Anda di halaman 1dari 18

KONSEP BERMAIN PADA ANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan “Keperawatan Anak I”

Dosen Pengampu : Ns. Arif Rohman Mansur, M.Kep

Kelompok 4

Windi Febrina Dewinda 1911311018


Laura Sheres Desina 1911311021
Indah Febriyana 1911312021
Nurul Hasanah 1911312024
Na’ila Zahra Iman 1911312027
Febrina Rizki Yuliono 1911312030
Thessa Arine Putri 1911312033
Fitri Yani 1911313014
Umniatul Azizah 1911313017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Konsep
Bermain Pada Anak” ini dengan baik. Pemakalah juga berterima kasih kepada bapak Ns. Arif
Rohman Mansur, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak I, yang telah
memberikan tugas ini dan membimbing kami. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Keperawatan Anak I, mahasiswa Ilmu Keperawatan, Universitas .

Pemakalah berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita semua mengenai Konsep Bermain Pada Anak. Serta dapat
mengaplikasikan ilmu dan pemahaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari saat
dihadapkan dengan situasi tersebut. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
pembaca.

Pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak


kekurangan. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Kami mohon kritik, saran, dan masukan yang membangun dari para pembaca demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Padang, 16 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 KONSEP BERMAIN PADA ANAK.............................................................................6
A. Definisi.........................................................................................................................6
B. Manfaat Bermain pada anak....................................................................................7
C. Tujuan bermain pada anak.......................................................................................8
D. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain....................................................9
E. Prinsip Dalam Aktivitas Bermain...........................................................................10
F. Klasifikasi Bermain..................................................................................................11
G. Jenis Permainan........................................................................................................12
H. Bermain di Rumah Sakit..........................................................................................13
2.2 SATUAN ACARA KEGIATAN..................................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................17
3.2 SARAN...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak akan berkata-kata,
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan
mengenal waktu, jarak, serta suara. Bermain juga merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat
melakukan atau mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasaBermain juga
merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk
berperan dan berperilaku dewasa.
Bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Fungsi utama bermain
adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi bermain pada anak?
2. Apa saja manfaat bermain pada anak?
3. Apakah tujuan dari bermain bagi anak?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain?
5. Bagaimana prinsip dalam aktivitas bermain?
6. Apa saja klasifikasi bermain?
7. Apa saja jenis permainan bagi anak?
8. Bagaimana konsep bermain di rumah sakit
9. Bagaimana satuan acara kegiatan bermain pada anak?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi bermain pada anak
2. Untuk mengetahui manfaat bermain pada anak
3. Untuk mengetahui tujuan dari bermain bagi anak

4
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
5. Untuk mengetahui prinsip dalam aktivitas bermain
6. Untuk mengetahui klasifikasi bermain
7. Untuk mengetahui jenis permainan bagi anak
8. Untuk mengetahui konsep bermain di rumah sakit
9. Untuk mengetahui satuan acara kegiatan bermain pada anak

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP BERMAIN PADA ANAK


A. Definisi

Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan
pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang
dilakukan demi menyenangkan orang lain, tetapi semata-mata karena keinginan dari diri
sendiri. Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih penting
daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel, karenanya anak dapat membuat
kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru yang berbeda dari sebelumnya. Bermain
bukanlah aktivitas yang kaku. Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat
dan tidak pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek positif karena
membuat pemainnya tersenyum dan tertawa karena menikmati apa yang mereka lakukan.

Dengan demikian, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, bersifat pribadi,


berorientasi proses, bersifat fleksibel, dan berefek positif. Bermain juga dapat diartikan
6
sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar
(Hurlock, 1997).

Garvey ( 2002 : 110 ) dalam salah satu tulisannya mengemukakan adanya lima
pengertian yang berkaitan dengan bermain yaitu :

1) Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak
2) Bermain tidak mempunyai tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih bersifat
intrinsik.
3) Bermain bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih
oleh anak.
4) Bermain melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
5) Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan
bermain misalnya kemampuan kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, belajar
bahasa, perkembangan sosial, dan lain sebagainya.

B. Manfaat Bermain pada anak

Bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak, diantaranya sebagai
berikut:

1) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik.


Ketika bermain anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak
melibatkan gerakan-gerakan tubuh, sehingga membuat tubuh anak menjadi sehat.
selain itu, anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, dan anak juga
dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan sehingga anak tidak merasa
gelisah.
2) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus
Aspek motorik kasar dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain, misalnya anak
yang bermain kejar-kejaran untuk menangkap temannya. Aspek motorik halus dapat
dikembangkan melalui kegiatan bermain mewarnai, menggambar bentuk-bentuk
tertentu atau meronce berbagai bentuk dengan variasi berbagai bahan.

7
3) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial.
Dengan bermain anak belajar berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal
mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun memahami apa yang diucapkan
oleh teman,sehingga hubugan dapat terbina dan dapat saling tukar informasi.
4) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian.
Melalui bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya dalam
hidupnya sehari-hari. Selain itu, bermain bersama sekelompok teman anak akan
mempunyai penilaian terhadap dirinya sehingga dapat membantu pembentukan
konsep diri, rasa percaya diri, dan harga diri karena ia merasa mempunyai kompetensi
tertentu.
5) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognitif
Pada usia dini anak diharapkan menguasai berbagai konsep seperti warna, ukuran,
bentuk, arah, besaran sebagai landasan untuk belajar menulis, bahasa, matematika,
dan ilmu pengetahuan sosial. Pemahaman konsep-konsep ini lebih mudah diperoleh
jika dilakukan melalui kegiatan bermain.
6) Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan.
Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan
perabaan. Melalui kegiatan bermain kelima aspek penginderaan dapat diasah agar
anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang berlangsung di
lingknungan sekitarnya.
7) Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan olah raga dan menari.
Dalam kegiatan bermain olahraga anak melakukan gerakan-gerakan olahraga seperti
berlari, melompat, menendang dan melempar bola sehingga anak akan memiliki
tubuh yang sehat, kuat dan cekatan. Dalam kegiatan menari anak melakukan gerakan-
gerakan yang lentur dan tidak canggung-canggung sehingga anak akan memiliki rasa
percaya diri.

C. Tujuan bermain pada anak

Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang

8
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995). Bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2) Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang telah
di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya.
3) Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti
yang ada dalam pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan
dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan
semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah
sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat dihindarkan
sebagaimana juga yang dialami orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana
menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang
dialaminya di rumah sakit secara efeAKTORktif. Permainan adalah media yang
efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut,
nyeri dan marah.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

1) Kesehatan. Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif,
seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai
hiburan
2) Perkembangan motorik. Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi
motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada
perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan
anak terlibat dalam permainan aktif.

9
3) Intelegensi. Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang
pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya
usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik,
konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian
bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan
intelektual yang nyata
4) Jenis kelamin. Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan
lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang
lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukan perhatian pada berbagai jenis
permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi
pada akhir masa kanak-kanak
5) Lingkungan. Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak
lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang.
Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang
berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta
kurangnya peralatan dan waktu bebas
6) Status sosioekonomi. Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih
menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan
mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal sepertu
bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film
yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap
mereka
7) Jumlah waktu bebas. Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi
keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang
mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang
lebih
8) Peralatan. Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.
Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan purapura,
banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya
konstruktif

E. Prinsip Dalam Aktivitas Bermain

1) Prinsip Produktivitas
Permainan edukatif harus dapat mengembangkan sikap produktif pada diri anak
sebagai pengguna dan pemain dalam permainan itu sendiri. Sehingga dari permainan
itu akan mengena dan tersimpan di memori anak sehingga suatu saat anak mampu
menginovasi atau menciptakan sesuatu yang baru.
2) Prinsip Aktivitas

10
Permainan edukatif harus mampu mengembangkan sikap aktif pada anak. Sehingga
permainan edukatif mampu mengembangkan motorik kasar dan motorik halus pada
anak.
3) Prinsip Efektivitas Dan Efisiensi
Prinsip ini menjadi tolak ukur dari efek permainan edukatif yang digunakan. Jadi
dalam hal ini guru sebagai fasilitator dituntut cerdas untuk memilih permainan
edukatif yang memiliki muatan pendidikan dan cocok untuk anak.
4) Prinsip Kreativitas
Melalui permainan, diharapkan anak mampu merancang sesuatu yang baru dan
berbeda dan menimbulkan kepuasan pada anak. Meskipun permainan itu mudah dan
murah, tapi anak akan tetap memiliki rasa penasaran untuk membongkar atau
merusaknya.
5) Prinsip Mendidik Dengan Menyenangkan
Permainan eduukatif harus memperhatikan sisi kemampuan anak. Dari permainan
diharapkan anak merasa senang dengan permainan yang dimainkan namun, tanpa
disadari ternyata permainan yang dikembangkan bermanfaat untuk mengembangkan
IQ, EQ dan SQ.

F. Klasifikasi Bermain

1) Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan
bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan
anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
d. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu

2) Menurut Karakteristik Sosial


a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
11
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool
Contoh : bermain balok
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi
belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain
sesukanya.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah
Adolesen
e. Onlooker Play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk
ikut berpartisipasi dalam permainan (Ex : Congklak). Anak hanya mengamati hal
yang menarik perhatiannya tanpa mau terlibat atau anak hanya menjadi penonton
yang aktif. Contoh : anak mengamati anak-anak lain bermain sepeda.

G. Jenis Permainan

Berdasarkan usia (Usia Bayi – Prasekolah)           


Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan
berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai
tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu
memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik
dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak:
1) Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih
kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi,  melatih
mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan
perabaan,  keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain
pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka,
boneka orang  dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan
suara, alat permaian  berupa selimut, boneka, dan lai-lain. 
 Bayi umur 3 – 4 bulan
Sesuai perkembangan bayi sudah bisa melihat dan mendengar
Permainan yang bisa diberikan : bola digantung, mainan berwarna cerah
digantung, mainan alat bunyi – bunyian
 Bayi umur 5 – 6 bulan
Sesuai perkembangan bayi sudah bisa memegang dan meraba

12
Permainan yang bisa diberikan : boneka, bintang – bintangan dari plastik,
mainan bunyi - bunyian
 Bayi umur 7 – 9 bulan
Sesuai perkembangan bayi sudah bisa memegang, menarik, mendorong
Permainan yang bisa diberikan : bola, bintang – bintangan dari plastik,
mainan yang bisa dijatuhkan tapi tidak bisa pecah. Pada umur sekita 8
bulan bayi sudah dapat duduk biasanya dia suka duduk ditengah –
tengah mainannya
 Bayi umur 10 – 12 bulan
Sesuai perkembangan bayi sudah bisa berjalan, belajar berjalan langkah demi
langakah.
Permainan yang bisa diberikan : mainan yang bis abergerak, mibil – mobilan,
kotak – kotak kubus kayu yang beraneka warna.
2) Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk
melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan
imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan
beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat
permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok,
buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain. Pada suatu saat anak juga
suka menjatuhkan mainan dari box ini menunjukkan proses menguasai pegangan
tangannya
3) Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa,
mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi
motorik, menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus,
memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan
suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat
dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar,
majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
 Anak umur 3 - 4 tahun
Sesuai perkembangan anak mulai suka mencoret - coret
Permainan yang bisa diberikan : kertas warna – warni, pensil warna
 Anak umur 4 - 6 tahun
Sesuai perkembangan anak suka melakukan kegiatan berfantasi
Permainan yang bisa diberikan : kubus balok yang bisa dirangkai menjadi
bangunan rumah, alat mengambar, kursi( dianggap mobil / kereta )

13
H. Bermain di Rumah Sakit

Bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan. Dengan bermain maka pertumbuhan dan
perkembangan anak akan terstimulasi. Saat anak dalam keadaan sakit dan harus di rawat di
rumah sakit, maka kebutuhan bermain harus tetap difasilitasi. Walaupun demikian tentu ada
perbedaan antara bermain di rumah dan bermain di rumah sakit, karena selain untuk
mendukung fase tumbuh kembang, bermain di rumah sakit juga dapat berfungsi sebagai
terapi. Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas
perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan,
frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi.

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan


perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi
pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian
diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat
berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.

Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah
sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan
fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi
dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak

Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan
mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling
efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh
pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk
kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi.

14
Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan
anak dirumah sakit .

Untuk mendukung proses pengobatan, maka bermain di rumah sakit harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan, di antaranya ialah:

1) Anak tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk
menghindari kelelahan. Alat permainan yang digunakan bersifat sederhana. Contoh
permainannya: menyusun balok, membuat kerajinan tangan dan menonton televisi.
2) Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3) Sesuai dengan kelompok usia. Untuk rumah sakit yang mempunyai tempat bermain,
hendaknya waktu bermain perlu dijadwalkan dan dikelompokkan sesuai dengan usia
karena kebutuhan bermain berbeda antara masing-masing tahap usia.
4) Tidak bertentangan dengan terapi.
5) Apabila program terapi mengharuskan anak untuk untuk beristirahat, maka aktivitas
bermain hendaknya dilakukan di tempat tidur. Anak tidak diperbolehkan turun dari
tempat tidur, meskipun ia kelihatannya mampu.

Keuntungan bermain di rumah sakit bagi anak:

1) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat.


2) Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang dan nyeri.
4) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.

Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak yang di rawat di
rumah sakit :

1) Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain
mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan
harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan

15
pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas,
sedih, tegang dan nyeri.
2) Proses kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Apabila permainan yang akan dilakukan dalam kelompok, uraikan
dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang
tua setiap anak.
3) Alat permainan yang diperlukan
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat.
Apabila anak akan diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan
haga yang terjangkau.
4) Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi
catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya
5) Evaluasi atau penilaian

2.2 SATUAN ACARA KEGIATAN

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang
dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan
mental serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan


perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman
yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan
respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga
anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.

3.2 SARAN

Setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa memahami tentang definisi
bermain, fungsi bermain bagi perkembangan anak. Berharap dengan adanya makalah ini kami
serta teman – teman semua menjadi lebih paham dan mendapat ilmu dari membaca makalah ini. 

17
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo

Sujiono, Yuliani Nurani. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT
Indeks

Ambiyak, M. 2011. Efektivitas permainan konstruktif Keping Padu terhadap peningkatan


kemampuan motorik halus siswa TK A RA al Kahfi Ds. Pilang Kec. Wonoayu Kab.
Sidoarjo. Jurnal UIN Surabaya

Nining, Yuliastati. Arnis Amelis. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Maryatu, dan Wahyu Purwaningsih. 2011. Buku Ajar Keperawatan Anak I. Surakarta:
STIKES Aisyiyah Surakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai