Anda di halaman 1dari 12

6

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengkajian Keperawatan


Keperawatan komunitas merupakan satu kesatuan yang unik pada lingkup
praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan dan pengembangan kemampuan dan keterampilan kesehatan dari
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat (Allender, Rector dan Warner,
2014). Ervin (2002) menjelaskan bahwa keperawatan komunitas merupakan
suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk peningkatan dan pemeliharaan kesehatan penduduk/
masyarakat. Stanhope dan Lancaster (2010) menyatakan keperawatan
komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat secara luas, membantu masyarakat mengidentifikasi
masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan sesuai
kemampuan yang ada pada masyarakat.

Asuhan keperawatan komunitas yang mencakup proses keperawatan


komunitas merupakan langkah sistematis yang dilakukan oleh seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas. Asuhan
keperawatan diberikan berdasarkan kelompok atau tahap perkembangan
dengan berbagai kondisi kesehatan. Tahapan dari proses keperawatan
komunitas meliputi adalah pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.

Praktik keperawatan komunitas yang dilakukan di wilayah Kelurahan


Srengseng Sawah menggunakan pengkajian model Community as Partner,
teori Consequences Functional, dan Family Centered Nursing.
2.1.1 Pengkajian keperawatan model Community as Partner
Pelayanan keperawatan yang profesional merupakan tujuan keperawatan
kesehatan komunitas. Asuhan keperawatan komunitas ditujukan kepada
masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya

6 Universitas Indonesia
7

pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Upaya pencapaian melalui


pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, serta melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Stanhope & Lancaster, 2012).

Asuhan keperawatan pada komunitas dilakukan berdasarkan tahapan


proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal dalam
pemberian asuhan keperawatan komunitas. Pengkajian merupakan tahapan
yang sangat penting karena penentuam masalah keperawatan yang muncul
berdasarkan data yang ditemukan, sehingga pengkajian yang dilakukan
harus secara komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan klien (Anderson
& Farlane, 2011). Model asuhan keperawatan komunitas dapat tergambar
pada gambar 2.1.

Pengkajian komunitas didasari oleh teori Betty Neuman yang berbentuk


roda pengkajian, yang dikenal dengan model sistem terbuka. Model ini
menyatakan bahwa terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungan,
yang akan menentukan kondisi manusia. Sistem klien dapat dipandang
sebagai individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Neuman
berpendapat bahwa klien sebagai manusia terdiri dari variabel atau
komponen psikologis, fisiologis, sosialkultural, perkembangan dan
spriritual (Stanhope & Lancaster, 2012).

Model sistem terbuka memandang klien sebagai mitra (komunitas sebagai


mitra), berdasarakan filosofi pelayanan kesehatan primer. Ada dua faktor
sentral dari model ini yaitu berfokus pada klien sebagai mitra dan
penerapan proses keperawatan tentunya dalam penerapan asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan prinsip bekerjasama dengan
komunitas bukan bekerja dengan komunitas (partnership) dalam mencapai
tujuan.

Universitas Indonesia
8

Model dapat digambarkan dalam berbentuk lingkaran yang terdiri dari tiga
garis yaitu garis pertahahan normal, fleksibel dan resisten. Garis tebal
yang mengelilingi komunitas yang menunjukkan garis pertahanan normal,
atau tingkat kesehatan komunitas yang dicapai setiap saat. Garis
pertahanan normal menggambarkan imunitas yang tinggi, mortalitas
rendah atau tingkat pendapatan kelas menengah. Kondisi masyarakat
menunjukkan keadaan sehat.

Garis pertahanan fleksibel digambarkan dengan garis putus-putus yang


mengelilingi komunitas dan garis pertahanan normal. Garis pertahanan
normal adalah sebagai “penengah” atau “buffer zone”, yang menunjukkan
tingkat kesehatan yang dinamis akibat respon sementara terhadap stressor.
Garis putus-putus pada setiap komponen individu menunjukkan bahwa
komponen tersebut tidak terpisahkan akan tetapi saling mempengaruhi.
Garis pertahanan resisten merupakan mekanisme internal yang melakukan
perlawanan terhadap stressor. Setiap subsistem menunjukkan kekuatan
komunitas dan stressor dapat berasal dari luar komunitas dan dalam
komunitas.

Gambar 2.1 Roda pengkajian komunitas, menggambarkan garis resistensi dan


pertahanan dalam struktur komunitas (Anderson & McFarlane, 2011).

Universitas Indonesia
9

Gambar 2.2 Model komunitas sebagai mitra


(Anderson & McFarlane, 2011)

Roda pengkajian komunitas merupakan keseluruhan kerangka kerja yang


diperoleh melalui survei yang dikenal dengan “Windshield survey”.
Pengkajian community as partner merupakan model pengembangan dari
teori Betty Neuman. Pengkajian community as partner ini dibagi menjadi

Universitas Indonesia
10

tiga (3) kelompok besar yaitu inti komunitas, subsistem komunitas dan
persepsi (Anderson dan McFarlane, 2011). Model community as client
dikembangkan oleh Anderson untuk menggambarkan batasan keperawatan
kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan
keperawatan. Model tersebut diganti namanya menjadi community as
partner, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang
menjadi landasannya. Tujuan yang diwujudkan oleh model ini untuk
keseimbangan sistem, sebuah komunitas sehat, dan termasuk di dalamnya
pemeliharaan serta promosi kesehatan komunitas (Anderson &McFarlane,
2011).

Model community as partner (komunitas sebagai mitra) ada dua faktor


sentral yaitu (1) fokus pada komunitas sebagai mitra ditandai dengan roda
pengkajian komunitas di bagian atas, dengan menyatukan anggota
masyarakat sebagai intinya). (2) Penerapan proses keperawatan. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk komunitas. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam model komunitas sebagai mitra antara lain dapat
dilihat dari inti meliputi demografik, nilai, keyakinan, dan sejarah
penduduk setempat. Penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan
subsistem komunitas, yang terdiri atas lingkungan, pendidikan, keamanan
dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi, dan rekreasi (Stanhope & Lancaster, 2004).

Teori community as partner terdiri dari 3 bagian besar yaitu: core atau inti,
sub sistem dan persepsi.
1. Core atau inti
Inti atau care terdiri dari 4 aspek yaitu: sejarah, demografik dan etnik,
statistik vital, nilai-nilai, keyakinan dan keagamaan.
a. Sejarah
b. Demografik dan etnik
c. Vital Statistik
d. Nilai, Keyakinan dan agama

Universitas Indonesia
11

2. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas yaitu:


a. Lingkungan
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
c. Ekonomi
d. Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan.
e. Transportasi dan keamanan
f. Komunikasi
g. Pendidikan
h. Rekreasi

3. Persepsi
Persepsi merupakan bagaimana pandangan lansia, masyarakat, dan
perawat terhadap masalah kesehatan lansia dengan gangguan
keseimbangan dan risiko jatuh. Bagaimana pengetahuan tentang
gangguan keseimbangan dan risiko jatuh, sikap tentang gangguan
keseimbangan dan risiko jatuh, serta keterampilan tentang upaya
pencegahan gangguan keseimbangan (Rancangan pengkajian
terlampir).

2.1.2 Pengkajian keperawatan model Consequences Functional


Teori konsekuensi fungsional adalah teori yang dikembangkan pada tahun
1980 oleh Carol Miller (Miller, 2012). Teori ini berfokus pada lansia,
penuaan dan keperawatan yang holistik. Teori ini mengobservasi aspek
faktor risiko dan perubahan terkait usia yang mempengaruhi kualitas hidup
atau aktivitas hidup sehari-hari lansia. Konsekuensi fungsional negatif
terjadi ketika mengalami penurunan level kualitas hidup atau peningkatan
ketergantungan lansia. Promosi kesejahteraan muskuloskeletal pada lansia
dapat dilakukan melalui:
1. Pengkajian keperawatan
2. Faktor risiko
3. Perubahan terkait usia
4. Konsekuensi negatif

Universitas Indonesia
12

5. Intervensi keperawatan
6. Outcome sejahtera

Nursing assesment
 Perilaku sehat
 Keamanan lingkungan
 Gangguan keseimbangan

Negative Functional
Risk Factors
Consequences
Age-Related Changes  Internal : perubahan gaya
 Gangguan keseimbangan
 Penurunan massa otot  Penurunan ketahanan dan berjalan, obat-obatan, kondisi
 Osteopororsis kekuatan otot patologis, penurunan
 Peingkatan kesulitan aktivitas dan latihan fisik
ADL  Eksternal/lingkungan
 Peningkatan Risiko jatuh

Nursing Interventions
 Ajarkan latihan
 Modifikasi lingkungan

Wellness Outcomes
 Penurunan gangguan keseimbangan
 Peningkatan kualitas hidup/ aktivitas hidup sehari-hari
 Penurunan risiko jatuh

Gambar 2.3 Kerangka konsep promosi kesejahteraan muskuloskeletal (Miller, 2012)


(telah dimodifikasi)

2.1.3 Pengkajian keperawatan model Family Centered Nursing


Dalam proses pelaksanaan program, keterlibatan keluarga sangat
dibutuhkan untuk mengawal perubahan perilaku yang diharapkan.
Pendekatan keperawatan keluarga dilakukan melalui teori family center
nursing yang meliputi pengkajian dan pendekatan keluarga. Praktik
keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing) didasarkan

Universitas Indonesia
13

pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan


individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga
adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat,
mempresentasikan perbedaan budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi.
Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial,
ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan pengkajian dan
perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan
keluarga.

Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-


centered nursing salah satunya menggunakan Friedman Model.
Pengkajian dengan model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari
masyarakat (Allender & Spradley, 2001). Proses keperawatan keluarga
meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi. Proses keperawatan keluarga akan berbeda tergantung pada siapa
yang menjadi fokus perawatan. Perbedaan tersebut tergantung pada
perawat dalam mengkonseptualisasi keluarga dalam prakteknya. Perawat
yang memandang keluarga sebagai latar belakang atau konteks individual
pasien, kemudian individu anggota keluarga menjadi fokus dan proses
keperawatan adalah berorientasi pada individu sebagai cara yang
tradisional. Perawat yang mengkonseptalisasi keluarga sebagai unit
perawatan, kemudian keluarga sebagai unit atau sistem adalah fokus yang
diinginkan dan ini jarang dilakukan (Friedman, Bowden & Jones, 2010).

Perawat keluarga dalam prakteknya harus menstimulasi individu dan


keluarga dan sistem keluarga. Hal ini berarti perawat dalam menerapkan
asuhan keperawatan keluarga harus menerapkan dua jalan, yaitu perawatan
pada individu dan keluarga serta keluarga sebagai sistemnya. Sehingga
dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan akan lebih komplek
dan mendalam (Friedman, Bowden & Jones, 2010).

Universitas Indonesia
14

Friedman, Bowden, & Jones (2010) dalam melakukan asuhan keperawatan


keluarga menerapkan langkah-langkah terkait dengan lima langkah dalam
proses keperawatan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga dimulai
dengan pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan
keluarga. Dalam pengkajian ditekankan pada struktur dan fungsi keluarga
secara menyeluruh dan terintegrasi. Kerangka model konseptual Friedman
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Pengkajian terhadap keluarga Pengkajian anggota keluarga secara


Mengidentifikasi data sos-bud, data individual :Mental, fisik, emosional,
lingkungan, struktur & fungsi, stres sosial & spiritual
keluarga dan strategi koping

Identifikasi masalah-masalah
keluarga & individu

Diagnosis keperawatan

Rencana Keperawatan
Menyusun tujuan, identifikasi sumber-sumber,
definisikan pendekatan alternatif, pilih intervensi
keperawatan, susun perioritas

Intervensi
Implementasikan rencana

Evaluasi keperawatan

Gambar 2.4 Model Family Centered Nursing

Universitas Indonesia
15

2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis merupakan suatu pernyataan hasil sintesis pengkajian data (Ervin,
2002). Diagnosis keperawatan komunitas berfokus pada suatu komunitas yang
didefinikan sebagai suatu kelompok, populasi atau kumpulan. Diagnosis berisi
masalah, etiologi dan dokumentasi penyebab atau sumber masalah. Diagnosis
harus dapat memberikan acuan bagi tujuan intervensi yang akan dilakukan.
Diagnosis keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian dan analisis data
yang timbul pada masyarakat. Hasil analisis tersebut kemudian disusun
diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA (Herdman & Kamitsuru, 2014).

2.3 Intervensi/ Perencanaan Keperawatan


Perencanaan merupakan pengelolaan respon terhadap peluang, tantangan, atau
kebutuhan yang dihadapi setiap individu, organisasi atau komunitas (Ervin,
2002). Perencanaan adalah suatu proses sistematis yang komplit dalam
kemitraan dengan masyarakat (Anderson & McFarlance, 2011). Langkah-
langkah dalam penyusunan perencanaan itu ada empat langkah yaitu: defining,
analyzing, choosing, dan mapping (Ervin, 2002).

Perencanaan atau intervensi merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan


untuk mengatasi masalah. Tujuan pemberian intervensi didasarkan pada
stressor yang menyerang dengan mempertimbangkan karakteristik normal
line defense, line of resistance, dan garis pertahanan sistem yang dimilki.
Perencanan diawali dengan memvalidasi data dan persamaan persepsi dengan
komunitas tentang masalah yang akan diselesaikan.

Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan


sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan
diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan
dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.

Universitas Indonesia
16

2.4 Implementasi/ Tindakan Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
mengatasi masalah keperawatan. Implementasi dilakukan berdasarkan tingkat
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer yaitu tindakan
keperawatan yang berupa pencegahan sebelum stressor menimbulkan
ketidakstabilan pada sistem klien dengan meningkatkan garis pertahanan
klien. Pencegahan sekunder adalah tindakan intervensi yang dilakukan ketika
stressor sudah menyerang klien dan bertujuan untuk mencegah terjadinya efek
yang lebih merusak. Tindakan implementasi ini dapat berupa pemberian
terapi-terapi yang dapat dilakukan keluarga (Anderson & McFarlane, 2011).

2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi meliputi kegiatan yang dilakukan untuk melihat keberhasilan klien
mengatasi stressor. Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian adalah:
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan
3) Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Kegunaan evaluasi adalah untuk:


1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang
diberikan
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki
atau menyusun rencana baru dalam program keperawatan (Anderson &
McFarlane, 2011).

Universitas Indonesia
17

Model evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi program penanganan


risiko jatuh adalah Donadebian model atau Donadebian paradigm. Konsep
ini meliputi evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
struktur di dalamnya termasuk; pemetaan organisasi, orang yang
melaksanakan program dengan efektif, kecukupan alat dan fasilitas fisik,
sumber daya keuangan, dan kemampuan program untuk menghubungkan
program-program dengan organisasi dan komunitas. Paradigma
Donadebian menjabarkan komponen proses berdasarkan pada aktivitas
dan kegiatan-kegiatan yang telah dikerjakan. Komponen proses terdiri dari
jumlah kunjungan pelayanan/kegiatan, jumlah penyelenggaraan kelompok
diskusi/kursus, jumlah kelengkapan aktivitas, dan jumlah klien yang
dijumpai/kunjungi. Komponen hasil lebih di dasarkan pada capaian hasil
akhir dari suatu proyek/ program. Komponen hasil diukur dari status
kesehatan individu, keluarga, kelompok, atau populasi yang terlibat dalam
program (Ervin, 2002).

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai