Anda di halaman 1dari 19

Budaya Kesehatan Aceh

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masyarakat di aceh di kenal mempunyai kebudayaan yang mendapatkan pengaruh
kuat dari kebudayaan islam. Hal ini bisa tercermin dari penduduk aceh yang mayoritas
memeluk agama islam. Selain itu, percampuran antara dua kebudayaan di aceh tercermin
lewat ungkapan pribahasa “adat ngon hukum han jeut cree, lagee zat ngon siffeut yang
artinya adt dengan syriat islam tidak dapat d pisahkan seperti zat dengan sifatnya.
Percampuran antara adat(kebudayaan) dengan agama islam mejadikan pandangan
tentang kebudayaan diselaraskan dengan cara pandang islam, demikian pula dengan masalah
kesehatan. Kebudayaan aceh memandang bahwa kesehatan bagi masyarakat aceh harus
sesuai dengan cara islam memandang tentang kesehatan, demikian pula dengan cara islam
menyampaikan tentang kesehatan.
Jika dilihat beerdasarkan penyebabnya maka yang disebut dengan penyakit menurut
anggapan atau pandangan orang orang aceh dapat di kelompokan kedalam dua bagian, yaitu
penyakit biasa dan penyakit donya(dunia). Penyakit biasa disebabka oleh penyebab alamiah
yang biasa di kenal di dunia medis atau kedokteran. Sedangkan penyakit donya, yang disebut
pula adi kodrati, disebabkan oleh buut donya atau ulah sesorang maupun karena setan atau
makhluak halus.
BAB II
ISI

Seperti yang sudah di jelaskan di atas jenis penyakit menurt pandangan masyarakat
aceh di kelompokan kedalam dua jenis yaitu penyakit yang disebabkan oleh sebab atikodrati
dan oleh sebab alami, beikut ini beberapa jenis penyakit dan cara penyembuhannya.
a. Kudee (kudis)
Merupakan jenis penyaikt kulit yang di bedakaan menjadi dua macam, kudis kering yang
menyerupai kudis yang berair, pengobatan untuk menyenbuhkan penyakit ini di lakukan
dengan cara:
- Air garam yang dicampur dengan sirih kemudian dioleskan ke bagian tubuh yang terkena
kudis
- Belerang yang di campur dengan minyak kelapa
- Gambir yang dihancurkan dan di campur dengan minyak makan
- Air pinang muda, daun sirih, kunyit yang digiking, dan minyak makan. Semua bahan
dipanaskan dan stelah agak dingin dioleskan yang terkena kudis
b. Peulawa caca atau poni atau cacar air
Daalam abahsa indonesia penyakit ini dikenal dengan nama cacar air, ciri ciri penyakit ini
pada badan atau kulit tumbuh bintik bintik yang berwarna kemerahan yang biasanya di sertai
dengan rasa gatal. Lama-lama bintik bintik tersebut akan pecah dan mengeluarkan air. Cara
oengobatan untuk penyakit ini anatar lain:
- Bulu ayam putih dijemur 3 hari pada sore hari. Bulu ini kemudian di gososkan pada bagian
tubuh yang terkana cacar setelah di rajah terlebih dahulu.
- Akar batang priya yang di tumbuk dan air nay di minum
- Daun para di petik di pohon, selanjutnya di pukulkan ke badan penderita
- Pisang ambon yang dicampur dengan sedikit tawas dan santan kelapa, kemudian di tumbuk
lalu diminum.
c. Teurijo (borok yang ganas)
Terijo lebih menyerupai borok yang ganas dan biasanya mengeluarkan air. Bila teurijo
tersbut tlah keering amak bentuk nya akan menyerupai kurap
Pengobatan untuk penyakit teurijo dapat dilakukan dengan meramu bahan-bahan yang terdiri
dari jintan putih, lada atau merica sebanyak 10 butir, dan kayu manis. Semua bahan ditumbuk
secara halus dan di bubuhkan ditempat yang terkena teurijo.
d. Batouk (batuk)
Batuk merupaka penyalit yang lazim diderita oleh kebanyakan orang. Pengobatan tradsional
dikalangan maysrkat aceh untuk mengobati penyakit batuk dilakukan dengan menggunakan
beberapa carah yaitu:
- Daun urot blang sejenis rumput sawah segengga tangan, lada putih sebanyak 7 butir. Kedua
bahan ini kemudian di tumbuk, diperas air nya, kemudian di minum
- Belimbing sayur mentah dikunah bersama dengan garam, selanjutnya di telan
- Daun kembang merak di remes di campur dengan gula secukupnya kemudian airnya
diminum
- Tepung mericcca, air jahe, dan air kunyit di aduk denga madu lebah dan kuning telur
kemudian di minium
- Air jeruk nipis di beri gula, kemudian diminum.
- Jeruk sayur yang masih muda dicampur dengan gula kemudian di kunyah lalu di telan
Untu mengobati batuk pada anak-anak diperlukan bahan-bahan yang terdiri dari madu 15cc,
air bersih 150cc, adas pula sari 10 gr, kulit kayu manis 10gr, buah pala 5 gr, dan adas manis
2,5 gr. Smeua bahan dimasak sampai mendidih, kemudian diminum sehari 4 kali dengan
takaran 1 sendok teh untuk sekali minum

e. Sanak (asma)
Ciri-ciripenaykit ini adalah sulit bernapas dan kerongkongan terasa sakit. Penyembuhan
penaykit ini bisa menggunakan bahan bahan tradisional yang terdiri dari:
- Air jeruk purut dan kemenyan putih yang di tumbuk lalu minum
- Rumput teki, kacang parang dan kemenyan putih. Semua bahan di aduk lalu di minum
f. Cireik (diare)
Ciri ciri yang dialami penderita penyakit ini adalah perut nya sakit melilit da sering buang air
besar dalam bentuk encer. Pengobatan dilakukan dengan ramuan yang terdiri dari bahan-
bahan:
- Pucuk jambu biji di rebus, airnya diminum atau di kunyah mentah-mentah, kemudian air nya
ditelan
- Pisang mentah dimakan
- Kulit pohon jemblang direbus kemudian air nya diminum
- Tepung gambir di camour dengan air masak nasi kemudian diminum

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat aceh pada umumnya masih banyak yang percaya dengan menggunakan
obat obat tradisional, hal ini tercermin dari banyaknya tingkat keberhasilan dalam upaya
penyembuhan penyakit yang sering di alami pada umumnya. Kebudayaan kesehatan
masyarakat aceh masih peduli sekali terhadap penggunaan obat obat tradisonal. Namun untuk
daerah dareah tertentu sudah banyak pula yang mengandalkan obat obat dari kedokteran,
hanya saja tingkat kberhasilan penyembuhan nyamasih tergantung dari individu masyarakat
tersebut.
Banyak sekali penyakit yang tingkat keberhasilan nya susah namun dengan
menggunakan obat obat tradisional mampu di sembuhkan secara maksimal, sehingga pada
akhirnya masyarkat aceh pada umumnya masih mempercayai penggunaan obat obat
tradisonal.
Hack Blogspot
Just Hack from Blogspot, anything about World from Hack

 Home
 About
 Disclaimer
 Iklan
 Sitemap

Macam-macam Penyakit Dunia yang Dikenal oleh Masyarakat Aceh

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Penyakit donya (dunia) dalam pengetahuan orang Melayu seperti di Aceh adalah penyakit
yang disebabkan oleh hal-hal supranatural atau adikodrati, atau tersebab manusia yang
bersekutu dengan jin, setan, atau makhuk halus yang jahat.

Aceh adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Aceh. Kebesaran suku Aceh tidak hanya
tampak dari kesenian dan kepahlawanan masyarakatnya, tetapi juga pengetahuan mereka
terhadap penyakit dan penyembuhannya. Bagi mereka, sakit adalah hal serius yang harus
disikapi. Karena itu, mereka mengabadikannya dalam sebuah pengetahuan tentang klasifikasi
penyakit dan penyembuhannya (Meuraxa, Dado 1956; Rusdi Sufi dkk, 2006; Rusdi Sufi dkk,
2004).

Ada dua jenis penyakit dalam pengetahuan orang Aceh, pertama penyakit biasa dan kedua
penyakit donya (dunia). Penyakit biasa umumnya disebabkan oleh hal-hal alami, seperti
keliru memberi obat atau suntik. Sedangkan penyakit donya disebabkan oleh hal-hal
adikodrati atau supranatural atau sebab ulah manusia yang bersekutu dengan jin, setan, dan
makhluk halus lainnya. Penyakit biasa cukup diobati oleh dokter, sementara penyakit donya
harus diobati dukun atau tabib (Sufi dkk, 2006; Nurdin Mahmud, 1988).
Jin dan setan adalah dua makhluk halus jahat yang dipercaya orang Aceh dapat mengganggu
manusia. Keduanya tinggal di tempat-tempat gelap atau pohon besar dan mengganggu secara
diam-diam, salah satunya dengan masuk ke dalam tubuh manusia. Akibatnya, orang tersebut
akan kesakitan jika tidak kuat. Karena itu, dalam upacara adat, ada ritual khusus untuk
menolak gangguan jin dan setan (Nurdin Mahmud, 1988; Razali Umar, 1984).

Konsepsi Penyakit Donya dan Penyebabnya

Terdapat empat penyebab penyakit donya. Secara umum penyakit jenis ini disebabkan oleh
kekuatan adikodrati dan hanya dapat disembuhkan oleh tabib, dukun atau orang pintar.
Berikut adalah konsep penyakit donya (dunia) beserta penyebabnya.

a. Penyakit burong/jitamong burong/burong tujuh

Penyakit jenis ini disebabkan oleh ulah sendiri orang tersebut. Ia sengaja memasukkan setan
ke dalam dirinya. Ciri-ciri penyakit ini adalah matanya terbelalak dan liar, ia berbicara terus
menerus, terkadang menjerti histeris, meronta, bahkan ada yang tiba-tiba memanjat dinding,
tembok, atau pohon.

Ia memiliki tenaga yang luara biasa. Bila ada yang memeganginya akan terpental tidak kuat.
Penyakit ini datang dan pergi. Orang yang sakit terkadang akan bercerita tentang macam-
macam hal. Kadang ia hanya diam. Kuku jari tangan dan kakinya kadang berwarna biru.

Pada saat sakit, seorang dukun atau tabib akan dipanggil. Sang dukun akan membaca doa-doa
tertentu atau meurajah. Yakni memberikan jampi-jampi khusus yang ditiupkan pada wajah
atau tubuh si sakit.

b. Meurampot (kemasukan setan)

Meurampot dalam bahasa Aceh berarti kemasukan setan. Mereka percaya setan sengaja
masuk ke tubuh seseorang untuk mengganggu. Ini berbeda dengan arti penyakit burong tujoh.
Ciri-ciri penyakit ini adalah badan orang yang kemasukan akan terasa panas. Bila tidur ia
akan mengigau. Kadang juga tertawa sendiri. Bila perempuan, rambutnya akan terburai acak-
acakan.

Penyembuh meurampot biasanya seorang ulama. Sang ulama biasanya akan mengunyah daun
sirih dan air, ditambah rajah atau jampi-jampi khusus, lalu disemburkan ke muka si sakit,
setan dapat diusir dengan mudah.

Penyembuhan meurampot biasanya ditempuh dengan dua jalan. Pertama, sang ulama akan
membaca jampi-jampi khusus dalam keadaan sadar. Sang ulama akan bertanya kepada setan
dalam tubuh si sakit dan biasanya setan akan menjawab dengan meminta syarat-syarat
tertentu agar ia keluar dari tubuh si sakit.

Cara kedua, sang ulama akan memasukkan roh gaib dalam dirinya, lalu ia akan berdialog
dengan setan yang masuk dalam tubuh si sakit, untuk mengetahui syarat yang diminta setan
agar ia keluar dari tubuh si sakit.

c. Teukeunong (terkena serangan setan)


Teukeunong memiliki ciri yang sama dengan meurampot. Bedanya, teukeunong terjadi
karena setan yang masuk dalam tubuh seseorang disuruh oleh orang tertentu untuk menyakiti.
Penyembuh teukeunong biasanya seorang dukun atau tabib. Sang tabi akan merajah dan
membuat ramuan-ramuan tertentu. Jenis ramuan disesuaikan dengan makhluk jahat yang
masuk ke tubuh.

d. Keunong seureubok

Seurobak sebenarnya adalah nama ramuan yang dibuat untuk mendatangkan penyakit kepada
orang tertentu. Biasanya orang yang tidak disenangi. Caranya adalah dengan mengambil
salah satu bagian yang melekat pada orang yang akan dibuat sakit, seperti rambut, celana
dalam, atau bra.

Barang tersebut dicampur dengan seureubo lalu dibakar. Saat membakar harus diniatkan
sebagai membakar tubuh orang yang akan disakiti. Seureubok (serbuk) ada yang berasal dari
besi, emas, atau perak. Orang yang dituju biasanya akan sakit berkepanjangan (meurayu-
rayu).

Dalam kondisi ini, seorang tabib atau dukun yang khusus penyakit ini akan dipanggil. Ia akan
membuat rajah khusus sebagai obat.

e. Jipeu-ulat

Penyakit ini diciptakan oleh seseorang (jipeukeunong) terhadap seorang gadis agar ia tidak
menikah, meski usianya sudah lanjut (jipeuteka). Jika ada orang ingin melamar, orang itu
akan melihat gadis tersebut jijik seperti ulat (jipeu ulat).

Jipeu ulat biasanya akan disembuhkan oleh seorang bidan kampung (mabh’en). Uniknya,
penyembuhan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Cara dan bahan untuk penyembuhan
juga unik. Bidan kampung akan mengambil kuku, rambut, celana dalam, robekan baju dan
kain si gadis, lalu memasukkannya dalam nasi lemak (bu leukat peulemak). Semua bahan itu
dibungkus dalam sapu tangan, dirajah, dan diayun-ayunkan ke tubuh si gadis sebanyak tujuh
kali agar hilang kesialan sang gadis.

Setelah itu, nasi lemak di lemparkan di dimpang jalan yang sepi (simpang empat) sambil
tanpa melihat. Jika bungkusan tersebut diambil orang, maka kesialan sang gadis akan hilang.

f. Reuhat

Reuhat adalah penyakit kulit. Bentuknya seperti kurap, kering dan kadang berair, rasanya
gatal. Jika airnya meleleh, bagain yang terkena lelehan akan ikut gatal. Reuhat disebabkan
oleh makhluk halus yang jahat.

Reuhat dibuat oleh orang tertentu menggunakan ramuan khusus, berupa minyak, bulu ulat,
sari buah ijuk, dan benda-benda gatal lainnya. Ramuan tersebut dicampur, disyaratkan seperti
daging, diletakkan di pelepah daun keladi, lalu dibiarkan hingga membusuk dan
mengeluarkan air.
Setelah itu, benda tersebut digosokkan pada pakaian orang yang akan disakiti; diterbangkan
bersama angin dengan perantaraan jin jahat; memasukkan ke sumur orang yang akan disakiti.
Karena itulah orang Aceh tabu menjemur pakaiannya malam hari, apalagi di dekat sumur.

Reuhat diobati oleh dukun dengan ramuan khusus, yaitu campuran dari daun kacang panjang,
biji aren (ditumbuk), upik pisang tua, daun pisang klat, akar kelapa yang masih merah,
jagung, asam jeruk, dan belerang. Bahan-bahan tersebut dijemur lalu ditumbuk hingga halus.
Setelah dijampi-jampi, ramuan dioleskan ke tubuh si sakit.

g. Teumeugu

Teumeugu dalam bahasa Aceh berarti tertikan di perut. Teumegu dipercaya sebagai penyakit
yang disebabkan oleh masuknya roh orang mati berdarah. Orang tersebut mati berdarah
karena jatuh atau dipenggal lehernya. Ketika ada orang melewati tempatnya jatuh, ia akan
kemasukan rohnya.

Orang yang kemasukan pertama-tama akan pusing, perut sakit, muntah-muntah, lalu jatuh.
Masyarakat percaya kalau rasa sakit orang tersebut sama dengan orang yang mati berdarah.
Bahkan, pernah ada yang meraung seperti ternak yang disembelih (meugrou-grou).

Orang yang terserang teumeugu akan dirajah oleh seorang dukun. Melalui ciri-ciri dan gerak-
gerik si sakit, sang dukum biasanya akan tahu roh siapa yang masuk. Selain dirajah, si sakit
akan diberi obat berupa manisan tebu atau air kelapa hijau.

h. Beusee

Beusee adalah penyakit yang disebabkan olej jin beusee. Jin ini dipelihara oleh seseorang.
Tubuh orang yang dihinggapi jin beusee akan berwarna kebiru-biruan. Beusee hanya bisa
disembuhkan oleh dukun yang ahli penyakit beusee dengan obat tradisional, yaitu teuleung
keubeu matee (tulang kerbau mati), tawas, dan on seukee musang (daun pandan musang).
Semua bahan tersebut dihaluskan, lalu dibalurkan ke tubuh yang sakit.

Selain obat tersebut, beberapa duku menggunakan kapur barus, ketepang Cina, bawang putih
tunggal, kulit khong asee, dan umpang ihang (rumah serangga yang ebrgantungan di atap
rumbia). Obat tradisional tersebut akan disandingkan dengan jampi-jampi khusus.

i. Glang tunggal

Glang artinya cacing satu. Glang tunggal adalah semacam sakit perut yang disebabkan oleh
jin glang tunggal. Penyakit ini dibuat oleh dukun untuk lawannya mendapat bencana. Lawan
sang duku mengira jikalau di dalam perutnya ada glang tunggalnya.

Orang yang sakit glang tunggal perutnya sakit luar biasa. Sang dukun akan memberikan obat-
obatan tradisional, seperti daun sirih, nasi tiga warna, dan daun bunga tujuh macam. Bahan-
bahan ini digiling hingga halus lalu ditempelkan ke perut si sakit.

Dapat juga menggunakan getah pohon jarak dicmapur gambir. Keduanya dililitkan di sekitar
perut. Dapat juga menggunakan naleung tambo, tambah alang-alang, dan bak urot blang.
Ketiganya ditumbuk, campur air biasa, dirajah, lalu diminum.
j. Sampong

Penyakit ini umumnya menyerang anak muda dan tua, laki-laki atau perempuan. Sampong
adalah sakit saraf (hilang ingatan). Sampong disembuhkan dukun dengan memandikannya
dengan air rajah yang dicampur dengan bunga-bunga khusus dan boh krut (jeruk purut).

k. Manyang

Manyang artinya atas. Orang yang sakit manyang terlihat tidak ada semangat dan kalau
berjalan selalu berjalan ke atas. Penderita juga selalu takut kalau melihat orang. Oleh dukun,
penderita manyang akan diobati dengan ramuan dari daun-daunan dan diberi rajah.

l. Sane

Sane adalah nama jin. Penderita penyakit sane karena ia dihinggapi jin sane. Pada
peregelangan-pergelangan tangan, paha, atau kaki penderita biasanya akan bengkak. Oleh
dukun, penderita akan diobati dengan ie sane (air seni) yang diambil di rawa-rawa tempat jin
sane tinggal. Selain ie sane, penderita juga dapat diobati dengan boih mula (buah mala), balie
(jahe), lempuyang, dan ingu.

m. Pungo

Pungo adalah penyakit yang menyerang saraf otak. Pungo ada empat macam, yaitu:

1. Sijuende bungong. Ciri-cirinya penderita suka berpakaian indah dan suka bersolek
kepada perempuan.
2. Sijuende angon. Selain suka pakaian, pednerita juga suka naik pohon.
3. Sijuende ie. Penderita sibuk dengan air untuk mencuci, suka berenang, dan mandi.
4. Sijuende batee. Penderita tidak mau bicara meski ditegur.

Selain dirajah oleh dukun, terdapat empat macam obat tradisonal untuk penyakit pungo ini,
yaitu:

1. Daun sirih dan pinang yang ada pada batangnya. Orang Aceh menyebutnya pinang
tunggal.
2. Tujuh boih ara (buah ara) yang diambil dari satu cabang (harus ganjil). Buah ara harus
diambil dengan tangan kiri sebagai simbol untuk membersihkan.
3. On silalak (daun silalak) hijau dan merah.
4. On ganda rusa (daun ganda rusa) putih dan hitam.

Boih luping (buah kelapa) hijau dan merah. Kelapa harus yang tidak ada isinya dan bekas
dimakan tupai.
Semua bahan tersebut diramu. Ada yang ditumbuk halus dan ada pula yang diminum
langsung.

n. Jitron taloe nyawong atau jitron kreh

Penyakit ini menurut ilmu kedokteran modern disebut dengan hernia. Orang Aceh
menganggap penyakit ini disebabkan oleh ulah manusia jahat. Kelamin penderita akan
membesar dan turun ke bawah. Oleh dukun, penderita akan dirajah dan diberi ramuan obat
tradisional.

Pengaruh Sosial

Pengetahuan orang Aceh tentang penyakit donya ini berpengaruh dalam kehidupan sosial
mereka, antara lain:

 Klasifikasi makhluk halus. Keberadaan pengetahuan ini berpengaruh pada konsepsi


orang Aceh dalam mengklasifikasikan makhluk halus yang berpengaruh dalam
kehidupan mereka. Hal ini membuat orang Aceh berhati-hati dalam berperilaku.
 Pembagian peran sosial. Keberadaan pengetahuan ini menjadikan peran-peran
penyembuh dalam kehidupan orang Aceh dapat terbagi dengan baik. Mereka
membagi rata tugas dokter dan dukun atau tabib.
 Upacara adat. Pengetahuan melahirkan upacara adat untuk penyembuhan orang
sakit. Dalam upacara tersebut, dukun atau tabib akan melakukan ritual menolak
gangguan jin atau setan.
 Pelestarian tradisi. Pengetahun ini merupakan tradisi leluhur yang bermanfaat dalam
menyikapi penyakit. Karena itu, hingga kini orang Aceh, khususnya di pedesaan,
masih melestarikan pengetahuan ini.

Di zaman modern sekarang ini, pengetahun model ini bisa jadi tidak banyak dipercaya lagi.
Meskipun demikian, bagi sebagain orang modern yang masih terikat dengan tradisi leluhur,
justru meletakkan pengetahuan ini sebagai ilmu yang tidak dapat digapai oleh ilmu modern.
Karena pada beberapa kasus, dokter memang tidak dapat menyembuhkan. Karena itu,
pengetahuan ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Referensi

 Nurdin Mahmud, 1988. Adat Aceh Sekitar Kematian (makalah). Disampaikan pada
Loka Karya adat dan Budaya Aceh yang Berlangsung Tanggal 8-10 Januari 1988, di
Lhokseumawe.
 Dado Meuraxa, 1956. Sekitar Suku Melayu, Batak, Atjeh dan Kerajaan Deli. Medan:
Pengetahuan.
 Rusdi Sufi dkk, 2004. Keanekaragaman Suku dan Budaya di Aceh. Banda Aceh:
Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh.
 Rusdi Sufi dkk, 2006. Pengobatan tradisional di Aceh. Banda Aceh: Badan
Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
 Syamsudin T dkk, 1977. Adat Istiadat Daerah, Propinsi Daerah Istimewa Aceh..
Banda Aceh: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
 Razali Umar, 1984. Upacara Tradisional (upacara Kematian Daerah Istimewa Aceh).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan dokumentasi
Kebudayaan Daerah Jakarta.
Neurajah dapat berfungsi untuk menundukkan manusia.
Dipakai Bersama

Neurajah banyak macamnya. Yusuf, dkk. (2001:13) menyebutkan, neurajah dapat


diklasifikasikan berdasarkan isinya. Neurajah yang dimaksud adalah neurajah pengampunan;
kutukan (kepada objek tertentu); keberkahan pada upacara tertentu; obat-obatan; kekebalan
atau kekuatan; daya pengasih, pemanis, atau penggila; rasa benci.

Ada pula yang mengklasifikasikan neurajah menjadi neurajah permohonan kepada Dewa
atau Tuhan; penunduk roh halus, penunduk manusia, penunduk binatang, penunduk
tumbuhan, penunduk gejala alam.

Soedjijono, dkk. mengatakan jenis neurajah di antaranya adalah neurajah yang ditujukan
kepada Tuhan, roh dan makhluk halus dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu, seperti
keselamatan, kekayaan, kesembuhan, kekebalan, dan keterampilan. Selain itu, ada neurajah
yang ditujukan kepada magis dengan tujuan untuk memiliki sesuatu, antara lain kewaskitaan,
karisma, daya tarik, kesaktian, dan kekuatan fisik.

Di antara neurajah yang disebutkan di atas, ada yang dilestarikan dan tumbuh subur dalam
kehidupan masyarakat Aceh. Ada juga yang jarang atau sulit ditemukan. Neurajah yang
dilestarikan biasanya yang dipakai untuk pengobatan, sedangkan yang jarang atau sulit
ditemukan adalah yang dipakai untuk kutukan, mendapatkan daya tarik atau pengasihan, dan
lainnya.

Adapun masalah pemilihan neurajah dalam masyarakat sangat bergantung kepada sang
Pencipta.

Lantas untuk apa neurajah itu? Secara umum, bentuk yang juga sering disebut sebagai puisi
lama ini berfungsi untuk menundukkan dan sebagai sarana permohonan, baik kepada Allah
(Tuhan) maupun kepada magis.

Neurajah dapat berfungsi untuk menundukkan manusia. Penundukan yang dimaksud dapat
berupa mematahkan serangan musuh, menangkal, maksud jahat orang, memanggil wanita
yang dicintai, menambah daya pikat (dikasihi), meredam kemarahan orang, menenung orang.

Neurajah juga dapat berfungsi untuk menundukkan roh halus atau setan, seperti membasmi
penyakit, menangkal jampi-jampi di rumah atau harta benda lainnya, mengobati orang
kesurupan/kemasukan setan, mengusir kuntilanak, menundukkan hewan atau binatang
pengganggu, menundukkan harimau, menawari bisa (racun) dari gigitan binatang, seperti
ular, limpan, tawon, lebah, dan kelabang, mengusir atau menangkal tikus di sawah atau
rumah, menangkal atau menangkap burung.

Bukan hanya itu fungsi neurajah. Bentuk yang juga dikenal dengan mantra dalam bahasa
Indonesia, dipakai pula untuk menundukkan tumbuhan, seperti menyemai padi, mengambil
nira, menyemangati padi menguning, memperoleh keberkatan, dan memetik dedaunan obat-
obatan.
Neurajah juga digunakan untuk menundukkan gejala alam, seperti menangkal aliran darah,
mempermudah kelahiran bayi, menangkal dan melindungi diri dari marabahaya,
menenteramkan bumi dan tanah, membasmi penyakit, melemahkan besi (benda tajam),
pemanis air, penangkal racun yang dibubuhkan dalam minuman atau makanan.

Juga ada neurajah yang dipakai sebagai permohonan kepada Tuhan. Jenis neurajah ini
umumnya berupa permohonan/permintaan tentang sesuatu, baik untuk dirinya sendiri
maupun orang lain. Para tokoh agama dalam masyarakat juga ada yang mengamalkan jenis
neurajah ini atau lebih dikenal dengan sebutan “doa” kalau dalam masyarakat Aceh.

Jenis neurajah berupa permohonan kepada Tuhan ada beberapa macam, yaitu menyucikan
mayat, menguatkan gigi, membuka gembok atau kunci, menambah keberanian, menambah
tenaga, memperoleh kekebalan, menangkal marabahaya, melindungi harta benda, memasuki
gua.

Neurajah berikutnya dikenal dengan nama permohonan kepada magis (kekuatan alam).
Umumnya diamalkan oleh masyarakat yang tinggal di pedalaman dan masih melakukan
praktik keagamaan yang bercampur dengan ritual animisme. Neurajah ini ada yang dipakai
untuk memperoleh kekebalan, mencari suatu barang yang hilang, menenangkan jiwa dan hati,
serta menambah tenaga....Bersambung.[]
Penyakit donya (dunia) dalam pengetahuan orang Melayu seperti di Aceh adalah penyakit
yang disebabkan oleh hal-hal supranatural atau adikodrati, atau tersebab manusia yang
bersekutu dengan jin, setan, atau makhuk halus yang jahat.

Aceh adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Aceh. Kebesaran suku Aceh tidak hanya
tampak dari kesenian dan kepahlawanan masyarakatnya, tetapi juga pengetahuan mereka
terhadap penyakit dan penyembuhannya. Bagi mereka, sakit adalah hal serius yang harus
disikapi. Karena itu, mereka mengabadikannya dalam sebuah pengetahuan tentang klasifikasi
penyakit dan penyembuhannya (Meuraxa, Dado 1956; Rusdi Sufi dkk, 2006; Rusdi Sufi dkk,
2004).

Ada dua jenis penyakit dalam pengetahuan orang Aceh, pertama penyakit biasa dan kedua
penyakit donya (dunia). Penyakit biasa umumnya disebabkan oleh hal-hal alami, seperti
keliru memberi obat atau suntik. Sedangkan penyakit donya disebabkan oleh hal-hal
adikodrati atau supranatural atau sebab ulah manusia yang bersekutu dengan jin, setan, dan
makhluk halus lainnya. Penyakit biasa cukup diobati oleh dokter, sementara penyakit donya
harus diobati dukun atau tabib (Sufi dkk, 2006; Nurdin Mahmud, 1988).

Jin dan setan adalah dua makhluk halus jahat yang dipercaya orang Aceh dapat mengganggu
manusia. Keduanya tinggal di tempat-tempat gelap atau pohon besar dan mengganggu secara
diam-diam, salah satunya dengan masuk ke dalam tubuh manusia. Akibatnya, orang tersebut
akan kesakitan jika tidak kuat. Karena itu, dalam upacara adat, ada ritual khusus untuk
menolak gangguan jin dan setan (Nurdin Mahmud, 1988; Razali Umar, 1984).

Konsepsi Penyakit Donya dan Penyebabnya aceh

Terdapat empat penyebab penyakit donya. Secara umum penyakit jenis ini disebabkan oleh
kekuatan adikodrati dan hanya dapat disembuhkan oleh tabib, dukun atau orang pintar.
Berikut adalah konsep penyakit donya (dunia) beserta penyebabnya.

1. Penyakit burong/jitamong burong/burong tujuh

Penyakit jenis ini disebabkan oleh ulah sendiri orang tersebut. Ia sengaja memasukkan setan
ke dalam dirinya. Ciri-ciri penyakit ini adalah matanya terbelalak dan liar, ia berbicara terus
menerus, terkadang menjerti histeris, meronta, bahkan ada yang tiba-tiba memanjat dinding,
tembok, atau pohon.

Ia memiliki tenaga yang luara biasa. Bila ada yang memeganginya akan terpental tidak kuat.
Penyakit ini datang dan pergi. Orang yang sakit terkadang akan bercerita tentang macam-
macam hal. Kadang ia hanya diam. Kuku jari tangan dan kakinya kadang berwarna biru.

Pada saat sakit, seorang dukun atau tabib akan dipanggil. Sang dukun akan membaca doa-doa
tertentu atau meurajah. Yakni memberikan jampi-jampi khusus yang ditiupkan pada wajah
atau tubuh si sakit.
2. Meurampot (kemasukan setan)

Meurampot dalam bahasa Aceh berarti kemasukan setan. Mereka percaya setan sengaja
masuk ke tubuh seseorang untuk mengganggu. Ini berbeda dengan arti penyakit burong tujoh.
Ciri-ciri penyakit ini adalah badan orang yang kemasukan akan terasa panas. Bila tidur ia
akan mengigau. Kadang juga tertawa sendiri. Bila perempuan, rambutnya akan terburai acak-
acakan.

Penyembuh meurampot biasanya seorang ulama. Sang ulama biasanya akan mengunyah daun
sirih dan air, ditambah rajah atau jampi-jampi khusus, lalu disemburkan ke muka si sakit,
setan dapat diusir dengan mudah.

Penyembuhan meurampot biasanya ditempuh dengan dua jalan. Pertama, sang ulama akan
membaca jampi-jampi khusus dalam keadaan sadar. Sang ulama akan bertanya kepada setan
dalam tubuh si sakit dan biasanya setan akan menjawab dengan meminta syarat-syarat
tertentu agar ia keluar dari tubuh si sakit.

Cara kedua, sang ulama akan memasukkan roh gaib dalam dirinya, lalu ia akan berdialog
dengan setan yang masuk dalam tubuh si sakit, untuk mengetahui syarat yang diminta setan
agar ia keluar dari tubuh si sakit.

3. Teukeunong (terkena serangan setan)

Teukeunong memiliki ciri yang sama dengan meurampot. Bedanya, teukeunong terjadi
karena setan yang masuk dalam tubuh seseorang disuruh oleh orang tertentu untuk menyakiti.
Penyembuh teukeunong biasanya seorang dukun atau tabib. Sang tabi akan merajah dan
membuat ramuan-ramuan tertentu. Jenis ramuan disesuaikan dengan makhluk jahat yang
masuk ke tubuh.

4. Keunong seureubok

Seurobak sebenarnya adalah nama ramuan yang dibuat untuk mendatangkan penyakit kepada
orang tertentu. Biasanya orang yang tidak disenangi. Caranya adalah dengan mengambil
salah satu bagian yang melekat pada orang yang akan dibuat sakit, seperti rambut, celana
dalam, atau bra.

Barang tersebut dicampur dengan seureubo lalu dibakar. Saat membakar harus diniatkan
sebagai membakar tubuh orang yang akan disakiti. Seureubok (serbuk) ada yang berasal dari
besi, emas, atau perak. Orang yang dituju biasanya akan sakit berkepanjangan (meurayu-
rayu).

Dalam kondisi ini, seorang tabib atau dukun yang khusus penyakit ini akan dipanggil. Ia akan
membuat rajah khusus sebagai obat.

5. Jipeu-ulat
Penyakit ini diciptakan oleh seseorang (jipeukeunong) terhadap seorang gadis agar ia tidak
menikah, meski usianya sudah lanjut (jipeuteka). Jika ada orang ingin melamar, orang itu
akan melihat gadis tersebut jijik seperti ulat (jipeu ulat).

Jipeu ulat biasanya akan disembuhkan oleh seorang bidan kampung (mabh’en). Uniknya,
penyembuhan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Cara dan bahan untuk penyembuhan
juga unik. Bidan kampung akan mengambil kuku, rambut, celana dalam, robekan baju dan
kain si gadis, lalu memasukkannya dalam nasi lemak (bu leukat peulemak). Semua bahan itu
dibungkus dalam sapu tangan, dirajah, dan diayun-ayunkan ke tubuh si gadis sebanyak tujuh
kali agar hilang kesialan sang gadis.

Setelah itu, nasi lemak di lemparkan di dimpang jalan yang sepi (simpang empat) sambil
tanpa melihat. Jika bungkusan tersebut diambil orang, maka kesialan sang gadis akan hilang.

6. Ruhat

Reuhat adalah penyakit kulit. Bentuknya seperti kurap, kering dan kadang berair, rasanya
gatal. Jika airnya meleleh, bagain yang terkena lelehan akan ikut gatal. Reuhat disebabkan
oleh makhluk halus yang jahat.

Reuhat dibuat oleh orang tertentu menggunakan ramuan khusus, berupa minyak, bulu ulat,
sari buah ijuk, dan benda-benda gatal lainnya. Ramuan tersebut dicampur, disyaratkan seperti
daging, diletakkan di pelepah daun keladi, lalu dibiarkan hingga membusuk dan
mengeluarkan air.

Setelah itu, benda tersebut digosokkan pada pakaian orang yang akan disakiti; diterbangkan
bersama angin dengan perantaraan jin jahat; memasukkan ke sumur orang yang akan disakiti.
Karena itulah orang Aceh tabu menjemur pakaiannya malam hari, apalagi di dekat sumur.

Reuhat diobati oleh dukun dengan ramuan khusus, yaitu campuran dari daun kacang panjang,
biji aren (ditumbuk), upik pisang tua, daun pisang klat, akar kelapa yang masih merah,
jagung, asam jeruk, dan belerang. Bahan-bahan tersebut dijemur lalu ditumbuk hingga halus.
Setelah dijampi-jampi, ramuan dioleskan ke tubuh si sakit.

7. Teumeugu

Teumeugu dalam bahasa Aceh berarti tertikan di perut. Teumegu dipercaya sebagai penyakit
yang disebabkan oleh masuknya roh orang mati berdarah. Orang tersebut mati berdarah
karena jatuh atau dipenggal lehernya. Ketika ada orang melewati tempatnya jatuh, ia akan
kemasukan rohnya.

Orang yang kemasukan pertama-tama akan pusing, perut sakit, muntah-muntah, lalu jatuh.
Masyarakat percaya kalau rasa sakit orang tersebut sama dengan orang yang mati berdarah.
Bahkan, pernah ada yang meraung seperti ternak yang disembelih (meugrou-grou).

Orang yang terserang teumeugu akan dirajah oleh seorang dukun. Melalui ciri-ciri dan gerak-
gerik si sakit, sang dukum biasanya akan tahu roh siapa yang masuk. Selain dirajah, si sakit
akan diberi obat berupa manisan tebu atau air kelapa hijau.

8. Beusee
Beusee adalah penyakit yang disebabkan olej jin beusee. Jin ini dipelihara oleh seseorang.
Tubuh orang yang dihinggapi jin beusee akan berwarna kebiru-biruan. Beusee hanya bisa
disembuhkan oleh dukun yang ahli penyakit beusee dengan obat tradisional, yaitu teuleung
keubeu matee (tulang kerbau mati), tawas, dan on seukee musang (daun pandan musang).
Semua bahan tersebut dihaluskan, lalu dibalurkan ke tubuh yang sakit.

Selain obat tersebut, beberapa duku menggunakan kapur barus, ketepang Cina, bawang putih
tunggal, kulit khong asee, dan umpang ihang (rumah serangga yang ebrgantungan di atap
rumbia). Obat tradisional tersebut akan disandingkan dengan jampi-jampi khusus.

9. Glang tunggal

Glang artinya cacing satu. Glang tunggal adalah semacam sakit perut yang disebabkan oleh
jin glang tunggal. Penyakit ini dibuat oleh dukun untuk lawannya mendapat bencana. Lawan
sang duku mengira jikalau di dalam perutnya ada glang tunggalnya.

Orang yang sakit glang tunggal perutnya sakit luar biasa. Sang dukun akan memberikan obat-
obatan tradisional, seperti daun sirih, nasi tiga warna, dan daun bunga tujuh macam. Bahan-
bahan ini digiling hingga halus lalu ditempelkan ke perut si sakit.

Dapat juga menggunakan getah pohon jarak dicmapur gambir. Keduanya dililitkan di sekitar
perut. Dapat juga menggunakan naleung tambo, tambah alang-alang, dan bak urot blang.
Ketiganya ditumbuk, campur air biasa, dirajah, lalu diminum.

10. Sampong

Penyakit ini umumnya menyerang anak muda dan tua, laki-laki atau perempuan. Sampong
adalah sakit saraf (hilang ingatan). Sampong disembuhkan dukun dengan memandikannya
dengan air rajah yang dicampur dengan bunga-bunga khusus dan boh krut (jeruk purut).

11. Manyang

Manyang artinya atas. Orang yang sakit manyang terlihat tidak ada semangat dan kalau
berjalan selalu berjalan ke atas. Penderita juga selalu takut kalau melihat orang. Oleh dukun,
penderita manyang akan diobati dengan ramuan dari daun-daunan dan diberi rajah.

12. Sane

Sane adalah nama jin. Penderita penyakit sane karena ia dihinggapi jin sane. Pada
peregelangan-pergelangan tangan, paha, atau kaki penderita biasanya akan bengkak. Oleh
dukun, penderita akan diobati dengan ie sane (air seni) yang diambil di rawa-rawa tempat jin
sane tinggal. Selain ie sane, penderita juga dapat diobati dengan boih mula (buah mala), balie
(jahe), lempuyang, dan ingu.

13. Pungo

Pungo adalah penyakit yang menyerang saraf otak. Pungo ada empat macam, yaitu:
Sijuende bungong. Ciri-cirinya penderita suka berpakaian indah dan suka bersolek kepada
perempuan.

Sijuende angon. Selain suka pakaian, pednerita juga suka naik pohon.

Sijuende ie. Penderita sibuk dengan air untuk mencuci, suka berenang, dan mandi.

Sijuende batee. Penderita tidak mau bicara meski ditegur.

Selain dirajah oleh dukun, terdapat empat macam obat tradisonal untuk penyakit pungo ini,
yaitu:
Daun sirih dan pinang yang ada pada batangnya. Orang Aceh menyebutnya pinang tunggal.
Tujuh boih ara (buah ara) yang diambil dari satu cabang (harus ganjil). Buah ara harus
diambil dengan tangan kiri sebagai simbol untuk membersihkan.
On silalak (daun silalak) hijau dan merah.
On ganda rusa (daun ganda rusa) putih dan hitam.
Boih luping (buah kelapa) hijau dan merah. Kelapa harus yang tidak ada isinya dan bekas
dimakan tupai.

Semua bahan tersebut diramu. Ada yang ditumbuk halus dan ada pula yang diminum
langsung.

14. Jitron taloe nyawong atau jitron kreh

Penyakit ini menurut ilmu kedokteran modern disebut dengan hernia. Orang Aceh
menganggap penyakit ini disebabkan oleh ulah manusia jahat. Kelamin penderita akan
membesar dan turun ke bawah. Oleh dukun, penderita akan dirajah dan diberi ramuan obat
tradisional.

Pengaruh Sosial

Pengetahuan orang Aceh tentang penyakit donya ini berpengaruh dalam kehidupan sosial
mereka, antara lain:

· Klasifikasi makhluk halus. Keberadaan pengetahuan ini berpengaruh pada konsepsi orang
Aceh dalam mengklasifikasikan makhluk halus yang berpengaruh dalam kehidupan mereka.
Hal ini membuat orang Aceh berhati-hati dalam berperilaku.

· Pembagian peran sosial. Keberadaan pengetahuan ini menjadikan peran-peran penyembuh


dalam kehidupan orang Aceh dapat terbagi dengan baik. Mereka membagi rata tugas dokter
dan dukun atau tabib.

· Upacara adat. Pengetahuan melahirkan upacara adat untuk penyembuhan orang sakit.
Dalam upacara tersebut, dukun atau tabib akan melakukan ritual menolak gangguan jin atau
setan.

· Pelestarian tradisi. Pengetahun ini merupakan tradisi leluhur yang bermanfaat dalam
menyikapi penyakit. Karena itu, hingga kini orang Aceh, khususnya di pedesaan, masih
melestarikan pengetahuan ini.

Di zaman modern sekarang ini, pengetahun model ini bisa jadi tidak banyak dipercaya lagi.
Meskipun demikian, bagi sebagain orang modern yang masih terikat dengan tradisi leluhur,
justru meletakkan pengetahuan ini sebagai ilmu yang tidak dapat digapai oleh ilmu modern.
Karena pada beberapa kasus, dokter memang tidak dapat menyembuhkan. Karena itu,
pengetahuan ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai