Anda di halaman 1dari 22

PRE-PLANNING PROGRAM TERAPI BERMAIN

“MENYUSUN GELAS PADA ANAK”

Pada Tahap Perkembangan Usia Pra - Sekolah (4 – 6 tahun) dengan Masalah


Keperawatan Stress Hospitalisasi di Ruang Rawat Inap Bansal Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang

Oleh :
KELOMPOK C
1. Bima Fajri Amanda 6. Media efendi
2. Hengki Purnama 7. Kurnia Ilahi
3. Kiki Novrianita Putri 8. Mieke Milanti
4. Laras Qullazah 9. Mardalena Yolanda
5. Laras Indriani 10. Mega Putri

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Asni Rita, S. Kep) (Mitayani,S.ST,M.Biomed)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat

dan hidayahNya, Akhirnya Program terapi bermain ini dapat disusun dan selesaikan.

Program terapi bermain ini kami susun berdasarkan hasil kegiatan yang sudah

dilaksanakan di Bangsal Anak di RSUP DR. M. DJAMIL padang Tahun 2018 agar

dapat dijadikan informasi dan masukan bagi perencana Kebijakan Kesehatan di

Tingkat Kota Padang khususnya terapi bermain menyusun gelas pada anak pra-

sekolah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Program terapi bermain kelompok kami

ini masih banyak kekurangan dan kesalahan untuk itu kami mohon kritikan yang

membangun untuk perbaikan Program kami ini.

Padang, MEI 2018

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Tujuan ............................................................................................................
C. Pelaksanaan Kegiatan .....................................................................................
D. Waktu dan Tempat ..........................................................................................
E. Proses Terapi Bermain.....................................................................................
F. Seting Tempat ..................................................................................................
G. Pengorganisasian.............................................................................................
H. Uraian Tugas....................................................................................................
LAMPIRAN
A. Pengertian........................................................................................................
B. Tujuan..............................................................................................................
C. Manfaat............................................................................................................
D. Alat Permainan Edukatif (Ape).......................................................................
E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain.........................................
F. Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah...............................................................
G. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek fisik....................................

1. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek psikososial...................


2. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek motorik.........................

3. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek bahasa..........................

4. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek kognitif.........................

5. Sosialisasi..................................................................................................
6. Bermain dan mainan..................................................................................
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

3
SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN

Mata Ajaran : Terapi Bermain

Pokok Bahasan : Menyusun gelas

Sasaran : Anak Pada Tahap Perkembangan Usia pra - Sekolah (4 – 6

tahun)

Hari / Tanggal : Kamis, 7 Mei 2018

Waktu : 10.00 – 10.30 WIB

Tempat : Ruang Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

A. Latar Belakang

Aktifitas bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik,

emosi, mental, intelektual, kreatifitas dan sosial. Dengan bermain di rumah sakit,

anak dapat beradaptasi lebih adaptif terhadap stress akibat hospitalisasi dan dapat

melanjutkan tumbuh kembangnya selama perawatan berlangsung. Untuk itu

aktifitas bermain tidak hanya diperlukan oleh anak sehat saja, tapi diperlukan

juga bagi anak dalam keadaan sakit dan dirawat (hospitalisasi) sehingga anak

dapat mengekspresikan pikiran, perasaan dan fantasi serta tetap dapat

mengembangkan kreatifitas dan mengurangi nyeri akibat penyakit atau terapi.

Dengan demikian terapi bermain dianggap salah satu alternative mempercepat

penyembuhan bagi anak (Ebrahim, G.J. 2010).

4
Terapi bermain yang dilakukan di rumah sakit mempunyai beberapa prinsip

yaitu, tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang berjalan, tidak

membutuhkan energy yang banyak, harus mempertimbangkan keamanan anak,

dilakukan pada kelompok umur yang sama, melibatkan orang tua (Ebrahim, G.J.

2010).

Anak yang dirawat di ruang rawat inap bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil

Padang pada umumnya mengalami stres hospitalisasi karena ketika anak dirawat

inap anak harus menghadapi perubahan-perubahan situasi dan kondisi yang ada

di rumah sakit seperti perubahan ruangan, teman-teman bermain, dan lain-lain.

Oleh karena itu melalui permainan ini diharapkan stres hospitalisasi yang terjadi

pada anak dapat dikurangi dan daya pikir mereka dapat distimulasi, sehingga

kreativitas anak dalam menghasilkan suatu karya juga dapat ditingkatkan.

Bermain menyusun gelas adalah salah satu jenis permainan yang bisa

dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang sedang menjalani

proses sosialisasi.

Stress hospitalisasi ini dapat ditanggulangi dengan terapi bermain salah

satunya menyusun gelas, dimana terapi ini bermanfaat untuk membina hubungan

antara anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara

maksimal, setelah itu terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi

dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai

dengan usia selama hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan

5
permainan permainan tidak membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak

anak dalam memecahkan masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan,

melatih nalar kecerdasan, melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu

tantangan (Supartini. 2010).

Selain itu terapi bermain menyusun gelas lebih cocok untuk anak usia pra

sekolah dan lebih efektif diberikan kepada anak usia pra sekolah karena anak

lebih mudah untuk diajak bekerja sama dan lebih mudah untuk diarahkan.

Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa tertarik untuk mengambil dan

melakukan terapi bermain menyusun gelas pada anak dalam tahap tahap

perkembangan usia pra sekolah (4 – 6 tahun) dengan masalah keperawatan stress

hospitalisasi di ruang rawat inap bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

tahun 2018

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Merangsang perkembangan sensorik, intelektual, sosial, kreatifitas,

kesadaran diri, moral, dan bermain dengan terapi

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain anak mampu :

a. Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas

b. Meningkatkan keterampilan anak

c. Mengidentifikasi anak terhadap keterampilan tertentu

d. Memberikan kesenangan dan kepuasan

C. Pelaksanaan Kegiatan

6
1. Pokok Pembahasan

Terapi bermain menyusun gelas

2. Sasaran

Terapi bermain ini ditujukan untuk anak usia pra-sekolah yang mengalami

stres hospitalisasi yang dirawat inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

A.kriteria insklusi

1. Anak usia 4-6 tahun 5 orang

2. Anak yang dirawat di ruang anak

3. Tidak mempunyai keterbatasan fisik atau akibat terapi lain yang dapat

menghalangi proses terapi bermain

4. Kooperatif tipe dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

5.Anak-anak yang bisa memegang gelas

6.Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun gelas .

B. Kriteria eksklusi

1. Anak -anak usia pra sekolah yang memiliki keterbatasan fisik untuk

mengikuti tetapi bermain menyusun gelas .

3. Media

a. Gelas

b. Tikar

4. Cara memainkan menyusun gelas dalam bentuk Piramida

a. Lider memberikan contoh menyusun gelas plastik dalam bentuk Piramida

b. Membagi anak-anak menjadi 3 kelompok yang di dampingi orang tua

7
c. Menyediakan gelas plastik setiap kelompok sebanyak 12 perkelompok

d. Menyuruh setiap kelompok menyusun gelas dalam bentuk Piramida

e. Mengoreksi hasil kerja masing-masing kelompok

f. Mengasih penilaian terhadap hasil kerja kelompok

D. Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal :Kamis,7 Mei 2018

Waktu : 10.00 – 10.30 WIb

Tempat : Ruang Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

E. Proses Terapi Bermain

No. Kegiatan Therapis Kegiatan Peserta


Waktu
1. 5 menit Pembukaan
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri, anggota - Memperhatikan
kelompok, dan pembimbing
- Menjelaskan tujuan umum dan - Memperhatikan
tujuan khusus
- Menjelaskan kontrak waktu - Menyetujui kontrak
waktu
2. 15 menit Materi
- Menggali pengetahuan anak - Memperhatikan.
- Memberikan reinforsement positif
atas jawaban anak
- Menjelaskan cara melakukan -Menjawab pertanyaan
permainan dan bentuk permainan
yang akan dilakukan. - Memperhatikan
- Leader menanyakan gelas yang telah

8
disediakan. - Memperhatikan
- Memberi reinforcement positif atas
jawaban anak
- Leader mengajarkan anak cara
menyusun gelas yang ada pada tikar
yang telah disediakan - Mendengarkan
- Memotivasi anak untuk menyusun
gelas dalam bentuk segitiga, bentuk
gambar payung,
- Memberi reinforcement positif atas - Memperhatikan
kemampuan anak
3. 10 menit Penutup
- Meminta anak untuk memberikan - Memberikan pertanyaan
pertanyaan atas permainan yang
telah dilaksanakan.
- Menjawab pertanyaan yang diajukan - Memperhatikan
bila ada.
- Melakukan evaluasi terhadap - Memperlihatkan kotak
ketepatan dalam mencocokkan dengan gambar yang
gambar (bentuk yang sama dengan telah dicocokkan.
yang diajarkan leader)
- Memberikan masukan tentang - Memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harus dicapai anak pada
orang tua.
- Menutup permainan dan - Menjawab salam
mengucapkan salam

9
F. Seting Tempat

Keterangan :

: Anak/pasien : Keluarga
:Pembimbing
Klinik
: Observer : Leader

:Pembimbing
: Fasilitator : Coeleader Akademik

: Moderator

G. Pengorganisasian

Pembimbing Akademik : Mitayani,S.ST,M.Biomed

Pembimbing Klinik : Ns. Asni Rita, S. Kep

Leader : Mega Putri

Coleader : Hengky Purnama

10
Moderator : Kiky Nofrianita putri

Observer : - media Efendi


-mardalena yolanda

-laras qullazah

Fasilitator : -Bima Fajri Amanda


-Mieke Milanti
-Laras Indriani
-Kurnia Ilahi

H. Uraian Tugas

1. Leader

a. Menyiapkan materi terapi bermain

b. Menjelaskan materi terapi bermain

c. Memdemonstrasikan aktifitas terapi bermain

d. Memberikan reinforcement positif

e. Menjawab pertanyaan yang diajukan audient

2. Coleader

11
a. Mendampingi leader

b. Memotivasi klien (anak)/keluarga

c. Mengingatkan leader waktu bermain

3. Fasilitator

a. Memotifasi audient agar berpartisipasi dalam kegiatan

b. Memfasilitasi dalam kegiatan

c. Membuat dan menjalankan absen

4. Observer

a. Mengamati jalannya acara

b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung

c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan

I. Materi (Terlampir)

Lampiran

A. Pengertian

Menyusun gelas adalah suatu terapi bermain yang melatih saraf motoriknya,

dan sekaligus mengontrol kecepatan tangan nya. (komunitas hugies,2011).

12
Terapi bermain ini bermanfaat untuk membina hubungan antara anak dengan

petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara maksimal, selain itu

terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya,

dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama

hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan permainan tidak

membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak anak dalam memecahkan

masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih nalar kecerdasan,

melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan (Komunitas

hugies, 2011).

B. Tujuan

Tujuan dari terapi bermain menyusun gelas dengan tingkat kesulitan sedang

terhadap anak usia pra-sekolah yang sedang dirawat di rumah sakit adalah

sebagai berikut :

1. Menyusun gelas dapat mengurangi kebosanan terhadap hospitalisasi

2. Tingkat kesulitan menyusun gelas sesuai dengan usia sekolah

3. Bermain ini dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia

selama hospitalisasi

4. Permainan dapat dilakukan dengan pertahankan mobilisasi (Ngastiyah, 2011)

C. Manfaat

Diharapkan terapi bermain ini dapat dijadikan sebagai sebuah terapi selain

terapi medis yang bisa mengurangi tingkat stress pada anak, sehingga anak bisa

13
lebih kooperatif terhadap asuhan keperawatan dan kesehatan yang akan

diberikan. Selain itu manfaat terapi bermain adalah :

1. Mengembangkan kemampuan kognitif

2. Mengembangkan kemampuan motorik

3. Mengembangkan kemampuan pertumbuhan seluruh tubuh, seperti tulang, otot

dan organ-organ lainnya.

4. Mengembangkan kemampuan mengontrol diri

5. Mengembangkan kemampuan mengikuti aturan yang diberlakukan.

(Soetjiningsih. 2012).

D. Alat Permainan Edukatif (Ape)

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat

perkembangannya, serta berguna untuk :

1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang

atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.

Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan

didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang

benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,

tape, TV, dll.

14
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,

bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,

puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi

ibu dan anak, keluarga dan masyarakat

Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal

kotak pasir, bola, tali, dll (Soetjiningsih, 2012).

E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada

keterampilan yang lebih majemuk.

4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.

5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

(Wong, Dona L, 2008).

F. Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah

1. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek fisik

Pada akhir tahun ke 2, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan


penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan antara usia
2 dan 5 tahun, rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan
tinggi 7 cm. Setiap tahun bagian utama perut anak menjadi rata dan tubuh

15
menjadi lebih langsing. Puncak energi fisik dan kebutuhan tidur menurun
sampai 11-13 jam/24 jam, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman
penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun. 20 gigi primer telah muncul
pada usia 3 tahun (Behrmaan dan Kliegman, 2010).

Proporsi fisik tidak lagi menyerupai anak todler dalam posisi jongkok
dan perut yang gembung. Postur tubuh anak prasekolah lebih langsing tetapi
kuat, anggun, tangkas dan tegap. Hanya ada sedikit perbedaan dalam
karakteristik fisik sesuai dengan jenis kelamin, kecuali yang ditentukan oleh
faktor lain seperti pakaian dan potongan rambut. Sebagaian sistem tubuh telah
matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan
yang moderat. Selama periode ini sebagaian anak sudah menjalani toilet
training. Seluruh gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3
tahun. Perkembangan motorik halus pada usia prasekolah memungkinkan
anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik, anak harus menggosok
giginya dua kali sehari (poter dan perry,2011).

2. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek psikososial

Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan


initiative–guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan,
dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa
kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya
dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia
memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau
berinisatif atau berbuat (Poter dan perry,2011).

Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor


(genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini
pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun,
dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar

16
punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-
masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan
mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-
kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Indikator positif pada masa ini
mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai
mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri. Sedangkan indikator
negatifnya adalah kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan
kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi. Inisiatif, mencoba hal-hal
baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan bersalah
dan identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama. Pembatasan
akan mencegah anak dari perkembangan inisiatif. Rasa bersalah mungkin
muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua.
Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain
(poter dan perry,2011).

3. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek motorik

Aspek motorik anak usia prasekolah lebih berkembang dari usia


sebelumnya. Keterampilan motorik kasar dan halus bertambah baik.
Ketrampilan motorik kasar pada anak usia 3 tahun anak adalah dapat
mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga menggunakan kaki bergantian,
berdiri satu kaki selama beberapa menit dan melompati sesuatu. Pada anak
usia 4 tahun anak mampu melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan
menuruni tangga dengan kaki bergantian. Pada anak usia 5 tahun anak dapat
melompat dengan kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, melompati
tali, dan berdiri seimbang satu kaki bergantian dengan mata tertutup (poter
dan perry,2011).

Sedangkan motorik halus pada anak usia 3 tahun anak dapat


membangun menara 9 atau 10 balok, membuat jembatan dari 3 balok, meniru
bentuk lingkaran, dan menggambar tanda silang. Pada anak usia 4 tahun anak

17
dapat merekatkan sepatu, meniru gambar bujur sangkar, menjiplak segilima
dan menambahkan 3 bagian ke dalam gambar garis. Pada anak usia 5 tahun
anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dengan baik, meniru
gambar segilima dan segitiga, menambahkan 7 sampai 9 bagian pada gambar
garis dan menulis beberapa huruf dan angka serta nama depan (poter dan
perry,2011)

4. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek bahasa

Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun.


Pembendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih.
Perbedaan yang penting antara percakapan, produksi suara yang dapat
dimengerti, dan bahasa, mendasari tindakan tindakan mental. Bahasa
mencakup fungsi pengungkapan maupun penilaian. Pada umumnya, masalah
percakapan lebih dapat dinilai untuk terapi dari pada masalah bahasa
(Behrmaan dan Kliegman, 2010)

Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif


maupun emosi. Anak yang diperlakukan dengan kejam dan diacuhkan, dapat
dikorelasikan dengan bahasa yang tertunda, terutama kemampuan untuk
menyampaikan keadaan emosi. Sebaliknya, penundaan demikian dapat turut
menimbulkan masalah perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan
peran penting dalam pengaturan perilaku mula-mula melalui pemahaman anak
terhadap permintaan dan batas-batas orang dewasa dan kemudian melalui
“percakapan pribadi” dimana anak mengurangi larangan-larangan orang
dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga
memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi
tanpa melampiaskannya; oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak
menunjukkan tingkat kemarahan yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang
lain (Behrmaan dan Kliegman, 2010).

18
Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam
mengenalkan anak-anak tentang kata-cetak, tetapi juga perkembangan bahasa
lisan. Membaca dengan keras dengan anak merupakan proses interaktif
dimana orang tua memfokuskan perhatian anak pada gambar tertentu,
menayakan tanggapan (dengan bertanya ”Apa itu?”), dan kemudian
memberikan jawaban (“Benar, itu anjing.”). tanya jawab yang rutin ini diulang
berkali-kali dalam latihan membaca buku. Seiring pertumbuhan pengalaman
anak, orang tua menambah pertanyaan lebih kompleks, meminta
penggambaran (“Apa warna annjing itu?”) dan kemudian proyeksi (“apa yang
akan dilakukan oleh anjing?”). Unsur-unsur pembagian perhatian, partisipasi
aktif, tanya jawab segera, pengulangan dan penyelesaian kesukaran membuat
kerutinan untuk belajar bahasa (Behrmaan dan Kliegman, 2010)

5. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek kognitif

Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional


piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran
yang didominasi pleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari
kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungan
motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak
realistis mengenai kekuatan hasrat contoh dari pemikiran ajaib anak adalah
anak percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung,
bahwa matahari turun karena lelah. (Behrmaan dan Kliegman, 2010)

Piaget menunjukan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan


yang terkenal dari uji coba “pengawetan” dalam salah satu uji coba, air
dituangkan bolak- balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke piring lebar yang
lebih rendah. Dan anak-anak ditanya mana yang berisi lebih banyak. Mereka
selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang tinggi), bahkan ketika
peneliti menunjukan bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah
pada pot ataupun piring. Salah pengertian demikian menggambarkan hipotesis

19
perkembangan anak tentang sifat alamiah dunia, juga kesulitan mereka dalam
menyelesaikan berbagai situasi secara serentak (Behrmaan dan Kliegman,
2010). Pengetahuan anak prasekolah tentang dunia tetap berhubungan secara
erat pada pengalaman konkret (dirasa dengan perasaan). Pada anak usia
prasekolah ditandai dengan pemikiran perseptual yang terbatas, dimana anak
menilai orang, benda dan kejadian dari penampilan luar mereka atau apa yang
tampak terjadi (poter dan perry,2011)

6. Sosialisasi
a. Hubungannya dengan orang lain selain orang tua termasuk kakek, nenek,
saudara, dan guru - guru yang ada di sekolah.
b. Anak memerlukan interaksi yang baik dengan teman yang sebaya untuk
membantu mengembangkan ketrampilan sosial.
c. Tujuan utama anak usia prasekolah adalah membantu mengembangkan
ketrampilan sosial anak.
7. Bermain dan mainan
a. Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif, interaktif, dan
kooperatif.
b. Anak usia pras sekolah memerlukan hubungan dengan teman.
c. Aktivitas harus meningkatkan pertumbuhan dan ketrampilan motorik
seperti : Melompat, berlari, dan memanjat.
d. Permainan imitasi imajinatif, dan dramatis sangat dibutuhkan untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4 - 6 tahun.
PENUTUP
Menyusun gelas adalah suatu terapi bermain yang melatih saraf motoriknya,

dan sekaligus mengontrol kecepatan tangan nya. (komunitas hugies,2011).

Terapi bermain ini bermanfaat untuk membina hubungan antara anak dengan

petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara maksimal, selain itu

terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya,

dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama

hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan permainan tidak

20
membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak anak dalam memecahkan

masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih nalar kecerdasan,

melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan (Komunitas

hugies, 2011).

Untuk itu aktifitas bermain tidak hanya diperlukan oleh anak sehat saja, tapi

diperlukan juga bagi anak dalam keadaan sakit dan dirawat (hospitalisasi) sehingga

anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan dan fantasi serta tetap dapat

mengembangkan kreatifitas dan mengurangi nyeri akibat penyakit atau terapi.

Dengan demikian terapi bermain dianggap salah satu alternative mempercepat

penyembuhan bagi anak yang sedang menjalankan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

21
Hidayat, A.A. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Salemba
Medika:jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Perawatan Anak. Yayasan Essentia Medika : Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai