Di susun oleh:
Kelompok 3
Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala berkat dan
karunia yang telah dia limpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini di buat untuk memenuhi mata kuliah
Komunikasi dalam Keperawatan II . Dalam makalah ini kami kami membahas
tentang “ KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA “
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, oleh
karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat bermanfaat
bagi semuanya. Sekian dan kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung
dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien
tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia
telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta
empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia
(William et al., 2007).
2.6.1 Empati.
Pelayanan kesehatan harus memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh
penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh
karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dan patologik
dari penderita lansia.
2.6.2 Yang harus dan “jangan”.
Yaitu keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus
menghindari tindakan yang menambah penderitaan bagi penderita. Terdapat
adagium primum non nocere (yang terpenting jangan membuat seseorang
menderita).Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk
menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin)
yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan, seperti: “yang harus kakek lakukan
adalah...” bukan kata “ kakek jangan…”.
2.6.3 Otonomi.
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Hak tersebut
mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada
keadaan, apakah penderita dapat membuat keputusan secara mendiri/bebas.
2.6.4 Keadilan.
Yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama
bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak
relevan.
2.6.5 Menjaga tingkat kebisingan minimum.
Usahakan lingkungan tidak rebut, sehingga akan memudahkan
pelaksanaan komter pada lansia.
2.6.6 Menjadi pendengar yang setia.
Maksudnya sediakanlah waktu beberapa menit untuk mendengarkan
keluhan dari klien.
2.6.7 Menjamin alat bantu berfungsi dengan baik.
Ceklah alat bantu komunikasi yang digunakan oleh lansia sebelum
memulai kegiatan. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
2.6.8 Jangan berbicara dengan kasar (keras).
Lansia sangat sensitif, ucapan yang kasar akan membuatnya menghentikan
komunikasi. Usahakan selalu menanyakan respon kepada klien tentang apa yang
sedang ia rasakan.
2.6.9 Gunakan kalimat pendek dan sederhana.
Hindari penggunaan kata-kata medis, karena akan mempersulit klien.
Berbicaralah pada tingkat pemahaman klien sehingga klien mengerti tentang
pesan yang ingin disampaikan oleh perawat .
2.6.10 Beri kesempatan klien untuk mengenang.
Luangkan waktu untuk pasien agar ia bisa mengingat hal-hal yang menjadi
keluhannya.
3.1 Kesimpulan
Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut
usia dan caregiver-nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan
kesehatan untuk orang tuatidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan
biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan perawatan yang diciptakan
melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif antara dokter –
pasien lanjut usia :
1. Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat.
2. Instruksi dan saran dokter akan lebih mungkin untuk ditaati.
3. Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau menghentikan obat karena efek
samping, merasakan non efikasi, atau biaya obat dapat diminimalisir.
4. Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri sendiri seperti
pada pasien diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula darah, dan
perawatan kaki.
5. Penurunan biaya tes diagnostik juga dihubungkan dengan komunikasi yang
lebih baik antara dokter dan pasien lanjut usia.
3.2 SARAN
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan.
besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older
patients and
Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of the
Geriatr Soc;42:413–9
Stewart, M., Meredith, L., Brown, J.B., Galajda. J. 2000. The influence of older
patientphysician communication on health and health-related outcomes. Clin
Geriatr Med ; 16(1) : 25-36
William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the