HALAMAN JUDUL
OLEH :
1. I GUSTI AYU INTAN SETYARI (016)
2. NI WAYAN LITA PERDANI (017)
3. LUH GEDE SUMIARI (018)
4. AYU DYAH KUSUMADEWI WIDIARSA (019)
5. NI KADEK SINTA MUTIARA DEWI (020)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena atas
rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan paliatif
yang berjudul “Tinjauan Agama, Social dan Budaya Pada Perawatan Menjelang Ajal
dan Paliatif”. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk penyusunan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan pembaca.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Simpulan...........................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta
melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health
Organization (WHO) 2016).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep
diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell,
2013).
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien
paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya
dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan
dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan
diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari
dirinya (Hamid, 2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual
adalahgangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang
dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011).
1
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas Eppink,
sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku
dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.
Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian,
moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah
pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan
keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan
bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang
menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah tinjauan agama dalam perawatan paliatif ?
2. Bagaimanakah tinjauan sosial budaya dalam perawatan paliatif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tinjauan agama dalam perawatan paliatif
2. Untuk mengetahui tinjauan sosial budaya dalam perawatan paliatif
2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Agama dalam Perawatan Paliatif
3
2. Karakteristik spiritual
Siregar (2015) menyatakan bahwa pemenuhan spiritual harus berdasarkan 4
karakteristik spiritual itu sendiri. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki
spiritual, adapaun karakteristik itu antara lain:
a. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri
yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut
kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan,
ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri (Young dan Koopsen,
2007).
Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna
dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai
pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan
tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen (1985) kepercayaan bersifat
universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak
dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis.Kepercayaan dapat memberikan arti
hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau
stress.Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu
atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan
yang lebih luas. Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian
dalam hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui
hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan
sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak
orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit. Makna atau arti
dalam hidup (Meaning of live). Perasaan mengetahui makna hidup, yang kadang
diidentikkan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai
suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata,
membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa
mencintai dan dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).
4
b. Hubungan dengan orang lain atau sesama
Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri.
Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling keterhubungan telah
lama diakui sebagai bagian pokok dalam pengalaman manusiawi (Young dan
Koopsen, 2007).Young dan Koopsen ( 2007) menyatakan adanyahubungan antara
manusia satu dengan lainnya yang pada tarafkesadaran spiritual kita tahu bahwa
kita terhubung dengan setiapmanusia.Hubungan ini terbagi atas harmonis dan
tidak harmonisnyahubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis
meliputipembagian waktu, ramah dan bersosialisasi, mengasuh anak,mengasuh
orang tua dan orang yang sakit, serta meyakinikehidupan dan kematian.
Sedangkan kondisi yang tidak harmonismencakup konflik dengan orang lain dan
resolusi yangmenimbulkan ketidakharmonisan, serta keterbatasan hubungan.
c. Hubungan dengan alam
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu
denganlingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian
danlingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan,empati,
dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan
dapatmeningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995). Harmoni merupakan
gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang
tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta
melindungi alam tersebut (Kozier dkk 1995). Kedamaian (peace), kedamaian
merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang
akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Puchalski,
2004).
d. Hubungan dengan Tuhan
Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara
tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan.Akan tetapi, dewasa ini
telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas.Tuhan dipahami sebagai
daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Kodrat tuhan mungkin
5
mngambil berbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu
orang dengan orang lain (Young dan Koopsen, 2009).
Secara umum melibatkan keyakinan dalam hubungan dengan sesuatu yang
lebih tinggi, berkuasa, memiliki kekuatan mencipta, dan bersifat ketuhanan, atau
memiliki energy yang tidak terbatas.
6
dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi
tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fisik dan emosional.
f. Terpisah dari ikatan spiritual.
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu
merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dari sistem dukungan sosial.
Akibatnya, kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, diantaranya tidak dapat
menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat
berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikandukungan
setiap saat bila diinginkan.
7
Keterampilan komunikasi yang baik. Empati dan aktif mendengarkan, di
mana pasien diterima tanpa syarat. Mampu melepaskan diri dari keegoisan anda
sendiri dan berkonsentrasi pada kepercayaan anda (Ganeva, 1998).
Spiritualitas dengan ritual agama, misalnya sembahyang, berperan penting
dalam membantu menerima penyakit. Sembahyang berperan penting dalam
menghadapi kanker dan membantu pasien memperbaiki kesehatan spiritualnya
ketika mereka sakit. Pelaksanaan ritual agama oleh peserta adalah sangat kuat.
Mereka meminta pemuka agama untuk berdoa untuk kedamaian atau kesembuhan
penyakit mereka. Karena kondisi budaya di beberapa daerah cenderung religius,
mereka cenderung lebih bergantung pada agama untuk mengadapi situasi-situasi
kritis.
B. Tinjauan Sosial Budaya dalam Perawatan Paliatif
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.Kebudayaan atau kultur
dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam
segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi
tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga
membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan
bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan
kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu
sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :
8
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu
masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami
sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada
dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat
mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika
mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa
bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya
sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan
sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali
berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah
kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan
menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.
1. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya,
bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan
kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah
terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
9
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu
daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan
untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif
Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya
pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke dukun alias
pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita
yang baru berobat ke dokter setelah menderita kanker payudara stadium tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian masyarakat
Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun Ponari dengan batu
saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan jumlah
pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin meningkat.
Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak terlepas dari peran
budaya yang ada di masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya
terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah budaya yang
mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secaraturun-
temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan.
Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun
seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat. Peranan budaya dan
kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat ekonomi.
10
11
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Dengan adanya gambaran ini diharapkan perawat mampu meningkatkan
pelayanan perawatan spiritual untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan
12
keluarganya. Karena nilai, praktek, keyakinan, dan sumber kekuatan di dalam
keluarga merupakan bagian dari spiritualnya yang berpengaruh terhadap fungsi
keluarga danmenolong mereka dalam memanage krisis yang terjadi di dalam
keluarganya. Sehingga nantinya diharapkan tercapainya kesejahteraan spiritual
keluarga yang optimal.
Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan
akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana
yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14