DISUSUN OLEH :
TAHUN 2020-2021
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas PPOK ”.
Tujuan pembuatan Asuhan Keperawatan ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan tugas dalam perkulihan. Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak
terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh kami.
Namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan tugas ini, kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan dengan tangan terbuka kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan pada masa yang akan datang.
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Lansia adalah
keadaan yang di tandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi fisiologis yang berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup
(Ferry & Makhfudli, 2009). Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, S.R,
2014). Namun, menurut WHO, batasan lansia dibagi atas usia pertengahan (middle age)
yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun Notoadmodjo, (2011). Dengan
bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan sehingga penyakit tidak
menular banyak terjadi pada lanjut usia. Penyakit tidak menular yang banyak diderita
oleh penduduk lansia antara lain Arhtritis, hipertensi, nyeri sendi, stroke dan diabetes
mellitus (Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2015).
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah Mempelajari dan
memberikan pemahaman tentang asuhan keperawatan komunitas pada lansia dengan
gangguan PPOK.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu :
a) Melakukan pengkajian pada pasien PPOK.
b) Merumuskan analisa sintesa yang sesuai pada pasien PPOK
1
c) Merumuskan diagnosa yang muncul pada pasien PPOK
d) Menentukan intervensi keperawatan pada pasien PPOK.
e) Melakukan implementasi keperawatan pada pasien PPOK.
f) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien PPOK.
g) Mampu mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada pasien
PPOK.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,
bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002)
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas
dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. Penyakit Paru Obstruktif
Kronis /PPOK (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD) adalah suatu
penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema
atau bronkitis kronis.
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3
bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002)
Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002)
2.1 .2 Etiologi
3
2.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi Emfisema
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi dan
pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil elastik
jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi.
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak
langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan
4
ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan
mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan
hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami
kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri
(hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.
Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan aliran
keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik. Untuk
mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanan negatif selama
inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan
dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu inflasi. Daripada
menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan upaya
otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku, dan iga-iga
terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest) pada banyak pasien
ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan yang
berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang.
5
2.1.4 WOC
Penurunan silia
PPOK
Penurunan BB drastis
Nafas pendek Obstruktif (kerusakan) alveoli
ADL dibantu
Intoleransi aktivitas
7
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala awal dari PPOK, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah
batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan sebagai
batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal.Sering terjadi nyeri kepala
dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena adanya nanah.
Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai
mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah
parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan
kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan
menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan,
karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga
penderita menjadi malas makan.
8
mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, pasien PPOK banyak yang
mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya
nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya
kekuatan tubuh, kehilangan selera makan, penurunan kemampuan pencernaan
sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Pasien
PPOK, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga
dalam melakukan pernafasan.
9
Emfisema
1. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta dan
jantung normal
2. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV, penurunan
VC dan FEV
2.1.7 Penatalaksanaan
Mobilisasi dahak.
Ditujukan untuk mengurangi keluhan, batuk-batuk, ekspektorasi,sesak dengan cara
memberikan obat-obat yang memudahkan pengeluaran sputum dan yang melebarkan
saluran nafas.
(a). Ekspektoransia.
Dua jenis mukolitik yang paling banyak dipakai adalah Asetil cystein dan
Bromhexin. Asetil cystein yang diberikan pada oral, memberikan efek mukolitik
yang cukup banyak efek sampng dibandingkan aerosol yang sering menimbulkan
bronkospasme. Bromhexin sangat populer oleh penggunanya yang mudah (tablet,
elixir,sirup).
10
(c) Nebulisasi.--Inhalasi uap air atau dengan aerosol melalui nebuliser, dan juga
ditambahkan dengan obat-obat bronkodilator dan mukolitik dengan atau tanpa
Intermittent Positive Pressure Breathing (IPPB).
Obat-obat bronkodilator.
Merupakan obat utama dalam mengatasi obstruksi jalan nafas. Adanya respon
terhadap bronkodilator yang dinilai dengan spirometri merupakan petunjuk yang
dapat digunakan untuk pemakaian obat tersebut.
Kortikosteroid.
Antibiotika.
Peranan infeksi sebagai faktor penyebab timbulnya PPOK terutama pada bronkitis
11
menahun masih dalam perdebatan namun jelas infeksi berpengaruh terhadap
perjalanan penyakit bronkitis menahun dan terutama pada keadaan-keadaan dengan
eksaserbasi. Penyebab eksaserbasi tersering adalah virus, yang sering diikuti infeksi
bakterial. S. pneumonia dan H. influensa merupakan kuman yang paling sering
ditemukan pada penderita bronkitis menahun terutama pada masa eksaserbasi.
Antibiotika yang efektif terhadap eksaserbasi infeksi ampicillin, tetracyclin,
cotrimoxazole, erythromycin, diberikan 1 - 2 minggu. Antibiotik profilaksik pemah
dianjurkan oleh karena dapat mengurangi eksaserbasi, tidak dapat dibuktikan
kegunaannya dalam pemakaian yang luas. Pengobatan antibiotik sebagai profilasi,
hanya bermanfaat pada mereka yang sering eksaserbasi harus pada musim
dingin/hujan. Perubahan dari sifat dahak merupakan petunjuk penting ada tidaknya
infeksi, dahak menjadi hijau atau kuning.
mengencerkan dahak
memobilisasi dahak
12
melakukan pernafasan yang efektif
13
d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.3 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas
2.3.1 Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2013). Misalnya di dalam kesehatan di kenal
kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok
lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya
(Mubarak, 2016). Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya
kesehatan (Mubarak, 2016).
2.3.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
14
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
2.3.3 Fungsi Keperawatan Komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2016).
2.3.4 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan dilingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
15
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
2.3.5 Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat
a. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu.
Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana
masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan.
Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan
keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang
melakukan kegiatankegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB,
16
(3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi
dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2013).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1)
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat
penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi .
b. Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
c. Pemberian Oralit dan pengobatan.
d. Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai
permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV
dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Pelayanan
yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan
komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu:
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada
penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan
primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan
perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup
pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok.
Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang
melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan
imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi
bayi dan balita.
2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-
17
kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai
pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu dan puskesmas.
3) Pencegahan tertier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang
mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai
dengan kemampuannya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
18
Luas : Sebagian besar wilayah tempat tinggal kelompok lansia dengan DM di
Barat : Sukamulya
3.1.5 Kebiasaan
sebagian besar lansia mengisi waktu luangnya hanya untuk jalan –jalan disekitar
lingkungan rumah, tidak ada ketrampilan khusus yangdiselenggarakan untuk
mengisi waktu luang lansia
3.1.6 Transportasi
19
1. Kesehatan : Terdapat puskesmas Air Beliti sebagai puskesmas induk dan
3.1.9 Agama
Hasil pengolahan data yang berasal dari angket, wawancara dan observasi akan
No Usia Frekuensi
1 45 – 49 8
2 50 – 54 7
3 55 – 59 10
4 60 – 65 2
20
5 65 – 69 3
Jumlah 30
1. Komposisi lansia berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Frekuensi
1 SD 8
2 SMP 12
3 SMA 10
Jumlah 30
1 Laki – Laki 13
2 Perempuan 17
Jumlah 30
3. Komposisi lansia berdasarkan agama
No Agama Frekuensi
1 Islam 27
2 Kristen 3
Jumlah 30
4. Komposisi lansia berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi
1 PNS 8
2 Swasta 7
3 Wiraswasta 10
4 Tidak bekerja 5
Jumlah 30
3.2.2 Lingkungan Fisik
21
No Perilaku Membersihkan Frekuensi
Rumah
1 1 kali sehari 4
2 2 kali sehari 20
3 2 kali sehari 4
4 Tidak teratur 2
Jumlah 30
penampungan air
1 Tiap Hari 6
2 3 kali sehari 1
3 1 minggu sekali 13
4 Tidak tentu 10
Jumlah 30
1 Ada, dibuka 25
2 Ada, ditutup 3
22
3 Tidak Ada 2
Jumlah 30
1 Ada 13
2 Tidak Ada 17
Jumlah 30
5). Type perumahan
1 Permanen 25
2 Semi permanen 5
3 Tidak permanen 0
Jumlah 30
23
6). Status kepemilikan rumah
1 Milik sendiri 25
2 Numpang 5
3 Sewa 0
Jumlah 30
1. Perkesmas
1 Ya 6
2 Tidak 24
Jumlah 30
24
2). Perawatan bagi anggota keluarga yang sakit :
1 Keluarga 4
2 Petugas kesehatan 0
Jumlah 4
4 Tidak pernah 0
Jumlah 4
4). Sumber Pendanaan Kesehatan keluarga
25
No Pendanaan Kesehatan Frekuensi
1 ASKES/ASTEK 10
2 JAMKESMAS 6
3 UMUM 14
Jumlah 30
5). Partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia
1 Ya 22 72
2 Tidak 8 28
Jumlah 30 100
6). Partisipasi lansia dalam mengikuti senam lansia :
1 Selalu 20 72
2 Kadang – kadang 6 16
26
3 Tidak pernah 4 12
Jumlah 30 100
2. Laboratorium
1 Ya 6 24
2 Tidak pernah 24 76
Jumlah 30 100
2).Frekuensi pemeriksaan gula darah pada lansia dengan DM
Tabel Distribusi lansia berdasarkan pemeriksaan gula darah pada
lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal4 – 6 Juni 2021.
1 1x/minggu 1 4
2 sewaktu – waktu 28 92
27
Jumlah 30 100
3. Kesehatan Lansia
1). Sarana kesehatan yang paling dekat dengan tempat tinggal lansia :
Tabel Distribusi lansia berdasarkan sarana kesehatan dekat dengan
tempat tinggal lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni
2021.
1 Puskesmas 18 60
2 Dokter 8 32
3 Bidan/perawat 0 0
4 Poliklinik 2 8
Jumlah 30 100
2 Bidan/perawat 4 12
3 Rumah Sakit 4 12
28
4 Puskesmas 14 48
5 Poliklinik 0 0
Jumlah 30 100
3). Pengetahuan lansia tentang Diabetes Mellitus :
Tabel Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia tentang
Diabetes Mellitus di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021.
1 Lansia Tahu 8 27
Jumlah 25 100
4). Pengetahuan lansia tentang Diet (pola makan) pada Diabetes
Mellitus Tabel Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia
tentang diet pada Diabetes Millitus di Desa Darma Sakti pada
tanggal 4- 6 Juni 2021.
1 Lansia Tahu 18 80
Jumlah 30 100
29
5). Kegemaran lansia dalam mengkonsumsi makanan / minuman manis
:
Jumlah 30 100
Jumlah 30 100
2). Penghasilan yang didapatkan lansia setiap bulannya :
30
No jumlah penghasilan Frekuensi %
1 <Rp.1.500.000 23 72
2 >Rp. 1.500.000 7 28
Jumlah 30 100
1 Ya 8 26
2 Tidak 22 84
Jumlah 30 100
2). Kemampuan lansia dalam membaca dan menulis
1 Ya 26 84
31
2 Tidak 4 16
Jumlah 30 100
3.2.6 Sub Sistem Rekreasi
Tabel Distribusi lansia berdasarkan kebiasaan lansia diwaktu senggang di Desa Darma Sakti
pada tanggal 4 – 6 Juni 2021.
1 Berkebun/pekerjaan rumah 8 24
2 Senam 2 8
3 Jalan – jalan 16 56
2).
Aktifitas 4 Tidak melakukan apa – apa 4 12
32
3 Jalan – jalan 10 33
4 Lainnya.... 2 7
Jumlah 30 100
Tabel Distribusi lansia berdasarkan keamanan lingkungan tempat tinggal lansia di Desa Darma
Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021.
1 Ya 7 28
2 Tidak 23 72
2).
Jumlah 30 100
Kondisi jalan
disekitar tempat
tinggal lansia
33
No kondisi jalan Frekuensi %
lansia
lansia
Jumlah 30 100
3). Jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh lansia
1 Mobil 2 7
2 Sepeda Motor 18 60
3 Angkutan Umum 10 33
4 30 100
Jumlah
34
ANALISA DATA
35
3. Ds : PPOK Pada Pola napas tidak
- Kader posyandu Masyarakat efektif
mengatakan ( 50 % )
masyarakat tidak tahu
mengenai masalah
kesehatan yang dihadapi.
Do :
- Lansia tidak menjalani
pemeriksaan pengobatan
yang tepat
Diagnosa Keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kontriksi bronkus peningkatan pembentukan
sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
2. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidaksamaan ventilasi perfusi.
3. Pola napas tidak efektif yang b.d napas pendek dan produksi sputum.
36
keperawatan selama keperawatan UPAYA
1 minggu, komunitas selama 2 minggu, KESEHATAN
Kerusakan
diharapkan : komunitas 1. Identifikasi
pertukaran gas b.d diharapkan: perilaku upaya
Tidak Terjadi kesehatan
ketidaksamaan Gangguan Tidak Terjadi yang dapat
ventilasi perfusi. Pertukaran Gas. Gangguan diterapkan
Pertukaran Gas. 2. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik
setiap hari
SIKI : DUKUNGAN
KEPATUHAN
PROGRAM
PENGOBATAN
1. Buat
komitmen
menjalani
program
pengobatan
dengan baik
2. Informasikan
program
pengobatan
yang harus
dijalani
3. Anjurkan
keluarga untuk
mendampingi
dan merawat
pasien selama
menjalani
program
pengobatan
Setelah dilakukan Setelah dilakukan SIKI : EDUKASI
tindakan tindakan KESEHATAN
Pola napas tidak
keperawatan selama keperawatan 1. Jelaskan factor
efektif yang b.d 1 minggu, komunitas selama 2 minggu, resiko yang
diharapkan : komunitas dapat
napas pendek dan
diharapkan: mempengaruhi
produksi sputum. kesehatan
Pola Napas Efektif Pola Napas Efektif SIKI : DUKUNGAN
KEPATUHAN
PROGRAM
PENGOBATAN
37
2. Informasikan
program
pengobatan
yang harus
dijalan
SIKI : EDUKASI
DIET
3. Identifikasi
tingkat
pengetahuan
saat ini
4. Identifikasi
kebiasaan pola
makan saat ini
dan masa lalu
5. Jelaskan tujuan
kepatuhan diet
Implementasi Keperawatan
38
4. Menginformasikan program
pengobatan
yang harus dijalani
5. Menganjurkan keluarga
untuk mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani program
pengobatan
3. Pola napas tidak efektif yang b.d napas EDUKASI KESEHATAN
1. Jelaskan factor resiko
pendek dan produksi sputum.
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
DUKUNGAN KEPATUHAN
PROGRAM PENGOBATAN
2. Informasikan
program pengobatan
yang harus dijalani
EDUKASI DIET
3. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
4. Identifikasi kebiasaan
pola makan saat ini
dan masa lalu
5. Jelaskan tujuan
kepatuhan diet
39
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta,
EGC.
Doenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC.
40
41