FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI REGULER
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ PROMOSI KESEHATAN
MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM PENYULUHAN HIV-AIDS” tepat pada waktunya.
Tugas ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri melainkan
berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
penyusunan karya tulis ilmiah ini terselesaikan tepat pada waktunya, yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu.
Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju kearah yang lebih baik,
karenanya sumbangan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca yang
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Promosi Kesehatan.........................................................................................6
2.2 Pengertian Pendidikan Kesehatan....................................................................................7
2.3 Pengertian HIV dan AIDS................................................................................................7
2.4 Penularan HIV dan AIDS.................................................................................................7
2.5 Penerapan Strategi Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan dengan Berbagai
Media Promosi dalam Penyuluhan HIV -AIDS.....................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................15
3.1 Hasil dan Pembahasan....................................................................................................15
BAB IV....................................................................................................................................17
4.1 Simpulan....................................................................................................................17
4.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
2.5 Penerapan Strategi Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan dengan Berbagai
Media Promosi dalam Penyuluhan HIV -AIDS
Strategi
Untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan, Promosi Kesehatan
akan menggunakan beberapa strategi secara simultan untuk sasaran yang berbeda.
Strategi tersebut adalah :
1. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari para pengambil keputusan dan
pihak-pihak yang terkait (stakeholders) dalam pengendalian HIV dan AIDS.
Strategi ini dilakukan untuk intervensi kebijakan berupa:
Penguatan kebijakan yang sudah ada agar mampu mendukung program.
Perubahan/revitalisasi kebijakan lama agar lebih kuat.
Pembuatan kebijakan baru jika diperlukan.
Yang dimaksud kebijakan di sini adalah semua produk hukum yang
dikeluarkan oleh pejabat negara baik berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan perundangan, perda, keputusan, instruksi maupun surat
edaran.
2. Bina Suasana
Bina Suasana merupakan upaya menciptakan opini dan atau mengkondisikan
lingkungan sosial, baik fisik maupun non fisik agar mampu mendorong
individu, keluarga dan kelompok untuk mau melakukan perilaku pencegahan
dan berperan serta dalam pengendalian HIV dan AIDS. Kegiatan Bina suasana
antara lain melalui :
a. Mass Media Campaign (MMC)
Strategi ini menggunakan media massa sebagai kendaraan utama untuk
menyampaikan pesan-pesan pencegahan HIV dan AIDS. Penggunaan
media ini memungkinkan pesan-pesan disampaikan secara luas antara lain
TV, radio, koran, majalah. Sasaran utama penyampaian pesan melalui
media massa adalah penduduk usia 15-24 tahun.
b. Targeted-Multi Media Campaign (TMMC)
Sedikit berbeda dengan MMC di atas, penggunaan berbagai media dalam
TMMC akan lebih segmented dan terfokus, yakni pada populasi tertentu di
daerah tertentu dengan jenis media tertentu. Jenis-jenis media yang akan
dimanfaatkan dalam TMMC ini adalah: Website, Facebook, Twitter, SMS
gateway, Hotline.
Pengelola Program akan mengembangkan dan mengoperasionalkan
berbagai media di atas untuk tujuan intervensi pengendalian HIV dan
AIDS, dengan sasaran utama penduduk usia 15-24 tahun.
c. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas utamanya ditujukan bagi staf pelaksana program
HIV dan AIDS serta pelaksana promosi kesehatan di tingkat kabupaten/
kota sampai tingkat lapangan sebagai ujung tombak pelaksanaan program.
Pelaksanaan strategi ini akan menggunakan cara:
Orientasi.
Pelatihan.
Magang di lembaga/program lain.
On the job traning.
Diskusi rutin pengkayaan.
Pelibatan dalam berbagai seminar, lokakarya dan konferensi.
Penerbitan/pengadaan sumber pustaka: buletin, jurnal, buku, majalah,
dll.
Studi banding.
Petugas di pusat dan provinsi adalah penyedia dan pemberi bimbingan
teknis untuk pengembangan kapasitas petugas kabupaten/kota.
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran,
kemauan, kemampuan masyarakat dalam upaya pengendalian HIV dan AIDS.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui :
a. Intervensi Berbasis Sekolah
Intervensi Berbasis Sekolah akan merupakan strategi utama dan langsung
kepada penduduk usia 15-24 tahun yang masih di bersekolah atau kuliah.
Intervensi jenis ini akan dilakukan oleh lembaga pelaksana mitra yang
profesional dengan cara tatap muka, baik secara individual maupun
kelompok kecil dan besar. Lembaga ini akan bekerja menggunakan dan
memanfaatkan infrastruktur yang telah ada. Pelaksanaan strategi dalam
intervensi ini dilakukan langsung di lingkungan sekolah memanfaatkan
kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Strategi ini juga akan mewadahi
serangkaian kegiatan intervensi kebijakan dan kemitraan agar lingkungan
yang kondusif di sekolah dapat diciptakan dan diadopsi oleh sekolah atau
kampus tersebut. Harapannya akan muncul keberlanjutan kegiatan dan
terbentuk Health Promoting School/Campus.
b. Intervensi Berbasis Luar Sekolah (Tempat Kerja, Komunitas dan Tempat
Nongkrong)
Strategi ini dilakukan bagi penduduk usia 15-24 tahun yang tidak
bersekolah atau mereka yang bersekolah tetapi lebih strategis disasar di
luar sekolah. Penduduk kategori ini termasuk: mereka yang ada di tempat
kerja, mal, warnet, kafé, bioskop, tempat-tempat ibadah, jalanan, dll.
Penciptaan lingkungan yang kondusif akan dilakukan dengan cara bekerja
sama dengan pengelola/pemilik tempat-tempat nongkrong tersebut sehingga
tercapai health promoting workplace atau health promoting public
space.Strategi ini akan dijalankan oleh lembaga pelaksana mitra yang
professional yang bertugas melakukan kegiatan sehari-hari dengan cara
kontak langsung kepada sasaran secara individual maupun kelompok kecil
dan besar.
4. Kemitraan
Kemitraan dilakukan untuk mendukung upaya advokasi, bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat. Kemitraan yang dibangun terutama kemitraan di
tingkat lapangan dengan organisasi kemasyarakatan/lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak di bidang pengendalian HIV dan AIDS, kelompok
profesi, media massa dan swasta/dunia usaha. Tujuan pengembangan atau
penguatan kemitraan adalah:
Memperoleh dukungan politik yang memadai.
Memperoleh dukungan dana yang memadai.
Memperoleh dukungan SDM yang memadai.
Memperoleh dukungan technical assistance yang memadai, termasuk
pelatihan-pelatihan.
Memperoleh dukungan media yang positif.
Memperoleh dukungan koordinasi antara lembaga pemerintah dan
lembaga pelaksana pengendalian HIV dan AIDS agar tidak terjadi
tumpeng tindih program dan sumber daya.
Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metode yang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru
atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode
baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode
yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola
salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
3. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan
media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato
melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan,
sinetron, tulisan di majalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan,
spanduk, poster dan sebagainya.
Media Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2012), penyuluhan tidak dapat lepas dari media karena
melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media dapat
menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah
pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi
kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan
mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media dibagi
menjadi 3 (tiga) (Notoatmodjo, 2012) yakni:
1. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu:
a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam
bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan
dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
b. Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar.
c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk
menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.
d. Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat,
gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat.
e. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.
f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan.
g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan
4.1 Simpulan
HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian
serius terutama pada kalangan kaum milenial saat ini. Dengan adanya media sosial, dapat
mempermudah penyuluhan dan Pendidikan HIV-AIDS dalam mengetahui penularan dan
cara pencegahanya. Pada saat ini media cetak/sosial banyak digunakan pada kalangan
milenial dimana dapat menjadikan media sosial sebagai media untuk penyuluhan
berbagai informasi penting salah satunya tentang HIV-AIDS
4.2 Saran
Kami menyadari jika makalah Promosi Kesehatan Melalui Media Sosial Dalam
Penyuluhan HIV-AIDS di atas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karenanya kami sangat membutuhkan banyak sumber serta kritikan
yang bersifat membangun untuk sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA