Anda di halaman 1dari 33

APLIKASI MODEL COMMUNITY AS PARTNER PADA REMAJA

DENGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Disusun Oleh :
Vilda (22090400025)

MAGISTER KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain
(Narkoba) merupakan masalah yang urgent dan kompleks. Menurut laporan
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) (2022), sekitar 284
juta orang berusia 15-64 tahun menggunakan narkoba diseluruh dunia pada
tahun 2020, meningkat 26% dibandingkan dekade sebelumnnya. Badan
Narkotika Nasional (BNN) melaporkan bahwa angka prevalensi setahun
terakhir penyalahgunaan narkoba meningkat dari 1,80% pada tahun 2019
menjadi 1,95% di tahun 2021. Terjadi peningkatan keterpaparan narkoba
pada kelompok umur 15-24 dan 50-64 tahun, terutama diperdesaan
(Indonesia Drugs Report 2022).
Masa remaja merupakan tahapan penting dalam proses perkembangan
dimana terjadi perubahan emosional, hubungan sosial dan perubahan gaya
hidup. Pada tahap ini remaja rentan terhadap perilaku tidak sehat, salah
satunya penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba berhubungan
dengan berbagai factor, antara lain religiusitas, keluarga, sosial ekonomi,
konfromitas teman sebaya dan ketersediaan narkoba (Park & Kim, 2016).
Dampak penyalahgunaan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis
maupun sosial seseorang. Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan
ketergantungan yang berakibat pada gangguan fisik, komplikasi penyakit,
hingga kematian. Dampak terhadap psikis antara lain menurunnya
produktivitas, hilangnya kepercayaam diri, menyakiti diri sendiri hingga
resiko bunuh diri. Sedangkan dari segi sosial dan asusila, menjadi beban
keluarga serta dikucilkan masyarakat (Muslihatu, 2015).
Kompleksitas masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
memerlukan partisipasi aktif seluruh komponen bangsa dalam
penanganannya. Perawat komunitas sebagai bagian dari tenaga kesehatan
mutlak melaksanakan fungsi dan perannya dalam mengatasi masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini, Langkah awal yang
harus dilakukan perawat adalah melakukan pengkajian komunitas terkait
masalah tersebut.
Eksplorasi terkait epidemiologi penyalahgunaan narkoba pada suatu
komunitas dapat menjadi dasar dalam merancang kebijakan dan program
pengendalian penyalahgunaan narkoba pada remaja. Sejalan dengan hal
tersebut, model community as partner dapat diadopsi sebagai framework
dalam pengembangan instrument pengkajian komunitas dengan
penyalahgunaan narkoba pada remaja. Pandangan model community as
partner yang dikembangkan Anderson dan McFarlane (2011) ini berfokus
pada filosofi dasar dari perawatan Kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan community as partner ?
2. Bagaimana menguraikan model community as partner dalam pengkajian
komunitas tentang penyalahgunaan narkoba ?
3. Bagaimana penerapan model community as partner pada kasus
penyalahgunaan narkoba pada remaja ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan model community as partner
2. Menjelaskan masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
3. Mengaplikasikan model community as partner dalam pengkajian
komunitas dengan masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Community As Partner
Model community as partner (Arderson & McFarlane, 2011)
didasarkan pada model yang dikembangkan oleh Neuman dengan
menggunakan pendekatan manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien.
Model community of client dikembangkan oleh Anderson & McFlarlane
untuk menggambarkan definisi keperawatan Kesehatan masyarakat sebagai
perpaduan antara Kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut
dinamakan model “community as partner” untuk menekakan filosofi dasar
dari perawatan Kesehatan masyarakat.
Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat
memberikan sebuah kerangka kerja bagi model community as partner yang
didefinisikan sebagai berikut :
1. Individu
Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau
sebuah agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan
(populasi total) atay agregat (lansia, dewasa, remaja, anak, perawat)
mencerminkan individu.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan
masyarakat dan sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam
komunitas dapat terjadi dimana masyarakat tinggal, pekerjaan, suku
bangsa dan ras, cara hidup, serta factor lain yang umumnya dimiliki
masyarakat.
3. Kesehatan
Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-
hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif
yang menekankan pada sumber sosial dan personal sebagai kemampuan
fisik.
4. Keperawatan
Keperawata, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan
upaya pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan
primer yang bertujuan pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan
dengan stressor atau memperkuat bentuk pertahanan, pencegahan
sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki garis
pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada
deteksi dini dalam mencegah keruskan lebih lanjut, dan pencegahan
tersier yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status
kesehatan.
Model community as partner memiliki 2 faktor sentral yaitu berfokus
pada komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam roda
assessment. Focus sentral tersebut berhubungan dengan masyarakat pada
komunitas sebagai intinya dan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1 Model community as partner (Anderson & McFarlane,
2011).
Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas untuk
membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang akan
menjadi pedoman dalam praktik dikomunitas. Anderson & McFarlane (2011)
mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri
dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti
yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses
keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Inti roda pengkajian adalah
individu yang membentuk suatu komunitas. Inti meliputi demografi, nilai,
keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota masyarakat,
penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas, dan
sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan, Pendidikan,
keamanan dan trsportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan Kesehatan dan
sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan pertahanan
yang normal atau tingkat Kesehatan komunitas yang dicapai selama ini. Garis
normal pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai imunitas yang
tinggi, angka mortalitas infant yang rendah, atau tingkat penghasilan yang
sedang. Garis pertahanan normal juga meliputi pola koping yang digunakan,
kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan Kesehatan
komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai sebuah garis
putus-putus disekitar komunitas dan garis pertahanan normal, merupakan
daerah (zona) penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah tingkat
Kesehatan yang dinamis yang dihasilkan dari respon sementara terhadap
stressor. Respon sementara tersebut mungkin menjadi gerakan lingkungan
melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor sosial. Kedelapan
subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk mengingatkan bahwa
subsistem tersebut saling memperngaruhi (Anderson & McFarlane, 2011).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah Kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses
tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan
negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat
hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang
promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan
yaitu :
- Pengumpulan data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta factor lingkungan
yang mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan
dalam pengumpulan data meliputi :
a. Data inti
 Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru),
tanyakan pada orang-orang yang kompeten atau yang
mengetahui sejarah area atau daerah itu.
 Data demografi
Karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah
tersebut, distribusi (jenis kelamin, usia, status
perkawinan, etnis) jumlah penduduk
 Vital statistik
Meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab
utama kematian atau kesakitan.
 Nilai kepercayaan
Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan
dengan Kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang
diyakini yang berkaitan dengan Kesehatan, kegiatan
keagamaan dimasyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat
yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
b. Delapan subsistem
 Lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi,
fasilitas, batas-batas wilayah, dan kondisi geografis.
 Pelayanan Kesehatan dan sosial, meliputi : pelayanan
Kesehatan, fasilitas sosial (pasar, toko, dan swalayan).
 Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah
pengahasilan rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja
dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
 Keamanan dan transportasi
Apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia
diwilayah komunitas, catat bagaimanan orang-orang
bepergian, apakah terdapat trotoar atau jalur sepeda,
apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk
orang catat, jenis layanan perlindungan apa yang ada
dikomunitas (misalnya : pemadam kebakaran, polisi,
dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja
jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang
merasa aman.
 Politik dan pemerintahan, meliputi : system
pengorganisasian, struktur organisasi, kelompok
organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok
organisasi dalam kesehatan.
 Komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis
alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas, cara
penyebaran informasi.
 Pendidikan, meliputi : tingkat Pendidikan komunitas,
fasilitas Pendidikan yang tersedia, dan jenis bahasa yang
digunakan.
 Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas
temoat rekreasi.
2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengakaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Tujuan Analisa data :
 Menetapkan kebutuhan komunitas
 Menetapkan kekuatan
 Mengidentifikasi pola respon komuniti
 Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan Kesehatan

3. Prioritas Masalah
Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan berdasarkan
prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria :
 Perhatian masyarakat
 Prevalensi kejadian
 Berat ringannya masalah
 Besarnya resiko
 Kemungkinan masalah untuk diatasi
 Tersedinya sumber daya (tempat, waktu, dana, peralatan dan orang)
 Aspek politis
 Sesuai dengan program pemerintah
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala pembobotan,
yaitu : 1= sangat rendah, 2= rendah, 3= cukup, 4= tinggi, 5= sangat tinggi.
Kemudian masalah esehatan diprioritaskana berdasarkan jumlah
keseluruhan scoring tertinggi.
4. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
 Masalah (Problem), yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang terjadi.
 Penyebab (Etiologi), yang meliputi perilaku individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik dan biologis,
psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan
lingkungan.
 Tanda dan Gejala (Sign and Sympton), yaitu informasi yang
perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian
petunjuk timbulnya masalah.
5. Perencanaan/Intervensi
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan
meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.
6. Pelaksanaan/Implementasi
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
komunitas yang telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, yaitu :
 Berdasarkan respon masyarakat.
 Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
diri sendiri serta lingkungannya.
 Bekerja sama dengan profesi lain.
 Menekankan pada aspek peningkatan Kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
 Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
 Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan.
7. Evaluasi
Evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
 Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan.
Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan
perlengkapan, fasilitas fisik, risiko perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staff
keperawatan dalam area yang diinginkan.
 Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat apakah
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok,
tanpa tekanan dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian
pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada
saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan
diagnosa keperawatan dan kemampuan teknikal perawat.
 Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi klien, respon
perilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan
dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
B. Remaja
1. Pengertian
Remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Usia remaja
adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk
perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan
pencapaian. Stanley Hall berpendapat bahwa masa remaja merupakan
masa badai dan tekanan (storm and stress). Menurut Erickson masa
remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.
Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan
bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity
diffusion/confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieve.
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri
ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Sebagian remaja
mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa
menjadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak
berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
2. Psikologi Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan cepat. Hasil penelitian oleh
Mihalyi Csikszentmihalyi dan reed Larson (1984) menemukan bahwa
remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood
“senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”. Sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Dalam hal kesadaran
diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis
dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Remaja sangat rentan
terhadao pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang
lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka
mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat
remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikannya
(self-image).
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik
dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan
dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam dihadapan cermin
karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya.
Sedangkan remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan
jenisnnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Para remaja juga sering
menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan
impulsive sering dilakukan, Sebagian karena mereka tidak sadar dan
belum bisa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka Panjang.
Rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab sangat dibutuhkan sebagai
dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Perilaku yang
mengundang resiko pada masa remaja misalnya penggunaan alkohol,
tembakau dan zat lainnya.
Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh
kembang yang remaja alami. Demi kawan yang menjadi anggota
kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apapun dengan
satu tujuan “solidaritas”. Demi alasan solidaritas, sebuah geng seringkali
memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota
kelompoknya yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan
sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan
narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, bolos sekolah,
tawuran, merokok, mencoret-coret tembok, dan masih banyak lagi.
C. Narkoba
1. Pengertian
Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis,
maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran,
halusinasi, serta daya rangsang (BNN,2019). Sementara menurut UU
Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa narkotika merupakan zat
buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang memberikan efek
halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.
Penyalahgunaan narkoba adalah suatu pemakaian non medical atau
ilegal barang haram yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif
yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan produktif manusia
pemakainya. Berbagai jenis narkoba yang mungkin disalahgunakan
adalah tembakau, alkohol, obat-obat terlarang dan zat yang dapat
memberikan keracunan, misalnya yang diisap dari asapnya.
Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan ketergantungan zat narkoba,
jika dihentikan maka si pemakai akan sakaw
2. Jenis/golongan narkoba
Narkoba dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
 Narkotika
Macam-macam narkotik antara lain :
- Opium (opiad), termasuk dalam kelompok morfin. Opiate yang
sintesis dan opiate alami adalah heroin, kodein, dan hydro
morphine. Bahan-bahan opiad yang sering disalahgunakan
adalah candu, morfin, heroin (putau), codein, denero, dan
methadone.
- Kokain (shabu-shabu). Kokain adalah zat adiktif yang sering
disalahgunakan dan merupakan zat yang berbahaya bagi
Kesehatan mansuia. Kokain merupakan alkaloid yang
didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca yang
berasal dari amerika selatan. Saat ini kokain digunakan sebagai
anestetik local, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan
tenggorokan karena efek vasokontriksinya juga membantu.
Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama
dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
merugikannya telah dikenali.
- Ganja (cannabis). Semua bagian dari tanaman ini mengandung
kanabioid psikoaktif, tanaman kanabis biasanya di potong-
potong kecil dan digulung menjadi rokok disebut joints.
Pemakaian ganja akan mengikat pikiran dan dapat membuat
ketagihan pemakainya. Efek penggunaan ganja adalah
kehilangan konsentrasi, meningkatnya ketakutan dan rasa
panik, depresi, kebingungan, dan halusinasi. Ganja dikenal juga
dengan sebutan mariyuana.
 Psikotropika
Jenis-jenis psikotropika antara lain :
- Zat penenang. Contoh zat penenang yang termasuk
psikotropika adalah Valium yang terdapat pada obat tidur.
Penggunaan psikotropika zat penenang bisa menyebabkan
gangguan pada otak dan menyebabkan rasa takut, serta rasa
bimbang diiringi rasa cemas yang berlebihan.
- Zat psikostimulat. Contoh zat psikostimulat yang termasuk
psikotropika adalah amfetamin yang dapat dibuat menjadi
ekstasi dan shabu-shabu. Efek penggunaan zat psikostimulat
adalah menimbulkan kerusakan saluran darah, jantung dan hati.
- Zat halusinogetik. Contoh zat halusinogetik yang termasuk
psikotropika adalah Lyseric Acid Diethylamide (LSD).
Penggunaan zat halusinogetik menyebabkan gangguan pada
otak serta menimbulkan halusinaasi dan ketakutan yang
berlebihan
 Zat adiktif
Zat adiktif merupakan bahan lain yang bukan termasuk narkotika
dan psikotropika. Penggunaan zat adiktif dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi bagi pemakainya. Contoh zat
adiktif yang sering digunakan oleh masyarakat antara lain,
alcohol, rokok, kafein dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan, thinner dan zat-zat lain (lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin)
3. Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba
Penyalahgunaan narkoba pada remaja berhubungan dengan
berbagai faktor, baik faktor internal maupun factor eksternal. Salah satu
faktor internal yaitu keyakinan terhadap bahaya narkoba. Remaja dengan
keyakinan yang rendah terhadap bahaya narkoba lebih berisiko
menyalahgunakan narkoba. Selain itu, remaja yang tidak mengetahui
bahaya narkoba akan lebih cenderung menggunakan narkoba (Birhanu,
bisetegn, & woldeyohannes, 2014).
Setiap orang yang menyalahgunakan zat-zat terlarang pasti
memiliki alasan mereka masing-masing sehingga mereka dapat terjebak
masuk kedalam perangkap narkoba. Berikut factor-faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi pecandu atau pengguna zat terlarang :
 Lingkungan
Faktor lingkungan menyangkut teman sebaya, orang tua,dan
remaja itu sendiri. Pada masa remaja, teman sebaya menduduki
peran utama di kehidupan mereka, bahkan menggantikan peran
keluarga/orang tua dalam sosialisasi dan aktivitas waktu luang
dengan hubungan yang bervariasi dan membuat norma dan sistem
nilai yang berbeda.
Faktanya:
Pada masa remaja terjadi jarak fisik dan psikologis yang
cenderung berakibat penurunan kedekatan emosi, dan kehangan,
bahkan cenderung timbul koflik remaja dengan orang tua. Konflik
keluarga membuat remaja tergantung pada remaja sebaya untuk
dukungan emosi.
 Faktor individu
Selain faktor lingkungan,peran genetik juga merupakan komponen
yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba, setidaknya
untuk beberapa individu. Sederhananya, orang tua pelaku
penyalahgunaan narkoba cendrung menurun kepada anaknya,
terlebih pads ibu yang sedang hamil. Faktor-faktor individu
lainnya adalah sifat mudah terpengaruh, kurangnya pemahaman
terhadap agama, pencarian sensasi atau kebutuhan tinggi terhadap
“excitment”.
 Faktor teman sebaya
Teman sebaya memiliki pengaruh yang paling dasyat terhadap
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Anak dari keluarga
baik-baik, nilai sekolah baik, lingkungan baik cenderung terlibat
narkoba jika teman-temannya menggunakan narkoba.
 Faktor sekolah, kerja dan komunitas
 Kegagalan Akademik
 Komitmen rendah terhadap sekolah : datang sekolah hanya
untuk ketemu teman ,merokok, lalu bolos.
 Transisi sekolah : peralihan jenjang sekolah yang berakibat
penurunan prestasimemberi andil dalam penyalahgunaan
narkoba.
 Faktor komunitas biasanya akibat : komunitas permisif
terhadap hukum dan norms,kurang patuh terhadap
aturan,status sosial ekonomi.
 Ingin terlihat gaya
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pemakainya menjadi
lebih berani, kerenm percaya diri, kreatif, santai dan lain
sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat
menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga orang yang
memakai zat terlarang itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan
sebagainya.
 Solidaritas kelompok/komunitas/genk
Suatu kelompok orang mempunyai tingkat kekerabatan yang
tinggi antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang
tinggi. Jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang
berpengaruh pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka
biasanya anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak
terpaksa akan ikut menggunakan narkotik itu agar merasa seperti
keluarga senasib sepenanggungan.
 Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat
menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan dapat membuat
orang jadi tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit yang
dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan zat
terlarang.
 Coba-coba
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu
zat yang terlarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang
kuat untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman
tidak kuat dan dikalahkan oleh nafsu maka seseorang dapat
mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa disadari
orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan ketagihan dan
akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti.
 Ikut-ikutan
Orang yang melihat orang lain asyik pakai zat terlarang bisa jadi
akan mencoba mengikuti gaya pemakai tersebut.
 Melarikan diri dari masalah dengan memakai narkoba
Orang yang dirundung banyak masalah dan ingin lari dari masalah
dapat terjerumus narkoba agar dapat tidur nyenyak, atau jadi
gembira ria.
 Menonjolkan sisi berontak
Seseorang yang bandel, nakal umumnya ingin dilihat orang lain
sebagai sosok yang ditakuri agar segala keinginannya dapat
terpenuhi. Dengan zat terlarang akan membantu membentuk sikap
serta perilaku yang tidak umum dan bersifat memberontak dari
tatanan yang sudah ada.
 Menghilangkan rasa bosan
Rasa bosan, rasa tidak nyaman bagi Sebagian orang adalah sesuatu
yang tidak menyenangkan dan ingin segara hilang dari alam
fikiran, zat terlarang dapat membantu seseorang yang sedang
banyak fikiran untuk melupakan kebosanan yang melanda.
Seseorang dapat mengejar kenikmatan dengan jalan
mengguanakan obat terlarang yang menyebabkan halusinasi yang
menyenangkan.
 Mencari tantangan/kegiatan berisiko
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki
resiko tinggi dalam menjalankan aksinya ada yang menggunakan
obat terlarang agar bisa menjadi yang terhebat, penuh tenaga dan
penuh percaya diri.
 Merasa dewasa
Pemakai zat terlarang yang masih muda terkadang ingin dianggap
dewasa oleh orang lain agar dapat hidup bebas, sehingga
melakukan penyalahgunaan zat terlarang. Dengan menjadi dewasa
seolah-olah orang itu dapat bertindak semaunya sendiri, merasa
sudah matang, bebas dari orang tua, guru.
Peran keluarga memiliki hubungan yang bermakna terhadap
penyalahgunaan narkoba. Keluarga dengan Riwayat pemakaian narkoba
berisiko menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Peran
keluarga dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba juga memainkan
peran penting dalam penyalahgunaan narkoba.
Tingkat sosial ekonomi memiliki hubungan negatif dengan risiko
penyalahgunaan narkona. Remaja yang menggunakan narkoba umumnya
berasal dari status ekonomi rendah dengan penghasilan keluarga yang
tidak stabil. Ketidakharmonisan keluarga juga menyebabkan
penyalahgunaan narkoba pada remaja. Perhatian orang tua yang rendah
terhadap remaja cenderung menyebabkan penyalahgunaan narkoba.
Orientasi sosial pada masa remaja lebih banyak berpusat pada
lingkungan sebaya, pengaruh negative dari kelompok sebaya dapat
menjerumuskan remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Keinginan remaja
untuk diakui pada lingkungan sebaya salah satunya dengan mengikuti
pengaruh negative dari teman sebaya.
Karakteristik individu dalam suatu agregat akan membentuk iklim
sosial atau normative yang dapat memperngaruhi perilaku individu. Dalam
hal penyalahgunaan narkoba, tingkat resiko penyalahgunaan pada
komunitas remaja akan mempengaruhi penyalahgunaan narkoba pada
remaja.
Ketersediaan dan aksesibilitas adalah factor risiko penting dalam
penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja. Remaja dengan akses yang
mudah dalam memperoleh nerkoba akan cenderung menggunakan
narkoba. Akses yang mudah tersebut dapat diperoleh dari keluarga yang
menggunakan narkona maupun teman sebaya.
4. Dampak Dari Penyalahgunaan Narkoba
 Dampak fisik
Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan narkoba untuk
jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama
dengan obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers.
Organ-organ tubuh menjadi tergantung pada obat itu hanya untuk
bisa berfungsi normal. Selain ketergantungan sel-sel tubuh, orang-
organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru ginjal dan
otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka
Panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang berakhir
dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong, gagal
ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang
akibat infeksi virus (hepatitis C dan HIV/AIDS) yang sangat
umum terjadi dikalangan pengguna jarum suntik.
 Dampak terhadap mental
Ketergantungan mental lebih susah untuk dipulihkan daripada
ketergantungan fisik. Ketergantungan yang dialami secara fisik
akan lewat setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul
ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal dengan istilah
“sugesti”. Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti
adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw
bersifat fisik, merupakan istilah lain utnutk GPO, sedangkan
sugesti adalah ketergantungan mental, berupa munculnya
keinginan untuk Kembali menggunakan narkoba. Sugesti ini akan
hilang saat tubuh sudah Kembali berfungsi secara normal.
Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif
kompulsif, serta Tindakan impulsive. Bisa dikatakan bahwa
dampak mental dari narkoba adalah mematikan akal sehat para
penggunanya, terutama yang sudah dalam tahap kecanduan.
 Dampak emosional
Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba adalah perubahan
emosional. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan,
mood atau emosi penggunanya, dapat memunculkan perilaku
agresif yang berlebihan dan sering kali mengakibatkannya
melakukan perilaku atau tindakan kekerasan. Saat seseorang
menjadi pecandu, ada suatu kepribadian baru yang muncul dalam
dirinya, yaitu kepribadian pecandu. Kepribadian yang baru ini
tidak peduli terhadap orang lain, satu-satunya hal yang penting
baginya adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa terus
menggunakan narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan
emosional yang tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang
anak yang tadinya selalu bersikap manis, sopan, riang, dan jujur
berubah total menjadi seorang yang pemurung, penyendiri, dan
jago berbohong dan mencuri.
 Dampak terhadap lingkungan dimasyarakat
Penggunaan narkoba dapat menghilangkan kesadaran pemakainya,
menyebabkan linglung, juga dapat membuat pemakainya menjadi
ganas dan liar sehingga dapat menganggu ketentraman di
masyarakat. Untuk mendapatkan barang tersebut diperlukan tidak
sedikit biayam sehingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan
criminal seperti pencurian, perampasan ataupun pertengkaran dan
tidak sedikit pula yang menimbulkan pembunuhan.
5. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
 Pencegahan primer
Pencegahan primer di tujukan kepada mereka, individu, keluarga
kelompok atau komunitas yang memiliki resiko tinggi terhadap
penyalahgunaan narkoba. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak
anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghambat proses
tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas
yang sudah menyalahgunakan narkoba. Dilakukan pengobatan
agar mereka tidak menggunakan narkoba lagi.
 Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah
menjadi penyalahguna narkoba dan telah mengikuti program
terapi dan rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi,
sedangkan pencegahan terhadap yang kambuh kembali adalah
dengan melakukan pendampingan yang dapat membantunya untuk
mengatasi masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun
dengan melakukan rehabilitasi kembali.
6. Pengobatan
 Detoksifikasi tanpa subsitusi, klien ketergantungan putau (heroin)
yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat
tidak diberi obat, klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus
zat tersebut berhenti sendiri.
 Detoksifikasi dengan subsitusi, dengan memberikan jenis opiate
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Subsitusi bagi
pengguna sedative-hipnotik dan alkohol dapat diberikan diazepam.
Pemberian subsitusi dengan cara penurunan dosis secara bertahap
sampai berhenti sama sekali.
 Rehabilitasi, adalah upaya memulihkan dan mengembalikan
kondisi para mantan penyalahguna narkoba kembalo sehat dalam
arti sehat fisik, psikologik, sosial dan spiritual. Dengan kondisi
sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu Kembali berfungsi
secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari.

BAB III
APLIKASI MODEL COMMUNITY AS PARTNER PADA REMAJA
DENGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

A. Kasus :
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari satuan unit narkoba polres tanjab
barat, wilayah desa Merlung menjadi sentral dan basis peredaran dan
penyalahgunaan narkoba. Sekitar 12% remaja laki-laki yang berusia 14-16
tahun didapatkan telah melakukan penyalahgunaan narkoba, dimana anak
remaja tersebut telah diobservasi menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak
seperti anak remaja lainnya. Anak remaja tersebut cenderung sering
bergadang, berpergian sampai larut malam, sering bolos sekolah, sering
tersinggung, sulit berkomunikasi, prestasi disekolah menurun, malas belajar,
tidak mengerjakan tigas, cenderung sering berbohong, suka bengong dan
linglung. Alasan remaja memakai narkoba karena coba-coba, ikut-ikutan
teman, dan agar terlihat gaul. Masyarakat sekitar menyatakan banyak
remaja yang nongkrong di sebuah pondok yang terletak di belakang
warung sambil memakai narkoba. Sebagian besar remaja di Desa Merlung
sudah lama tinggal di daerah ini karena orang tua dan keluarga besarnya
bertempat tinggal di sana. Sehingga komunitas remaja sebagian besar
dilahirkan disini dan bersekolah di Desa Merlung. Didesa merlung
terdapat sekolah dari TK, SD, SMP, SMA dan Madrasah. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa melayu, mayoritas remaja cenderung
menggunakan bahasa gaul. Adat/suku yang ada di desa merlung adalah
adat melayu dengan mayoritas agama islam. Di lingkungan Desa Merlung
termasuk kawasan rumah padat penduduk. Dalam menggulangi bahaya
penyalahgunaan narkoba pada remaja salah satu solusi yang dibuat oleh
pemerintah adalah mengeluarkan peraturan yang tertuang dalam: Instruksi
Presiden No. 2/2020 menyebut adanya Rencana Aksi Nasional Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika (P4GN) 2020-2024. Belum terdapatnya lokasi untuk
wadah perkumpulan remaja seperti karang taruna di Desa ini. Biasanya
remaja berkumpul di warung untuk dijadikan lokasi pertemuan.
Puskesmas terletak dekat pemukiman warga sehingga mudah untuk
dicapai, didesa tersebut terdapat posyandu dan aktif melaksanakan
kegiatan 1 bulan sekali namun belum terdapat posbindu. Masyarakat
mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan atau Pendidikan
Kesehatan terutama masalah bahaya narkoba. Orang tua dari kebanyakan
remaja di desa merlung berpenghasilan rata-rata menengah kebawah.
Sehingga beberapa dari remaja tersebut mencuri demi bisa membeli
narkoba. Kendaraan didesa merlung seperti motor, mobil, dan terdapat
siskamling pada malam hari. Para remaja banyak tidak mengikuti dan
tidak berperan serta dalam kelompok organisasi di komunitas mereka.
Didesa merlung tidak terdapat wadah perkumpulan seperti karang taruna.
Semua masyarakat di desa merlung sudah mempunyai hp untuk
berkomunikasi. Rata-rata pendidikan warga desa yaitu tamatan SMA,
hanya beberapa yang tamatan SMP. Biasanya remaja lebih memilih
rekresasi dengan duduk diwarung, mereka lebih banyak berkumpul pada
malam hari sampai subuh, hasil pengkajian dengan orang tua remaja,
mereka mengatakan anaknya jarang di rumah. Sebagian keluarga
mengaku tidak mengetahui kalau anak nya menggunakan narkoba.
Sebagian keluarga mengaku mengetahui kalau anak mereka menggunakan
narkoba, mereka sudah berusaha menasehati dan memarahi anak nya,
namun anak tidak mendengarkan nasihat orang tuanya, mereka cenderung
marah kepada orang tuanya saat dinasehati.
PROSES
B. Frame Work
OUTPUT
Pencegahan Primer :
INPUT
1. Penyuluhan tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba
2. Penjelasan melalu media (poster, 1. Meningkatnya pengetahuan
video) tentang bahaya
3. Promosikan kebijakan yang menggunakan narkoba
Community AS Partner menetapkan Aksi Nasional 2. Pemasangan media promosi
Pencegahan dan Pemberantasan dilingkungan sekolah
Core : 3. Penerapan kebijakan
Penyalahgunaan dan Peredaran
1. Riwayat Komunitas lingkungan bebas narkoba
Gelap Narkotika dan Prekursor
2. Demografi Narkotika
3. Statistic Vital
4. Nilai dan keyakinan
Subsistem :
1. Lingkungan fisik Pencegahan Sekunder :
2. Pelayanan Kesehatan 1. Deteksi dini anak
Diagnosa keperawatan
dan sosial yang menggunakan Pelaksanaan implementasi
mengacu pada nanda berdasarkan intervensi yang sudah
3. Ekonomi narkoba
4. transportasi dan 2. Pemeriksaan urin disusun sebelumnya
Keamanan
5. Politik dan
pemerintahan
6. Komunikasi
Nursing outcome Pencegahan Tersier :
7. Pendidikan
8. Rekreasi Konseling dan bimbingan
kepada pengguna dan keluarga
serta kelompok
lingkungannya.
 INPUT : Pengkajian Community As Partner
Variable Sub Variable Hasil Pengkajian
Core Riwayat Sebagian besar remaja didesa merlung sudah lama tinggal didaerah ini
Komunitas karena orang tua dan keluarga besarnya bertempat tinggal disana. Sehingga
komunitas remaja Sebagian besar dilahirkan disini dan bersekolah di desa
merlung
Demografi Usia remaja 14-16 tahun, jenis kelamin laki-laki
Statistik Vital Prevalensi nya 12%, penyebab penyalahgunaan narkoba karena coba-coba,
ikut-ikutan teman, dan agar terlihat gaul
Nilai dan Agama mayoritas islam
keyakinan
Susbsistem Lingkungan fisik Dilingkungan desa merlung termasuk Kawasan padat penduduk
Layanan Sarana Kesehatan yang terdekat adalah puskesmas. Terdapat posyandu
Kesehatan dan dan aktif melaksanakan kegiatan 1 bulan sekali namun belum terdapat
sosial posbindu
Ekonomi Orang tua dari remaja berpenghasilan rata-rata menengah kebawah.
Transportasi dan Kendaraan didesa merlung seperti sepeda motor, mobil, dan terdapat
keamanan siskamling pada malam hari
Politik dan Dalam menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba pada remaja salah
pemerintahan satu solusi yang dibuat oleh pemerintah adalah mengeluarkan peraturan
yang tertuang dalam : Instruksi Presiden No. 2/2020 menyebut adanya
Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan
dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN) 2020-
2024
Komunikasi Alat komunikasi yang di gunakan remaja yaitu Hp
Pendidikan Rata-rata pendidikan warga desa yaitu tamatan SMA, hanya beberapa
yang tamatan SMP
Rekreasi Biasanya remaja lebih memilih rekresasi dengan duduk diwarung,
mereka lebih banyak berkumpul pada malam hari sampai subuh.
 Proses
Pencegahan Primer
Pencegahan Primer merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sejak
dini supaya orang tidak menyalahgunakan narkoba. Sasaran utamanya
adalahanak atau remaja, keluarga dan kesatuan masyarakat yang belum terkena
masalah penyalahgunaan NARKOBA. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
upaya pencegahan ini antara lain :
 Penyuluhan tentang bahaya narkoba dan upaya-upaya pencegahan yang
bisa dilakukan. Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya
narkoba.
 Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.
Bisa juga dilakukan dengan metode yang sudah di rekomendasikan oleh
UNODC (United Office on Drugs and Crime) yaitu pencegahan penyalahgunaan
narkoba dengan melalui berbasis ilmu pengetahuan.
UNODC menunjukkan bahwa metode pencegahan penyalahgunaan narkobay
ang selama ini dilakukan seperti pencetakan booklet, buku, poster maupun leaflet
malah terkesan menyeramkan sehingga tidak menarik perhatian masyarakat
untuk tahu lebih banyak tentang narkoba dan bahayanya. Ini karena materi, isi
maupuntestimony yang ada di dalamnya kurang atau bahkan tidak tepat
sebagai sarana untuk menyadarkan ataupun mengingatkan masyarakat
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.
Berbagai saran tersebut sangat kurang memberi dampak positif bahkan tidak
memperngaruhi perubahan perilaku masyarakat sama sekali. Oleh karena
itulah UNODC merekomendasikan strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba
berbasis ilmu pengetahuan. Metode kali ini mengutamakan Kerjasama dengan
keluarga, sekolah, masyarakat ataupun komunitas tertentu untuk mengembangkan
program pencegahan yang menekankan pada aspek Pendidikan (edukasi).

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah untuk menginisiasi penyalahguna narkoba yang baru
saja menggunakan atau mencoba-coba. Mereka perlu disadarkan supaya nantinya
tidak berkembang menjadi pecandu karena efek adiktif dari narkoba untuk
melalukan pola hidup sehat dalam keseharian mereka. Selain itu juga dibantu agar
mereka menjalani terapi maupun rehabilitasi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
1. Deteksi dini anak yang menggunakan narkoba
2. Pemeriksaan urin
3. Layanan informasi dan konsultasi
4. Konseling
5. Rujukan
6. Fasilitas dan penguatan kelompok
7. Pembinaan olahraga dan kesenian
8. Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu
9. Mendukung agar para pecandu narkoba dikirim ke pusat rehabilitasi

Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan bagi para pecandu yang sudah lama mengkonsumsi
narkoba. Dalam tahap pencegahan ini para pecandu akan direhabilitasi. Dalam
masa rehabilitasi para pecandu akan dipulihkan dari ketergantungan sehingga
mereka bisa hidup normal serta Kembali bersosialisasi dengan keluarga dan
masyarakat. Tahap-tahap pencegahan tersier :
1. Tahap menjauhkan diri, bisa berlangsung selama 2 tahun sejak tanggal
penggunaan terakhir
2. Tahap konfrontasi, berlangsung mulai akhir tahap 1 sampai selama 5
tahun tidak menggunakan secara konsisten
3. Tahap pertumbuhan, berlangsung 5 tahun atau lebih.
4. Tahap tranformasi, sudah melanjutkan gaya hidup yang baru yang
ditemukan pada tahap pertumbuhan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
1. Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta
kelompok lingkungannya
2. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka
tidak terjerat untuk Kembali sebagai pengguna narkoba.
 Output
Evaluasi :
Evaluasi berfokus pada respon dan fungsi klien. Respon perilkau klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan kriteria hasil. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan
didapatkan hasil :
1. Meningkatnya pengetahuan tentang bahaya menggunakan narkoba
2. Pemasangan media promosi dilingkungan sekolah
3. Penerapan kebijakan lingkungan bebas narkoba
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan tahapan penting dalam proses perkembangan
dimana terjadi perubahan emosional, hubungan sosial dan perubahan gaya
hidup. Pada tahap ini remaja rentan terhadap perilaku tidak sehat, salah
satunya penyalahgunaan narkoba. Dampak penyalahgunaan narkoba dapat
terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. Penyalahgunaan narkoba
dapat menyebabkan ketergantungan yang berakibat pada gangguan fisik,
komplikasi penyakit, hingga kematian. Dampak terhadap psikis antara lain
menurunnya produktivitas, hilangnya kepercayaam diri, menyakiti diri sendiri
hingga resiko bunuh diri.
Masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja memerlukan partisipasi
aktif seluruh komponen bangsa dalam penanganannya. Perawat komunitas
sebagai bagian dari tenaga kesehatan mutlak melaksanakan fungsi dan
perannya dalam mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Model community as partner dapat diadopsi sebagai framework dalam
pengembangan instrument pengkajian komunitas dengan penyalahgunaan
narkoba pada remaja. Model community as partner menggunakan pendekatan
manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien.
B. Saran
1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan
community as partner dalam pengkajian komunitas dengan masalah
penyalahgunaan narkoba.
2. Perawat komunitas diharapkan mampu mengembangkan aplikasi model
atau teori lain dalam mengembangkan instrument pengkajian komunitas
dengan masalah penyalahgunaan narkoba pada agregat remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., McFarlane, J. (2011). Community as partner: theory and


practicein nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Badan Narkotika Nasional (BNN).(2022). Laporan akhir survey nasional
perkembangan penyalahgunaan narkoba tahun anggaran 2021.
Jakarta:BNN. Diunduh dari http//www.bnn.go.id
Birhanu, A.M., Bisetegn, T.A., Woldeyohannes, S.M. (2014). High prevalence
of substance use and associated factors among high school adolescents
in Woreta Town, Northwest Ethiopia: multi-domain factor
analysis.BMC Public Health, 14. doi:10.1186/1471-2458-14-1186
Feinberg, M.E. (2012). Community epidemiology of risk and adolescentsubstance
use: practical questions for enhancing prevention. American Journal of
Public Health, 102(3),457 – 468. doi:10.2105/AJPH.2011.300496
Muslihatun, W.N., Santi, M.Y. (2015). Antisipasi remaja terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba dalam triad kesehatan reproduksi remaja di
Sleman. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 11(1),41–50. Diakses
dari http://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal
NANDA. (2018). Nursing Diagnosis.EGC: Jakarta
Park, S., & Kim, Y. (2016). Prevalence, correlates, and associated
psychological problems of substance use in Korean adolescents. BMC
Public Health, 16(1),79. doi:10.1186/s12889-016-2731-8
Rahmadona, E., Agustin, H. (2014). Faktor yang berhubungan
dengan penyalahgunaan narkoba di RSJ Prof. HB. Sa’anin.  Jurnal  Keseha
tan Masyarakat Andalas, 8(2),59 – 65. Diakses dari
http://jurnal.fkm.unand.ac.id
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2022).World drug report.
New York: UNODC. Diakses dari http://www.unodc.org

Anda mungkin juga menyukai