Anda di halaman 1dari 28

TEORI KEPERAWATAN MODEL COMMUNITY AS PARTNER DALAM

MASALAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA

DisusunOleh
Kelompok 3
1. THIENY H.I MUMEKH(1801032)
2. RUHAYA ASNAWI(1801035)
3. HESTINOLA TEAPON(1801026)
4. PRAYOGA MAMONTO(18010

Kelas : V C Keperawatan
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I

Dosen Pengampu :
Ns. Bayu Dwisetyo S.kep, M.kep

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain
(narkoba) merupakan masalah yang urgent dan kompleks. World Drug
Report memperkirakan pada tahun 2014 terdapat 29,5 miliar orang dewasa
(usia 15-64 tahun) yang menyalahgunakan narkoba (United Nations Office on
Drugs and Crime [UNODC], 2016). Badan Narkotika Nasional (BNN) juga
melaporkan bahwa sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang di Indonesia
pernah pakai narkoba dalam setahun terakhir pada tahun 2014. Ironisnya,
27,32% pengguna narkoba tersebut adalah pelajar (BNN, 2015).
Masa remaja merupakan tahapan penting dalam proses perkembangan
dimana terjadi perubahan emosional, seksual, hubungan sosial dan perubahan
gaya hidup. Pada tahap ini remaja rentan terhadap perilaku tidak sehat, salah
satunya penyalahgunaan narkoba (Park & Kim, 2016). Penyalahgunaan
narkoba berhubungan dengan berbagai faktor, antara lain religiusitas,
keluarga, sosial ekonomi, konfromitas teman sebaya dan ketersediaan
narkoba (Jiloha, 2009; Rahmadona & Agustin, 2014).
Dampak penyalahgunaan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis
maupun sosial seseorang. Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan
ketergantungan yang berakibat pada gangguan fisik, komplikasi penyakit,
hingga kematian. Dampak terhadap psikis antara lain menurunnya
produktivitas, hilangnya kepercayaan diri, menyakiti diri-sendiri hingga
risiko bunuh diri. Sedangkan dari segi sosial, penyalahgunaan narkoba dapat
menyebabkan gangguan mental, anti sosial dan asusila, menjadi beban
keluarga serta dikucilkan masyarakat (Muslihatun & Santi, 2015).
Kompleksitas masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
memerlukan partisipasi aktif seluruh komponen bangsa dalam
penanganannya. Perawat komunitas sebagai bagian dari tenaga kesehatan
mutlak melaksanakan fungsi dan perannya dalam mengatasi masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini, langkah awal yang

1
harus dilakukan perawat adalah melakukan pengkajian komunitas terkait
masalah tersebut.
Eksplorasi terkait epidemiologi penyalahgunaan narkoba pada suatu
komunitas dapat menjadi dasar dalam merancang kebijakan dan program
pengendalian penyalahgunaan narkoba pada remaja (Feinberg, 2012). Sejalan
dengan hal tersebut, model community as partner dapat diadopsi sebagai
framework dalam pengembangan instrumen pengkajian komunitas dengan
masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja. Pandangan model community
as partner yang dikembangkan Anderson dan McFarlane (2011) ini berfokus
pada filosofi dasar dari perawatan kesehatan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di Maksud dengan comunity as partner?
2. Bagaimana Menguraikan Model Comunity As Partner Dalam Pengkajian
Komunitas tentang penyalahgunaan narkoba?
3.Bagaimana Penyelesaian Kasus Penyalahgunaan narkoba menggunakan model
pengkajian comunity as partner?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menguraikan aplikasi model community as partner dalam pengembangan
instrumen pengkajian komunitas dengan masalah penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja.
b. Menjelaskan model community as partner.
c. Menguraikan aplikasi model community as partner dalam
pengembangan instrumen pengkajian komunitas dengan masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. COMMUNITY AS PARTNER
Model community as partner (Anderson & McFarlane, 2011)
didasarkan pada model yang dikembangkan oleh Neuman dengan
menggunakan pendekatan manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien.
Model community of client dikembangkan oleh Anderson dan McFlarlane
untuk menggambarkan definisi keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
perpaduan antara kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut

3
dinamakan model “community as partner” untuk menekankan filosofi dasar
dari perawatan kesehatan masyarakat.

Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat


memberikan sebuah kerangka kerja bagi model community as partner yang
didefinisikan sebagai berikut:
1. Individu
Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau
sebuah agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan
(populasi total) atau agregat (lansia, dewasa, remaja, anak, perawat)
mencerminkan individu.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan
masyarakat dan sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam
komunitas dapat terjadi dimana masyarakat tinggal, pekerjaan, suku
bangsa dan ras, cara hidup, serta faktor lain yang umumnya dimiliki
masyarakat.
3. Kesehatan
Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-
hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif
yang menekankan pada sumber sosial dan personal sebagai kemampuan
fisik.
4. Keperawatan
Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan
upaya pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan
primer yang bertujuan pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan
dengan stressor atau memperkuat bentuk pertahanan, pencegahan
sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki garis
pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada
deteksi dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan
tersier yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status
kesehatan.

4
Model community as partner memiliki dua faktor sentral yaitu
berfokus pada komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam
roda assessment. Fokus sentral tersebut berhubungan dengan masyarakat pada
komunitas sebagai intinya dan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1. Model Community as Partner (Anderson & McFarlane, 2011).


Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas
untuk membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang
akan menjadi pedoman dalam praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane
(2011) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as
partner terdapat
dua komponen
utama yaitu roda
pengkajian
komunitas dan
proses
keperawatan.
Roda pengkajian
komunitas
dalam
community as
partner (Anderson & McFarlane, 2011) terdiri dari dua bagian utama yaitu

5
inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari
pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa
tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk suatu
komunitas. Inti meliputi demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk
setempat. Sebagai anggota masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh
delapan subsistem komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri
atas lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan
rekreasi.
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis
pertahanan yang normal atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai
selama ini. Garis normal pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai
imunitas yang tinggi, angka mortalitas infant yang rendah, atau tingkat
penghasilan yang sedang. Garis pertahann normal juga meliputi pola koping
yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan
kesehatan komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai
sebuah garis putus-putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal,
merupakan daerah (zona) penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah
tingkat kesehatan yang dinamis yang dihasilkan dari respon sementara
terhadap stressor. Respon sementara tersebut mungkin menjadi gerakan
lingkungan melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor sosial.
Kedelapan subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk
mengingatkan bahwa subsistem tersebut saling mempengaruhi (Anderson &
McFarlane, 2011).
1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang

6
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun

spiritual dapat ditentukan.

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan

untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang

berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang

dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam

tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :

pengumpulan data

tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai

masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang

harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,

psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang

mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data

meliputi :

a. data inti

- riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada orang-orang

yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau daerah itu.

- data demografi

karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut, distribusi (jenis

kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah penduduk,

- vital statistik

7
meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian atau

kesakitan.

- nilai dan kepercayaan

nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan, kepercayaan-

kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan

di masyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai

kesehata

2. Delapan subsistem

- lingkungan fisik

catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau, binatang,

orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air, dan iklim.

- pelayanan kesehatan dan sosial

catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek, layanan

kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan atau panti werda, fasilitas

layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan alternatif.

- ekonomi

catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju dengan

pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah pemberian

bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat pengangguran, rata-rata

pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.

- keamanan dan transportasi

apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah komunitas, catat

bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar atau jalur sepeda,

apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk orang cacat. jenis layanan

8
perlindungan apa yang ada di komunitas (misalnya: pemadam kebakaran, polisi,

dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja jenis kegiatan yang sering

terjadi, apakah orang-orang merasa aman.

- politik dan pemerintahan

catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai yang

menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas (misalnya:

pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-orang terlibat dalam

pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal mereka.

- komunikasi

catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana komunikasi

formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas, apakah terdapat surat

kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada tempat yang biasanya digunakan

untuk berkumpul.

- pendidikan

catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan lokal,

reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler, layanan kesehatan

sekolah, dan tingkat pendidikan masyarakat.

- rekreasi

catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa yang

berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat menggunakan

waktu senggang.

JENIS DATA

jenis data secara umum dapat diperoleh dari

9
data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan

oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara

langsung melalui lisan.

data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan

pengukuran.

SUMBER DATA

data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau

perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas

berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,

misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record.

(wahit, 2005)

CARA PENGUMPULAN DATA

1. wawancara atatu anamnesa

2. pengamatan

3. pemeriksaan fisik

4. pengolahan data

KLASIFIKASI DATA

perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally

tabulasi data

- interpretasi data analisis data

Tujuan analisis data :

1. menetapkan kebutuhan komuniti;

2. menetapkan kekuatan;

10
3. mengidentifikasi pola respon komuniti;

4. mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

1. prioritas masalah

Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu

mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:

a. perhatian masyarakat;

b. prevalensi kejadian;

c. berat ringannya masalah;

d. kemungkinan masalah untuk diatasi;

e. tersedianya sumber daya masyarakat;

f. aspek politis.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan

baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang

diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang

mungkin timbul kemudian. American Nurses Of Association (ANA). Dengan

demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan

pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan

tindakan keperawatan.

3. Perencanaan

tahapan pengembangan masyarakat

11
persiapan, penentuan prioritas daerah, pengorganisasian, pembentukan pokjakes

(kelompok kerja kesehatan)

a. tahap diklat

b. tahap kepemimpinan

c. koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.

4. Pelaksanaan/Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 1997).

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan

dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk

klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul

dikemudian hari.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori

dari implementasi keperawatan, antara lain:

A. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,

menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari,

membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan

balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga,

serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.

B. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,

meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal

12
personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak

sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.

C. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,

melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar

klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan

keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

5. Evaluasi atau penilaian

Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle

(2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

A. Evaluasi struktur

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat

pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan,

fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan

pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.

B. Evaluasi proses

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai

wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi

yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan

diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

C. Evaluasi hasil

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan

pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan

kriteria hasil.

13
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA
Penyalahgunaan narkoba pada remaja berhubungan dengan berbagai
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal
yang bersumber dari remaja sendiri adalah keyakinan terhadap bahaya
narkoba. Remaja dengan keyakinan yang rendah terhadap bahaya narkoba
lebih berisiko menyalahgunakan narkoba. Selain itu, remaja yang tidak
mengetahui bahaya narkoba akan lebih cenderung menggunakan narkoba
(Birhanu, Bisetegn, & Woldeyohannes, 2014).
Tingkat religiusitas secara langsung berhubungan dengan
kecenderungan remaja terlibat penyalahgunaan narkoba (Safaria, 2007).
Remaja yang memiliki tingkat religiusitas rendah lebih rentan terjerat
masalah penyalahgunaan narkoba. Keadaan jiwa yang tidak damai pada
tingkat religiusitas rendah menyebabkan perilaku anarkis, salah satunya
penyalahgunaan narkoba (Rahmadona & Agustin, 2014). Park dan Kim
(2016) juga menyebutkan suasana hati yang negatif, seperti stress dan depresi
dapat menyebabkan remaja menggunakan narkoba. Remaja berpikir bahwa
penggunaan narkoba dapat menjadi jalan keluar dari stress yang dirasakan.
Peran keluarga memiliki hubungan yang bermakna terhadap
penyalahgunaan narkoba. Keluarga dengan riwayat pemakaian narkoba
berisiko menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Peran keluarga
dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba juga memainkan peranan penting
dalam penyalahgunaan narkoba (Birhanu et al., 2014; Rahmadona & Agustin,
2014).
Tingkat sosial ekonomi memiliki hubungan negatif dengan risiko
penyalahgunaan narkoba. Remaja yang menggunakan narkoba umumnya
berasal dari status ekonomi rendah dengan penghasilan keluarga yang tidak
stabil. Ketidakharmonisan keluarga juga menyebabkan penyalahgunaan
narkoba pada remaja. Perhatian orang tua yang rendah terhadap remaja

14
cenderung menyababkan penyalahgunaan narkoba (Jiloha, 2009; Park &
Kim, 2016).
Orientasi sosial pada masa remaja lebih banyak berpusat pada
lingkungan sebaya. Pengaruh negatif dari kelompok sebaya dapat
menjerumuskan remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Keinginan remaja
untuk diakui pada lingkungan sebaya salah satunya dengan mengikuti
pengaruh negatif dari teman sebaya (Safaria, 2007).
Monahan et al. (2011) menyatakan bahwa karakteristik masyarakat
dapat mempengaruhi individu. Karakteristik individu dalam suatu agregat
akan membentuk iklim sosial atau normatif yang dapat mempengaruhi
perilaku individu. Dalam hal penyalahgunaan narkoba, tingkat risiko
penyalahgunaan pada komunitas remaja juga akan mempengaruhi
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Ketersediaan dan aksesibilitas adalah faktor risiko penting dalam
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Remaja dengan akses yang
mudah dalam memperoleh narkoba akan cenderung menggunakan narkoba.
Akses yang mudah tersebut dapat diperoleh dari keluarga yang menggunakan
narkoba maupun teman sebaya (Jiloha, 2009).

PENGKAJIAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH


PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA BERDASARKAN
MODEL COMMUNITY AS PARTNER

Kasus :
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari satuan unit narkoba polres kota
bima, bahwa wilayah barat kota bima menjadi sentral dan basis peredaran dan
penyalahgunaan Narkoba, Sehingga Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota
Bima yang terletak dijalan Monginsidi Kecamatan Rasanae Terdapat 1 Remaja
Yang berusia 18 tahun didapatkan telah melakukan penyalahgunaan narkoba
dimana anak remaja tersebut telah di observasi menunjukan sikap dan perilaku
yang tidak seperti anak remaja lainnya, Anak tersebut cenderung sering
bergadang, berpergian sampai larut malam, sering bolos sekolah, sering

15
tersinggung, sulit berkonsentrasi, prestasi disekolah menurun, malas belajar, tidak
mengerjakan tugas, cenderung sering berbohong, suka bengong dan linglung.

Berdasarkan kasus diatas Instrumen pengkajian komunitas dengan masalah


penyalahgunaan narkoba pada remaja dapat dikembangkan berdasarkan model
community as partner. Pengkajian komunitas pada model community as partner
terdiri dari dua bagian utama, yaitu pengkajian inti dan delapan subsistem.
Pengembangan instrumen pengkajian tersebut dapat dilihat pada bagan berikut
ini:

Gambar 3.1. Pengembangan Instrumen Pengkajian Komunitas dengan Masalah


Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja.

Berdasarkan bagan di atas, instrumen pengkajian komunitas dengan


masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja yang dikembangkan berdasarkan
model community as partner dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Instrumen Pengkajian Komunitas dengan Masalah Penyalahgunaan
Narkoba pada Remaja

Metode
Variabel Sub Variabel Sumber data
S O W P
Pengkajian Inti Community as Partner
Riwayat - Sejarah perkembangan √ Tokoh
komunitas komunitas masyarakat
- Kekuatan komunitas √
- Pola perubahan √
komunitas √
Data - Usia remaja √ Remaja
demografi - Jenis kelamin remaja √
- Tipe keluarga √
Statistik - Prevalensi √ Petugas
vital penyalahgunaan kesehatan
narkoba atau
- Morbiditas √ Puskesmas
penyalahgunaan
narkoba
- Mortalitas √

16
penyalahgunaan
narkoba
Nilai dan - Agama remaja √ Remaja
kepercayaan - Tinjauan narkoba dari √ Tokoh
keyakinan remaja masyarakat
- Nilai dan norma √
masyarakat terkait
penyalahgunaan narkoba
Pengkajian Subsistem
Lingkungan - Luas komunitas √ √ Tokoh
fisik - Batas wilayah √ √ masyarakat
- Penerangan √
- Kebersihan √
Pelayanan - Fasilitas kesehatan yang √ √ √ Remaja
kesehatan ada Tokoh
dan sosial - Pemanfaatan fasilitas √ √ masyarakat
kesehatan oleh remaja
- Petugas kesehatan yang ada √
- Kader kesehatan
- Program kesehatan remaja

√ √
Ekonomi - Pekerjaan orang tua √ Remaja
- Tingkat pendapatan orang √
tua
- Jaminan kesehatan yang √
dimiliki
Transportasi - Alat transportasi √ √ Tokoh
dan - Akses komunitas √ √ masyarakat
keamanan - Fasilitas keamanan √ Remaja
- Tindakan kriminal √
Politik dan - Organisasi kemasyarakatan √ Tokoh
pemerintahan - Kebijakan terkait narkoba √ masyarakat

Komunikasi - Pola komunikasi keluarga √ √ Remaja
- Alat komunikasi √ √
- Pola komunikasi dengan √ √
sebaya
Rekreasi - Program rekreasi √ √ Remaja
- Tempat bermain √ √
Keterangan :
S : Survey
O : Observasi
W : Wawancara
P : Studi pustaka

17
Penjelasan instrumen pengkajian komunitas dengan masalah penyalahgunan
Narkoba pada Remaja:
 PENGKAJIAN INTI COMMUNITY AS PARTNER.

 Riwayat Komunitas:
1.Sejarah perkembangan Komunitas memakai metode wawancara dan sumber
data di dapatkan dari toko masyarakat.
2.kekuatan komunitas memaki metode wawancara dan sumber data di dapatkan
dari toko masyarakat.
3.Pola perubahan komunitas memakai metode wawancara dan sumber data di
dapatkan dari toko masyarakat.

 Data Demografi:
1.Usia Remaja memakai metode survey sumber data di dapatkan dari
remaja.
2.jenis kelamin remaja memakai metode survey sumber data di dapatkan
dari remaja.
3.Tipe keluarga memakai metode survey sumber data di dapatkan dari
remaja.

 Statistik vital:
1.prevalensi penyalahgunaan narkoba memakai metode studi
pustaka(catatan dari tempat penelitian ) sumber data di dapatkan dari
petugas kesehatan atau puskesmas.
2.morbiditas penyalahgunaan narkoba memakai metode studi pustaka
(catatan dari tempat penelitian) sumber data di dapatkan dari petugas
kesehatan atau puskesmas.
3.mortalitas penyalahgunaan narkoba memakai metode studi pustaka
(catatan dari tempat penelitian) sumber data di dapatkan dari petugas
kesehatan atau puskesmas.

18
 Nilai dan Kepercayan:
1.agama remaja memakai metode survey sumber data di dapatkan dari
remaja toko masyarakat.
2.tinjauan narkoba dari keyakinan remaja memakai metode wawancara
sumber data di dapatkan dari remaja tokoh masyarakat.
3.Nilai dan norma masyarakat terkait penyahlahgunaan narkoba memakai
metode wawancara sumber data di dapatkan dari remaja tokoh masyarakat.

 PENGKAJIAN SUBSISTEM.
 Lingkungan fisik.
1.luas komunitas memakai metode wawancara dan studi pustaka
(catatan dari tempat penelitian )sumber data di dapatkan dari tokoh
masyarakat.
2.Batas wilayah memakai metode observasi dan wawancara sumber
data di dapatkan dari tokoh masyarakat.
3.penerangan memakai metode observasi sumber data di dapatkan dari
tokoh masyarakat.
4.kebersihan memakai metode observasi sumber data di dapatkan dari
tokoh masyarakat.
 Pelayanan kesehatan dan sosial.
1.fasilitas kesehatan yang ada memakai metode survey,observasi,dan
wawancara sumber data di dapatkan dari remaja tokoh masyarakat.
2.pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh remaja memakai metode survey
dan wawancara sumber data di dapatkan dari remaja tokoh
masyarakat.
3.petugas kesehatan yang ada memakai metode wawancara sumber
data di dapatkan dari remaja tokoh masyarakat.
4.kader kesehatan memakai metode wawancara sumber data di
dapatkan dari remaja tokoh masyarakat.
5.program kesehatan remaja memakai metode survey dan wawancara
sumber data di dapatkan dari remaja tokoh masyarakat.

19
 Ekonomi.
1.pekerjaan orang tua memakai metode survey sumber data di
dapatkan dari remaja.
2.tingkat pendapatan orang tua memakai metode survey sumber data di
dapatkan dari remaja.
3.jaminan kesehatan yang dimiliki memakai metode survey sumber
data di dapatkan dari remaja.
 Transportasi dan keamanan.
1.alat transportasi memakai metode survey dan wawancara sumber
data di dapatkan dari tokoh masyarakat remaja.
2.akses komunitas memakai metode survey dan wawancara sumber
data di dapatkan dari tokoh masyarakat remaja.
3.fasilitas keamanan memaki metode wawancara sumber data di
dapatkan dari tokoh masyarakat remaja.
4.tindakan kriminal memakai metode wawancara sumber data di
dapatkan dari tokoh masyarakat remaja.
 Politik dan pemerintahan.
1.organisasi kemasyarakatan memakai metode wawancara sumber data
di dapatkan dari tokoh masyarakat.
2.kebijakan terkait narkoba memakai metode wawancra sumber data
di dapatkan dari tokoh masyarakat.
 Komunikasi.
1.Pola komunikasi keluarga memakai metode survey dan wawancara
sumber data di dapatkan dari remaja.
2.alat komunikasi memaki metode survey dan wawancara sumber data
di dapatkan dari remaja.
3.pola komunikasi dengan sebaya memakai metode survey dan
wawancara sumber data di dapatkan dari remaja.
 Rekreasi.
1.Program rekreasi memakai metode survey dan wawancara sumber
data di dapatkan dari remaja.

20
2.Tempat bermain memakai metode survey dan wawancara sumber
daa di dapatkan dari remaja.

B. PENYELESAIAN MASALAH
1. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sejak
dini supaya orang tidak menyalahgunakan narkoba. Sasaran utamanya adalah
anak atau remaja, keluarga dan kesatuan masyarakat yang belum terkena masalah
penyalahgunaan NARKOBA.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Penyuluhan tentang bahaya narkoba dan upaya-upaya pencegahan yang bisa di
lakukan.
- Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.
- Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.
Bisa juga di lakukan dengan metode yang sudah di rekomendasikan oleh
UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) yaitu pencegahan
penyalahgunaan narkoba dengan melalui berbasis ilmu pengetahuan.
UNODC menunjukkan bahwa metode pencegahan penyalahgunaan narkoba
yang selama ini dilakukan seperti pencetakan booklet, buku, poster maupun leaflet
malah terkesan menyeramkan sehingga tidak menarik perhatian masyarakat untuk
tahu lebih banyak tentang narkoba dan bahayanya. Ini karena materi, isi maupun
testimony yang ada di dalamnya kurang atau bahkan tidak tepat sebagai sarana
untuk menyadarkan ataupun mengingatkan masyarakat tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba.
Berbagai sarana tersebut sangat kurang memberi dampak positif bahkan
tidak mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat sama sekali. Oleh karena

21
itulah UNODC merekomendasikan strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba
berbasis ilmu pengetahuan. Metode kali ini mengutamakan kerjasama dengan
keluarga, sekolah, masyarakat ataupun komunitas tertentu untuk mengembangkan
program pencegahan yang menekankan pada aspek pendidikan (edukasi).

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder adalah untuk menginisiasi penyalahguna narkoba
yang baru saja menggunakan atau mencoba-coba. Mereka perlu disadarkan
supaya nantinya tidak berkembang menjadi pecandu karena efek adiktif dari
narkoba yang dikonsumsi. Pecegahan ini menitik beratkan pada mengarahkan si
penyalahguna narkoba untuk melalukan pola hidup sehat dalam keseharian
mereka (healthy lifestyle). Selain itu juga dibantu agar mereka menjalani terapi
maupun rehabilitasi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
1. Layananan informasi dan konsultasi
2. Konseling
3. Rujukan
4. Fasilitas dan penguatan kelompok
5. Pembinaan olahraga dan kesenian
6. Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu

Yang tidak kalah penting adalah kebijakan untuk mendukung agar para pecandu
narkoba di kirim ke pusat rehabilitasi, bukan dihukum dan mengirimnya ke dalam
penjara.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan Tersier ditujukan bagi para pecandu yang sudah lama
mengonsumsi narkoba dan bergaul dengan barang haram ini. Dalam tahap
pencegahan ini para pecandu akan direhabilitasi. Ini karena para pecandu tersebut
pada dasarnya adalah seseorang yang sakit sehingga perlu disembuhkan. Dalam
masa rehabilitasi para pecandu akan dipulihkan dari ketergantungan sehingga

22
mereka bisa hidup normal serta kembali bersosialisasi dengan keluarga dan
masyarakat.
Adapun tahap-tahap dalam pencegahan tersier ini,yaitu :
1. Tahap Menjauhkan diri
Bisa berlangsung selama 2 tahun sejak tanggal penggunaan terakhir.
2. Tahap Konfrontasi
Berlangsung mulai akhir tahap 1 sampai selama 5 tahun tidak menggunakan
secara konsisten.
3. Tahap Pertumbuhan
Berlangsung selama 5 tahun atau lebih.
4. Tahap transformasi
Sudah melanjutkan gaya hidup yang baru yang di temukan pada tahap
pertumbuhan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok
lingkungannya
- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka tidak
terjerat untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

Selain pencegahan yang telah disebutkan, maka wahana yang paling berpotensi
untuk dapat menghindari penyalahgunaan narkoba adalah dari lingkungan
keluarga.
Ada Beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam upaya
pencegahan narkoba diantaranya yaitu:
1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba , agar dapat
memberikan pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang ganasnya narkoba
dan bagaimana cara menghindarinya.
2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak yang
sempurna dan tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar secepatnya dapat
mendeteksi dini bila ada perubahan yang tidak lazim pada anaknya.
3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan tingkah
dan perilaku pada anaknya.

23
4. Cek secara berkala kondisi kamar ( bila anak memiliki kamar pribadi ), pakaian
yang habis dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah dan atribut
lainnya. (dalam melakukannya perlu strategi yang baik agar tidak menimbulkan
konflik dengan anaknya).
5. Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi anaknya
serta sekaligus juga dapat berperan sebagai sahabatnya. ( agar anaknya tidak
segan mencurahkan segala isi hati, pendapat dan permasalahan yang dihadapinya).
6. Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi keluarga di dalam kehidupan
sehari-hari keluarga. Agar muncul rasa nyaman pada anak ketika berada di
lingkungan keluarganya.

BAB III
PENUTUP

24
A. KESIMPULAN
Usia remaja merupakan salah satu agregat yang harus diperhatikan
karena merupakan masa dimana remaja mengalami ketidakstabilan dengan
perubahan yang terjadi pada dirinya. Masalah yang sering terjadi adalah
kenakalan remaja, salah satunya risiko penyalahgunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba berhubungan dengan berbagai faktor, antara lain
religiusitas, keluarga, sosial ekonomi, konfromitas teman sebaya dan
ketersediaan narkoba.
Menyikapi masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja, peran
perawat komunitas dalam penanganan risiko penyalahgunaan narkoba sangat
diperlukan. Dalam melakukan pengkajian komunitas tentang masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja, perawat dapat mengadopsi model
community as partner yang berfokus pada filosofi dasar dari perawatan
kesehatan masyarakat. Dengan penerapan model community as partner
sehingga mampu mengkaji masalah yang terjadi pada remaja khususnya
penyalahgunaan narkoba.

B. SARAN
1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan
community as partner dalam pengkajian komunitas dengan masalah
penyalahgunaan narkoba pada agregat remaja.
2. Mahasiswa Keperawatan diharapkan mampu memahami dan bisa
mengaplikasikan teori keperawatan comunity as partner pada masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., McFarlane, J. (2011). Community as partner: theory and practice


in nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Badan Narkotika Nasional (BNN). (2015). Laporan akhir survey nasional

25
perkembangan penyalagunaan narkoba tahun anggaran 2014. Jakarta:
BNN. Diunduh dari http://www.bnn.go.id
Birhanu, A.M., Bisetegn, T.A., Woldeyohannes, S.M. (2014). High prevalence of
substance use and associated factors among high school adolescents in
Woreta Town, Northwest Ethiopia: multi-domain factor analysis. BMC
Public Health, 14. doi:10.1186/1471-2458-14-1186
Feinberg, M.E. (2012). Community epidemiology of risk and adolescent
substance use: practical questions for enhancing prevention. American
Journal of Public Health, 102(3), 457–468. doi:10.2105/AJPH.2011.300496
Jiloha, R.C. (2009). Social and cultural aspects of drug abuse in adolescents.
Delhi Psychiatry Journal, 12(2), 167–175. Diakses dari http://medind.nic.in
Monahan, K., Egan, E.A., Horn, M.L.V., Arthur, M., Hawkins, D. (2011).
Community-level effects of individual and peer risk and protective factors on
adolescent substance use. Journal of Community Psychology, 39(4), 478–
498. doi:10.1002/jcop
Muslihatun, W.N., Santi, M.Y. (2015). Antisipasi remaja terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba dalam triad kesehatan reproduksi remaja di Sleman.
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 11(1), 41–50. Diakses dari
http://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal
Park, S., & Kim, Y. (2016). Prevalence, correlates, and associated psychological
problems of substance use in Korean adolescents. BMC Public Health, 16(1),
79. doi:10.1186/s12889-016-2731-8
Rahmadona, E., Agustin, H. (2014). Faktor yang berhubungan dengan
penyalahgunaan narkoba di RSJ Prof. HB. Sa’anin. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 8(2), 59–65. Diakses dari http://jurnal.fkm.unand.ac.id

Safaria, T. (2007). Kecenderungan penyalahgunaan napza ditinjau dari tingkat


religiusitas, regulasi emosi , motif berprestasi , harga diri , keharmonisan
keluarga dan pengaruh negatif teman sebaya. Humanitas, 4(1), 13–24.
Diakses dari http://journal.uad.ac.id/index.php
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2016). World drug report.

26
New York: UNODC. Diakses dari http://www.unodc.org

27

Anda mungkin juga menyukai