Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dalam
Keperawatan II
Dosen: Sarah H.Rintuh,M.P

Di susun oleh:
Kelompok 3

1. Meitri Trolan 2017.C.09a.0853


2. Nedya Cristiyana A.S 2017.C.09a.0855
3. Novia Fergina 2017.C.09a.0857
4. Pedrik Andawa P. 2017.C.09a.0858
5. Sahrawani J. 2017.C.09a.0863
6. Tri Panji 2017.C.09a.0867
7. Yulia Kristi 2017.C.09a.0871

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala berkat dan
karunia yang telah dia limpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini di buat untuk memenuhi mata kuliah
Komunikasi dalam Keperawatan II . Dalam makalah ini kami kami membahas
tentang “ KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA “
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, oleh
karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat bermanfaat
bagi semuanya. Sekian dan kami ucapkan terima kasih.

Palangaka Raya, 19 Desember 2018

Kelompok 3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia

2.3 Manfaat dan Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Lansia

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik pada Lansia

2.5 Karakteristik Lansia

2.6 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik pada Lansia

2.7 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Berinteraksi dengan Lansia

2.8 Contoh drama aplikasi komunikasi terapeutik pada pasien lansia

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk lanjut usia


berbagai masalah klinis pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering
dijumpai di praktek klinis. Jumlah penduduk di Indonesia menurut data
Perserikatan Bangsa Bangsa, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan
jumlah warga lanjut usia yang tertinggi di dunia, yaitu 414 %, hanya dalam waktu
35 tahun (1990-2025), sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk
lanjut usia akan mencapai 25,5 juta. Menurut Lembaga Demografi Universitas
Indonesia, persentase jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985 adalah 3,4 %
dari total penduduk, tahun 1990 meningkat menjadi 5,8 % dan di tahun 2000
mencapai 7,4 %,, seperti terlihat pada tabel 1. (Czeresna, 2006). Dokter yang
berpraktek perlu memahami kebutuhan yang unik pada populasi pasien lanjut usia
ini sehingga mereka akan lebih siap berkomunikasi secara efektif selama
kunjungan pasien lanjut usia tersebut (Hingle & Sherry, 2009).

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung
dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien
tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia
telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta
empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia
(William et al., 2007).

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan lansia ?
1.2.2 Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan lansia ?
1.2.3 Bagaimana komunikasi terapeutik pada lansia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari lansia
1.3.2 Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi dengan
lansia
1.3.3 Untuk mengetahui cara komunikasi terapeutik pada lansia
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)


Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni : Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan
kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun ke atas),
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 katagori, yaitu :
2.1.1 Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2.1.2 Usia tua : 75 -89 tahun
2.1.3 Usia sangat lanjut : lebih dari 90 tahun.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia


Komunikasi dengan pasien lanjut usia dapat menjadi lebih sulit
dibandingkan dengan komunikasi pada populasi biasa sebagai akibat dari
gangguan sensori yang terkait usia dan penurunan memori. Orang ketiga juga
dapat menjadi bagian dari interaksi, karena pasien lanjut usia seringkali ditemani
oleh anggota keluarga yang dicintai yang aktif terlibat pada perawatan pasien dan
berpartisipasi dalam kunjungan. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi dengan pasien lanjut usia. Pasien lanjut usia sering hadir
dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan utama, yang memerlukan
waktu untuk menyelesaikannya.
Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien
kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru. Sehingga pada usia 80 tahun,
orang kemungkinan memiliki paling tidak 4 penyakit kronis (Vieder et al., 2002).
Faktor lain adalah bahwa pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan
menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug & Ory, 1987;Greene et
al.,1989). Masalah usia atau dikenal dengan istilah ageism juga merupakan hal
yang lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan
terhadap buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory et al., 2003).

2.3 Manfaat dan Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Lansia

Manfaat komunikasi terapeutik pada lansia adalah untuk mendorong dan


menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat
dan pasien. Sedangkan tujuannya adalah:
2.3.1 Mengurangi beban lansia
2.3.2 Memudahkan tindakan keperawatan
2.3.3 Memandirikan pasien
2.3.4 Memenuhi kebutuhan pasien
2.3.5 Menggerakkan pasien untuk melakukan sesuatu
2.3.6 Tindakan efektif

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik pada Lansia

2.4.1 Lingkungan, seperti pencahayaan, suasana dan lain-lain.


2.4.2 Kesehatan, seperti penglihatan, pendengaran dan fungsi neurologis.
2.4.3 Suara dan sikap perawat.
2.4.4 Kemampuan dan kesiapan perawat.
2.4.5 Emosi dan tingkat sensitifitas pasien.
2.4.6 Sedikit bertanya dan banyak menunggu.
2.4.7 Usia (ageism) lansia.

2.5 Karakteristik Lansia


Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan
usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
2.5.1 Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
2.5.2 Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
2.5.3 Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
2.5.4 Usia tua (veryold) kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia
namun perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi,
misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik,
perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat
menghambat proses penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi.
Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat
intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
1. Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang
di berikan petugas kesehatan
2. Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa
3. Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
4. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan
yang mengikut sertakan dirinya
5. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur,
terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

2.6 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik pada Lansia

2.6.1 Empati.
Pelayanan kesehatan harus memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh
penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh
karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dan patologik
dari penderita lansia.
2.6.2 Yang harus dan “jangan”.
Yaitu keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus
menghindari tindakan yang menambah penderitaan bagi penderita. Terdapat
adagium primum non nocere (yang terpenting jangan membuat seseorang
menderita).Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk
menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin)
yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan, seperti: “yang harus kakek lakukan
adalah...” bukan kata “ kakek jangan…”.
2.6.3 Otonomi.
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Hak tersebut
mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada
keadaan, apakah penderita dapat membuat keputusan secara mendiri/bebas.
2.6.4 Keadilan.
Yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama
bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak
relevan.
2.6.5 Menjaga tingkat kebisingan minimum.
Usahakan lingkungan tidak rebut, sehingga akan memudahkan
pelaksanaan komter pada lansia.
2.6.6 Menjadi pendengar yang setia.
Maksudnya sediakanlah waktu beberapa menit untuk mendengarkan
keluhan dari klien.
2.6.7 Menjamin alat bantu berfungsi dengan baik.
Ceklah alat bantu komunikasi yang digunakan oleh lansia sebelum
memulai kegiatan. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
2.6.8 Jangan berbicara dengan kasar (keras).
Lansia sangat sensitif, ucapan yang kasar akan membuatnya menghentikan
komunikasi. Usahakan selalu menanyakan respon kepada klien tentang apa yang
sedang ia rasakan.
2.6.9 Gunakan kalimat pendek dan sederhana.
Hindari penggunaan kata-kata medis, karena akan mempersulit klien.
Berbicaralah pada tingkat pemahaman klien sehingga klien mengerti tentang
pesan yang ingin disampaikan oleh perawat .
2.6.10 Beri kesempatan klien untuk mengenang.
Luangkan waktu untuk pasien agar ia bisa mengingat hal-hal yang menjadi
keluhannya.

2.7 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Berinteraksi dengan Lansia

2.7.1 Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila


sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
2.7.2 Pertahankan kontak mata dengan pasien. Jangan mengabaikan pasien saat
berinteraksi dan gunakan sentuhan lembut.
2.7.3 Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah
kunci komunikasi efektif. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan
perasaannya.
2.7.4 Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa
dan kalimat yang sederhana
2.7.5 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien. Hindari kata-kata
medis yang tidak dimengerti pasien. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi.
2.7.6 Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
2.7.7 Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.

2.8 Contoh drama aplikasi komunikasi terapeutik pada pasien lansia


2.8.1 Fase Pra Interaksi
Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat
perkembangan kondisi pada pasien lansia yang bernama Ny. Ratih. Ny. Ratih
menderita penyakit hipertensi yang dirawat di ruang melati Rumah Sakit Dr.Doris
Sylvanus
2.8.2 Fase Orientasi
Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi pasien Ny. Ratih di ruang perawatan.
P1 dan P2 : Assalamu’alaikum.
Keluarga : Wa’alaikum salam.
P1 dan P2 : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)
Keluarga : Pagi juga pak….!!
Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat.
P1 dan P2 : Pagi nek…!! Gimana kabar nek hari ini,, sehat ??
Ny. Ratih : Pagi…!! Alhamdulillah sudah agak lumayan.
Ini siapa ya…??
Nenek masih tampak kebingungan dan tampak berfikir..
P1 : Nenek… perkenalkan saya perawat Yayan dan ini perawat
Dadang
Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan pendekatan kepada nenek dan juga
juga keluarganya.
P2 : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada hari ini.
nenek sudah makan belum pagi ini….??
Ny. Ratih : Sudah…!!
P2 : Makan nya banyak atau sedikit nek…??
Ny. Ratih : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan pak.
Saya masih merasa agak mual…!!
P1 : Pagi ini obat nya sudah diminum nek…??
Ny. Ratih : Iya sudah…!!
Ibu : Iya pak obat nya tadi sudah diminum semua…
Setelah bertanya kepadaa nenek, perawat mencoba menjelaskan asuhan
keperawatan yang akan diberikan kepada nenek dan juga keluarganya.
P1 : Baiklah nek, bapak dan ibu..!! Kami disini akan melakukan
pemeriksaan kepada nenek.
Apakah bapak, ibu bersedia…??
bapak : iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang terbaik buat
orang tua kami..!!
P2 : iya pak terimakasih, kami akan mencoba melakukan yang terbaik
buat orang tua bapak dan ibu. Kami juga mohon kerja samanya nanti dalam
pemeriksaan.
P1 : kalau begitu kami mau permisi sebentar untuk mempersiapkan
alatnya, kurang lebih 5 menit kami akan kembali lagi.
Ibu : iya pak silahkan..!!
P1 dan P2 : Mari pak, buk… (sambil berjalan pergi untuk mengambil alat).
Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat
yang akan digunakan dalam tindakan yang akan diberikan.
2.8.3 Fase Kerja
(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)
P1 dan P2 : Assalmu’alaikum…
Semua : Wa’alaikum salam…
Perawat masuk dan langsung mendekati pasien untuk melakukan tindakan.
P1 : Permisi nek..!! maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya…
biar nenek lebih santai..
Ny. Ratih : (langsung tiduran)
Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek.
P1 : nek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek…!!
(perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan
darah).
P1 : cucu nenek sudah berapa kini? (perawat mencoba mengajak
komunikasi pada nenek)
Ny. Ratih : eeehm,, sudah 3 pak, sudah besar-besar semua.
P1 : ooh sudah berkeluarga semua??
Ny. Ratih : yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih kuliah dan
masih kuliah. Mereka cantik dan ganteng-ganteng pak.
P1 : ya iya dong. Kayak neneknya.. (perawat dan nenek ketawa)
sambil menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah, perawat 2 menyiapkan
termometer untuk mengukur suhu nenek.
P2 : Nek… maaf ya… tolong nenek angkat sedikit tangan
kanannya…!!
Ny. Ratih : (mengangkat sedikit tangan kanan nya)
P2 : (setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung
memasang
termometer).
P2 : Nek… Langsung dijepit tangannya ya nek… dan jangan dulu
dilepas
sebelum saya suruh ..
Ny. Ratih : (hanya mengangguk)
Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai
diukur, kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan perawat
2 melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya.
2.8.4 Fase terminasi
Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat
oleh perawat dan semua peralatan dirapikan
Bapak : Bagaimana pak…??
P1 : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak
harus banyak minum air putih dan juga makan sayur-sayuran.
Orang tua bapak dan ibu harus banyak istirahat dan juga jangan dulu banyak
pikiran, biar nenek cepat sembuh..!!
(dokter datang ke ruangan kamar pasien untuk melihat keadaan pasien)
Dokter : Assalamu’alaikum…
Semua : wa’alaikum salam…
Dokter : bagaimana keadaannya pak? (dokter bertanya kepada
perawat)
P2 : alhamdulillah sudah ada perkembangan dok..
Dokter : oh,, baik kalau begitu nanti cacatan pemeriksaannya tolong
diantarkan ke meja saya ya…
P2 : iya dok…
Dokter : (melihat pasien dan mencoba memeriksa pasien)
Gimana nek kabarnya??
Ny. Ratih : udah agak mendingan dok..
Dokter : alhamdulillah kalau begitu, nenek harus banyak istirahat ya
biar cepet sembuh.
Bapak : gimana dok keadaan orang tua kami?
Dokter : (berbicara pada keluarga pasien) “ Alhamdulillah udah
melihatkan banyak perkembangan. orang tua bapak dan ibu harus banyak
beristirahat agar cepet sembuh, yang sabar ya dan jangan lupa berdoa..
Kalau begitu saya permisi dulu ya,, (sambil meninggalkan ruangan)
Semua : iya dok,,!!
P2 : Kalau begitu kami juga permisi dulu ya pak buk…!!
Nenek kami permisi dulu ya nek…
Nenek cepat sembuh ya nek…
Nanti kalau ada perlu bantuan panggil kami di ruang perawat…!!
Ibu : Ya pak.. terima kasih…!!
P2 : mari pak, buk…!!
mari nek….!!
Ibu : Ya pak…!!
Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi
meninggalkan ruangan kamar Ny.N.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut
usia dan caregiver-nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan
kesehatan untuk orang tuatidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan
biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan perawatan yang diciptakan
melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif antara dokter –
pasien lanjut usia :
1. Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat.
2. Instruksi dan saran dokter akan lebih mungkin untuk ditaati.
3. Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau menghentikan obat karena efek
samping, merasakan non efikasi, atau biaya obat dapat diminimalisir.
4. Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri sendiri seperti
pada pasien diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula darah, dan
perawatan kaki.
5. Penurunan biaya tes diagnostik juga dihubungkan dengan komunikasi yang
lebih baik antara dokter dan pasien lanjut usia.

3.2 SARAN
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan.
besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older
patients and

their physicians. Clin Geriatr Med ;16:1–24

Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 1.Jakarta :


EGC

Setyohadi. I. Alwi., M. Simadibrata.,S. Setiati (editor): Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam, Jilid III, edisi IV, hal. 1425 – 1430. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of the

presence of a third person on the physician-older patient medical interview. J Am

Geriatr Soc;42:413–9

Stewart, M., Meredith, L., Brown, J.B., Galajda. J. 2000. The influence of older
patientphysician communication on health and health-related outcomes. Clin
Geriatr Med ; 16(1) : 25-36

William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the

physician-older patient relationship: effective communication with vulnerable


older

patients. Clin Interv Aging 2(3) : 453-67

Anda mungkin juga menyukai