Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Komunitas

Disusun Oleh:

IMAM ABIDIN
220120180073

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN KOMUNITAS


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas/public adalah perpaduan antara praktik
keperawatan dan praktik kesehatan public. Tujuan utama keperawatan
kesehatan publik adalah mempertahankan kesehatan komunitas dan populasi
sekitarnya dengan berfokus pada promosi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan pada individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat (Sahar,
Setiawan dan Riasmini, 2015). Salah satu kelompok khusus dalam keperawatan
komunitas adalah kelompok bayi. Bayi merupakan individu yang berusia 0-12
bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai
dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).
Masalah kesehatan anak di Indonesia masih menjadi perhatian serius, upaya
pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan
datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka
kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin
masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
tahun. Dengan upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu
menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan
dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per
1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per
1.000 kelahiran hidup. Tren angka kematian anak tahun 1991-2017 (Profil
Kesehatan Indonesia 2017).
Angka kematian bayi dan anak-anak selama tahun pertama kehidupan
merupakan indicator penting dari status kesehatan anak-anak. Hal ini adalah
tanda penting karena terkait beberapa factor termasuk kesehatan ibu, kualitas
perawatan medis dan akses, kondisi social ekonomi dan praktik kesehatan
masyarakat. Lima penyebab utama kematian bayi adalah cacat bawaan,
gangguan yang berkaitan dengan kehamilan pendek atau BBLR, sindrom bayi
meninggal tiba-tiba/ sudden infant death syndrome (SIDS) atau Sudden
unexplained infant death (SUID), komplikasi pada ibu hami dan kecelakaan
seperti sesak napas. Lima factor ini mencapai 60% dari semua kematian bayi
(Hoyert & Xu, 2012 dalam Sahar, Setiawan dan Riasmini, 2015).
Peran perawat membantu komunitas untuk mencapai, mempertahankan,
dan mempromosikan kesehatan, untuk mengidentifikasi kapasitas dan
kebutuhan komunitas diperlukan pengkajian komunitas melalui proses
pengumpulan dan analisis informasi dan data, Community as Partner yang
didasarkan pada Nueman’s model digunakan untuk pengkajian di komunitas.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas,
analisis dan diagnosa, perencanaan, implementasi komunitas yang terdiri dari
tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi
(Sahar, Setiawan dan Riasmini, 2015).
Model ini dipilih oleh peneliti karena untuk mengatasi permasalahan pada
kesehatan bayi, bukan hanya mengidentifikasi dan mengintervensi individu saja
tetapi harus melibatkan semua kelompok termasuk masyarakat.

B. Definisi Populasi
Populasi pada asuhan keperawatan komunitas ini adalah bayi dengan
kondisi sakit, namun tidak spesifik sakit yang diderita oleh bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Community as partner


Model community as partner (Anderson & McFarlane, 2011)
didasarkan pada model yang dikembangkan oleh Neuman dengan
menggunakan pendekatan manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien.
Model community of client dikembangkan oleh Anderson dan McFlarlane
untuk menggambarkan definisi keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
perpaduan antara kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut
dinamakan model “community as partner” untuk menekankan filosofi dasar
dari perawatan kesehatan masyarakat.
Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat
memberikan sebuah kerangka kerja bagi model community as partner yang
didefinisikan sebagai berikut:
1. Individu
Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau
sebuah agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan
(populasi total) atau agregat (lansia, dewasa, remaja, anak, perawat)
mencerminkan individu.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan masyarakat
dan sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam komunitas dapat
terjadi dimana masyarakat tinggal, pekerjaan, suku bangsa dan ras, cara
hidup, serta faktor lain yang umumnya dimiliki masyarakat.
3. Kesehatan
Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-
hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif
yang menekankan pada sumber sosial dan personal sebagai kemampuan
fisik.

4. Keperawatan
Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan
upaya pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan
primer yang bertujuan pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan
dengan stressor atau memperkuat bentuk pertahanan, pencegahan
sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki garis
pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada
deteksi dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan
tersier yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status
kesehatan.
Model community as partner memiliki dua faktor sentral yaitu berfokus
pada komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam roda
assessment. Fokus sentral tersebut berhubungan dengan masyarakat pada
komunitas sebagai intinya dan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas
untuk membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang
akan menjadi pedoman dalam praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane
(2011) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner (Anderson &
McFarlane, 2011) terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti meliputi
demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota
masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem
komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan
kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis
pertahanan yang normal atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai
selama ini. Garis normal pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai
imunitas yang tinggi, angka mortalitas infant yang rendah, atau tingkat
penghasilan yang sedang. Garis pertahann normal juga meliputi pola koping
yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan
kesehatan komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai
sebuah garis putus-putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal,
merupakan daerah (zona) penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah
tingkat kesehatan yang dinamis yang dihasilkan dari respon sementara terhadap
stressor. Respon sementara tersebut mungkin menjadi gerakan lingkungan
melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor sosial. Kedelapan
subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk mengingatkan bahwa
subsistem tersebut saling mempengaruhi (Anderson & McFarlane, 2011).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT BAYI

A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk
memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan
rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Model
community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti
komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community
subsystems). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat
untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.

1. Data inti
a. Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah bayi baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa
laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang
berobat.
b. Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan
angka kematian bayi. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh
dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
c. Sejarah
Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas yang berkontribusi
pada terjadinya isu dan kecenderungan masalah kesehatan komunitas
d. Etnis dan Budaya
Terdiri dari suku/ras, adat/kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan,
Bahasa yang digunakan.
e. Persepsi terhadap kesehatan
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit bayi masih
acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit.

2. Sub sistem
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk
terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit,
selain faktor untuk menjamin mendapatkan makanan yang sehat akan
sulit didapat, selain itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi
salah satu tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah
tersebut.
b. Sistem kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tesedia di masyarakat, jarak yang ditempuh,
akses ke pelayanan kesehatan, dll.
c. Ekonomi
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan
lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
d. Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan
untuk dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi
masyarakat untuk mempermudah akses mendapatkan layanan
kesehatan.
Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada,
tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan
keamanan yang ada.
a. Kebijakan dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan
yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat.
b. Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan
dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam
penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap
bayi yang sakit.
c. Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk
tentang pengertian tentang penyakit bayi yang dihadapi, bahaya dan
dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara
mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan.
d. Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat
partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan
keamanan dari sarana rekreasi yang ada.

B. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui
kegiatan wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan
memilih data-data yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu
diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan
data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki,
sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh balita.
Tujuan analisa data:
a. Menetapkan kebutuhan balita
b. Menetapkan kekuatan.
c. Mengidentifikasi pola respon balita
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat
menemukan masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh
kelompok khusus balita. Masalah yang sudah ditemukan tersebut perawat
dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat
diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang tidak dapat
di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah. Prioritas
masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Pengambilan kasus diambil dari hasil penelitian oleh Yulianti pada Tahun
2013 tentang “pengembangan keperawatan pada balita sakit berdasarkan
model keperawatan community as partner”
1. Data Inti

a. Demografi

Indikator Kriteria n % N %
Umur 2 bln- 1 6 16,7 36 100
tahun
1-3 Thn 17 47,2
3-5 Thn 13 36,1
Jenis Laki-laki 25 69,4 36 100
Kelamin Perempuan 11 30,6
Status gizi Baik 24 66,7 36 100
Buruk 12 33,3
b. Statistik vital
No Indikator Kriteria n % N %
1 Kelengkapan Lengkap 22 61,1 36 100
imunisasi Tidak 14 38,9
lengkap
2 Riwayat Tidak 14 38,9 36 100
alergi ada
ada 22 61,1
3 Kejadian Sehat 4 11,1 36 100
sakit Sakit 32 88,9

c. Sejarah
No Indikator Kriteria n % N %
1 Lama ≥2 bulan-1 thn 16 44,4 36 100
Tinggal >1 Thn 20 55,6
2 Riwayat Dititipkan 5 13,9 36 100
Tinggal Ditinggal Orang tua 31 86,1
Setelah
melahirkan/Dibuang

d. Etnis dan Budaya


Mayarakat merupakan suku sunda dimana bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia. Dan tidak ada budaya
yang menyimpang dengan kesehatan, da nada 15 orang jika anaknya
sakit demam suka memakai bawang merah yang dibaluri ke seluruh
tubuh bayi.
e. Persepsi terhadap kesehatan
Persepsi masyarakat atau orang tua terhadap bayi yang sakit, mereka
menganggap hal tersebut karena efek kuman, cuaca dan sebelum dibawa
ke pelayanan, menggunakan herbal.
3. Sub sistem
a. Lingkungan fisik
No Indikator Kriteria Asrama Asrama Asrama
Bayi Bayi 6 bln- Balita 2-5
2 Tahun Thn
1 Kebersihan Bersih Kurang Kurang
Bersih
ruangan Kurang bersih bersih bersih
≥10% luas
lantai Kurang
Ideal Ideal
<10% luas ideal
lantai
≥15% luas
lantai
Ideal Ideal Ideal
<15% luas
lantai
>3 m2 Kurang Kurang
Ideal
<3m2 ideal ideal
Lengkap
Tidak Tidak Tidak
Tidak
lengkap lengkap lengkap
Lengkap
2 Kategori Kurang Kurang Sehat
sehat sehat

b. Sistem kesehatan
Pelayanan kesehatan yang terdekat adalah Puskesmas, dan tidak ada
praktik kesehatan swasta di daerah tersebut. Jaraknya kurang lebih 1
KM ke puskesmas.
c. Ekonomi
Penghasilan dari masyarakat rata-rata 2-3 juta, dan 70% merupakan
wiraswasta, 10% PNS dan 20% petani.
d. Keamanan dan transportasi
Lingkungan masyarakat aman dan tidak ada tindak kejahatan, setiap
seminggu sekali ada pos keamanan/poskamling dan trasnportasi yang
digunakan adalah kendaraan pribadi dan transportasi umum.
e. Kebijakan dan pemerintahan
Masyarakat 50% memiliki BPJS dan sisanya tidak memiliki jaminan
kesehatan lain, dan pak RW menyediakan surat keterangan tidak mampu
untuk membantu masyarakatnya yang sakit.
f. Komunikasi
No Indikator Kriteria n % N %
1 Intensitas Sering 18 50
berkumpul Kadang- 7 19,4
dengan balita kadang 36 100
lain/pengasuh Tidak 11 30,6
pernah

g. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat 10% Sarjana, 80% lulus SMA, dan 10%
lulus SMP.
h. Rekreasi

No Indikator Kriteria n % N %
1 Tempat Ada waktu
9 25
bermain keluar panti
Terbatas dalam
16 44,4 36 100
asrama
Terbatas di
11 30,6
tempat tidur
2 Sering 0 0 36 100
Penggunaan Kadang-
25 69,4
alat kadang
bermain Tidak pernah 11 30,6
3 Intensitas Terjadwal/rutin 9 25
bermain Tidak
terjadwal/bila 18 50
diperlukan 36 100
Tidak
terjadwal dan 9 25
tidak dilakukan

Diagnosa Keperawatan

a) Tingginya angka kejadian sakit pada kelompok balita di UPT. PSAB


Sidoarjo berhubungan dengan lingkungan fisik kurang sehat, yang
dimanifestasikan dengan 25 orang atau 69,4% tinggal dalam ruangan yang
kurang bersih, 19 orang atau 52,8% memiliki ventilasi < 10% luas lantai dan
25 orang atau 69,4% tinggal dalam ruangan dengan kepadatan <3m²
b) Resiko terjadi penularan penyakit pada kelompok balita di UPT. PSAB
Sidoarjo berhubungan dengan kegiatan rekreatif (tempat,alat dan intensitas
bermain) dilakukan kurang baik dan komunikasi (intensitas berkumpul
dengan balita lain/ pengasuh) dijalankan dengan baik, yang
dimanifestasikan dengan 16 orang atau 44,4% melakukan kegiatan terbatas
dalam lingkungan panti, 11 orang atau 30,6 melakukan kegiatan terbatas di
atas tempat tidur, 25 orang atau 69,4% kadang-kadang menggunakan alat
bermain, 11 orang atau 30,6% tidak pernah menggunakan alat bermain, 18
orang atau 50% melakukan kegiatan bermain tidak terjadwal/ bila
diperlukan dan 9 orang atau 25% melakukan kegiatan bermain dengan tidak
terjadwal/ tidak dilakukan serta 18 orang atau 50% sering berkumpul
dengan balita lain atau pengasuh.
Perencanaan
Rencana intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan komunitas
disusun melalui focus group discussion. Focus group discussion dilakukan lebih
kurang 30 menit dengan keterlibatan Kepala Seksi Bimbingan dan Pembinaan
Lanjut, Kepala Seksi Pelayanan Sosial, dokter puskesmas, psikolog dan staf
pelayanan.
Berdasarkan FGD tersebut maka dapat disusun rencana intervensi sesuai diagnosa
keperawatan prioritas dengan hasil sebagai berikut :
a) Tingginya angka kejadian sakit pada kelompok balita di UPT. PSAB
Sidoarjo berhubungan dengan lingkungan fisik kurang sehat, yang
dimanifestasikan dengan 25 orang atau 69,4% tinggal dalam ruangan yang
kurang bersih, 19 orang atau 52,8% memiliki ventilasi < 10% luas lantai dan
25 orang atau 69,4% tinggal dalam ruangan dengan kepadatan <3m²
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 6 bulan, angka
kejadian sakit pada kelompok balita di UPT. PSAB Sidoarjo menurun 50%.
Kriteria hasil :
1) 80% balita tinggal dalam lingkungan asrama dalam kondisi yang bersih
2) 80% balita memperoleh ventilasi yang baik
3) Alat dan bahan kebersihan tersimpan pada ruang yang aman dari jangkauan
balita
4) Kebersihan AC terjaga secara berkala (3 bulan)
5) 75% balita sehat
Rencana intervensi keperawatan :
1) Maksimalkan tindakan kebersihan lingkungan asrama balita, jaga
lingkungan sekitar balita agar senantiasa bersih dari kotoran maupun hewan.
2) Simpan alat-alat maupun bahan kebersihan pada ruangan khusus dan aman
dari jangkauan balita.
3) Maksimalkan penggunaan ventilasi alami (jendela) dengan membuka
jendela tiap hari saat udara masih segar dan di siang hari.
4) Bersihkan ventilasi buatan (air conditioner) secara berkala (tiap 3 bulan).
5) Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, lakukan rujukan ke rumah
sakit bila balita membutuhkan terapi yang lebih spesifik
6) Kolaborasi pemeriksaan kesehatan dengan dokter puskesmas dan rumah
sakit secara berkala
7) Berikan obat/ terapi yang telah diresepkan dokter pada balita yang sakit
8) Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium untuk deteksi dini bagi bayi/
balita baru.

b) Resiko terjadi penularan penyakit pada kelompok balita di UPT. PSAB


Sidoarjo berhubungan dengan kegiatan rekreatif (tempat,alat dan intensitas
bermain) dilakukan kurang baik dan komunikasi (intensitas berkumpul
dengan balita lain/ pengasuh) dijalankan dengan baik, yang
dimanifestasikan dengan 16 orang atau 44,4% melakukan kegiatan terbatas
dalam lingkungan panti, 11 orang atau 30,6 melakukan kegiatan terbatas di
atas tempat tidur, 25 orang atau 69,4% kadang-kadang menggunakan alat
bermain, 11 orang atau 30,6% tidak pernah menggunakan alat bermain, 18
orang atau 50% melakukan kegiatan bermain tidak terjadwal/ bila
diperlukan dan 9 orang atau 25% melakukan kegiatan bermain dengan tidak
terjadwal/ tidak dilakukan serta 18 orang atau 50% sering berkumpul
dengan balita lain atau pengasuh.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6 bulan, tidak terjadi
penularan penyakit pada kelompok balita di UPT. PSAB Sidoarjo.
Kriteria hasil :
1) Ruang bermain bersih dan aman digunakan
2) Balita terdampingi saat bermain sesuai jadwal dan perkembangan balita
3) 80% balita bersosialisasi dengan balita lain/ pengasuh
4) Balita sakit terisolasi
5) 80% balita tidak mengalami penularan penyakit
6) Pengasuh/ pengunjung selalu cuci tangan dan memakai masker
7) Pengunjung berdisiplin terhadap tata tertib berkunjung (waktu dan jumlah
pengunjung)
Rencana intervensi keperawatan :
1) Bersihkan ruang bermain dan alat bermain agar siap digunakan untuk
bermain secara aman.
2) Dampingi balita saat bermain sesuai jadwal dan perkembangan balita (isi
bermain pada bayi : afektif-sosial, toddler : imitatif, prasekolah : imajinatif)
3) Rapikan alat bermain dan letakkan sesuai tempat semula setelah selesai
bermain. Jaga kebersihan ruang bermain
4) Pastikan alat-alat yang kontak dengan balita terjaga kebersihannya.
5) Lakukan kontak dengan balita, anjurkan petugas/pengasuh untuk selalu
menjaga kebersihan tangan atau menggunakan masker untuk mencegah
penularan penyakit.
6) Batasi jumlah pengunjung dan pendisiplinan jadwal berkunjung, anjurkan
pengunjung untuk melakukan cuci tangan.
7) Lakukan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penularan penyakit pada
balita. Sehingga diperlukan ruang isolasi agar tidak terjadi penularan dan
penyebaran penyakit pada balita.
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Balita termasuk salah satu agregat / kelompok risiko tinggi. Hal ini
dikarenakan pada balita juga berpotensi muncul masalah yang kompleks,
terlebih yang berhubungan dengan konsep tumbuh kembang. Oleh karena itu,
konsep keperawatan yang diberikan pada agregat ini diaplikasikan dalam
bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
memberikan layanan dalam upaya menjaga kesehatan balita adalah Posyandu
(Pos Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang).

DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth T. Anderson and RN. Judith Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner,
6th Ed +Introduction to Community Based Nursing, 5th Ed: Theory and
Practic in Nursing. Lippincot Williams and Wilkins, 2012

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. 2018. Health statistic. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia

Sahar, Junaiti, Agus Setiawan dan Ni Made Riasmini.2015.Keperawatan Ksehatan


Komunitas dan Keluarga.Singapore: ELSEVIER

Yuliyanti, E. (2013). Pengembangan Keperawatan pada Balita Sakit Berdasarkan


Model Keperawatan Community As Partner. Journals of Ners Community,
4(1), 65-80.

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai