Oleh :
Afiatur Rohimah
NIM. 216070300111025
a. Data inti
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). Tanyakan pada orang-orang
yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau daerah itu.
2. Data demografi
Karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut, distribusi (jenis
kelamin, usia, status, perkawinan, etnis), jumlah penduduk.
3. Vital statistic
Meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian ataukesakitan.
4. Nilai dan kepercayaan
Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan, kepercayaan-
kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di
masyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
b. Subsistem
1. Lingkungan fisik
Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau, binatang,
orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air, dan iklim.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek,
layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan atau panti werda,
fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan
alternatif.
3. Ekonomi
Catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju dengan
pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah pemberian bantuan
sosial (makanan), seberapa besar tingkat pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga,
karakteristik pekerjaan.
4. Keamanan dan transportasi
Apa jenis transportasi public dan pribadi yang tersedia di wilayah komunitas, catat
bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar atau jalur sepeda, apakah
ada transportasi yang memungkinkan untuk yang cacat, jenis layanan perlindungan apa
yang ada di komunitas (misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah
mutu udara di monitor, apa saja jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang
merasa aman.
5. Politik dan pemerintahan
Catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai yang menonjol,
bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa,
walikota, dewan kota), apakah orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam
unit pemerintahan lokal mereka.
6. Komunikasi
Catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana komunikasi formal
dan informal yang terdapat di wilayah komunitas, apakah terdapat surat kabar yang
terlihat di stan atau kios, apakah ada tempat yang biasanya digunakan untuk
berkumpul.
7. Pendidikan
Catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan lokal, reputasi,
tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler, layanan kesehatan sekolah, dan
tingkat pendidikan masyarakat.
8. Rekreasi
Catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa yang
berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat menggunakan waktu
senggang.
2.6 Pender’s Health Promotion Model
HPM mengintegrasikan beberapa gagasan. Pusat dari HPM adalah sosial learning
theory dari Albert Bandura (1977 dalam Alligood, 2000) yang menyatakan pentingnya
proses pengetahuan dalam merubah perilaku. Social learning theory, sekarang diubah
menjadi social cognitive theory yang mencakup self beliefs: self-attribution, self
evaluation, and self efficacy. Self efficacy merupakan gagasan utama dalam HPM. HPM
sama dalam pengertiannya dengan Health belief model tetapi HPM tidak terbatas
hanya dalam memaparkan tentang perilaku pencegahan penyakit. HPM berbeda dari
health belief model yang mana HPM tidak memasukkan ketakutan dan ancaman sebagai
sumber motivasi dalam perilaku kesehatan. Tetapi, HPM mengembangkan cakupan
perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya
sepanjang hidup.
Pender’s Health Promotion Model (HPM) digunakan oleh profesi kesehatan
termasuk perawat sebagai dasar dalam menolong klien untuk meningkatkan kesehatan
sehingga mendukung kualitas hidup dan kesejathteraan klien. HPM bertujuan untuk
menciptakan gaya hidup lebih sehat. Penerapan HPM dapat menurunkan biaya kesehatan
sehingga jaminan kesehatan dari pemerintah dapat dialihkan kepada penyediaan bentuk
pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.
HPM sangat cocok untuk kebutuhan profesi perawat komunitas karena perawat
komunitas umumnya bekerja di tempat pelayanan yang memerlukan pelayanan promotif
seperti di keluarga, komunitas, sekolah, tempat kerja, panti, dan lembaga lain. Perawat
juga telah diberikan keterampilan yang diperlukan dalam pelayanan promise kesehatan
seperti pendidikan, konseling, dan advokasi.
Kesehatan dalam perspektif HPM tidak membatasi pada tidak adanya penyakit atau
keterbatasan dalam berfungsi atau beradaptasi. Kesehatan dalam konsep HPM bermakna
luas, mengedepankan pada klien secara keseluruhan dan gaya hidupnya termasuk
kekuatan, sumber, potensi dan kemampuan. Oleh karena itu, pandangan positif kesehatan
HPM memberikan peluang pada perawat untuk mengembangkan intervensi keperawatan
yang tidak terbatas pada menurunkan resiko penyakit tetapi bertujuan untuk memperkuat
sumber, potensi, dan kemampuan klien. Perawat menolong klien untuk meningkatkan
kesehatan, mengembangkan kemampuan berfungsi dan mencapai kualitas hidup yang
baik.
HPM didasarkan pada teori perilaku yang mengenalkan peran perilaku dalam
pencegahan primer. Dalam konteks HPM, profesi kesehatan memberikan perhatian
lebih untuk membantu klien mengadopsi perilaku sehat. Motivasi klien untuk
melakukan perilaku sehat didasarkan pada keinginan untuk mencegah penyakit atau
mencapai tingkat kesejathteraan dan aktualisasi yang lebih tinggi.
HPM memiliki banyak konsep dan hubungan. Model tidak memberikan
bantuan dalam menyeleksi konsep yang mana dan hubungannya yang sesuai dengan
perilaku spesifik. Oleh karena itu, pengguna model yang harus memilih konsep dan
hubungannya berdasarkan pada hasil penelitian , teori yang mendasari, pengalaman
klinik atau praktik mengenai prilaku spesifik tersebut.
Konsep yang membentuk model promosi kesehatan terdiri dari :
a) Perilaku sebelumnya (yang berhubungan) dan karakteristik individu yang mempengaruhi
kepercayaan, sikap, dan kegiatan prilaku promosi kesehatan
b) Komitmen untuk berpartispasi dalam perilaku yang memberikan manfaat bernilai secara
personal
c) Hambatan yang dirasakan dapat menjadi penghalang komitmen untuk bertindak, suatu
mediator dari perilaku, seperti juga perilaku nyata
d) Kompetesi atau efikasi diri yang dirasakan mengeksekusi perilaku meningkatkan
kemungkinan komitmen untuk bertindak dan menampilkan perilaku nyata
e) Efikasi diri yang lebih besar menghasilkan perasaan hambatan yang lebih kecil pada
perilaku kesehatan spesifik
f) Sikap positif terhadap perilaku menghasilkan perasaan efikasi diri yang lebih besar,
sebaliknya dapat menghasilkan peningkatan sikap positif
g) Emosi atau sikap positif dihubungkan dengan perilaku, berpeluang pada peningkatan
komitmen dan tindakan
h) Klien lebih memungkinkan untuk komitmen pada dan terlibat dalam perilaku promosi
kesehatan ketika model orang penting dari perilaku mengharapkan perilaku terjadi, dan
memnberikan bantuan dan dukungan untuk memungkinkan untuk terjadinya perilaku
i) Keluarga, sebaya, dan pemberi pelayan kesehatan adalah sumber penting dari pengaruh
interpersonal yang dapat meningkatkan atau menurunkan komitmen untuk dan melibatkan
diri dalam perilaku promosi kesehatan
j) Pengaruh situasional dalam lingkungan eksternal dapat meningkatkan atau menurunkan
komitmen untuk partisipasi dalam perilaku promosi kesehatan
k) Makin tinggi komitmen pada perancanaan kegiataan spesifik, lebih memungkinkan
perilaku promosi kesehatan dipertahankan sepanjang waktu
l) Komitmen pada perencanaan kegiatan kurang memungkinkan untuk menghasilkan
perilaku yang diinginkan ketika tuntutan melebihi kemampuan individu mengontrol
perilaku yang memerlukan perhatian segera
m) Komitmen pada perencanaan kegiataan kurang memungkinkan untuk menghasilkan
perilaku yang diinginkan ketika kegiatan lain lebih atraktif dan disiapkan melebihi target
perilaku
n) Individu dapat memodifikasi kognisi, sikap, dan lingkungan interpersonal dan fisik untuk
menciptakan keuntungan kegiatan kesehatan