Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

PROMOSI KESEHATAN MELALUI BERNAGAI MEDIA DALAM PENYULUHAN


HIV-AIDS

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1. AYUNNI GEMFITA (1914320005)


2. I GUSTI KETUT WIDHIASMARA (1914320013)
3. I GUSTI MADE GINANDA PRAYOGA (1914320014)
4. I MADE BAGUS HARIADANA (1914320015)
5. I PUTU HENDRA PRANATA (1914320017)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI REGULER
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ PROMOSI KESEHATAN
MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM PENYULUHAN HIV-AIDS” tepat pada waktunya.
Tugas ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri melainkan
berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
penyusunan karya tulis ilmiah ini terselesaikan tepat pada waktunya, yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu.
Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju kearah yang lebih baik,
karenanya sumbangan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca yang

Denpasar, November 2020

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Promosi Kesehatan.........................................................................................6
2.2 Pengertian Pendidikan Kesehatan....................................................................................7
2.3 Pengertian HIV dan AIDS................................................................................................7
2.4 Penularan HIV dan AIDS.................................................................................................7
2.5 Penerapan Strategi Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan dengan Berbagai
Media Promosi dalam Penyuluhan HIV -AIDS.....................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................15
3.1 Hasil dan Pembahasan....................................................................................................15
BAB IV....................................................................................................................................17
4.1 Simpulan....................................................................................................................17
4.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan


perhatian serius. AIDS dinyatakan sebagai penyakit mematikan karena memiliki Case
Fatality Rate (CFR) 100% dalam 5 tahun artinya dalam kurun waktu 5 tahun setelah
penderita dinyatakan menderita AIDS rata rata akan meninggal dunia. World Health
Organization menyebutkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta orang terinfeksi
HIV baru dan 1,1 juta orang meninggal akibat AIDS diseluruh dunia. Kasus HIV/AIDS
di Asia Pasifik pada tahun 2015 terdapat 300.000 orang terinfeksi HIV baru dan 180.000
orang meninggal akibat AIDS.
Remaja merupakan kelompok usia yang cukup besar di dunia. Berdasarkan data
WHO remaja usia 10-19 tahun di dunia berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah
penduduk dunia. Di Indonesia, pada tahun 2010 populasi remaja sebanyak 43,5 juta atau
sekitar 18% dari jumlah penduduk Indonesia. Hampir seperlima penduduk dunia maupun
Indonesia adalah remaja. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri.
Informasi dari berbagai media diperlukan remaja untuk mendukung pencarian identitas
diri. Penggunaan media secara bebas dapat berisiko bagi perkembangan remaja karena
remaja mudah terpapar informasi yang buruk dan menyesatkan terutama terkait seks.
Menurut Maolinda dkk, penyimpangan perilaku seksual pada remaja diakibatkan oleh
kurangnya pengetahuan dan bimbingan mengenai kesehatan reproduksi remaja.
Dibutuhkan ketersediaan pelayanan kesehatan remaja dan sumber informasi yang
memadai untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap pencegahan HIV/AIDS serta
dapat melindungi diri dari perilaku berisiko tertular HIV/AIDS.
Peningkatan pengetahuan yang komprehensif terkait HIV/AIDS pada
penduduk usia 15-24 tahun telah menjadi kesepakatan bersama beberapa menteri.
Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satunya yaitu melakukan promosi kesehatan. Efektivitas Promosi kesehatan dapat
ditingkatkan dengan penggunaan media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dapat
melalui media cetak berupa leaflet, lembar bolak balik, poster, banner dan media
elektronik seperti televisi, radio dan media online/internet.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pomosi Kesehatan dan Pendidikan kesehatan?
2. Apa itu HIV/AIDS?
3. Bagaimana penularan dan pencegahan HIV-AIDS
4. Bagaimana penerapan strategi promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan dengan
berbagai media promosi dalam penyuluhan HIV -AIDS?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Promosi Kesehatan
2. Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui bagaimana penularan dan pencegahan HIV-AIDS
4. Untuk mengetahi bagaimana pengaruh promosi kesehatan melalui media sosial
1.4 Manfaat
1. Bagi Remaja
Meningkatkan pengetahuan dan menanamkan sikap yang baik kepada remaja dalam
upaya pencegahan HIV/AIDS serta membantu meningkatkan kepedulian terhadap
pengendalian HIV/AIDS.
2. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan tentang promosi kesehatan dan penyakit HIV/AIDS
3. Bagi Pembaca
Meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit HIV/AIDS
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Promosi Kesehatan


Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah
kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk
mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan
kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”. Definisi/pengertian yang dikemukakan
Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter)
yang lebih bersifat konseptual. Di dalam rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas
aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan”.
Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan
pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005. Definisi
dari depkes tersebut lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan
antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan publik berwawasan
kesehatan, karena disadari bahwa gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan
masyarakat sehingga mampu mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi
kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus
mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam
Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan
kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai
investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi
kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus
mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia
tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: “Masyarakat mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2.2 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai
perawat pendidik (Suliha,dkk,2002). Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan
adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan
dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah
perilaku sasaran.

2.3 Pengertian HIV dan AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang menyerang
sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+
dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang berkaitan erat dengan
berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu
akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014). HIV (Human Immunodeficiency Virus)
adalah suatu retrovirus yang berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke
dalam inti sel pejamu dan ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi
pejamu. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit virus
yang menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi immunodefisiensi
manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita kematian dalam 10 tahun setelah
diagnosis (Corwin, 2009). AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau
kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIv
(Hasdianah dkk, 2014).

2.4 Penularan HIV dan AIDS


HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah,
semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorang tergantung pada status
imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor risiko.
Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan orang yang
terinfeksi, pemakaian jarum suntik yang bergantian terutama pada pengguna narkoba,
hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata, dan
urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air mata dan keringat. Pria
yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang
tidak disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui:
a. Ibu hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
4) Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-29%
5) Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada
duakelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran
bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang belum disusui
adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan
dan persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah
bayinya disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV
dari ibunya selama 6-15 bulan.
b. Jarum suntik
1) Prevalensi 5-10%
2) Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena
penyalahgunaan obat
3) Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa, pengguna
obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor 25% dan di Bali
53%.
c. Transfusi darah
1) Risiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
d. Hubungan seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
3) Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom,
maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan digantikan oleh
penularan melalui jalur penasun (pengguna narkoba suntik) (Widoyono,
2011).

2.5 Penerapan Strategi Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan dengan Berbagai
Media Promosi dalam Penyuluhan HIV -AIDS

Strategi
Untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan, Promosi Kesehatan
akan menggunakan beberapa strategi secara simultan untuk sasaran yang berbeda.
Strategi tersebut adalah :
1. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari para pengambil keputusan dan
pihak-pihak yang terkait (stakeholders) dalam pengendalian HIV dan AIDS.
Strategi ini dilakukan untuk intervensi kebijakan berupa:
 Penguatan kebijakan yang sudah ada agar mampu mendukung program.
 Perubahan/revitalisasi kebijakan lama agar lebih kuat.
 Pembuatan kebijakan baru jika diperlukan.
Yang dimaksud kebijakan di sini adalah semua produk hukum yang
dikeluarkan oleh pejabat negara baik berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan perundangan, perda, keputusan, instruksi maupun surat
edaran.
2. Bina Suasana
Bina Suasana merupakan upaya menciptakan opini dan atau mengkondisikan
lingkungan sosial, baik fisik maupun non fisik agar mampu mendorong
individu, keluarga dan kelompok untuk mau melakukan perilaku pencegahan
dan berperan serta dalam pengendalian HIV dan AIDS. Kegiatan Bina suasana
antara lain melalui :
a. Mass Media Campaign (MMC)
Strategi ini menggunakan media massa sebagai kendaraan utama untuk
menyampaikan pesan-pesan pencegahan HIV dan AIDS. Penggunaan
media ini memungkinkan pesan-pesan disampaikan secara luas antara lain
TV, radio, koran, majalah. Sasaran utama penyampaian pesan melalui
media massa adalah penduduk usia 15-24 tahun.
b. Targeted-Multi Media Campaign (TMMC)
Sedikit berbeda dengan MMC di atas, penggunaan berbagai media dalam
TMMC akan lebih segmented dan terfokus, yakni pada populasi tertentu di
daerah tertentu dengan jenis media tertentu. Jenis-jenis media yang akan
dimanfaatkan dalam TMMC ini adalah: Website, Facebook, Twitter, SMS
gateway, Hotline.
Pengelola Program akan mengembangkan dan mengoperasionalkan
berbagai media di atas untuk tujuan intervensi pengendalian HIV dan
AIDS, dengan sasaran utama penduduk usia 15-24 tahun.
c. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas utamanya ditujukan bagi staf pelaksana program
HIV dan AIDS serta pelaksana promosi kesehatan di tingkat kabupaten/
kota sampai tingkat lapangan sebagai ujung tombak pelaksanaan program.
Pelaksanaan strategi ini akan menggunakan cara:
 Orientasi.
 Pelatihan.
 Magang di lembaga/program lain.
 On the job traning.
 Diskusi rutin pengkayaan.
 Pelibatan dalam berbagai seminar, lokakarya dan konferensi.
 Penerbitan/pengadaan sumber pustaka: buletin, jurnal, buku, majalah,
dll.
 Studi banding.
Petugas di pusat dan provinsi adalah penyedia dan pemberi bimbingan
teknis untuk pengembangan kapasitas petugas kabupaten/kota.
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran,
kemauan, kemampuan masyarakat dalam upaya pengendalian HIV dan AIDS.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui :
a. Intervensi Berbasis Sekolah
Intervensi Berbasis Sekolah akan merupakan strategi utama dan langsung
kepada penduduk usia 15-24 tahun yang masih di bersekolah atau kuliah.
Intervensi jenis ini akan dilakukan oleh lembaga pelaksana mitra yang
profesional dengan cara tatap muka, baik secara individual maupun
kelompok kecil dan besar. Lembaga ini akan bekerja menggunakan dan
memanfaatkan infrastruktur yang telah ada. Pelaksanaan strategi dalam
intervensi ini dilakukan langsung di lingkungan sekolah memanfaatkan
kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Strategi ini juga akan mewadahi
serangkaian kegiatan intervensi kebijakan dan kemitraan agar lingkungan
yang kondusif di sekolah dapat diciptakan dan diadopsi oleh sekolah atau
kampus tersebut. Harapannya akan muncul keberlanjutan kegiatan dan
terbentuk Health Promoting School/Campus.
b. Intervensi Berbasis Luar Sekolah (Tempat Kerja, Komunitas dan Tempat
Nongkrong)
Strategi ini dilakukan bagi penduduk usia 15-24 tahun yang tidak
bersekolah atau mereka yang bersekolah tetapi lebih strategis disasar di
luar sekolah. Penduduk kategori ini termasuk: mereka yang ada di tempat
kerja, mal, warnet, kafé, bioskop, tempat-tempat ibadah, jalanan, dll.
Penciptaan lingkungan yang kondusif akan dilakukan dengan cara bekerja
sama dengan pengelola/pemilik tempat-tempat nongkrong tersebut sehingga
tercapai health promoting workplace atau health promoting public
space.Strategi ini akan dijalankan oleh lembaga pelaksana mitra yang
professional yang bertugas melakukan kegiatan sehari-hari dengan cara
kontak langsung kepada sasaran secara individual maupun kelompok kecil
dan besar.
4. Kemitraan
Kemitraan dilakukan untuk mendukung upaya advokasi, bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat. Kemitraan yang dibangun terutama kemitraan di
tingkat lapangan dengan organisasi kemasyarakatan/lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak di bidang pengendalian HIV dan AIDS, kelompok
profesi, media massa dan swasta/dunia usaha. Tujuan pengembangan atau
penguatan kemitraan adalah:
 Memperoleh dukungan politik yang memadai.
 Memperoleh dukungan dana yang memadai.
 Memperoleh dukungan SDM yang memadai.
 Memperoleh dukungan technical assistance yang memadai, termasuk
pelatihan-pelatihan.
 Memperoleh dukungan media yang positif.
 Memperoleh dukungan koordinasi antara lembaga pemerintah dan
lembaga pelaksana pengendalian HIV dan AIDS agar tidak terjadi
tumpeng tindih program dan sumber daya.

Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metode yang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru
atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode
baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode
yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola
salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
3. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan
media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato
melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan,
sinetron, tulisan di majalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan,
spanduk, poster dan sebagainya.

Media Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2012), penyuluhan tidak dapat lepas dari media karena
melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media dapat
menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah
pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi
kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan
mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media dibagi
menjadi 3 (tiga) (Notoatmodjo, 2012) yakni:
1. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu:
a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam
bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan
dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
b. Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar.
c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk
menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.
d. Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat,
gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat.
e. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.
f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan.
g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan

2. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan


memiliki jenis yang berbeda, antara lain:
a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara,
diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.
b. Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab,
sandiwara radio, ceramah tentang kesehatan.
c. Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang
berhubungan dengan kesehatan.
d. Slide dan Film strip
3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan
pesan kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan kesehatan yang
ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.
4. Media Sosia seperti :
a. Instragram
b. Tiktok
c. Youtube
d. Facebook
e. Twetter
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pembahasan

HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian


serius. AIDS dinyatakan sebagai penyakit mematikan karena memiliki Case Fatality Rate
(CFR) 100% dalam 5 tahun artinya dalam kurun waktu 5 tahun setelah penderita dinyatakan
menderita AIDS rata rata akan meninggal dunia. World Health Organization menyebutkan
bahwa pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta orang terinfeksi HIV baru dan 1,1 juta orang
meninggal akibat AIDS diseluruh dunia. Kasus HIV/AIDS di Asia Pasifik pada tahun 2015
terdapat 300.000 orang terinfeksi HIV baru dan 180.000 orang meninggal akibat AIDS.
Remaja merupakan kelompok usia yang cukup besar di dunia. Berdasarkan data
WHO remaja usia 10-19 tahun di dunia berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk
dunia. Di Indonesia, pada tahun 2010 populasi remaja sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%
dari jumlah penduduk Indonesia. Hampir seperlima penduduk dunia maupun Indonesia
adalah remaja. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Informasi dari berbagai
media diperlukan remaja untuk mendukung pencarian identitas diri. Penggunaan media
secara bebas dapat berisiko bagi perkembangan remaja karena remaja mudah terpapar
informasi yang buruk dan menyesatkan terutama terkait seks. Menurut Maolinda dkk,
penyimpangan perilaku seksual pada remaja diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan
bimbingan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Dibutuhkan ketersediaan pelayanan
kesehatan remaja dan sumber informasi yang memadai untuk meningkatkan pengetahuan
remaja terhadap pencegahan HIV/AIDS serta dapat melindungi diri dari perilaku berisiko
tertular HIV/AIDS.
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah,
semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorang tergantung pada status
imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor risiko.
Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan orang yang
terinfeksi, pemakaian jarum suntik yang bergantian terutama pada pengguna narkoba,
hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh seperti
darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata, dan urin (sangat
rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air mata dan keringat. Pria yang sudah
disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat.
Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui:
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian
serius terutama pada kalangan kaum milenial saat ini. Dengan adanya media sosial, dapat
mempermudah penyuluhan dan Pendidikan HIV-AIDS dalam mengetahui penularan dan
cara pencegahanya. Pada saat ini media cetak/sosial banyak digunakan pada kalangan
milenial dimana dapat menjadikan media sosial sebagai media untuk penyuluhan
berbagai informasi penting salah satunya tentang HIV-AIDS
4.2 Saran
Kami menyadari jika makalah Promosi Kesehatan Melalui Media Sosial Dalam
Penyuluhan HIV-AIDS di atas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karenanya kami sangat membutuhkan banyak sumber serta kritikan
yang bersifat membangun untuk sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Guspita, H. (2017). Efektivitas Promosi Kesehatan menggunakan Metode Ceramah tentang.


Jurnal Ilman, Vol. 5, No. 1, pp. 33-40, Februari 2017, ISSN 2355-1488, 5, 1-8.
Husni Abdul Gani*, E. I. (2014). Perbedaan Efektivitas Leaflet dan Poster Produk Komisi
Penanggulangan AIDS. Jurnal IKESMA Volume 10 Nomor 1 Maret 2014, 10, 1-18.
Indonesia, K. K. (2018). Rencana Operasional Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian
HIV.
Susilowati, D. (2016). modul bahan ajar keperawatan promosi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai