Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGKAJIAN NYERI

NAMA:DWI FEBRIANTO
NIM:A12020036
KELAS 1A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Hyang Maha Esa, karena
berkat dan rahmatNYA, kami dapat menyelesaikan Makalah kini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah adalah PENGKAJIAN NYERI. Dalam
penyusunannya, kami mendapatkan berbagai halangan dan rintangan. Namun,
berkat bantuan dari berbagai pihak, terutama Dosen pembimbing, maka halangan
dan rintangan itu bisa kami atasi dan akhirnya tugas mengenai makalah ini dapat
kami selesaikan.

Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi kriteria penilaian dalam


perkuliahan karena makalah ini sangat berhubungan dengan profesi kami dibidang
kesehatan. Untuk itu, makalah ini disusun untuk dipelajari demi tuntutan
pendidikan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Tujuan.....................................................................................................................1

1.3 Manfaat...................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Definisi Nyeri........................................................................................................3

B. Klasifikasi Nyeri...................................................................................................3

A. Reseptor Nyeri..................................................................................................4

B. Stimulus Nyeri..................................................................................................4

C. Kecepatan Sensasi............................................................................................4

D. Teori Nyeri........................................................................................................5

E. Mekanisme Nyeri..............................................................................................6

Pengkajian Nyeri........................................................................................................8

BAB III............................................................................................................................13

PENUTUP.......................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13

3.2 Saran.....................................................................................................................13

Daftar Pustaka..................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu keinginan setiap orang untuk
mempertahankan hidupnya. Didunia kesehatan, para medis yang bertugas dalam
menangani kesehatan masyarakat menyimpulkan berbagai penyakit kedalam penyebab
timbulnya masalah dalam kehidupan.
Untuk itu, kita sebagai manusia yang perlu akan kesehatan sebaiknya waspada
terhadap ancaman berbagai penyakit yang datang. Disini salah satu penyebab sakit itu
adalah factor lingkungan, genetic, makanan, dan lainnya. Kebanyakan individu
terserang penyakit mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Disisi lain, penyakit
dapat menyebar begitu cepat dalam tubuh melalui perantara biologis dan nonbiologis.
Kelainan tubuh terjadi dan beberapa gejala fungsi organ terganngu akibat
kesalahan manusia itu sendiri contohnya, nyeri. Seperti yang ktia ketahui bahwa nyeri
tersebut merupakan suatu gejala yang mengakibatkan muskulus atau otot menjadi
tersendat akibat adanya ketidaknormalan darah melewati pembuluh darah seperti
keadaan normalnya.
Selain itu, nyeri juga bisa dikatakan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui sebagai keadaan yang tak nyaman.
Biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan actual seperti otot dan system peredaran
darah.
Untuk itu kami mengangkat tema nyeri sebagai bahan acuan dalam penulisan
makalah yang memiliki harapan dan kegunaan bagi diri sendiri dan para pembaca
khususnya.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Dapat mendiskripsikan apa sebenarnya nyeri yang dimaksud.

1
2. Agar kita dapat mengetahui secara mendalam mengenai nyeri dan hasilnya itu
diinformasikan didalam masyarakat serta menerapkan tata cara
pendiagnosaannya.

b. Tujuan Khusus
1. Mempelajari dengan seksama apa sebenarnya nyeri itu
2. Dapat mengetahui bagaimana mekanisme nyeri itu berlangsung.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui secara pasti apa sebenarnya nyeri itu.
2. Menambah pengetahuan dibidang pembelajaran mengenai kesehatan secara
menyeluruh.
3. Dapat mengetahui berbagai penanganan mengenai efek dari nyeri itu bagi tubuh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Nyeri
 Nyeri adalah perasaan dan pengalaman sensoris atau emosional yang tidak
menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang aktual maupun
potensial, nyeri selalu bersifat subjektif. (Tarcy (2005) Dikutip dari International
Association for the Study of Pain (IASP, 1994),
 Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri dirasakan apabila reseptor nyeri spesifik
teraktivasi (Elizabeth Crowin, 2007).
 Nyeri adalah perasaan yang menimbulkaan distres ketika ujung-ujung saraf
tertentu (nosiseptor) di rangsang. (Kamus Keperawatan)
 Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak
dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.
B. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis
(Long, 1989) :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang
tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot (Long, 1989).
Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan
pulih pada araea yang rusak
( Potter & Perry, 2005).
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori

3
nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long,
1989).

A. Reseptor Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, yang merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar
pada kulit mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan.
B. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali
jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold).
Ada beberapa jenis stimulus nyeri menurut Alimul (2006), diantaranya adalah :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
Trauma pada jaringan tubuh, Gangguan pada jaringan tubuh, Tumor
C. Kecepatan Sensasi
Fast pain (nyeri cepat) dirasakan selama kurang dari satu detik (biasanya jauh
lebih singkat) setelah aplikasi stimulus nyeri (mis, menyentuh kompor panas). Nyeri
cepat terlokalisasi dengan baik pada suatu tempat dan sering digambarkan sebagai
tusukan ataau tajam. Nyeri cepat biasanya dirasakan pada atau dekat dengan permukaan
tubuh.
Slow pain (nyeri lambat) dirasakan selama satu detik atau lebih setelah aaplikasi
stimulus nyeri (mis, nyeri yang terus terasa setelaah kepala terbentur). Nyeri lambat
4
sering digambarkaan sebagai tumpul, berdenyut, atau terbakar. Nyeri ini dapat
meningkat dalam beberapa menit dan dapat terjadi di kulit atau semua jaringan dalam di
tubuh. Nyeri lambat dapat menjadi kronis dan menimbulkan disabilitas yang berat.
D. Teori Nyeri
a) Teori Pemisahan (Specivicity Theory)
Teori ini digambarkan oleh “Descartes’ pada abad ke-17. teori ini didasarkan
pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus mentransmisi rasa
nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan mentransmisikanya
melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan
dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respons nyeri (Tamsuri,
2006).
Menurut teori ini, rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal cord)
melalui dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan (Long, 1989).
b) Teori Pola (Pattern theory).
Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri,yaitu serabut yang mampu
menghantarkan rangsangan dengan cepat; dan mampu menghantarkan rangsangan
dengan lambat. Kedua serabut saraf tersebut bersinapsis pada medulla spinalis dan
meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri
yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri (Tamsuri, 2006).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke
bagian yang lebuh tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi
dan otot berkontraksi sehingga minimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas
respo dari reaksi sel T (Long, 1989)
c) Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Melzack & Wall (1965) pertama kali mengusulknan teori mekanisme nyeri
yakni teori “Gate Control” mereka menjelaskan teori gerbang kendali nyeri, yang
menyatakan terdapat semacam “pintu gerbang” yang dapat memfasilitasi atau
memperlambat transmisi sinyal nyeri (Tamsuri, 2006). Menurut teori ini, nyeri
5
tergantung dari kerja serat syaraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar
ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat syaraf besar akan meningkatkan aktivitas
substansi gelatinosa yang mengakibatakan tertutupnya pintu mekanisme sehingga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.
Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini
akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya
mempengaruhi aktivitas sel T. rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas
substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel
T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri (Long, 1989).
Teori gate control menggambarkan bahwa ada mekanisme pintu gerbang pada
ujung syaraf ruas tulang belakang (spinal cord) yang dapat meningkatkan atau
menurunkan aliran impuls saraf dari serat perifer menuju system saraf pusat.
Mekanisme pintu gerbang ini dipengaruhi oleh aktifitas A-Beta berdiameter besar, A-
Delta berdiameter kecil dan serabut c serta pengaruh dari otak. Bila pintu tertutup
berakibat tidak ada nyeri; pintu terbuka, nyeri ; sebagian pintu terbuka, nyeri kurang.
Ketika pintu ditutup, transmisi impuls nyeri dihentikan di spinal cord sehingga nyeri
tidak mencapai tingkay yang disadari (Reeder-Martin, 1984 ; Flynn & Heffron, 1984).
Sereblum dan thalamus disebut sebagai pusat control nyeri oleh melzak & Wall (1965).
Pesan sensori yang berbeda dialirkan langsung ke serebrum. Pusat control memproses
informasi dari 3 sumber, yakni informasi sensori-diskriminatif, informasi motivasi-
afektif dan informasi kognitif-evaluatif. Karena rangsangan nyeri diproses dalam
konteks yang individual, variasi yang luas dari respon nyeri dapat diamati (Flynn &
Heffron, 1984 ; marie, 2002).
d) Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls syaraf,
sehingga transmisi impuls menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut besar
yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif
(Long, 1989).

E. Mekanisme Nyeri
6
Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi, dimana hal
ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh
berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanisme, listrik, thermal,dan radiasi.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu serabut
saraf A-Delta), sedangkan slow plain (nyeri lambat) biasanya dicetuskan oleh serabut
saraf C).
Karakteristik Serabut A-delta yaitu :

 Menghantar nyeri dengan cepat

 Bermielinasi

Karakteristik Serabut C, yaitu :

 Tidak bermielinasi

 Berukuran sangat kecil

 Bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri

Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam


melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan
impuls yang terlokalisasi (bersifat difusi), viseral, dan terus-menerus. Sebagai contoh
mekanisme kerja serabut A-delta dan serabut C dalam suatu trauma adalah ketika
seseorang menginjak paku, sesaat telah kejadian orang tersebut dalam waktu kurang
dari 1 detik akakn merasakan nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan
transmisi dari serabut A. dalam beberapa detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai
seluruh kaki terasa sakit karena persarafan serabut C.

Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian


ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalui dorsal horn,
dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan lll).
Impuls kemudian menyeberang keatas melewati traktus spinothalamus anterior dan
lateral. Beberapa impuls yang melewati traktus spinothalamus lateral diteruskan
langsung ke thalamus tanpa singgah di formatio retikularis membawa impuls fast pain.
7
Di bagian thalamus dan korteks serebri inilah individu kemudian dapat
mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterpretasikan dan mulai
berespon terhadap nyeri.

Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus paleospinothalmaus


pada bagian tengah medula spinalis. Impuls ini memasuki formatio retikularis dan
sistem limbik yang mengatur perilaku emosi dengan kognitf, serta integretasi dari
sistem saraf otonom. Slow pain yang terjadi akan membangkitkan emosi, sehingga
timbul respon terkejut, marah, cemas, tekanan darah meningkta, keluar keringat dingin,
dan jantung berdebar-debar.

Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang tepat adalah awal dari penanganan nyeri dan merupakan
proses lanjut yang meliputi faktor-faktor multidimensional perumusan manajemen nyeri
terhadap rencana keperawatan. Pengkajian ini sangat penting dalam mengidentufikasi
sindrom nyeri atau penyebab nyeri dan memasukkan pengkajian pada intensitas dan
karakteristik nyeri, pengkajian fisik yang berhubungan dengan pemeriksaan sitem saraf
akan dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Psikososial dan pengkajian
kebudayaan menggunakan diaknosa yang tepat dalam menentukan penyebab nyeri
(Suza, 2007).\

Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :

1. P (pemacu), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya nyeri

2. Q (quality), yaitu kualitas dari nyeri itu sendiri. Seperti apakah rasanya :
tajam, tumpul, atau tersayat

3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri

4. S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri

5. T (time), yaitu lamanya nyeri/waktu serangan atau frekuensi nyeri

Pengkajian nyeri meliputi berbagai aspek yaitu :

8
1. Lokasi

Anatomi diagnosa adalah sebuah ilustrasi yang tepat untuk menentukan lokasi
nyeri, banyak pasien tidak dapat menentukan letak nyeri secara tepat, banyak yang
mengindikasikan letak dengan dengan huruf seperti ABC. Pasien boleh menggambarkan
lokasi nyeri dalam bentuk atau bekas lokasi pada tubuhnya dan anggota keluarga dapat
memberi tanda bilangan atau angka pada bentuk pengkajianya (Suza, 2007).

2. Intensitas

Seseorang dalam mengekspresikan nyeri mereka hanya mampu menilai suatu


intensitas nyeri secara akurat, dua jenis skala penilaian intenstas nyeri yang digunakan
adalah skala verbal dan skala numerical.

a. Face Rating Scale

Skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan wajah untuk meunjukkan
intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian wajah pada dasarnya digunakan pada
anak-anak tetapi juga bias bermanfaat ketika orang dewasa yang mempinyai kesulitan
dalam menggunakan angka-angka dari skala visual analog (VAS) yang merupakan alat
penilaian pengkajian nyeri secara umum (Suza, 2007)

Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk mengkaji nyeri
pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum “tidak merasa nyeri”
kemidian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat
sedih sampai wajah yang sangat ketakutan “nyeri yang sangat” (Potter & Perry, 2005)

b. Flowsheets (Kartu Pencatatan)

Kartu ini digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan yang bertujuan


mempertahankan keberhasilan dalam manajemen nyeri. Dokter menggunakan
flowsheets untuk mencatat waktu, menilai nyeri dan mengontrol penggunaan obat
penghilang rasa nyeri dan efek sampingnya. Informasi yang ada dalam manajemen

9
Flowsheet dapat disatukan dalam bentuk bentuk format yang lain untuk menghindari
terjadinya kesalahan pada waktu pencatatan.

c. Graphic Rating Scale

Graphic rating sacale dikembangkan oleh VAS untuk menambah kata-kata atau
angka diantara awal dan akhir skala. Penambahan kata-kata seperti tidak nyeri, nyeri
sedang dan nyeri berat disebut verbal graphic rating scale sedangkan jika huruf seperti 0
sampai 10 menjadi numerical graphic rating scale (Suza, 2007)

d. Numerical Rating Scale

Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan


sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10 (Potter & Perry, 2005). Skala ini digunakan secara verbal atau
visual dari 0 sampai 10 dan menambahkan kata-kata dan huruf sepanjang garis vertical
dan horizontal, 0 menunjukkan hasil dari tidak ada nyeri dan 10 menunjukkan hasil dari
nyeri yang tak terbayangkan (Suza, 2005)

e. Simple Descriptor Scale (Verbal Descriptor Scale, VDS)

Skala ini menggunakan daftar kata-kata untuk mendeskripsikan perbedaan


tingkat intensitas nyeri, mudah dan sangat sederhana dalam menggunakannya sebagai
contoh tidak ada nyeri, nyeri ringan , nyeri sedang dan nyeri barat (Suza, 2007).

Skala deskriptif merupaka alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
objektif. Skala pendeskripsian verbal merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan” (Potter & Perry, 2005).;

f. Visual Analog Scale (VAS)

Visual analog scale tidak melabel subsidi. VAS merupakan suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi

10
verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri
yang lebih sensitive karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, 1984).

Visual Analog Scale digunakan dengan garis horizontal 10 cm dengan


menambahkan kata-kata pada garisnya seperti tidak ada nyeri, dan nyeri sangat berat.
Pasien membuat sebuah tanda sepanjang garis untuk mengungkapkan intensitas nyeri,
angka diperoleh dengan mengukur millimeter dari awal sampai akhir pengukuran dan
pasien akan langsung menandainya (Suza, 2007).

11
12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang kami telah uraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan :

Bahwa mekanisme nyeri diawali dengan tahap transduksi, dimana hal ini
terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh
berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanisme, listrik, thermal,dan radiasi.

Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian


ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalui dorsal horn,
dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan lll).

3.2 Saran

Demi lengkapnya isi dan pembahasan mengenai makalah ini, maka kami
sebagai penulis mengharapkan saran dari para pembaca dan pendengar demi
kelengkapan isinya. Untuk itu kami mohonkan sarannya yang besifat membangun .

13
Daftar Pustaka

Sigit Nian Prasetyo 2010, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri,


Penerbit Buku Erlangga

Crowin Elizabeth, 2007, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran, EGC

Uliyah Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat, 2008, Ketrampilan Dasar


Praktik Klinik, Jakarta : Penerbit Salemba Medika

A, Aziz Alimul H, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta : Penerbit


Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai