Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER DAN PRINSIP


KOMUNIKASI DAN KONSELING PADA PASIEN HIV

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Maria Valentina, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH

Muhammad Radista

Novita Sari

Nurul Annisa

Putri Dewi Naila

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESMAS

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” PENCEGAHAN
DAN PRINSIP KOMUNIKASI PADA PASIEN HIV”

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ns.
Maria Valentina, S.Kep., M.Kep,selaku dosen mata kuliah HIV/AIDS yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat
berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan dan
juga wawasan.

Kami pun menyadari bahwa di dalam askep ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan askep yang kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca.Kami mohon maaf yang sebesar-besarnyajikaterdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Bukittinggi, 14 oktober 2021

                   Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................1


B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pencagahan HIV........................................................................3
B. Prinsip komunikasi dan konseling pada pasien HIV.................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................9
B. Saran..........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada situasi yang sangat mengkhawatirkan, masyarakat akan dihadapkan
dengan fenomena HIV/AIDS yang sampai saat ini menjadi masalah global bagi
masyarakat dunia. Tidak hanya masyarakat negara maju saja yang mengalaminya
karena jelas di negara maju pergaulan masyarakat memang bebas, tetapi negara
berkembang seperti Indonesia yang mayoritas beragama Islam pun
mengalaminya.
AIDS (Acquired Immuno Syndrome) itu sendiri merupakan penyakit
menular yang disebabkan HIV (Human Immuno Deficiency Virus). HIV 4 adalah
virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Menurut Chin, tidak diketahui
adanya kekebalan orang terhadap infeksi HIV/AIDS, tetapi kerentanan setiap
orang terhadap HIV/AIDS diasumsikan bersifat umum, tidak dipengaruhi oleh
ras, jenis kelamin dan kehamilan, sehingga setiap orang mungkin untuk terserang
HIV/AIDS.1
Dengan pesatnya perkembangan HIV/AIDS telah banyak cara yang
dilakukan untuk mengatasi penyebaran virus tersebut, baik sebagai pencegahan
maupun pengobatan. Pemerintah pun sebagai lembaga perwakilan rakyat dalam
mengatasi HIV/AIDS membuat suatu penyuluhan dan sosialisasi terkait
HIV/AIDS untuk berbagai kalangan, serta dalam pengobatannya pemeritah
menyediakan layanan kesehatan gratis seperti layanan VCT (Voluntary
Counseling and Testing) di berbagai daerah Indonesia untuk orang yang beresiko
HIV/AIDS, terlebih untuk orang yang sudah dinyatakan positif HIV/AIDS.
Komunikasi merupakan hal yang fundamental bagi kehidupan
manusia.Dengan berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan gagasan dan
mentransferkanpesannya kepada khalayak luas dengan tujuan mempengaruhi
perilaku orang lainuntuk mengambil keputusan tertentu. Komunikasi
kesehatan seperti halnyakomunikasi manusia pada umumnya, namun
komunikasi ini memiliki cakupan yanglebih sempit karena hanya berkaitan
dengan pesan-pesan kesehatan saja. Komunikasiini sangat bermanfaat sebagai
proses sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakatdalam memberikan
pengetahuan mengenai informasi-informasi kesehatan maupunmeluruskan
pemahaman-pemahaman yang selama ini salah terkait informasikesehatan
tertentu.
Aktivitas komunikasi kesehatan terjadi dalam suasana interaktif
antarakonselor dengan klien kesehatan guna mempengaruhi individu maupun
kelompokmasyarakat untuk merubah perilakunya dan mengambil keputusan yang
tepat demi mendapatkan keadaan yang sehat secara baik fisik, mental, dan sosial.
Interaksi yangmelibatkan konselor dan klien kesehatan ini sebagai bagian
dari komunikasikesehatan yang sifatnya antarpribadi, tatap muka (face to face)
dan terjadi secaralangsung. Baiknya sebuah hubungan sangat tergantung pada
konselor, karenanya konselor harus dapat mengamati dan menilai respon klien
mengenai hubungan baikyang sedang terbangun. Kemampuan konselor dalam
menjalin hubungan dengan klientersebut dipengaruhi oleh pengetahuan,
pengertian, serta keterampilan. Konselordalam memberikan proses
bantuan kepada klien harus memahami tentangketerampilan dasar dan
prinsip konseling.

A. Rumusan Masalah
1. Apa saja pencegahan primer, sekunder, dan tersier pasien dengan HIV?
2. Apa saja prinsip komunikasi dan konseling?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pencegahan primer, sekunder, dan tersier pasien
dengan HIV
2. Untuk mengetahui tentang prinsip komunikasi dan konseling
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pencegahan primer, sekunder, dan tersier pasien dengan HIV


Macam-macam pencegahan terdiri dari pencegahan primer, pencegahan
sekunder dan pencegahan tersier. Berikut penjelasan dari macam-macam
pencegahan penyakit HIV/AIDS :
1. PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan primer merupakan pencegahan garda terdepan dimana
pencegahan ini bertujuan untuk mengurangi insiden dari suatu penyakit.
Pencegahan ini lebih mensasar pada pendekatan perseorangan dan komunitas
seperti promosi kesehatan dan upaya proteksi spesifik (Porta 2008).

Berikut contoh upaya pencegahan primer untuk penyakit HIV/AIDS yang


dapat dilakukan :
1) PROMOSI KESEHATAN
a) Penyuluhan Kesehatan menjadi upaya yang sering dilaksanakan
dalam pencegahan HIV/AIDS. Upaya ini sebagai upaya pencerdasan
bagi sasaran komunitas untuk memperbaiki pengetahuan dan persepsi
tentang penyakit,Faktor risiko,metode penularan dan pencegahan dari
Penyakit HIV/AIDS (Chin & Editor 2000).
b) Beberapa survei menyebutkan adanya pemahaman masyarakat yang
masih minim terkait penyakit HIV/AIDS, sehingga upaya penyuluhan
ini menjadi langkah awal dalam pengendalian penyakit HIV/AIDS.
Metode penyuluhan sangat bervariasi diantaranya melalui
ceramah dengan media poster dan leaflet, diskusi, Forum Group
Discussion dan membentuk KSPAN ( Kelompok Siswa Peduli
HIV/AIDS ) pada tiap sekolah yang dilatih dan dibina untuk menjadi
edukator untuk melakukan penyuluhan kepada temanteman sekolah (S
et al. 2012)
c) Pada negara afrika tepatnya di morogoro, ada sebuah program sosial
yang bersinergi dengan puskesmas setempat untuk memberikan
penyuluhan terkait penyakit HIV/AIDS kepada kelompok ibu-ibu
khususnya ibu hamil pada program Integrated maternal and newborn
health care.
2) PROTEKSI SPESIFIK
Adapun upaya proteksi spesifik yang sudah direkomendasikan untuk
pengendalian penyakit HIV/AIDS sebagai berikut :
a) Menurut permenkes nomor 21 tahun 2013 telah dijelaskan
penanggulangan HIV/AIDS pada pasal 14 tentang pencegahan
HIV/AIDS melalui hubungan seksual dilakukan melalui :
 Tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang
berisiko.
 Setia dengan pasangan
 Menggunakan kondom secara konsisten pada saat
berhubungan 48
 Menghindari penyalahgunaan obat atau zat adiktif narkoba
 Melakukan pencegahan lain seperti melakukan sirkumsisi.
Dalam melakukan hubungan seksual, proteksi penularan
HIV/AIDS dapat efektif dilakukan untuk mengurangi risiko
melalui (Men & Estimate 2015) :
 Mempunyai satu pasangan seks yang berisiko rendah
 Pasangan seks sesama ODHA ( Orang dengan HIV/AIDS )
 Dan tidak melakukan hubungan seks
b) Adapun proteksi penularan HIV/AIDS yang tidak melalui hubungan
seksual diantaranya pembuatan program layanan alat suntik steril dan
tes darah sebelum melakukan transfusi darah.
2. PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan lini kedua dari teori
pencegahan penyakit. Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi dan
meminimalisir prevalensi penyakit dengan durasi waktu yang cukup singkat.
Pencegahan sekunder terdiri dari deteksi dini dan pengobatan tepat (Porta
2008).
Berikut salah satu contoh upaya pencegahan sekunder sebagai berikut :
1) DETEKSI DINI
Deteksi dini yang dilakukan berupa mencermati aktivitas oleh BMI
ketika proses pemberangkatan dan kedatangan di bandara dan pelabuhan di
Surabaya Jawa timur. Pengamatan dilakukan dengan pemberian pertanyaan
terkait permasalahan kesehatan dan cek kesehatan 49 berdasarkan risiko
HIV/AIDS yang ada. Selanjutnya hasil dari pengamatan tersebut di laporkan
oleh petugas di Gedung Pendataan Kepulangan Khusus Tenaga Kerja
Indonesia ( GPKTKI ). Harapannya hasil dari pengamatan tersebut bisa
menjadi dasa ran utama untuk intervensi dini dan pengaturan langkah
selanjutnya untuk pengobatan lebih dini (Kinasih et al. 2015).
Contoh dalam upaya deteksi dini HIV/AIDS adalah pada sasaran
kelompok berisiko tinggi yaitu kelompok pekerja seks.
2) PENGOBATAN TEPAT
Pengobatan yang spesifik merupakan upaya tepat setelah mendapatkan
pelaporan dari deteksi dini. Walaupun HIV/AIDS sampai saat ini belum
ditemukan obat paten untuk menyembuhkan HIV/AIDS, namun peranan obat
ini dapat menjadi penghambat dan memperpanjang perkembangan virus HIV
di dalam tubuh.
Sebelum ditemukan pengobatan ARV ( Anti Retrovirus ) yang ada
saat ini, pengobatan yang ada hanya disasarkan pada penyakit opportunistik
yang diakibatkan oleh infeksi HIV.
Berikut macam-macam pengobatan yang digunakan :
 Penggunaan TMP-SMX oral untuk profilaktif
 Pentamidin aerosol untuk mencegah pneumonia P. Carinii.
 Tes tuberkulin pada penderita TBC aktif

Akhirnya WHO merekomendasikan untuk penggunaan Anti retroviral


bagi para penderita HIV/AIDS. Keputusan untuk memulai dan merubah terapi
ARV harus dipantau dengan memonitor hasil pemeriksaan lab baik plasma
HIV RNA ( Viral load ) maupun jumlah sel CD4 + T (Rumah & Sanglah
2011).

3. PENCEGAHAN TERSIER
Pencegahan tersier merupakan lini terakhir dari tahap pencegahan
penyakit. Pencegahan tersier bertujuan untuk membatasi akibat dari penyakit
yang dapat terjadi pada jangka waktu yang relatif lama dan juga memperbaiki
kualitas hidup seseorang untuk bisa lebih membaik (Porta 2008).
Penyakit HIV/AIDS hampir dipastikan orang yang terinfeksi
HIV/AIDS akan berujung pada kematian. Beberapa contoh yang bisa
diterapkan adalah penggunaan terapi ARV. Hingga sampai saat ini, hanya
ARV yang masih menjadi terapi efektif untuk menghambat perkembangan
virus HIV dalam menyerang CD4+T. Keterlambatan dalam penggunaan terapi
ARV akan meningkatkan mortalitas (Rumah & Sanglah 2011).

B. Prinsip komunikasi dan konseling pada pasien HIV/AIDS


Komunikasi merupakan interaksi yang dilakukan dari orang ke orang dengan
saling berbagi informasi dan perasaan diantara individu dengan individu lainnya.
Konseling adalah proses pemberian informasi obyekti dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan panduan komunikasi. Suatu komunikasi belum tentu
konseling tetapi setiap konseling merupakan komunikasi (Purwoastuti dan
Elisabeth, 2015:113).
Konseling merupakan kegiatan yang didalamnya melibatkan konselor dan
klien, tanpa ada keduanya proses konseling tidak akan terjadi. Agus Priyanto
mendefinisikan konseling sebagai suatu proses bantuan pemecahan masalah klien
agar dapat menyesuaikan dirinya secara efektif dengan dirinya sendiri dan dengan
lingkungannya, yang dilakukan oleh seorang konselor kepada klien secara
bersama-sama, dimana klien mengambil keputusan atas masalahnya sendiri baik
di kehidupan di masa sekarang maupun yang akan datang (Priyanto, 2012:81).
Menjalin hubungan yang baik dan efektif dalam praktik konseling menjadi
bagian yang mutlak dan tidak bisa dihindari sebab sifat dari konseling itu sendiri
yaitu helping relation. Hal tersebut dibutuhkan sebagai upaya memperlancar
pelaksanaan konseling dan dalam rangka memberikan kepuasan atau kesenangan
pada klien sehingga merasa dirinya diterima. Dengan begitu klien akan menjadi
terbuka.
PRINSIP KONSELING PADA PENDERITA HIV/AIDS
1. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan
Dalam prinsip ini saya menguraikan bahwa sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara perorangan
maupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya misalnya
perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan
langsung adalah sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-
aspek kepribadian dan kondisi sendiri, serta kondisi dari lingkungannya.
Dalam prinsip ini pihak tenaga kesehatan tidak memandang derajat
manusia baik umur, jenis kelami , suku, agama dan status ekonomi dari
masing-masing yang menderita penyakit HIV/AIDS. Tenaga kesehatan juga
saling memperhatikan tahap dan bagamana aspek perkembangan individu
dalam menghadapi penyakitnya. Kami juga memberikan perhatian atau
memberikan edukasi pada penderita HIV/AIDS untuk meningkatkan kualitas
diri pada individu.
2. Prinsip yang berkenaan dengan masalah individu
Dalam prinsip ini dari faktor yang akan mempengaruhi perkembangan dan
kehidupan individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti
ada yang berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah.
Pelayanan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas.
Dalam prinsip ini pihak konseling berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh konsidi mental atau fisik individu terhadap
penyesuaikan dirinya di lingkungan, di rumah, di tempat kerja yang berkaitan
dengan kontak sosial. Mereka akan mengalami gangguan pada citra diri
mereka masing-masing. Tetapi dengan adanya konseling ini maka tingkat
pengaruh yang menyerang pada penderita HIV/AIDS ini tidaklah berat.
3. Prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
Prinsip ini merupakan bagian proses pendidikan dan pengembangan pada
penderita HIV/AIDS karena mereka harus di berikan edukasi untuk
mengembangan tingkat pola pikir agar mereka mampu menghilangkan semua
pemikiran jenuh yang selama ini mereka pikirkan. Pihak kesehatan juga
menyesuaikan kebutuhan tiap-tiap individu yang bersagkutan. Dan mereka
memberikan bimbingan konseling yang di susun secara berkelanjutan dari
yang terendah hingga tertinggi.

4. Prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan


Pelaksanaan pelayanan tenaga kesehatan dimulai dengan pemahaman
tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses
tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor
profesional. Maka penderita penyakit HIV/AIDS ini akan mengalami
kebangkitan dengan adanya kkonseling yang di adakan. Pihak klien juga
merasakan kepuasan karena mereka mempunyai penutan yang membimbing
ataupun yang membantu mereka dalam proses penyembuhan. Mereka di
berikan pendidikan juga edukasi untuk meningkatkan kinerja otak mereka.

Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya


pencegahan penularan HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk mempertahankan
perilaku tidak berbahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara internasional sebagai cara efektif
mencegah infeksi HIV/AIDS melalui hubungan seksual. ABCDE ini
meliputi:

A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko tinggi


dan seks pranikah.

B = setia, saling setia dalam hubungan perkawinan atau hubungan tetap.

C = kondom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar


dan konsisten untuk penjaja seksual.

D= obat, hindari pemakaian narkoba suntik.

E = peralatan , jangan memakai alat suntik secara bergantian.


Jurnal Komunikasi dan Konseling pada Klien dengan HIV/AIDS :

Efektifitas Komunikasi Konseling Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (Odha)


Dalam Memperpanjang Harapan Hidup

(Studi Kasus Konselor Di Komite AIDS HKBP)

A. PENDAHULUAN
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
Prinsip komunikasi konseling pada pasien HIV“ dan untuk kata kunci jurnal
tersebut yaitu Komunikasi, Konseling HIV/AIDS, Konselor, ODHA, Komite AIDS
HKBP.

Cite URL : Tambunan, A. EFEKTIFITAS KOMUNIKASI KONSELING


TERHADAP ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DALAM
MEMPERPANJANG HARAPAN HIDUP (Studi Kasus Konselor Di Komite
AIDS HKBP).

B. HASIL JURNAL
 Proses komunikasi pada konseling HIV/AIDS adalah proses penyampaian
informasi HIV/AIDS oleh konselor (pengirim pesan) kepada Orang Dengan
HIV/AIDS (penerima pesan) yang disampaikan secara langsung yang
tujuannya adalah untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup
Orang Dengan HIV/AIDS.
 Bentuk komunikasi pada konseling HIV/AIDS adalah komunikasi
interpersonal. Proses penyampaian informasi pada konseling dilakukan secara
langsung antara konselor dengan klien.
Hambatan berkomunikasi pada konseling HIV/AIDS antara lain: tingkat
pendidikan ODHA dimana apabila tingkat pendidikan klien rendah akan lebih
sulit memahami penjelasan dari konselor. Hambatan berikutnya adalah beban
psikologis ODHA dimana semakin banyak beban psikogis yang dialami
ODHA akan semakin sulit menerima penjelasan konselor. Hambatan
selanjutnya adalah hambatan fisik yaitu jarak antara tempat tinggal pasien
ODHA dengan Komite AIDS HKBP
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Macam-macam pencegahan terdiri dari pencegahan primer terdiri dari
promosi kesehatan dan proteksi spesifik, pencegahan sekunder terdiri dari
deteksi dirni dan pengobatan dan pencegahan tersier terdiri dari terapi
Komunikasi merupakan interaksi yang dilakukan dari orang ke orang
dengan saling berbagi informasi dan perasaan diantara individu dengan individu
lainnya.
Konseling merupakan kegiatan yang didalamnya melibatkan konselor
dan klien, tanpa ada keduanya proses konseling tidak akan terjadi.

B. Saran
Semoga dengan makalah ini bisa membantu untuk memahami dan
mempelajari tentang HIV/AIDS
DAFTAR PUSTAKA

S, A.A.S. et al., 2012. PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN DAN


PENULARAN HIV / AIDS PADA SISWA / I SMP KERTHA WISATA
TEGALALANG GIANYAR

http://www.academia.edu/25977819/Voluntary_Counselin
g_and_Testing_untuk_Orang_Berisiko_HIV-AIDS
http://www.academia.edu/24103746/PRINSIP-
PRINSIP_DAN_FUNGSI_BIMBINGAN_dan_KONSELI
NG
https://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/15/prinsip-
%E2%80%93-prinsip-bimbingan-dan-konseling/

Anda mungkin juga menyukai