Anda di halaman 1dari 39

INSTRUMEN PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

BERDASARKAN MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN


KOMUNITAS BETTY NEUMAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pengampu : Rina Saraswati, M.Kep

Daftar kelompok 3:
1. A12020035 Dilla Nur Azizah
2. A12020036 Dwi Febrianto
3. A12020037 Dwi Selfi Aji Oktafiani
4. A12020038 Dzikrina Farikhatussolikhah
5. A12020039 Elia Mustika
6. A12020040 Elsa Dwi Yuliana
7. A12020041 Elsa Suryani
8. A12020042 Ely Astuti Rahmawati
9. A12020043 Endah Nuritasari
10. A12020044 Endra Priyanto
11. A12020045 Erfina Rahmawati
12. A12020046 Estu Wibowo
13. A12020047 Fadilah Nurma Andriasari
14. A12020048 Farach Aini Fauzia
15. A12020049 Febri Maysarohaeni

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH GOMBONG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Instrumen Pengkajian Komunitas Berdasarkan
Model Konsep Teori Keperawatan Komunitas Betty Neuman, yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Rina Saraswati, M.Kep. selaku Dosen mata
kuliah Keperawatan Komunitas, yang telah memberikan bimbingan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Instrumen Pengkajian Komunitas Berdasarkan Model Konsep
Teori Keperawatan Komunitas Betty Neuman.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Kebumen, 28 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
TINJUAN TEORI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Model Komunitas Sebagai Mitra (Community as Partner)
a. Definisi
Teori komunitas sebagai mitra (Community as Partner) adalah teori praktis yang diturunkan dari model
teori konseptual sistem yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh Betty Neuman pada tahun 1970.
Model sistem ini merefleksikan sifat klien sebagai sistem terbuka (Sahar, J., Setiawan, A., dan Riasmini,
2019). Fokus model ini adalah menjadikan komunitas sebagai mitra ditandai dengan roda pengkajian
komunitas dengan menyatukan anggota masyarakat sebagai intinya dan penerapan proses keperawatan
sebagai pendekatan (Widyanto, 2014).
b. Konsep Utama Keperawatan Model Komunitas Sebagai Mitra
Model komunitas sebagai mitra terdapat empat konsep sering disebut sebagai metaparadigma keperawatan
(yaitu: Manusia, Lingkungan, Kesehatan, dan Keperawatan) pusat praktik keperawatan profesional.
Metaparadigma tercermin dalam model menyediakan kerangka kerja untuk penilaian masyarakat
(Anderson, E. T., & McFarlane, 2011). Konsep pertama adalah manusia yang digambarkan sebagai semua
orang dalam komunitas tertentu yang mencakup individu, populasi agregat/kelompok. Semua orang di
komunitas adalah representasi pribadi. Konsep ke-dua adalah lingkunganyang merupakan sebagai jaringan
manusia dalam hubungannya dengan lingkungan disekitar mereka. Lingkungan dapat dianggap sebagai
komunitas secara umum. Konsep ke-tiga adalah kesehatan yang merupakan sebagai sumber daya untuk
kehidupan sehari-hari (pribadi ataupun sosial) dan kapasitas fisik. Konsep ke-empat adalah keperawatan,
yang dipandang sebagai komponen intervensi dan model pencegahan dalam keperawatan komunitas
sebagai mitra.
c. Komponen model komunitas sebagai mitra
Komponen untuk model komunitas sebagai mitra adalah roda pengkajian dan proses keperawatan
(Anderson, E. T., & McFarlane, 2011). Komponen pertama adalah roda pengkajian komunitas yang
digambarkan sebagai diagram yang digunakan sebagai alat pemandu dari proses penilaian dan terdiri dari
inti komunitas dan delapan sub-sistem. Roda pengkajian komunitas berfokus terutama pada tiga bagian:
inti komunitas, sub-sistem komunitas, dan persepsi, semuanya merupakan domain yang ditemukan dalam
komunitas. Inti komunitas didefinisikan oleh model sebagai populasi dinilai dan terdiri dari anggota
masyarakat. Pengkajian inti komunitas meliputi: data sosio-demografi (seperti usia, jenis kelamin, budaya,
pendidikan, pekerjaan, dan status sosial ekonomi). Selain itu, terdapat juga penilaian budaya, nilai, dan
sistem kepercayaan masyarakat untuk mengintegrasikan sudut pandang budaya. Sub-sistem roda
pengkajian terdiri dari delapan kategori: Lingkungan Fisik, Pendidikan, Ekonomi, Keamanan &
Transportasi, Politik & Pemerintahan, Pelayanan Kesehatan &Sosial, Komunikasi, dan Rekreasi.
Pengkajian delapan subsistem dapat mencakup berbagai faktor seperti kualitas udara, taman, klinik, dan
organisasi masyarakat tergantung pada fokus dan tujuan pengkajian. Komponen kedua dari
modelkomunitas sebagai mitra adalah proses keperawatan. Tujuan dari proses keperawatan dalam model
komunitas sebagai mitra adalah untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan pertemuan dengan
stressor dimana komunitas dapat terpapar. Model komunitas sebagai mitra membahas proses keperawatan
dari perspektif pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah
stresor yang ditentukan oleh model agar tidak terpapar dengan masyarakat. Pencegahan sekunder terjadi
setelah stressor sudah kontak dengan masyarakat dan menyebabkan reaksi. Pencegahan sekunder ditujukan
pada awal deteksi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Dalam model komunitas sebagai mitra,
pencegahan tersier bertujuan untuk memulihkan dan/atau mempertahankan status masyarakat yang sehat
setelah stressor menimbulkan dampak (Anderson, E. T., & McFarlane, 2011).

B. INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS BERDASARKAN MODEL KONSEP TEORI


KEPERAWATAN

KOMUNITAS BETTY NEUMAN

A. Teori Betty Neuman


1. Perkembangan Sistem Model Neuman
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai
makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-
respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal.
Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang
sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola
organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu,
kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan

Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila
stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan
sebagai sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan
keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk
mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak
negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat
diidentifikasi.
2. Konseptual Model Neuman
Neuman menyajikan aspek-aspek model sistemnya dalam suatu diagram lingkaran konsentris, yang meliputi variabel
fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual, basic structure dan energy resources, line of resistance,
normal line of defense, fixible line of defense, stressor, reaksi, pencegahan primer, sekunder, tertier, faktor intra, inter dan
ekstra personal, serta rekonstitusi. Adapun faktor lingkungan, kesehatan, keperawatan dan manusia merupakan bagian yang
melekat pada model ini yang saling berhubungan dan mendukung ke arah stabilitas sistem.
a. Manusia menurut Neuman
Neuman memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistic) yang terdiri dari faktor
fisiologis, psikologis, sosial budaya, faktor

perkembangan, dan faktor spiritual.


1) Faktor Fisiologis meliputi struktur dan fungsi tubuh.
2) Faktor psikologis terdiri dari proses dan hubungan mental.
3) Faktor sosial budaya meliputi fungsi sistem yang menghubungkan sosial dan ekspektasi kultural
dan aktivasi.
4) Faktor perkembangan sepanjang hidup.
5) Faktor spiritual pengaruh kepercayaan spiritual. Faktor-faktor ini berhubungan secara dinamis
dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Klien juga dipandang mengalami kondisi yang bervariasi,sesuai stress yang dialami. Ketika stressor
terjadi individu banyak membutuhkan informasi atau bantuan untuk mengatasi stressor. Pemberian
motivasi merupakan rencana tindakan perawat untuk membantu perkembangan klien.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dan lingkaran-lingkaran konsentrik yang saling
berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang lebih umum dari karakter
sehat dan sakit yang merupakan gambaran yang unik dari system klien. Secara umum

gambaran keunikan sistem klien dari Neuman adalah range temperatur


normal, struktur genetik , pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktr ego dan pengetahuan atau kebiasaan.
Neuman selanjutnya menyatakan bahwa Normal Lines of Defense adalah :
1) Merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem
atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut keadaan
wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan
wellness untuk sistem klien.
2) Berbagai stressor dapat menginvasi normal line defense jika flexible lines of defense tidak
dapat melindungi secara adekuat. Jika

itu terjadi maka sistem klien akan bereaksi yang akan tampak pada adanya gejala
ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi
kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan.
3) Normal lines of defense terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping
individu, gaya hidup dan tahap perkembangan.
b. Lingkungan menurut Neuman
Menurut Neuman lingkungan adalah seluruh faktor-faktor internal dan eksternal yang berada di sekitar
klien. Neuman mengatakan baik lingkungan internal maupun ekternal pada manusia memiliki
hubungan yang harmonis dan keduanya mempunyai keseimbangan yang bervariasi, dimana
keseimbangan atau keharmonisan antara lingkungan internal dan eksternal tersebut dipertahankan.
Pengaruh lingkungan terhadap klien atau sebaliknya bias berdampak positif atau negative. Stressor
yang berasal dari lingkungan meliputi 3 hal yaitu intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal.
Neuman membagi lingkungan menjadi 3 yaitu :
1) Lingkungan internal yaitu lingkungan intrapersonal yang ada dalam system klien.
2) Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada diluar system klien.Kekuatan-kekuatan dan
pengaruh interaksi yang berada di luar sistem klien.
3) Lingkungan yang diciptakan merupakan pertukaran energi dalam system terbuka dengan
lingkungan internal dan eksternal yang bersifat dinamis.Lingkungan ini tujuannya adalah
untuk memberikan stimulus positif kearah kesehatan klien.
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial untuk
menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman

mengklasifikasi stressor sebagai berikut:


1) Stressor intrapersonal: terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan
internal. Misalnya: respon autoimun.
2) Stressor interpersonal: yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki
pengaruh pada sistem. Misalnya: ekspektasi peran.
3) Stressor ekstrapersonal: juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh
jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya: sosial politik. Stressor
interpersonal dan extrapersonal berhubungan dengan lingkungan eksternal. Created environment
mencakup ketiga jenis stressor ini.
c. Sehat menurut Neuman
Definisi sehat digambarkan dengan model komponen. Sehat adalah kondisi dimana bagian dan sub
bagian keseluruhan manusia yang selalu harmoni.Kesehatan manusia dalam status baik atau sakit, selalu
berubah dalam lima variable: fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan. Sehat
relative dan dinamik dengan stabilitas yang
bervariasi. Garis normal sebagai parameter status sehat. Sehat adalah individual kadang seimbang
atau stabilitas klien atau berubah.
Garis pertahanan manusia dapat permiabel, berbeda dengan individu lain dan menghasilkan status
kesehatan yaitu garis pertahanan normal.Sehat untuk individu lain mungkin berarti retensi
komponen yang tercontitusi, contoh penggunaan protesa setelah amputasi dapat menghasilkan
garis normal. Sehat untuk individu adalah hubungan antara faktor genetik dan pengalaman.Tipe
definisi sehat mengikuti individu ,tidak ada standart absolute. Status yang terbaik adalah status optimal
untuk klien bervariasi dari beberapa poin dalam hubungannya dengan konsep dasar

d. Keperawatan menurut Neuman


Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh dan keperawatan
adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi respon
klien terhadap stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat membantu individu,
keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness.
Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel yang mana mendapat
perhatian dari keperawatan. Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang model sebagai
sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin
berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan
perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien
supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah.
e. Aktivitas Keperawatan
Perawat dalam model Neuman dipandang sebagai “aktor” atau pemberi intervensi yang
mempunyai tujuan mengurangi pertemuan
individu dengan stressor yang jelas atau meminimalkan efeknya. Perawat mungkin memilih untuk
mengintervensi dengan cara menguatkan kemampuan klien untuk berespon terhadap stressor. Jadi
tanpa memperhatikan apakah pertemuan dengan stressor itu menghasilkan hasil yang positif atau
negatif, perawat memberikan pelayanan sebagai peserta yang aktif dalam mendukung pertahanan
klien dengan membantu klien berespon yang sesuai terhadap stressor yang datang. Partisipasi aktif
dari klien membenarkan arti dari pengalamannya dengan perawat.
Selanjutnya pembuatan tujuan kolaborasi dan kemajuannya adalah istilah yang
digunakan Neuman untuk menjelaskan aktivitas

antara perawat dan klien. Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama telah didefinisikan
dan diklasifikasikan satu keputusan harus
dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang membuat
keputusan adalah proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan
kolaborasi yang sesuai. Perawat membantu klien berbeda tergantung pencegahan primer, sekunder atau
tersier yang diperlukan. Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi
secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis pertahanan
normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji faktor- faktor resiko dan mencari
kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor
telah menembus garis pertahanan normal (tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak
untuk menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptif. Jika
stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha untuk
membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan

menggunakan sumber-sumber rehabilitasi.


Ringkasnya perawat atau profesi kesehatan lain menggunakan model Neuman adalah
pengevaluasi aktif dan pemberi intervensi aktif. Klien dipandang sebagai aktif tetapi lebih rendah
dibanding perawat berhubungan beberapa perubahan status kesehatan. Keperawatan digambarkan
sebagai profesi yang unik, keunikannya dihubungkan dengan sifat holistic manusia dan pengaruh
dari variable yang berinteraksi dalam lingkungan internal maupun eksternal. Perawat mengkaji
semua factor yang berpengaruh pada klien..Contoh Neuman menyatakan bahwa lapang persepsi
pemberi pelayanan professional dan klien harus dikaji karena persepsi klien dan caregiver mungkin
bervariasi. Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi tindakan

caregiver.
Pengkajian persepsi berarti bahwa perawat mengkaji prasangka, kebutuhan dan nilai-
nilai yang dimiliki klien yang berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal ini
penting bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini akan sangat
berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh Neuman.
f. Hubungan antara keempat konsep sentral.
Perawat dilihat sebagai parsitipan yang aktif dan sebagai faktor dalam lingkungan
interpersonal yang mempengaruhi klien. Kesehatan adalah keadaan dinamis yang dipengaruhi oleh
waktu dimana individu tersebut mencari cara untuk memepertahankan beberapa bentuk stabilitas.
Keadaan ini merupakan keadaan yang harmonis pada semua aspek mausia, keadaan yang tidak
harmonis akan menyebabkan keadaan kesehatan berkurang. Stressor didapat dari lingkungan internal
dan eksternal dimana keduanya ada dalam system klien.Sifat dari stressor kebutuhan klien harus
dikaji oleh perawat sebelum menetapkan

perencanaan. Salah satu kekuatan dalam model ini terletak pada


hubungan antara variabel klien dengan konsep yang termasuk dalam system.
Kegunaan dari model ini adalah :
1) Dapat mengkonseptualisasikan klien / system klien dalam keadaan kesehatan berubah – ubah
2) Lingkungan internal dan ekternal adalah system yang dinamis untuk klien
3) Perawat melakukan pengkajian , pencegahan dan intervensi pada klien
/system klien. Empat meta paradigma konsep keperawatan saat ini dan semuanya digunakan dalam
fungsi keperawatan
3. Garis Pertahanan flexible/-Flexible Lines of Defense :
a. Digambarkan sebagai lingkaran putus-putus paling luar yang berperan

memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor.


b. Diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa menjauh atau mendekat pada normal line of defense.
Bila jarak antara flexible lines of defense dan normal lines of defense meningkat maka tingkat
proteksipun meningkat.
c. Melindungi normal line of defense dan bertindak sebagai buffer untuk mempertahankan keadaan
stabil dari sistem klien.
d. Bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat. Lines of Resistance
Merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini
melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal
pertahanan (normal line of defense). Misalnya adalah mekanismesistem immun tubuh.Jika lines of resistance
efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi
berkurang dan bisa timbul kematian.Hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur,
perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan flexible lines of defense terhadap
berbagai reaksi terhadap stressor.
4. Analisa

a. Analisis Internal
Asumsi didefinisikan sebagai dalil yang diterima tanpa harus dibuktikan beberapa tipe asumsi, tetapi
asumsi dengan banyak kesesuaian antara implisit dan explicit. Secara garis besar asumsi diidentifikasi
Neuman sebagai berikut:
1) Setiap orang adalah individual unik dengan range respon yang normal.
2) Beberapa tipe stressor mungkin dalam garis keseimbangan individual (garis pertahanan normal).
Stressor alamiah mungkin berdampak keluar yang mana seseorang mungkin menggunakan garis
pertahanan yang flexible.
3) Suatu waktu manusia dalam respon normal yang mana mereka dalam garis pertahanan normal.

4) Garis pertahanan flexible adalah system reaksi yang digunakan untuk pertahanan stressor, ketika
garis pertahanan flexible tidak dapat
digunakan untuk pertahanan stressor, stressor mempengaruhi keseimbangan seseorang.
5) Garis pertahanan internal individu stabil dan menghasilkan individu yang normal.
6) Kesakitan adalah hubungan yang dinamis antara fisiologi, psikologi, sosio budaya dan
perkembangan status.
7) Pencegahan utama/primer adalah mengidentifikasi dan semua faktor resiko berhubungan dengan
stressor.
8) Pencegahan sekunder berhubungan dengan gejala dan stretegi intervensi.
9) Pencegahan tersier berhubungan dengan adaptasi atau hasil rekontruksi.
10) Asumsi direfleksikan dalam element dasar pada modul ini. System klien dalam intraksi dengan
lingkungan. Dalam perawatan kesehatan professional dapat dari sebuah model yan spesifik
yang mana
intervensi antara stressor dan klien, contoh seorang terapi fisik
mungkin mengindentifikasi stressor akan mempengaruhi otot atau tolong maka intervensi
spesifik akan diatur dari pengetahuan.
Beberapa implikasi dapat diasumsikan lebih baik, contoh individu klien mempunyai nilai dan usaha
stabilitas atau kesehatan yang prima. Kesehatan professional klien lebih baik mempunyai respon
yang besar untuk status kesehatan ini. Tambahan, perawatan kesehatan professional adalah dapat
membantu klien mencapai dan bertahan dalam kondisi sehat. Komunitas dan keluarga yang
direferensikan Neuman, tetapi dapat diasumsikan hanya untuk klien. Neuman mempunyai
pernyataan walaupun mengasumsikan konssep yang original dalam terminology klien. Dia berharap
akan meluaskan. Dia percaya mereka menampilkan

yang lebih baik dalam system yang lain. Asumsi untuk system perawatan kesehatan yang lebih besar
yaitu komunitas atau keluarga menjadi
petunjuk, contoh neuman melaporkan dari Ontorio Canada dan propinsi Manitoba mempunyai kreteria
dasar untuk praktek perawatan kesehatan masyarakat dalam system model Neuman, yang mana sukses
dalam implementasi ( Neuman, komunikasi personal).
b. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Konsep
1) Kekuatan
a) Neuman menggunakan diagram yang jelas , diagram ini digunakan dalam semua
penjelasan tentang teori sehingga membuat teori terlihat menarik. Diagram ini
mempertinggi kejelasan dan menyediakan perawat dengan tantangan – tantangan
untuk pertimbangan
b) Model system Neuman lebih flexible bias digunakan pada area keperawatan,
pendidikan dan pelatihan keperawatan
2) Kelemahan
a) Model Sistem Neuman dapat digunakan oleh semua profesi kesehatan, sehingga untuk
profesi keperawatan menjadi tidak spesifik
b) Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih
dirasakan belum ada perbedaan yang jelas
c) Model system Neuman tidak membahas secara detailtentang perawat klien, padahal
hubungan perawat klien merupakan domain penting dalam Asuhan Keperawatan
Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua faktor utama : komunitas yang merupakan klien
dan penggunaan proses keperawatan sebagai

pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan :


1) Pengkajian
Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi secara berbeda. Contoh jika
stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan primer),
perawat mungkin mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau
membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal
(tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan sifat dari proses penyakit dan
mulai berurusan dengan respon maladaptive. Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat
pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan
menggunakan sumber- sumber rehabilitasi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik
di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
a) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya. Elemen pengkajian
komunitas terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan
riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik;
pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;
komunikasi; ekonomi dan rekreasi. Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang

sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.


b) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format
yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa
berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan.
Menurut Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
2) Diagnosis keperawatan komunitas
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang
dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:

a) Masalah yang ditetapkan dari data umum


b) Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan Menetapkan skala prioritas
dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam
kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b) Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c) Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d) Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat Kriteria skala prioritas:
a) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah
kesehatan yang dihadapi dan urgensinya
untuk segera ditanggulangi.
b) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu
c) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan masyarakat Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertim bangkan
berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana
yang tersedia dan kesulitan yangmungkin timbul.
3) Perencanaan (Intervensi)
Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan
harus dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang membuat keputusan
adalah proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang
sesuai.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
b) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
c) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
4) Pelaksanaan
Secara garis besar teori sistem model Neuman mengemukakan bahwa dalam memberikan tindakan
keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami stress (gangguan mental) perawatan harus
melaksanakan pendekatan-pendekatan perorangan secara total.
Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara memperkuat
garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan terfokus
pada empat intervensi yaitu :

a) Intervensi yang bersifat promosi


Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel yang berupa
:
(1) Pendidikan kesehatan.
(2) Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien dirumah atau
komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
b) Intervensi yang bersifat prevensi
Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu :
(1) Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga dll
(2) Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya : konseling pra nikah
c) Intervensi yang bersifat kuratif
Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
d) Intervensi yang bersifat rehabilitatif
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
a) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
b) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya
c) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:

a) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat
pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses
patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil stabil atau menetap atau
tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat
proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
5) Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
a) Daya guna
b) Hasil guna
c) Kelayakan
d) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b) Perkembangan atau kemajuan proses
c) Efisiensi biaya

d) Efektifitas kerja
e) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan,
yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan
masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
B. Instrumen Pengkajian Komunitas
A. Kasus UKK (sesuai modul)
Berdasarkan hasil wawancara pada usaha/ industri rajungan didapatkan data:
• Jumlah pekerja 30 orang terdiri dari

✓ laki-laki = 2 orang
✓ Perempuan = 28 orang,

• Tingkat pendidikan
✓ SD = 27 orang (90 %),
✓ SLTP = 2 orang (7 %)
✓ SMA = 1 orang (3 %).

• Dalam sebulan karyawan mendapatkan jatah libur sebanyak 4 kali. Perusahaan tidak
memberikan cuti haid, hamil dan menyusui.
• Jam kerja tidak tentu tergantung banyaknya rajungan, biasanya mulai
pukul 06.30 -15.00 WIB.
• Data karyawan berdasarkan usia yaitu
✓ 12 (33 %) karyawan dari industri rajungan berumur antara 18-
25 tahun,
✓ 8 (34 %) berumur 26-35 tahun dan


10 (33 %) karyawan berumur > 35 tahun.
• Keluhan kesehatan :
✓ 15 (50 %) karyawan selama satu bulan terakhir mengeluh batuk,
✓ 12 (40 %) karyawan mengeluh influenza,

✓ 20 (66,67 %) karyawan mengeluh kutu air.

• Angka kecatatan dan kecelakaan kerja didapat data bahwa


✓ 1 (3%) karyawan pemah mengalami kecelakaan kerja yang tergolong
kecelakaan berat yaitu terkena mesin penggilingan es dan
✓ 29 (97%) karyawan hanya mengalami kecelakaan ringan yaitu terkena capit
rajungan dan terpeleset jaring atau sampah plastik.
• Tingkat stress karyawan didapat data bahwa 30 (100%) orang karyawan mengaku tidak
mengalami stress kerja.
• Data Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2019 didapatkan
hasil:

1) Penerangan ruangan cukup, pada siang hari cahaya matahari dapat masuk ke
dalam ruangan.

2) Ventilasi cukup, dinding ruangan terbuat dari batu bata yang tertutup rapat

3) sehingga aliran udara cukup lancar.

4) Lantai terbuat dari keramik dan ada beberapa bagian yang tergenang air bekas
rajungan.

5) Ruangan pemisahan dan pengemasan terlihat bersih dan tertata rapi.

6) Ruangan perebusan terlihat licin, kotor, banyak genangan air dan bak
penampungan air untuk mencuci rajungan terbuka dan tampak kotor.
7) Peralatan kerja seperti panci untuk merebus rajungan dan pisau yang digunakan
untuk memisahkan rajungan tampak bersih.

8) Perusahaan menyediakan alat perlindungan diri seperti tutup kepala,


9) handschoon disposible dan sepatu boot, tetapi pemanfaatan alat pelindung
diri kurang efektif.

10) Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 didapat


✓ 28 (93,33 %) karyawan yang menggunakan tutup kepala,
✓ 28 (93,33%) orang menggunakan baju kerja,

✓ 8 (26,6 %) karyawan yang menggunakan sepatu boot.


✓ Pada saat observasi tidak ada karyawan yang menggunakan handschoon
karena persediaan habis.
11) Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 terlihat bahaya
keamanan yang dapat terjadi yaitu terpeleset

karena lantai licin dan terpeleset oleh jaring.


12) Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 sumber pencemaran
lingkungan yang terdapat di area kerja adalah pencemaran air yaitu air bekas
cucian rajungan.

13) Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 tempat pembuangan air
limbah langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan limbah terlebih dahulu.

14) Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 perilaku kerja yang berisiko
menimbulkan masalah kesehatan yaitu mengupas kulit rajungan yang dapat
menyebabkan terjadinya kutu air pada tangan dan luka tusuk terkena capit
rajungan.
• Data Hasil Wawancara :

1) Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan dan pemilik industri


didapatkan data bahwa setiap sebelum dan sesudah bekerja karyawan selalu
mencuci tangan terlebih dahulu.
2) Karyawan mengatakan perusahaan menyediakan handschoon steril dan baru
diganti setelah robek.

3) Karyawan mengatakan belum mengerti manfaat dari penggunaan alat


perlindungan diri.
4) Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik industri rajungan didapatkan bahwa
sebagian karyawan ada yang tidak menggunakan sepatu boot pada saat bekerja.
5) Pemilik mengatakan 15 (50 %) karyawan yang men gunakan handschone.

6) Perilaku kesehatan

a. Perilaku Merokok

Hasil wawancara dengan pemilik usaha diketahui bahwa


✓ terdapat 2 karyawan merokok.
✓ Berdasarkan hasil observasi didapatkan data bahwa 2 (7%)
karyawan merokok sedangkan sisanya sejumlah
28 (93%) karyawan tidak merokok.

b. Penggunaan APD saat bekerja didapatkan data bahwa


✓ 28 (93,33%) karyawan menggunakan tutup kepala,
✓ 8 (26,66%) karyawan menggunakan sepatu boot
✓ 15 (50%) karyawan menggunakan handschoon
✓ 28 (93,33%) karyawan memakai baju kerja,
✓ tetapi pada saat observasi tidak ada karyawan yang menggunakan
handschoon karena persediaan habis.

c. Kebiasaan saat istirabat.


Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 karyawan diperoleh keterangan bahwa
waktu istirabat ± 15 menit dan digunakan untuk makan siang dan sbolat.

7) Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, diperoleh data bahwa


✓ sebagian besar karyawan tidak mengetahui manfaat penggunaan APD dan
mereka merasa kurang nyaman sebingga ada beberapa karyawan yang
tidak menggunakan APD saat bekerja. Karyawan mengatakan bahwa
selama ini belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang alat pelindung
diri saat bekerja.
✓ Sedangkan berdasarkan data observasi didapatkan data bahwa 30 orang
karyawan (100%) tidak mengetabui mengenai prosedur keselamatan kerja.

8) Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa 30 orang

karyawan (100%) mengatakan tidak mengetabui tentang manfaat APD.

9) Pelayanan Kesebatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, ditemukan informasi bahwa tidak
ada pelayanan kesebatan khusus yang terdapat di lingkungan usaha yang ditanggung
pemilik usaha. Apabila ada karyawan yang menderita sakit biasanya dibelikan obat
oleh pemilik industri di warung dan apabila cukup parah di bawa ke pelayanan
kesebatan seperti mantri, klinik 24 jam dan puskesmas, semua biaya ditanggung oleh
perusahaan.

10) Aturan Keselamatan Kerja

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha dan beberapa karyawan


diperoleh informasi bahwa pemilik usaha tidak menyediakan sarana pengobatan dasar
seperti P3K dan tidak ada standar keselamatan kerja.
Berdasarkan hasil observasi di perusahaan tidak terdapat standart keselamatan kerja.
B. Instrumen Pengkajian:
1. Kuisioner

KUISIONER PEKERJA PABRIK MIE SOUN

No. Responden: (diisi oleh peneliti) Petunjuk


pengisian:

1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut dibawah ini


2. Isilah pertanyaan pada tempat yang tepat
3. Apabila pertanyaan berupa pilihan, cukup dicentang dijawab sesuai petunjuk diatasnya

A. Data demografi
1. Nama responden :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Status perkawinan :

B. Faktor Psikologi

1. Sudah berapa lama anda bekerja disini?

a. <1 tahun
b. 1-3 tahun
c. >3 tahun
2. Apakah jabatan ditempat bekerja anda?

a. Pemilik
b. Pekerja
3. Berapa lama anda bekerja dalam sehari?
a. < 6 jam
b. 6-8 jam
c. >8 jam
4. Berapa jatah libur dalam satu bulan?

a. 4 kali
b. > 4 kali
C. Faktor Biologis

1. Apakah ada pencemaran limbah di tempat kerja?

a. Ada
b. Tidak
2. Bagaimanakah kondisi penerangan di tempat kerja?

a. Kurang
b. Cukup

c. Baik
3. Bagaimana ventilasi di tempat kerja?

a. Kurang
b. Cukup
c. Baik
4. Bagaimana pengelolaan limbah di tempat kerja?

a. Kurang
b. Cukup
c. Baik
5. Apakah melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kerja?

a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
6. Apakah merokok di tempat kerja?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu

7. Apakah keadaan air bersih di tempat kerja?


a. Kurang
b. Cukup
c. Baik
D. Faktor Sosial
1. Apakah pekerja nyaman selama bekerja?

a. Ya
b. Tidak
2. Apakah hubungan di tempat kerja baik?

a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda pernah mengalami stres di tempat kerja?

a. Ya
b. Tidak
E. Penyakit dan Ergonomi

1. Posisi badan anda saat bekerja?

a. Nyaman
b. Tidak nyaman
2. Lamanya berganti posisi dalam bekerja?

a. < 1 jam
b. > 1 jam
3. Penyakit yang diderita selama kerja?

a. Batuk
b. Influenza
c. Kutu air
4. Apakah APD selalu dipakai saat kerja?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
5. Apakah pekerja pernah mendapatkan pelatihan dan pendidikan APD?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah pekerja tahu resiko kesehatan saat bekerja?

a. Ya
b. Tidak
7. Apakah pekerja pernah mengikuti pelatihan keselamatan kerja?

a. Ya
b. Tidak
8. Apakah pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja?

a. Ya
b. Tidak

9. Apakah pekerja mengetahui tentang P3K?


a. Ya
b. Tidak
10. Apakah tersedia P3K ditempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah tersedia APD lengkap di tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
2. Pedoman Wawancara

PANDUAN WAWANCARA

No. Partisipan :
Nama Partisipan :

Umur :

Jenis Kelamin :

Tingkat Pendidikan :

Jabatan : Pemilik / karyawan

A. Petunjuk

1. Menyampaikan terimakasih kepada partisipan atas kesediaannya meluangkan


waktunya untuk diwawancarai

2. Menjelaskan tentang maksud dan tujuan wawancara


3. Menyampaikan kepada partisipan bahwa wawancara ini akan
menggunakan alat bantu rekam
B. Pelaksanaan Wawancara

1. Perkenalan
a. Perkenalan dari pewawancara
b. Meminta kesediaan partisipan untuk diwawancarai

c. Memberikan jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk penelitian dan


dijamin kerahasiaannya

2. Wawancara
a. Meminta izin untuk memulai wawancara
b. Melakukan wawancara sesuai dengan isi panduan wawancara yang telah
disusun
c. Selesai wawancara, mengucapkan terimakasih dan mohon diri
3. Partisipan yang diwawancarai
a. Pemilik usaha
b. Pekerja/ karyawan
4. Topik Wawancara
a. Pemilik Usaha

1) Apakah perusahaan memberikan fasilitas alat pelindung diri saat


bekerja?
2) Apakah karyawan anda mengetahui manfaat penggunaan alat pelindung
diri?
3) Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan dalam
menggunaan alat pelindung diri: handscoon saat bekerja?
4) Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan dalam menggunaan alat
pelindung diri: sepatu boot saat bekerja?
5) Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan dalam
menggunaan alat pelindung diri: tutup kepala saat bekerja?

6) Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan dalam menggunaan


alat pelindung diri: baju kerja saat bekerja?

7) Apakah karyawan anda ada yang merokok?seberapa banyak yang


merokok?

8) Apakah sebelum bekerja semua karyawan mencuci tangan terlebih


dahulu?
9) Apakah perusahaan memberikan fasilitas kesehatan untuk
karyawan?

10) Apakah perusahaan menyediakan sarana pengobatan dasar seperti


P3K?
11) Apakah perusahaan memiliki regulasi tentang standar keselamatan
kerja?

b. Pekerja/ karyawan
1) Apakah perusahaan memberikan fasilitas alat pelindung
diri saat bekerja?

2) Apakah anda mengetahui manf at penggunaan alat pelindung diri?

3) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: handscoon


saat bekerja?
4) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: sepatu boot saat
bekerja?
5) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: tutup kepala saat
bekerja?
6) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: baju kerja saat

bekerja?
7) Apakah anda merokok?
8) Apakah sebelum bekerja anda mencuci tangan terlebih dahulu?

9) Apa yang anda lakukan saat jam istirahat di tempat kerja?

10) Berapa kali anda mendapatkan jatah libur dalam satu bulan?
11) Apakah anda mengetahui manfaat penggunaan alat pelindung diri?
12) Apakah perusahaan pernah memberikan penyuluhan kesehatan
kerja?

13) Apakah anda mengalami keluhan kesehatan selama bekerja?


14) Apakah anda merasakan stres saat bekerja?
15) Berapa lama anda bekerja dalam sehari?
16) Apakah ada kecelakaan kerja yang pernah terjadi? jelaskan!
3. Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI KESELAMATAN

KERJA (TEMPAT KERJA)

Waktu Observasi :

Tempat Kerja :

Hasil Pengamatan
Aspek Yang Diamati Keterangan
No. 1 2 3 4 5
1. Penerangan ruangan
2. Ventilasi
3. Aliran udara
4. Kelembaban ruangan
5. Kebersihan ruangan
6. Kebersihan alat kerja
7. Tersedia APD
8. Kecelakaan kerja
9. Pencemaran lingkungan
10. Pengelolaan limbah

Keterangan:

1. Sangat kurang
2. Kurang
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat baik
LEMBAR OBSERVASI KESELAMATAN KERJA

(KARYAWAN)

Waktu Observasi :

No. Partisipan :

Hasil
Aspek Yang Diamati Keterangan
No. 1 2 3
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Menggunakan handscoon saat bekerja
3. Menggunakan baju kerja saat bekerja
4. Menggunakan sepatu boot saat bekerja
5. Menggunakan penutup kepala saat bekerja
6. Tidak mengalami kecelakaan kerja
7. Tidak merokok saat bekerja

Keterangan:

1. Tidak pernah
2. Kadang – kadang
3. Selalu
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran Ayu, K. 2013. Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Dermawan, D. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Effendy, N. 2015. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maryani, D. 2014. Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung: CV Yrama Widya
Widyanto, F. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Nusa Medika

Anda mungkin juga menyukai