskan sunat pada
laki-laki sebagai metode pencegahan HIV/AIDS. Hal itu terjadi setelah hasil
penelitian di Kenya dan Uganda pada tahun 2006 yang mendukung penelitian
interventional yang dilakukan South Africa Orange Farm pada tahun 2005
yakni penurunan infeksi HIV paling sedikit 60% pada laki-laki yang disunat.
WHO menekankan bahwa sunat pada laki-laki bukan merupakan proteksi
yang sempurna melawan infeksi HIV. Sunat tidak dapat menggantikan
metode pencegahan lainnya dan seharusnya selalu dipertimbangkan sebagai

9
bagian dari paket pencegahan yang komprehensif yang termasuk di dalamnya
penggunaan kondom yang benar dan konsisten, setia pada satu pasangan,
menunda hubungan seksual, serta konseling dan tes HIV.
6. Pengawasan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual adalah salah satu Kunci
dalam strategi pemantauan kecenderungan prevalensi HIV/AIDS. Kegiatan
pengawasan menyangkut pengumpulan, pengolahan, dan analisis data secara
sistematik dan terusmenerus. Kegiatan ini akan memberikan informasi tentang
jumlah dan prevalensi HIV serta penderita infeksi menular seksual, di
berbagai kalangan yang ada dalam masyarakat dengan tingkat risiko yang
berbeda, distribusi serta kecenderungannya.Dengan demikian bisa dipantu
sejauh mana tingkat keberhasilan dari program program pencegahan yang kita
jalankan.
7. Evaluasi setiap kegiatan yang kita telah kesjakan
Setelah melakukan kegiatan,kita lakukan evaluasi.Apakah hasil yang di
harapkan sudah tercapai? jika belum,maka kita telusuri apa yang
menyebabkannya. Diperbaiki kesalahan tersebut lalu di ulangi tindakannya.
Dalam melakukan kegiatan di atas ,ada tiga strategi utama yang kita gunakan
yaitu:
a. Pemberdayaan masyarakat,yang ditujukan secara langsung pada ODHA
b. Pembinaan suasana ,yang ditujukan pada sasaran sekunder ,agar dapat
menyuarakan pendapat umum,sehingga masyarakat terdorong untuk
melakukan prilaku yang di harapkan.
c. Advokasi kesehatan atau pendekatan pimpinan,agar mereka mau
mengeluarkan kebijakan untuk mendukung upaya kita.
B. Imunisasi
1. Vaksin Terapeutik
Sejak ART diketahui tidak dapat mengeliminasi HIV, menyebabkan
regimen pengobatan harus dikonsumsi seumur hidup oleh individu yang
terinfeksi HIV. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih karena beberapa hal
meliputi diperlukannya tingkat kepatuhan yang tinggi dari individu serta

10
kemungkinan interaksi ART dengan obat lainnya, dimana hal tersebut dapat
menyebabkan terapi menjadi tidak optimal.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan vaksin HIV yang
bersifat terapeutik telah berkembang pesat. Vaksin HIV ini diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas ART, bahkan dapat menggantikan peran dari ART.
(tabel 1 dan 2). Berbagai pendekatan telah diusulkan untuk merancang
imunogen yang akan menimbulkan respon sel B dan T sehingga mampu
mengenali susunan luas dari isolat. Walaupun sampai saat ini belum terdapat
vaksin terapeutik yang telah dipasarkan, terdapat beberapa kandidat vaksin
yang memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan, antara lain:
1) VAC-3S: suatu vaksin yang dapat menginduksi respon imun humoral
terhadap protein gp 41 HIV-1, yang dikenal sebagai 3S. Berdasarkan
beberapa studi, 3S diketahui memegang peranan penting dalam kerusakan
sel T secara masif. Pada suatu studi yang melibatkan 90 subyek dewasa
dengan c-ART supressed, menyatakan vaksin ini dapat menginduksi
pembentukan antibodi anti-3S, namun masih diperlukan evaluasi lebih
lanjut untuk menilai keamanannya.
2) Vacc-4x: suatu vaksin yang mengandung 4 peptida sintetik yang berasal
dari protein p-24 HIV-1. Pada suatu studi yang melibatkan 135 subyek
dengan cART, setelah dilakukan injeksi intradermal beberapa kali,
didapatkan terjadinya penurunan viral load setelah dilakukannya
penghentian cART. Namun, tidak didapatkan perbaikan secara bermakna
pada perhitungan sel T CD4 antara sebelum dan sesudah penghentian
ART.
3) PepTcell: suatu vaksin yang mengandung peptida sintetik yang merupakan
derivat dari gen Vpr,Vif,Rev, dan Nef. Pada suatu studi yang melibatkan
55 subyek yang positif terinfeksi HIV, setelah dilakukan injeksi dosis
tunggal secara subkutan, didapatkan penurunan viral load secara
signifikan serta peningkatan respon sel T dan sel B terhadap vaksin.

11
4) GTU: suatu vaksin HIV yang mengandung 6 protein virus HIV.
Berdasarkan suatu studi yang melibatkan 60 subyek terinfeksi HIV yang
bersifat asimtomatik dan belum mendapatkan pengobatan, didapatkan
penurunan HIV-RNA load plasma yang signifikan disertai peningkatan sel
T CD4. Vaksin ini memberikan hasil yang lebih baik pada pemberian
secara intramuskular.
Beberapa kandidat vaksin ini memperlihatkan perkembangan yang cukup
menjanjikan walaupun masih memerlukan pengamatan lebih lanjut,
2. Vaksin Pencegahan
Selama 3 dekade, pengembangan vaksin pencegahan masih menemui
kendala dan hanya didapatkan 4 vaksin yang masih diteliti lebih lanjut.
Diantara 4 vaksin tersebut, 2 diantaranya adalah vaksin yang berasal dari
protein gp 120 dengan subtipe yang berbeda yaitu subtipe B (VAX 004) dan E
(VAX 003). Kedua vaksin ini dinyatakan gagal dalam mencegah terjadinya
infeksi.
Vaksin MRK rAd5 merupakan vaksin yang mengandung komponen
Gag, Pol, dan Nef HIV-1 dengan menggunakan rekombinan vektor
adenovirus 5 (rAd5). Vaksin ini memiliki target utama untuk menginduksi
respon sel T CD8. Namun, pengembangan vaksin ini dihentikan karena
menunjukkan peningkatan risiko terjadinya infeksi HIV.
Sampai saat ini, vaksin RV 144 Thai merupakan satu-satunya kandidat
vaksin yang memperlihatkan efek proteksi terhadap proses infeksi HIV.
Vaksin RV 144 Thai merupakan vaksin yang berasal dari komponen Env dan
mengandung komponen gag, pr, gp 41,gp 120, dan Tat dari HIV-1.
Pengembangan vaksin ini berdasarkan pemikiran bahwa protein Tat
merupakan kunci dari infeksi HIV. Hal ini berdasarkan beberapa studi yang
menyatakan bahwa Tat memegang peranan penting dalam tahap awal infeksi
virus, replikasi, dan cell-to-cell transmition. Terdapat bukti bahwa Tat
berperan dalam pembentukan ikatan HIV dengan sel dendritik yang diikuti

12
proses penyebaran terhadap sel linfosit T walaupun telah terjadi pembentukan
antibodi anti-Env.
Bukti ini dapat menjelaskan alasan terjadinya banyak kegagalan dalam
pengembangan vaksin pencegahan serta Tat yang dapat memberikan efek
proteksi baik digunakan sebagai komponen tunggal maupun dikombinasikan
dengan komponen lainnya. Adanya efek proteksi ini menyebabkan
dilakukannya pengamatan dan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan
efektivitasnya.

C. Health Care Follow Up


Melihat perkembangan yang semakin mengkhawatirkan , HIV/AIDS tidak
dapat hanya ditanggulangi oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah tentu juga
harus mengambil peran strategis untuk mencegah dan meminimalkan penyebaran
penyakit tersebut. Salah satu lembaga pemerintah yang berperan penting dalam
upaya pencegahan, pendataan, penanganan tindak lanjut kasus HIV/AIDS adalah
Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD). Lembaga ini mempunyai tugas
untuk merumuskan kebijakan, strategi, dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk penanggulangan kasus HIV/AIDS di wilayahnya sesuai dengan kebijakan,
strategi, dan pedoman yang ditetapkan oleh KPA Nasional.
Dalam upaya mencapai tujuan utama, yakni pencegahan dan
penanggulangan kasus HIV/AIDS, KPAD di berbagai daerah harus terus
meningkatkan kualitas pelayanan dengan menerapkan manajemen pelayanan
berkualitas. Manajemen pelayanan yang berkualitas dapat terlaksana secara
optimal apabila pengguna jasa pelayanan menjadi pihak yang diprioritaskan.
Terlebih dalam konteks ini, salah satu kelompok pengguna jasa adalah kelompok
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang rentan dari segi kesehatan ataupun sosial.
Pada manajemen pelayanan publik yang berkualitas, pengguna jasa
(ODHA) harus terjamin hak-hak dasarnya dan mendapatkan hal-hal sebagai
berikut.

13
1. Sistem pelayanan yang dibangun harus mengutamakan kepentingan pengguna
jasa, masyarakat penderita HIV/AIDS. Sistem ini harus dibangun agar para
ODHA merasa diperhatikan oleh lembaga yang berwenang.
2. Kultur pelayanan dalam KPAD diharapkan mampu menciptakan suasana
nyaman dan kondusif bagi mereka.Hal ini layak untuk diperhatikan agar para
ODHA nyaman dan tidak merasa terdiskriminasi oleh pihak-pihak lain.
3. Sumber daya manusia yang bertugas melaksanakan pelayanan pada bidang ini
juga harus mampu berorientasi pada kepentingan pengguna jasa pelayanan.
Sinergitas ketiga hal tersebut pada masa depan diharapkan akan semakin
meningkatkan kualitas pelayanan, baik pada tahapan pencegahan maupun
tindakan lanjut kepada pengguna jasa (masyarakat) yang rentan dan
meminimalkan penyebaran virus HIV/AIDS.

D. Antiretroviral Therapy
Dulu HIV/AIDS dikenal sebagai penyakit yang mematikan dan yang tidak
ada obatnya. Sekarang walaupun infeksi HIV masih belum dapat disembuhkan,
ada obat yang dapat menekan penggandaan virus itu dalam darah kita sehingga
jumlah virus menjadi sangat rendah. Obat tersebut dikenal sebagai antiretroviral
(ARV), dan umumnya kita harus memakai tiga macam obat bersamaan, yang
disebut sebagai terapi antiretroviral (ART).
1. Penatalaksanaan HIV/AIDS termasuk terapi ARV (ART)
Penatalaksanaan HIV/AIDS termasuk terapi ARV (ART) dimaksudkan untuk
menghambat replikasi virus. Terdapat empat kelas antiretroviral (ARV) yang
tersedia untuk pengobatan HIV.
a. Nukleosida Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTIs)
Target obat golongan ini adalah enzim reverse transcriptase. Sebagai
substrat alternatif, berkompetisi dengan nukleosida fisiologis.
Stavudin(d4t) dan zidofudin (AZT) analog timidin sedangkan Zalcitabine
(ddC), emtricitabine (FTC), dan lamivudine (3CT) analog cytidine.

14
b. Non-Nukleosida Transcriptase Inhibitors (NNRTIs)
Sama seperti nukleosida analog target obat golongan ini adalah enzim
reverse transcriptase. Namun obat ini langsung berikatan secara
nonkompetitif dengan enzim reverse transcriptase pada posisi dekat
dengan tempat berikatan nukleosida. Pada akhirnya, akan mengurangi
pengikatan nukleosida. Berbeda dengan NRTIs, NNRTIs tidak rerlu
diaktivasi dalam sel. Tiga NNRTIs yang diperkenalkan pada tahun 1996
dan 1998 adalah nevirapine, delavirdine dan efavirenz.
c. Protease inhibitors (PIs)
HIV protease memotong polipeptida virus menjadi subunit fungsional.
Jika enzim protease dihambat maka akan terbentuk partikel virus yang
tidak bisa menginfeksi. Contoh PIs adalah indinavir. ritonavir dan
saquinavir.
2. Pemberian ARV
a. Pemberian ARV jika tersedia tes CD4
1) Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa memandang
jumlah CD4 T limfosit.
2) Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 T
limfosit <350 sel/mm
3) Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO dengan jumlah
CD4 <200 sel/mm
b. Pemberian ART jika tidak tersedia tes CD4
1) Stadium IV WHO, tanpa memandang jumlah limfosit total
2) Stadium III WHO, tanpa memandang jumlah limfosit total
3) Stadium II WHO dengan jumlah limfosit total <1200 sel/mm
3. Regimen ARV Lini-Pertama bagi ODHA Dewasa
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih rejimen ARV baik di tingkat
program atau pun di tingkat individual menurut DEPKES adalah:
a. kesesuaian formulasi obat, terutama ketersediaan kombinasi dosis tetap
b. efikasi obat

15
c. profil efek samping obat
d. persyaratan pemantauan laboratorium
e. kemungkinan kesinambungannya sebagai pilihan obat di masa depan
f. antisipasi kepatuhan oleh pasien
g. kondisi penyakit penyerta
h. kehamilan dan risikonya
i. penggunaan obat lain secara bersamaan dan potensi terjadinya interaksi
obat
j. infeksi virus lain yang potensial meningkatkan resistensi terhadap satu
atau lebih ARV, termasuk ARV lain yang diberikan sebelumnya sebagai
profilaksis atau terapi
k. ketersediaan dan harga ARV
4. Cara memilih obat
a. Pertimbangan dalam memilih obat adalah hasil pemeriksaan CD4, viral
load dan kemampuan pasien mengingat penggunaan obatnya.
Pertimbangan yang baik adalah memilih obat berdasarkan jadwal kerja
dan pola hidup.
b. Kebanyakan orang lebih mudah mengingat obat yang diminum sewaktu
makan.
5. Efek samping obat
a. Efek samping jangka pendek adalah: mual, muntah, diare, sakit kepala,
lesu dan susah tidur. Efek samping ini berbeda-beda pada setiap orang,
jarang pasien mengalami semua efek samping tersebut. Efek samping
jangka pendek terjadi segera setelah minum obat dan berkurang setelah
beberap minggu. Selama beberapa minggu penggunaan ARV,
diperbolehkan minum obat lain untuk mengurangi efek samping.
b. Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui
c. Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari pada
pada laki-laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan
dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita melaporkan menstruasinya lebih

16
berat dan sakit, atau lebih panjang dari biasanya, namun ada juga wanita
yang berhenti sama sekali menstruasinya. Mekanisme ini belum diketahui
secara jelas.
6. Kepatuhan minum obat
a. Kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat membantu mencegah
terjadinya resistensi dan menekan virus secara terus menerus.
b. Kiat penting untuk mengingat minum obat:
1) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari
2) Harus selalu tersedia obat di tempat manapun biasanya pasien berada,
misalnya di kantor, di rumah, dll
3) Bawa obat kemanapun pergi (di kantong, tas, dll asal tidak
memerlukan lemari es)
4) Pergunakan peralatan (jam, HP yang berisi alarm yang bisa diatur agar
berbunyi setiap waktunya minum obat.
7. Prasyaratan sebelum memulai ART, sebaiknya tersedia layanan dan fasilitas
khusus, karena terapi yang rumit dan biaya tinggi, perlu pemantauan yang
intensif. Layanan tersebut terdiri atas:
a. Layanan konseling dan pemeriksaan sukarela voluntary counseling and
testing (VCT) untuk menemukan kasus yang memerlukan pengobatan dan
layanan konseling tindak lanjut untuk memberikan dukungan psikososial
berkelanjutan.
b. Layanan konseling kepatuhan untuk memastikan kesiapan pasien
menerima pengobatan oleh konselor terlatih dan meneruskan pengobatan
(dapat diberikan melalui pendampingan atau dukungan sebaya).
c. Layanan medis yang mampu mendiagnosis dan mengobati penyakit yang
sering berkaitan dengan HIV serta infeksi oportunistik.
d. Layanan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan laboratorium
rutin seperti pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah. Akses ke
laboratorium rujukan dan mampu melakukan pemeriksaan CD4
bermanfaat untuk memantau pengobatan.

17
e. Ketersediaan ARV dan obat infeksi oportunistik serta penyakit terkait lain,
yang efektif, bermutu, terjangkau dan berkesinambungan.
8. Beberapa manfaat yang didapat dari memakai ART, antara lain:
a. Menghambat perjalanan penyakit HIV
1) Untuk orang yang belum mempunyai gejala AIDS, ART akan
mengurangi kemungkinan menjadi sakit
2) Untuk orang dengan gejala AIDS, memakai ART biasanya mengurangi
atau menghilangkan gejala tersebut. ART juga mengurangi
kemungkinan gejala tersebut timbul di masa depan
b. Meningkatkan jumlah sel CD4
1) Sel CD4 adalah sel dalam sistem kekebalan tubuh yang melawan
infeksi. Pada orang HIV-negatif, jumlah CD4 biasanya antara 500
sampai 1.500. Setelah terinfeksi HIV, jumlah CD4 cenderung
berangsur-angsur menurun. Bila jumlah CD4 turun di bawah 200, maka
kita lebih mudah terkena infeksi oportunistik, misalnya PCP atau tokso
2) Jika kita memakai ART maka diharapkan jumlah sel CD4 akan naik
lagi sehingga dapat dipertahankan dalam jumlah yang lebih tinggi

c. Mengurangi jumlah virus dalam darah


1) HIV sangat cepat menggandakan diri. Oleh karena itu, jumlah virus
dalam darah dapat menjadi tinggi. Semakin banyak virus, semakin
cepat perjalanan infeksi HIV. ART dapat menghambat penggandaan
HIV, sehingga jumlah virus dalam darah kita tidak dapat diukur. Ini
disebut sebagai tingkat tidak dideteksi
2) Setelah kita mulai ART, jumlah virus dalam darah akan turun secara
drastis. Setelah beberapa bulan diharapkan virus dalam darah menjadi
tidak terdeteksi

18
d. Merasa lebih baik
1) Kita akan merasa jauh lebih sehat secara fisik beberapa minggu setelah
kita mulai ART. Nafsu makan akan muncul kembali dan berat badan
kita akan mulai naik. Kita merasa lebih enak dan nyaman
2) Walaupun begitu, tidak berarti kita tidak dapat menularkan ke orang
lain. Kita harus tetap memakai kondom waktu berhubungan seks dan
menghindari memakai jarum suntik secara bergantian jika kita
memakai narkoba suntikan.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia,sedangkan AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
system kekebalan tubuh. Virus Penyebab AIDS( Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV terdapat dalam
sebagian cairan tubuh, yaitu:, Darah.Air mani, Cairan vagina, Air susu ibu (ASI)
HIV menular melalui:Berhubungan seks yang tidak aman, Memakai jarum suntik
secara bergantian dengan orang lain yang terinfeksi HIV,Menerima transfusi
darah dari donor yang terinfeksi HIV, Dari ibu terinfeksi HIV ke bayi dalam
kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri. Ada 2 jenis tes yang
biasa digunakan untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV/AIDS yaitu melalui
tes Elisa dan Western Blot. Pencegahan AIDS secara umum adalah dengan
ABCDE (Abstinance,Be faithful,Condom,Drug,Equipment). Pengobatan
HIV/AIDS dengan menggunakan terapi antiretroviral. Sementara vaksin masih
dalam tahap perkembangan meski sekarang sudah ada yang berhasil ditemukan,
tapi belum di uji cobakan di Indonesia. Adapun upaya pencegahan AIDS di
bidang promosi kesehatan menurut saya bisa dilakukan melalui beberapa langkah
yaitu Membina kerja sama dan Kolaborasi ,sosialisasi tentang penyakit
HIV/AIDS, Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT). Ini khususnya
bagi ibu yang sudah terinfeksi.penanggulangan penyakit IMS,, Program
peningkatan pelayanan konseling dan testing sukarela Pemberian kondom,
konseling, dan pengobatan untuk setiap penularan penyakit seksual,secara
gratis,pengawasan Dan tentunya evaluasi di tiap akhir program kerja.

20
B. Saran
Adapun saran yang dapat penyusun berikan yaitu:
1. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah,Jauhi NAPZA
2. Biasakan hidup sehat dan makan makanan bergizi untuk memperkuat
imunitas agar virus tidak mudah masuk.

21
DAFTAR PUSTAKA

Administrator.2010.Akhirnya,Ada vaksin Pencegah HIV.Poksidus AIDS


Anonim.2006.Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja.Makassar:Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Sulawesi Selatan.
Anonim.2006.Modul Workshop :Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
Bagi Konselor Sebaya.Jakarta:Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Hak
Reproduksi bekerjasama dengan Pusdiklat Pegawai dan Tenaga Program
BKKBN.
dr Ratih, dr Okki Ramadian SpPD.2010. Gejala klinis dan Tatalaksana Efek
Samping Obat Antiretrovirus. Pokdisus AIDS
Green, Chris W.2009.Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?. Jakarta:Yayasan

22

Anda mungkin juga menyukai