Anda di halaman 1dari 10

Konsep Asuhan Keperawatan, Konsep Tujuan Asuhan Keperawatan, dan Konsep Melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Komunitas

Oleh: Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, 0906511082 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) A Lingkup kesehatan di dunia keperawatan tidak hanya memandang individu sebagai klien, melainkan kumpulan masyarakat sosial ataupun komunitas sebagai klien. Adapun definisi dari komunitas itu sendiri sangat bervariasi, salah satunya seperti yang didefinisikan oleh Maurer (2005) bahwa komunitas didefinisikan sebagai sistem sosial yang terbuka yang dikarakteristikkan oleh manusia yang berada pada satu tempat tiap waktunya yang memiliki beragam tujuan. Permasalahan kesehatan dapat pula muncul pada berbagai komunitas. Sebagai seorang perawat, dapat membedakan dalam merumuskan asuhan keperawatan pada inividu dengan komunitas. Oleh karena itu, tulisan ini selanjutnya akan menjelaskan tentang konsep asuhan keperawatan pada komunitas, serta konsep tujuan, dan konsep melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada komunitas.
A.

Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Secara umum, konsep dasar asuhan keperawatan pada komunitas memiliki

persamaan dengan asuhan keperawatan pada individu. Dimana, elemen-elemen asuhan keperawatan komunitas terdiri dari pengkajian, diagnosis dan perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Hanya saja yang membedakannya adalah klien yang akan diberikan intervensi yaitu komunitas dan diagnosanya. Pengkajian pada komunitas merupakan suatu proses untuk dapat mengenal masyarakat. Adapun tujuan dilakukannya pengkajian pada komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor, baik positif maupun negatif, yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan (Anderson, Elizabeth. T., McFarlane, J., 2001). Menurut Anderson, untuk pengkajian komunitas, kerangka kerja pengkajian yang digunakan adalah roda pengkajian komunitas. Roda pengkajian seperti pada gambar di bawah ini digunakan sebagai kerangka kerja untuk keseluruhan bagian dari asuhan keperawatan pada komunitas.

Gbr. Roda Pengkajian Pengkajian komunitas dimulai dengan mengidentifikasi komunitas yang akan dikaji. Hal ini dikarenakan komunitas dapat diibaratkan sebagai suatu sistem dan keseluruhan fungsi karena adanya saling kebergantungan di antara bagianbagiannya. Sama halnya dengan komunitas yang saling kebergantungan di antara bagian, atau subsistemnya. Pada pengkajian komunitas, roda pengkajian di atas digunakan sebagai konsep umum untuk asuhan keperawatan apada komunitas, sedangkan pengkajian komunitas difasilitasi dengan menggunakan model survei, yaitu Learning about the Community on Foot (Anderson, Elizabeth T., McFarlane, J., 2001). Adapun model survei ini terdiri atas tiga bagian: (1) inti komunitas, (2) subsistem komunitas, dan (3) persepsi. Tabel di bawah ini akan menguraikan tiga bagian di atas beserta sumber informasinya. Komponen Data Inti Komunitas Sejarah Sumber Informasi Perpustakaan, sejarah masyarakat Wawancara dengan sesepuh masyarakat, Demografik pimpinan daerah Sensus penduduk dan perumahan Badan perencanaan (local, kota,

Karakteristik umur dan jenis kelamin

Distribusi rasil Distribusi etnik

kecamatan, kabupaten, provinsi) Kamar dagang Balai kota, sekretaris daerah, arsip Observasi Sensus

Jenis rumah tangga

Keluarga Non-keluarga Kelompok Status pernikahan Belum menikah Terpisah Janda/duda Cerai Statistik vital Kelahiran Kematian menurut umur penyebab Nilai dan keyakinan Agama Kontak pribadi Observasi Observasi Buku telpon Learning about the Community on Foot Observasi I.Inti Komunitas Bagaimana warisan leluhurnya? dll II.Subsitem 1.Lingkungan Bagaimana masyarakat? kualitas tumbuh, pembatasan peliharaan, udara, daerah, keadaan Bagaimana tumbuhperumahan, jarak, anggota Dinas Kesehatan provinsi Sensus

Data

Apakah tampak homogen? Apakah ada tanda seni? Bagaimana budayanya?

daerah penghijauan, binatang

masyarakatnya, struktur yang dibuat masyarakat, keindahan alam, air, iklim?, dll 2.Pelayanan kesehatan dan sosial Kejadian kondisi akut atau kronis? Rumah singgah? Penyembuh tradisional/dukun?, dll 3.Ekonomi Apakah miskin? merupakan Kemana warga komunitas berkembang atau masyarakat berbelanja? dll 4.Transportasi dan keamanan Bagaimana warga masyarakat melakukan perjalanan? Jenis kendaraan pribadi dan kendaraan umum apa yang digunakan? dll 5.Politik dan pemerintahan Apakah kegiatan partai ada apa tanda-tanda Afiliasi paling yang politik?

berpengaruh? dll 6.Komunikasi Adakah tempat khusus untuk warga berkumpul? formal Alat dan komunikasi

informal apa yang ada? dll 7.Pendidikan Apakah ada sekolah di daerah tersebut? kondisinya? Bagaimana Bagaimana

fungsinya? dll Selain menggunakan kerangka kerja roda pnegkajian, terdapat pula beberapa kerangka kerja untuk membantu dalam melakukan pengkajian komunitas. Adapun kerangka kerja tersebut di antaranya developmental framework, epidemiologic framework, at-risk and vulnerable populations, dan structuralfunctional framework. Pada developmental framework lebih mengarah pada perubahan-perubahan yang terjadi di komunitas. Hal ini dikarenakan, kerangka kerja ini memandang bahwa perubahan yang terjadi di komunitas berhubungan dengan kebutuhan masayarakat. Pada epidemiologic framework lebih berfokus pada kesehatan dari masyarakat itu sendiri. Sementara pada at-risk andvulnerable framework lebih mengarah kepada faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan di komunitas. Sementara structural-functional framework memandang komunitas memiliki struktur, proses, dan fungsi. Dimana struktur adalah bagian-bagian dari komunitas, organisasi dan proses sebagai bentuk interaksi yang dapat berubah seiring berjalannya waktu, dan fungsi diartikan sebagai tujuan dan hasil aktual yang dihasilkan dari struktur dan proses komunitas. Setalah melakukan pengakajian, tahapan selanjutnya adalah diagnosis dan perencanaan. Diagnosa keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan intervensi keprawatan. Pada elemen inilah terdapat perbedaan antara diagnosa pada asuhan keperawatan komunitas dengan individu. Tabel perbandingan diagnosa komunitas dengan inidividu: Respon Individu Perilaku pasien Contoh: Perubahan status Integrasi oral Gigi yang tanggal Nyeri pada mulut, selaput lender merah, ada luka terbuka 10cm dan sebagainya. Biopsikososialspiritual Etiologi Gejala dari kepala sampai kaki Sistem/Fungsi Sumber Situasi Manifestasi Masalah

Komunitas Derajat reaksi Contoh: Peningkatan Penyakit pernapasan Polusi udara Peningkatan jumlah mengalami gangguan pernapasan rumah di sakit, pasien rawat inap yang Subsistem komunitas Stressor Pengkajian sistem (misalnya rate)

peningkatan angka rawat ylang pasien COPD. Setelah penegakan diagnosa komunitas, langkah selanjutnya yang dilakukan perawat untuk mencapai mengatasi doagnosa yang telah ditentukan adalah membuat intervensi. Intervensi pada asuhan keperawatan komunitas secara umum memiliki persamaan, dimana setiap intervensi yang ditegakkan bersifat preventif. Adapun intervensi pada asuhan keperawatan komunitas terdiri dari 3 pencegahan. Pertama adalah pencegahan primer, dimana intervensi yang diberikan bertujuan untuk memberikan pertahanan sehingga stressor tidak dapat masuk atau mempengaruhi stressor dengan melakukan perlawanan terhadap stressor tersebut. Yang kedua adalah pencegahan sekunder dimana stressor telah memasuki komunitas, sehingga intervensi yang diberikan bertujuan untuk lebih mempertebal garis pertahanan yang telah dibuat di pencegahan primer dan resistensi untuk meminimalkan derajat reaksi terhadap stressor. Seiring berjalannya waktu, stressor dapat mencapai garis pertahanan yang telah dibuat. Oleh karena itu, muncullah pencegahan tersier yang bertujuan untuk mencegah ketidakseimbangan tambahan dan meningkatkan keseimbangan. Mengapa tujuan dari pencegahan tersier seperti yang diuraikan di atas? Sebab, stressor yang telah mencapai garis pertahanan dapat memunculkan derajat reaksi.

Setelah

proses pengkajian komunitas, menegakkan diagnosa, dan

memberikan intervensi yang sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan, langkah selanjutnya adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil dari intervensi yang dilakukan. Adapun yang menjadi dasar untuk mengevaluasi intervensi perawat komunitas adalah umpan balik dari komunitas itu sendiri. Tidak terdapat perbedaan pada evaluasi asuhan keperawatan individu dengan komunitas. B. Konsep Perumusan Tujuan Asuhan Keperawatan Komunitas Tujuan asuhan keperawatan komunitas terdapat pada bagian rancangan perencanaan. Sebelum ditentukannya tujuan dari asuhan keperawatan komunitas, terlebih dahulu perawat melakukan pengkajian dan diagnose, setelah itu perawat menetapkan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan, yang kemudian dilanjutkan dengan perencanaan. Tujuan asuhan keperawatan komunitas bervariasi sesuai dengan jenis komunitasnya, namun pada umumnya tujuan asuhan keperawatan komunitas ini berfokus pada memaksimalkan kesejahteraan anggota, mempromosikan kelangsungan hidup, dan menemukan kebutuhan anggota komunitas (Maurer, Frances A., Smith, Claudia M., 2005). Setelah ditegakkannya diagnosa keperawatan komunitas, tujuan asuhan keperawatan berfokus komunitas bertujuan untuk menjadi komunitas yang melaksanakan program promosi kesehatan berdasarkan isu yang dirasakan oleh warga, dengan menggunakan metode yang diterima oleh norma budaya dan dilakukan di lokasi dan biaya yang terjangkau oleh komunitas. Adapun cara untuk merumuskan tujuan asuhan keperawatan komunitas harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu berfokus pada masyarakat, jelas dan singkat, dapat diukur dan diobservasi, realistik, ada target waktu, dan melibatkan peran serta masyarakat. Dalam menentuka tujuan, terdapat dua tujuan yang harus dicapai dari pemberian asuhan keperawatan kedepannya, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah adanya pernyataan spesifik dari hasil yang diinginkan yang dinyatakan dalam perilaku yang dapat diukur. Adapun tujuan jangka panjang adalah hasil akhir yang ingin diperoleh dari semua kegiatan dan serangkaian proses pemecahan satu masalah keperawatan

C. Konsep Melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas Evaluasi merupakan elemen terakhir dari sebuah asuhan keperawatan. Pada umumnya evaluasi merupakan proses penilaian keberhasilan dari proses pengkajian sampai dengan tahap intervensi apakah sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan di awal. Selain itu juga, evaluasi pada asuhan keperawatan komunitas melihat respon komunitas terhadap program kesehatan yang telah diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana dan tindakan, dan implementasinya sudah berhasil dicapai (Efendi, F., Makhfudli, 2009) Proses evaluasi ini bertujuan untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Proses evaluasi terdiri atas dua tahap, yaitu (1) mengukur pencapaian tujuan klien baik kognitif, afektif, psikomotor, dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya dan (2) membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Evaluasi asuhan keperawatan dalam prosesnya teridi dari beberapa prinsip (W.K. Kellogg Foundation dalam Anderson, 2000), yang pertama adalah memperkuat program. Poin kedua adalah menggunakan beberapa pendekatan. Maksud dari poin kedua ini adalah tidak adanya penentuan terhadap metode pendekatan, melainkan menyesuaikan dengan program yang ingin dicapai. (3) desain evaluasi untuk megtasi masalah yang lebih real di komunitas. Maksudnya adalah perawat mempersiapkan bentuk evaluasi yang sesuai dengan komunitas dan menentukan apakah criteria yang telah ditentukan sebelumnya penting bagi komunitas. (4) Membuat proses partisipan, dengan maksud yang menjadi sasaran asuhan keperawatan adalah anggota dari komunitas itu sendiri. Sehingga, anggota dari komunitas tersebut ,enjadi seorang partisipan dalam proses asuhan keperawatan. Selain membuat proses partisipan, (5) fleksibel, dan yang terakhir (6) membangun komunitas. Pada prosesnya, evaluasi terdiri dari beberapa komponen di dalamnya yang masing-masing komponen terdiri dari beberapa pertanyaan seputar komunitas tersebut, yaitu (1) relevansi, dimana pada komponen ini yang dapat ditanyakan kapasitas, dimana proses evaluasi ini membutuhkan skil. Hal ini dikarenakan terkait pencapaian dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

adalah apakah program yang diperluka, dll. (2) perkembangan atau kemajuan, dimana pertanyaan yabng dapat diajukan apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana? Bagaimana staf, fasilitas, jumlah peserta?, dll, (3) Cost efficiency (efisiensi biaya) bagaimana biaya? Apa keuntungan program?. (4) Efektifitas, apakah tujuan tercapai? Apakah klien puas ? Apakah focus pada formatif dan hasil jangka pendek? Adapun komponen selanjtunya adalah (5) impact, dimana apakah dampak jangka panjang? Apa perubahan perilaku dalam 6 minggu atau 6 bulan atau 1 tahun? Apakah status kesehatan meningkat ? Tahapan evaluasi tidak hanya menilai apakah tujuan dari asuhan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya megalami perubahan atau bahkan tidak ada perbuahan sama sekali. Evaluasi disini juga tidak mengetahui seberapa banyak anggota komunitas yang dapat mencapai targetnya dan data-datanya. Oleh karena itu, peran perawat dalam sesi ini diharapkan dapat membagi waktu dengan baik.Adapun metode penghitungan yang digunakan adalah studi kasus dan survei. Terdapat pula standar evaluasi bagi perawat kesehatan komunitas, diantaranya adalah mengkoordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi berdasarkan criteria hasil pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentinga lain. Selanjtnya adalah mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program, dan pelayanan, dan berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan program dan pelayanan, dan lain sebagainya Berdasarkan uraian di atas mengenai masalah asuhan keperawatan pada komunitas dapat disimpulkan bahwa pandangan asuhan keperawatan pada komunitas dengan invidu berbeda, dimana asuahan keperaawatan pada komunitas lebih menyeluruh. Oleh sebab itu, perawat komunitas dalam melakukan pengkajian sekiranya dapat membuat asuhan keperawatang yang saling terintegrasi satu sama lain, sehingga dapat mencapai tujuan yang telsh dibuat. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Elizabeth T., McFarlane, J. (2000).Community As Partner: theory and practice nursing. 3third. Philladelpia: Lippincott

Effendi, F., Makhfudli.(2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktek dalam keperawatan.Jakarta: Penerbit Salemba Medika Maurer, Frnces A., Smith, Claudia MM.(2005)>Community/Public Health Nursing Practice:health for families and population.3rd ed.USA: Elsevier Saunders

Anda mungkin juga menyukai