HIV/ AIDS
a. Peran Perawat dalam Pencegahan HIV/ AIDS
Dalam 24 jam penuh, perawat hampir selalu berinteraksi dengan
masyarakat, dengan keluarga pasien, baik itu di rumah, di rumah sakit
ataupun di puskesmas. Hubungan antara perawat dengan masyarakat ini
tidak hanya terjalin secara fisik saja. Akan tetapi juga terjalin secara
emosional. Untuk itulah, kedekatan dan hubungan yang terjalin antara
perawat dan masyarakat ini sangat bisa dimanfaatkan dalam
memberikan promosi kesehatan untuk masyarakat, memberikan edukasi
tentang pencegahan HIV/ AIDS dan beberapa pelayanan kesehatan yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Dalam beberapa kasus, masih ada beberapa keluarga penderita
HIV/ AIDS yang enggan untuk membicarakan penyakit yang diderita
oleh salah satu keluarganya tersebut. Banyak alasan kenapa mereka
menjadi tertutup ketika membicarakan penyakit HIV/ AIDS. Untuk itu,
melalui peran serta perawat dalam pencegahan HIV/ AIDS dengan
dukungan pemerintah akan memberikan solusi yang maksimal dalam
melakukan promotif dan preventif untuk pencegahan penyakit HIV/
AIDS.
Beberapa Dukungan Pemerintah Untuk Perawat Dalam
Melakukan Promosi & Preventif Pencegahan HIV AIDS di Masyarakat
yaitu:
1. Adanya dasar hukum yang kuat agar perawat bisa menjalankan
tugasnya dengan baik. Sehingga tidak ada rasa takut ketika
memberikan pelayanan kesehatan terkait HIV/ AIDS.
2. Mengadakan pendidikan atau pelatihan khusus untuk HIV/ AIDS.
Dengan adanya pendidikan dan pelatihan khusus ini akan membuat
perawat lebih mudah dalam memberikan pelayanan, penyuluhan,
dan bahkan menjadi konsultan penderita HIV/ AIDS.
3. Memberikan tunjangan khusus dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan kegiatan promosi pencegahan HIV/ AIDS. Dalam
kegiatan ini, bukan semata-mata tujuan mareti dalam bentuk uang
yang dicari. Akan tetapi, melakukan penyuluhan terhadap penderita
HIV/ AIDS memiliki resiko sangat tinggi daripada seorang anggota
dewan DPR yang bepergian kepelosok untuk meninjau hasil kerja
suatu daerah. Ketika dalam suatu masyarakat ada penderita HIV/
AIDS maka orang tersebut secara tidak langsung akan dikucilkan.
Dari sinilah, kedekatan seorang perawat dengan masyarakat yang
sudah terjalin bisa menjadi jembatan emas akan pentingnya
memberikan kesadaran kepada masyarakat dan penderita HIV/
AIDS tentang penyakit HIV/ AIDS itu sendiri.
b. Peran Perawat dalam Penanggulangan HIV/ AIDS.
Peran perawat dalam advokasi AIDS lebih akan berdampak ganda
(mengurangi resiko infeksi nosokomial AIDS dan meningkatkan peran
dalam preventif, promoti dan rehabilitatif) dalam penanggualangan
AIDS/HIV, misalnya dengan jalan :
1. Membuat LSM atau lembaga penelitian AIDS/HIV
2. Advokasi KIE (komunikasi-informasi dan edukasi) lewat
website/internet
3. Mengadakan pelatihan/seminar publik
4. Menjaring tokoh perawat Indonesia dalam penanggulangan
AIDS/HIV agar masyarakat lebih mengenal keperawatan lebih maju
dan modern
5. Mengoptimalkan pemanfaatan dana hibah/grant lewat bidang
keperawatan AIDS/HIV
6. Membuat SOP Askep AIDS/HIV
Hingga pada akhirnya peran perawat Indonesia dalam
penanggulangan, perawatan, pencegahan dan pengobatan AIDS/HIV
menuju jalan maju, tidak ragu ke kanan dan ke kiri, terlebih lagi mundur
kebelakang.
c. Peran Perawat dalam Menangani Masalah Psikososial Penderita HIV/
AIDS.
` Adanya stigma masyarakat yang negatif terhadap penderita HIV/
AIDS menimbulkan beban psikososial tersendiri pada penderita.
Bahkan terkadang cenerung melebihi beban fisik akibat penyakit HIV/
AIDS itu sendiri. Berikut beberapa peran perawat dalam menangani
masalah psikososial pada penderita HIV/ AIDS :
1. Memberikan konseling dan pendampingan (tidak hanya psikoterapi
tetapi juga psikoreligi), edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik
pada penderita, keluarga dan masyarakat. Sehingga penderita,
keluarga maupun masyarakat dapat menerima kondisinya dengan
sikap yang benar dan memberikan dukungan kepada penderita.
2. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering
dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan
ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang
tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
3. Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi
rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan
adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pascates HIV,
konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV
penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas
mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan
penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh pasien.
Konsekuensi dari hasil tes postif maupun negatif disampaikan dalam
sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan menjalani testing
telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut
positif atau negatif.
Difteri