Anda di halaman 1dari 40

Aspek Spiritual Dalam

Keperawatan
ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN

Aspek spiritual meliputi 3 komponen


dasar yaitu:
 spiritual (keyakinan spiritual),
 kepercayaan dan
 agama.
• Spiritual,
• Kepercayaan,
merupakan mempercayai • Agama, merupakan
keyakinan atau mempunyai
komitmen suatu system ibadah
dalam
terhadap sesuatu yang teratur,
hubungannya atau seseorang mempunyai
dengan yang dalam kehidupan keyakinan sentral,
atau dapat ritual dan praktik
maha kuasa dan dikatakan bagai
dan mempunyai
maha pencipta mana seseorang aturan-aturan
dan percaya melihat dinnya tertentu yang
dalam
pada Allah atau hubungannya dipraktikkan dalam
Tuhan dengan kehidupan sehari-
lingkungan hari dalam
memberikan
keputusan bagi yang
menjankannya.
PANDANGAN PERAWAT TERHADAP KLIEN

• Manusia merupakan makhluk yang memiliki bio-


psiko-sosio, cultural dan spiritual
• Perawat berupaya memenuhi kebutuhan spiritual
klien walaupun tidak seagama.
• Kecenderungan perawat lebih mementingkan
pemenuhan kebutuhan secara fisik, hal ini
kadang2 klien tidak ingat tentang kebutuhan
rohani. Perawat sebagai tenaga yang menjadi
pelayan bagi klien hendaknya mengingatkan atau
membimbing terhadap pemenuhan kebutuhan
spiritual.
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI
SPIRITUALITAS
– aspek yang kurang sesuai
perawat harus peka terhadap kebutuhan spiritual
klien, justru kebanyakan perawat menghindar untuk
memberikan kebutuhan spiritual, alasannya:
• perawat kurang nyaman dengan kehidupan spiritual
• kurang menganggap penting
• bukan menjadi tugasnya
– isu moral terkait dengan terapi
agama berfungsi sebagai penyembuhan merupakan kebesaran
tuhan, tetapi menolak tindakan medis.
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan
dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesarannya, walaupun ada juga agama yang
menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik
seringkali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama,
misalnya sirkumsisi, transplantasi organ, pencegahan
kehamilan, strerilisasi. Konflik antara jenis terapi
dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan
tenaga kesehatan.
KARAKTERISTIK SPIRITUALITAS

• Untuk memudahkan dalam memberikan


asuhan keperawatan dengan memperhatikan
kebutuhan spiritual penerima layanan
keperawatan, maka perawat mutlak perlu
memiliki kemampuan mengidentifikasi atau
mengenal karakteristik spiritualitas sebagai
berikut:
Hubungan dengan diri sendiri.
Kekuatan dalam/dan self-reliance
• a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang
dapat dilakukannya).

• b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya


pada kehidupan/masa depan, ketenangan
pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri
sendiri).
Hubungan dengan alam Harmoni
• a.  Mengetahui tentang tanaman, pohon,
margasatwa, iklim.

• b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam,


berjalan kaki), mengabdi dan melindungi
alam.
Hubungan dengan orang lain
Harmonis/suportif.
• a.    Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara
timbal balik.
• b.    Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
• c.    Meyakini kehidupan dan kematian
(mengunjungi, melayat, dll).
Tidak harmonis
• a.    Konflik dengan orang lain.
• b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan
dan friksi.
Hubungan dengan ketuhanan
• Agamais atau tidak agamais
• a.       Sembahyang/berdoa/meditasi.
• b.      Perlengkapan keagamaan.
• c.       Bersatu dengan alam.
Terpenuhi keb Spiritual apabila
• a.       Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia/kehidupan.
• b.      Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah
dari suatu kejadian atau penderitaan.
• c.       Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui
keyakinan, rasa percaya dan cinta.
• d.      Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
• e.       Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui
harapan.
• f.        Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.
5 ISU NILAI YANG MUNGKIN TIMBUL ANTARA
PERAWAT DAN KLIEN BERKAITAN DENGAN SPIRITUAL

– Pluralisme
• Perawat dan klien menganut kepercayaan dan
iman dengan spectrum yang luas, sehingga
dapat meringankan beban psikologis.
– fear
• berkaitan erat dengan ketidakmampuan
mengatasi situasi, melanggar privacy klien,
merasa tidak pasti dengan system kepercayaan
dan nilai diri sendiri
– kesadaran tentang pertanyaan spiritual
• apa yang memberikan arti dalam kehidupannya, tujuan,
harapan dan merasa cinta dalam kehidupan pribadi
perawat
– bingung
• terjadi karena adanya perbedaan antara agama dan
konsep spiritual
– privacy klien
• kenyaman untuk klien harus diutamakan karena akan
membantu terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan.
MANIFESTASI PERUBAHAN FUNGSI SPIRITUAL

• Berbagai perilaku dan ekspresi yang


dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai
oleh perawat, karena mungkin saja klien
sedang mengalami masalah spiritual.
Verbalisasi distress
• Individu yang mengalami gangguan fungsi
spiritual biasanya memverbalisasikan distress
yang dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.
Misalnya seorang istri mengatakan: “Saya
merasa bersalah karena saya seharusnya
mengetahui lebih awal bahwa suami saya
mengalami serangan jantung”.
.
• Perawat juga perlu peka terhadap keluhan
klien tentang kematian atau merasa tidak
berharga dan kehilangan arti hidup. Kepekaan
perawat sangat penting dalam menarik
kesimpulan dari verbalisasi klien tentang
distress yang dialami klien.
Perubahan perilaku
• Perubahan perilaku juga dapat merupakan
manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil
pemeriksaan mungkin saja sedang menderita
distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan
perilaku mengintrospeksi diri dan mencari alasan
terjadinya suatu situasi dan berupaya mencari
fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut,
namun ada yang beraksi secara emosional dan
mencari informasi serta dukungan dari keluarga
atau teman. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi
dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan
fungsi spiritual.
PROSES KEPERAWATAN

.
Pengkajian
• Pada dasarnya informasi awal yang perlu
digali secara umum adalah:
Afilasi agama
• a.   Partisipasi klien dalam kegiatan agama
apakah dilakukan secara aktif atau tidak aktif.
• b.  Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
Keyakinan agama atau spiritual, mempengaruhi:

• a.   Praktik kesehatan: diet, mencari dan


menerima terapi, ritual atau upacara agama.
• b.  Persepsi penyakit: hukuman, cobaan
terhadap keyakinan.
• c.   Strategi koping.
Nilai agama atau spiritual,
mempengaruhi:
• a.   Tujuan dan arti hidup.
• b.  Tujuan dan arti kematian.
• c.   Kesehatan dan pemeliharaannya.
• d.  Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan
orang lain.
Pengkajian data subjektif
• Pedoman Pengkajian Spiritual yang disusun
oleh Stoll dalam Craven & Hirnle (1996)
mencakup empat area yaitu:
• a)  Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan;
• b)  Sumber harapan dan kekuatan;
• c)  Praktik agama dan ritual;
• d)  Hubungan antara keyakinin spiritual dan
kondisi kesehatan.
Pengkajian data objektif

• Pengkajian data objektif dilakukan mellui


pengkajian klinik yang meliputi pengkajian
afek dan sikap, perilaku, verbalisasi,
hubungan interpersonal dan lingkungan.
Pengkajian data objektif terutama dilakukan
melalui observasi.
karakteristik klien yang mengalami distress
spiritual
• a.       Klien yang tampak: kesepian dan sedikit
pengunjung,
• b.      Klien yang mengekspresikan rasa takut dan
cemas,
• c.       Klien yang mengekspresikan keraguan
terhadap sistem kepercayaan/agama,
• d.      Klien yang mengekspresikan rasa takut
terhadap kematian,
• e.       Klien yang akan dioperasi,
• f.        Penyakit yang berhubungan dengan emosi
atau implikasi sosial dan agama.
• Mengubah gaya hidup,
• a.     Preokupasi ttg hbg agama dan kesehatan,
• b.   Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama,
• c.   Tdk mampu / menolak melakukan ritual spiritual,
• d.      Memverbalisasikan bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman dari Tuhan,
• e.   Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan,
• f.  Mempertanyakan rencana terapi karena
bertentangan dengan keyakinan agama.
• g.   Sedang menghadapi sakratul maut (dying).
Diagnosa keperawatan
• a.   Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d
ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit dengan
keyakinan spiritual.
• b.  Koping individu tidak efektif b/d kehilangan
agama sebagai dukungan utama (merasa ditinggal
oleh Tuhan).
• c.   Takut b/d belum siap untukmenghadapi
kematian dan pengalaman kehidupan setelah
kematian.
• d.  Berduka yang disfungsional: keputusasaan b/d
keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti.
• e.   Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada
yang peduli termasuk Tuhan.
• a. Ketidakberdayaan . b/d parasaan menjadi
korban.
• b.  Ggn harga diri b/d kegagalan untuk hidup
sesuai dengan ajaran agama.
• c.   Disfungsi seksual b/d konflik nilai.
• d.  Ggn pola tidur b/d distress spiritual.
• e. Resiko tindak kekerasan thd diri sendiri
b/d perasaan bahwa hidup ini tidak berarti.
Perencanaan
• Tujuan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami distress spiritual harus difokuskan
pada menciptakan lingkungan yang
mendukung praktik keagamaan dan keyakinan
yang biasanya dilakukan. Tujuan ditetapkan
secara individual dengan mempertimbangkan
riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda
disfungsi serta data objektif yang relevan.
Contoh tujuan klien dengan distress spiritual meliputi
klien akan:
• a.   Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang
memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti dan
tujuan, mencintai dan keterikatan serta
pengampunan.
• b.  Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan
dan rasa nyaman ketika menghadapi tantangan
berupa penyakit, cidera atau krisis kehidupan lain.
• c.   Mengembangkan praktek spiritual yang
memupuk komunikasi dengan diri sendiri, dengan
Tuhan dan dengan dunia luar.
• Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan
antara keyakinan spiritual dengan kehidupan
sehari-hari.
Hasil yang diperkirakan harus bersifat individual dan
meliputi kriteria :
• a.   Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual.
• b.  Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang
menantang keyakinan spiritual.
• c. Menggali alternatif: mengingkari, memodifikasi
atau menguatkan keyakinan; mengembangkan
keyakinan baru.
• d. Mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca
kitab suci, kelompok pengajian, dsb).
• e. Melaporkan atau mendemonstrasikan
berkurangnya distress spiritual setelah
keberhasilan intervensi
Perencanaan dirancang utk memenuhi kebutuhan
spiritual
• a. Membantu klien dengan:
klien memenuhi kewajiban agamanya.
• b.  Membantu klien menggunakan sumber dari dalam
dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi situasi
yang sedang dialaminya.
• c. Membantu klien mempertahankan atau membina
hubungan personal yang dinamik dengan Maha Pencipta
ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang
menyenangkan.
• d. Membantu klien mencari arti keberadaannya dan situasi
yang sedang dihadapinya.
• e.   Meningkatkan perasaan penuh harapan.
• f.Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.
Implementasi
• a.  Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
• b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien
terhadap kebutuhan spiritualnya.
• c.  Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai
kebutuhan spiritual.
• d. Mengetahui pesan non-verbal tentang
kebutuhan spiritual klien.
• e.  Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.
• f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan
empati yang berarti menghayati masalah klien.
.
• a.      Menerapkan teknik komunikasi terapeutik
dengan teknik mendukung, menerima, bertanya,
memberi informasi, refleksi, menggali perasaan dan
kekuatan yang dimiliki klien.
• b.  Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada
ucapan atau pesan verbal klien.
• c.  Bersikap empati yang berarti memahami dan
mengalami perasaan klien.
• d. Memahami masalah klien tnp menghukum
walaupun tidak berarti menyetujui klien.
.
• a.       Mentukan arti dan situasi klien, bagaimana
klien berespon terhadap penyakit?
• b.      Apakah klien menganggap penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau
anugerah dari Tuhan?
• c.       Membantu memfasilitasi klien agar dapat
memenuhi kewajiban agama.
• d.      Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia
di RS.
• Intervensi keperawatan perlu disesuaikan
dengan tahap perkembangan keyakinan
agama tiap individu klien berdasarkan usia.
Evaluasi
• Untuk mengevaluasi apakah klien telah
mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu
mengumpulkan data terkait dengan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan terjadi apabila
secara umum klien:
.
• a.   Mampu beristirahat dengan tenang.
• b.  Menyatakan penerimaan keputusan moral/etika.
• c.   Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan
Tuhan.
• d.  Menunjukkan hubungan yang hangat, dan terbuka
dengan pemuka agama.
• e.   Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan marah,
rasa bersalah dan ansietas.
• f.    Menunjukkan perilaku lebih positif.
• g.   Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan
keberadaannya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai