Anda di halaman 1dari 82

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK BERDUKA DENGAN
INTERVENSI DUKUNGAN PROSES BERDUKA PADA Ny.S
DI DUSUN WARUREJO KECAMATAN GEMPOL
KABUPATEN PASURUAN

Oleh: RETNO
ROZANA NIM
202173019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI
KAB. MOJOKERTO
2022

i
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK BERDUKA DENGAN
INTERVENSI DUKUNGAN PROSES BERDUKA PADA Ny.S
DI DUSUN WARUREJO KECAMATAN GEMPOL
KABUPATEN PASURUAN

Untuk memperoleh Gelar Ners


Pada Program Studi Profesi Ners
STIKes Bina Sehat PPNI Kab. Mojokerto

Oleh: RETNO
ROZANA NIM
202173019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI
KAB. MOJOKERTO
2022

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Studi Kasus ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah dipublikasikan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari
berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun

Mojokerto, 18 Agustus 2022


Yang Menyatakan

RETNO ROZANA
NIM 202173019

iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah- Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian akhir Program Studi Profesi Ners di STIKes Bina Sehat
PPNI Kab. Mojokerto, tahun 2022 dengan judul penelitian Asuhan Keperawatan
Gerontik Berduka Dengan Intervensi Dukungan Proses Berduka Pada Ny.S Di
Dusun Warurejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak untuk itu perkenankan penulis mengucapkan
terima kasihkepada:
1. Dr.Ivan Rovian, Mkep selaku Plt Rektor Universitas Bina Sehat PPNI
kab Mojokerto yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh
pendidikan di STIKes Bina Sehat PPNI
Mojokerto.
2. Bapak Arif Wicaksono, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing

3.Bapak Heri Triwobowo, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku dosen penguji.


4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah
ini.
5. Responden yang telah bersedia membantu dalam kegiatan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah
Semoga amal kebaikannya diterima Allah SWT dan mendapat imbalan
pahala dari Allah SWT. Akhir kata semoga karya tulis yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Mojokerto, 18 Agustus 2022

RETNO ROZANA
NIM 202173019

vi
ABSTRACT
OLD MOUNTAIN
FOR SUPPORTING THE GORING PROCESS TO Mrs. S
In the village of VARUKHO, HEMPOL DISTRICT
PASURUA DISTRICT

Author: (Retno Rozana)

Losing a loved one through death is an event that cannot be compared to any
other event for someone left behind, especially if we love that person, then there
will be a time when we will mourn the loss and feel deep sadness. In Indonesia,
the number of elderly people who experienced the loss of a partner reached
38.17% of the total elderly population in Indonesia in 2015. A total of 36.69% of
them were the loss of a partner due to death.
This study focuses on Mrs. C, 68 years old, whose husband died a month
ago. Ny.S experienced an acute phase of shock and disbelief where the initial
reaction was denial. Next comes anger, blame, and self-pity. The stages of the loss
process experienced by Ms. S. are denial and anger. The range of emotional
response of Ms. C is within adaptive limits.
The grief experienced by Ny.S. The researchers used grief support
interventions according to the IDHS and SIKI, hoping that Ny.S would be able to
accept the loss. The implementation assessment found that Ny.S was able to
express feelings of sadness at her loss. Ms. S. does not appear to be lonely or
isolated and is able to continue to communicate with her family. The family
always seemed ready to accompany and support Mrs. C in her time of
bereavement.
Interventions to support the grieving process for clients experiencing loss and
grieving can help clients come to terms with the loss. The expected range
of emotional response must remain within the adaptive range so that
adaptive malrangement can be avoided.

Key words: older people, loss and grief, interventions to support the grief process.

vii
ABSTRACT
GERONTIK BERDUKA
DENGAN INTERVENSI DUKUNGAN PROSES BERDUKA PADA Ny.S
DI DUSUN WARUREJO KECAMATAN GEMPOL KABUPATEN
PASURUAN

By: (Retno Rozana)

Kehilangan seseorang yang dekat dan dicintai karena kematian merupakan


suatu peristiwa yang tidak dapat dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain
bagi seseorang yang ditinggalkan, apalagi jika orang tersebut adalah orang yang
kita kasihi, maka akan ada masa dimana kita akan meratapi kepergiandan merasa
kesedihan yang mendalam. Di Indonesia, lansia yang mengalami kehilangan
pasangan mencapai 38,17% dari total populasi lansia di Indonesia pada
tahun
2015. Sebanyak 36,69% di antaranya adalah kehilangan pasangan karena
kematian.
Penelitian ini ditujukan pada Ny.S usia 68 tahun, dimana satu bulan yang lalu
suaminya meninggal. Ny.S mengalami fase akut yaitu syok dan tidak percaya
dimana respon awal berupa penyangkalan. Diikuti dengan kemarahan,
menyalahkan dan penyesalan terhadap diri sendiri. Tahapan proses kehilangan
yang dialami Ny.S adalah denial dan anger.Rentang respon emosi Ny.S berada
dalam batasan adaptif.
Berduka yang dialami Ny.S oleh peneliti menggunakan intervensi
dukungan proses berduka sesuai dengan SDKI dan SIKI dengan harapan
Ny.S mampu menerima kehilangan.Evaluasi terhadap implementasi didapatkan
Ny.S mampu mengekspresikan perasaasn sedih atas kehilangannya. Ny.S
tampak tidak menyendiri atau mengasingkan diri serta mampu tetap berinteraksi
dengan keluarga. Keluarga tampak selalu bersedia dalam menemani dan
mendampingi Ny.S selama masa kehilangan.
Intervensi dukungan proses berduka pada klien yang mengalami kehilangan
dan berduka mampu membantu klien menerima kehilangan. Rentang respon
emosi yang diharapkan adalah tetap dalam rentang adaptif sehingga bisa terhindar
dari rentang mal adaptif.

Kata kunci : gerontik, kehilangan dan berduka, intervensi dukungan proses


berduka.

viii
1

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Surat Pernyataan ................................................................................................... iii

Lembar Persetujuan ............................................................................................... iv

Lembar Pengesahan ............................................................................................... v

Kata Pengantar ..................................................................................................... vi

Abstract ................................................................................................................ vii

Daftar Isi ................................................................................................................. 1

Daftar Gambar ........................................................................................................ 2

Daftar Tabel ............................................................................................................


3

Daftar Lampiran ..................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 5
1.2 Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 7
1.3 Tujuan Peneliti ........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lansia ...................................................................................... 10
2.2 Definisi Kehilangan dan Berduka ......................................................... 12
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................... 19
BAB 3 LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN .............................................. 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ....................................... 31
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58
2

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Rentang Respon Emosi ...................................................................... 13


3

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Klien ...................................................................................... 31


Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan ............................................................................... 32
Tabel 4.3 Status Fisiologi ..................................................................................... 32
Tabel 4.4 Pengkajian Head To Toe ...................................................................... 32
Tabel 4.5 Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia .............................................
34
Tabel 4.6 APGAR Keluarga .................................................................................
35
Tabel 4.7 Skala Depresi Geriatrik ........................................................................ 36
Tabel 4.8 Penilaian Depresi Menurut Beck dan Beck ......................................... 37
Tabel 4.9 Tingkat Kerusakan Intelektual Dengan Menggunakan SPMSQ .......... 40
Tabel 4.10 Indeks Barthel .................................................................................... 41
Tabel 4.11 Perilaku Kesehatan ............................................................................. 44
Tabel 4.12 Analisa Data ....................................................................................... 45
Tabel 4.13 Diagnosa Keperawatan .......................................................................
47
Tabel 4.14 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................... 47
Tabel 4.15 Implementasi Keperawatan ................................................................ 48
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 50
4

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Penelitian .......................................................... 32


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...
Lampiran 3. Lembar Bimbingan ........................................................................ 68
Lampiran 4. SAP Kehilangan Dan Berduka ........................................................ 69
Lampiran 5. Leaflet .............................................................................................. 70
Lampiran 6. Dokumentasi ....................................................................................
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam
proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap
ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik,
psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan.Menangis,
memanggil nama orang yang sudah meninggal secara terus-menerus,marah,
sedih dan kecewa merupakan beberapa respon yang tampak saat seseorang
mengalami peristiwa kehilangan, terutama akibat kematian orang yang
dicintai.Keadaan seperti inilah yang menurut Puri, Laking, dan Treasaden (2011)
disebut sebagai proses berduka. Kehilangan seseorang yang dekat dan dicintai
karena kematian merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dibandingkan
dengan peristiwa-peristiwa lain bagi seseorang yang ditinggalkan, apalagi jika
orang tersebut dekat dengan kita, orang yang dikasihi, maka akan ada masa
dimana kita akan meratapi kepergiandan merasa kesedihan yang mendalam.
Kita juga merasa sangat kehilangan, tidak bahagia, dan kurang dapat
menjalani kehidupan dengan baik(Intan, 2020) (Laksmiwati, 2020)

Di Indonesia, lansia yang mengalami kehilangan pasangan mencapai


38,17% dari total populasi lansia di Indonesia pada tahun 2015. Sebanyak 36,69%
di antaranya adalah kehilangan pasangan karena kematian. Wanita lansia lebih
banyak mengalami kehilangan pasangan karena kematian (56,04%) dibandingkan
pria lanjut usia. Hal ini menyebabkan harapan hidup wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan harapan hidup pria, sehingga persentase wanita lansia yang
6

kehilanganpasangan. Menurut data yang terdapat di Panti di Rumah Asuh Anak


dan Lansia Griya Asih Lawang dalam periode januari hingga oktober tahun 2013
terdapat 7 orang lansia yang meninggal dunia, 1 orang lansia meninggal di Rumah
Sakit dan 6 lansia meninggal di Panti. Data Sensus Kependudukan Badan Pusat
Statistik Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah lansia yang
kehilangan pasangan di Bali mencapai 116.313 atau 30,59% dari total lansia di
Bali. Lansia yang mengalami kehilangan pasangan akibat kematian lebih banyak
dari perceraian dengan jumlah 109.998.(Intan, 2020)(Priastana et al., 2018)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap seorang lansia Ny.S yang


berusia 68 tahun. Pada awal bulan pebruari suaminya meninggal di rumah, yang
sebelumnya memang sudah dalam kondisi sakit. Saat mengetahui suaminya
meninggal, Ny.S merasa tidak percaya kalau suaminya sudah meninggal. Ny.S
menangis, lemas, berdebar dan pusing. Ny.S menyangkal kalau suaminya sudah
meninggal karena tadi malam masih berkomunikasi. Selama suaminya sakit Ny.S
merawatnya sendiri, kedua anaknya sudah mempunyai rumah sendiri, tiap hari
datang secara bergantian untuk membantu memenuhi keperluan Ny.S
dan suaminya. Suami Ny.S kondisi sakit berbaring di tempat tidur kurang lebih
satu tahun. Suami Ny.S mempunyai riwayat penyakit kencing manis dan
hipertensi. Sedangkan Ny.S mempunyai riwayat kesehatan penyakit jantung
dan penyakit paru-paru. Rutin kontrol berobat ke poli RSUD Bangil.

Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu


wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non- pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada
upaya promotif dan preventif . Adanya program lansia pada posyandu lansia
dimana salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesehatan secara psikososial
dengan memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat lansia yang
mengalami berduka. Karena dukungan dari keluarga sangat penting
diberikan dalam mekanisme
7

pemulihan dari kondisi berduka saat kematian pasangan.Dukungan sosial dari


keluarga juga memberikan penguatan selama periode transisi yang penuh stress
terutama selama periode awal hilangnya pasangan, dan dalam kaitannya dengan
gejala depresi yang timbul selama periode berkabung(Priastana et al., 2020)
(Puspitasari, 2020).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik
untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam
bentuk Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan
Gerontik Berduka Dengan Intervensi Dukungan Proses Berduka Pada Ny.S
Di Dusun Warurejo Kec Gempol Kab Pasuruan”

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menjadi pertanyaan penelitian


adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Berduka Dengan Intervensi
Dukungan Proses Berduka Pada Ny.S Di Dusun Warurejo Kec Gempol Kab
Pasuruan”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah KTI pada profesi Ners ,dan diharapkan
bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang respon berduka terhadap
lansia serta mampu menggambarkan laporan asuhan keperawatan lansia
dengan berduka.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan lansia dengan masalah


kehilangan berduka.
8

b. Mampu melakukan analisa keperawatan pada lansia dengan kehilangan dan


berduka

c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada lansia dengan kehilangan


dan berduka

d. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada lansia dengan kehilangan


dan berduka

e. Mampu melaksanakan implementasi sesuai intervensi keperawatan


pada lansia dengan kehilangan dan berduka

f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada lansia dengan kehilangan dan


berduka

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bidang Keperawatan

a. Mengembangkan asuhan keperawatan gerontik dengan menggunakan


metode baru

b. Memberikan masukan untuk meningkatkan peran dan fungsi perawat


gerontik khususnya dalam upaya intervensi keperawatan geriatrik ditingkat
pelayanan kesehatan geriatrik.

c. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif baik disarana


kesehatan dan masyarakat

d. Dapat mengembangkan sistem pelayanan untuk kemandirian penderita


dengan memberdayakan lansia sehingga diharapkan lansia tersebut menjadi
lansia yang produktif dengan memanfaatkan lahan yang ada disekitar

e. Dapat menambah referensi akademik dan pengembangan penelitian dibidang


keperawatan.
9

2 Bagi Kelompok Khusus Lansia

Sebagai masukan bagi lansia tentang tahapan lansia serta bagaimana respon
lansia dalam menghadapi proses berduka.

3. Bagi Peneliti

Merupakan sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan


pengalaman tentang lansia dengan berduka sehingga menjadi bekal dan dapat
diterapkan dalam praktek sehingga tercapai keselarasan antara teori dan
praktek di lapangan sekaligus sebagai media belajar untuk dapat memecahkan
masalah secara ilmiah.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
rohani maupun sosial. Menurut WHO (2012) lanjut usia dikategorikan menjadi
empat yaitu :

1) usia pertengahan (middle age), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2) lanjut usia (elderly), seseorang yang berusia antara 60-74 tahun,

3) lanjut usia tua (old), seseorang yang berusia antara 75-90 tahun.

4) usia sangat tua (very old), seseorang yang berusia diatas 90 tahun (WHO,

Menurut Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:

1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,

2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,

3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.

Proses menua akan diikuti oleh perubahan yang terjadi baik fisik,
psikologis, perubahan mental dan spiritual :

a. Perubahan mental. Masalah kesehatan lansia berasal dari empat aspek


yaitu fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Gangguan dan penurunan
fungsi tersebut dapat menyebabkan berbagai perubahan seperti emosi
11

yang labil, mudah tersinggung, mudah merasa dilecehkan, kecewa,


perasaan tidak bahagia, perasaan kehilangan dan tidak berguna. Pada
keadaan lansia yang mengalami hal tersebut rentan mengalami gangguan
psikiatrik seperti, depresi, ansietas, dan psikosis atau kecanduan obat

b. Perubahan psikososial. Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia


meliputi lansia pada masa pensiun, isolasi sosial, perubahan pada tempat
tinggal dan perubahan pada lingkungan, dapat merasakan atau sadar akan
kematian (sense of awareness of mortality), serta terjadi beberapa
perubahan lainnya. Masa pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan
oleh adanya transisi dan perubahan peran yang dapat menyebabkan stress
psikososial. Seseorang yang mengalami masa pensiun akan mengalami
kehilangan-kehilangan seperti kehilangan aspek finansial, kehilangan
pada aspek status (dari dulu yang mempunyai jabatan tinggi dan dengan
segala fasilitasnya), selain itu pensiun dapat menyebabkan orang
kehilangan teman atau relasinya dan pekerjaannya.

c. Perubahan biologis. Menurut Nugroho (2008) terjadi beberapa perubahan


secara biologis pada usia lanjut, seperti perubahan kulit menjadi tipis,
kering, keriput dan penurunan elastisitas. Kulit merupakan penjaga suhu
tubuh dari lingkungan dan sebagai proteksi terhadap kuman-kuman dan
penyakit supaya tidak masuk ke bagian dalam tubuh. Selain terjadinya
perubahan pada kulit, terjadi perubahan seperti rambut rontok, putih,
kering terlihat tidak mengkilap, gigi mulai habis, terganggunya indra
penglihatan dan pendengaran, terjadi kelelahan pada tubuh, gerakan
menjadi lambat, keterampilan tubuh berkurang, terjadi penimbunan
lemak terutama bagian perut, berkurangnya jumlah sel otot,
bertambahnya jaringan ikat, fungsi tubuh menurun, serta kekuatannya
berkurang. Pembuluh darah khususnya dibagian jantung dan otak
mengalami kekakuan. Menurut Martono & Darmojo (2006), lansia akan
rentan mengalami distorsi metabolik dan stuktural seperti, hipertensi,
aterosklerosis, diabetes militus dan kanker.
12

Perubahan lansia baik fisik, mental, maupun emosional memerlukan


dukungan keluarga untuk membantu masalah lansia. Dukungan dari keluarga
terdekat dapat membantu lansia menjadi gembira dan merasa bahagia. Dukungan
tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan sehari- hari secara
teratur dan tidak berlebihan.(Siti Nur Kholifah, 2016)(Zamrodah, 2016).

2.2 Definisi Kehilangan dan Berduka

A.Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Potter & Perry, 2005).Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus
atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut.
Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan
atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
pernah dimiliki, dan merupakan sesuatu yang sulit dihindari. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.Kehilangan dapat terjadi
terhadap objek yang bersifat aktual, dipersepsikan, atau sesuatu yang
diantisipasi. Jika diperhatikan dari objek yang hilang, dapat merupakan objek
eksternal, orang yang berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.

B.Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan ketika seseorang
mengalami suatu kehilangan yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk
perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain
13

sebagainya.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.


Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan
merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu harus
diberikan kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui
proses berduka, sehingga mampu menerima kenyataan kehilangan yang
menyebabkan berduka dan merupakan bagian dari proses kehidupan.

(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)(Tyas, 2017)

Rentang Respon Emosi

Adaptif Maladaptif :
• Menangis, menjerit,  Diam/tidak menangis
menyangkal, menyalahkan diri  Menyalahkan
sendiri, menawar, bertanya- diri
tanya. berkepanjangan
• Membuat rencana untuk yang  Rendah diri
akan datang.  Mengasingkan diri
 Tak berminat hidup
•Berani terbuka tentang
kehilangan

Gambar 1 . rentang respon emosi

C. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka

1. Fase akut

Berlangsung selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang terdiri atas


tiga proses,

yaitu syok dan tidak percaya, perkembangan kesadaran, serta restitusi.

a. Syok dan tidak percaya Respons awal berupa penyangkalan, secara


emosional tidak dapat menerima pedihnya kehilangan. Akan tetapi,
proses ini sesungguhnya memang dibutuhkan untuk menoleransi
14

ketidakmampuan menghadapi kepedihan dan secara perlahan untuk


menerima kenyataan kematian.

b. Perkembangan kesadaran Gejala yang muncul adalah kemarahan dengan


menyalahkan orang lain, perasaan bersalah dengan menyalahkan diri
sendiri melalui berbagai cara, dan menangis untuk menurunkan tekanan
dalam perasaan yang dalam.

c. Restitusi Merupakan proses yang formal dan ritual bersama teman dan
keluarga membantu menurunkan sisa perasaan tidak menerima kenyataan
kehilangan.

2. Fase jangka panjang

a. Berlangsung selama satu sampai dua tahun atau lebih lama.

b. Reaksi berduka yang tidak terselesaikan akan menjadi penyakit


yang tersembunyi dan termanifestasi dalam berbagai gejala fisik.
Pada beberapa individu berkembang menjadi keinginan bunuh diri,
sedangkan yang lainnya mengabaikan diri dengan menolak makan
dan menggunakan alkohol.

D. Menurut Schulz (1978), proses berduka meliputi tiga tahapan, yaitu fase awal,
pertengahan, dan pemulihan.

1. Fase awal

Pada fase awal seseoarang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak
percaya, perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasan tersebut
berlangsung selama beberapa hari, kemudian individu kembali pada
perasaan berduka berlebihan. Selanjutnya, individu merasakan konflik dan
mengekspresikannya dengan menangis dan ketakutan. Fase ini akan
berlangsung selama beberapa minggu.
15

2. Fase pertengahan

Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya
perilaku obsesif. Sebuah perilaku yang yang terus mengulang-ulang
peristiwa kehilangan yang terjadi.

3. Fase pemulihan Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan.


Individu memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk
melanjutkan kehidupan. Pada fase ini individu sudah mulai berpartisipasi
kembali dalam kegiatan sosial.

E. Tahapan Proses Kehilangan

Setiap individu akan melalui setiap tahapan tersebut, tetapi cepat atau lamanya
sesorang melalui bergantung pada koping individu dan sistem dukungan sosial
yang tersedia, bahkan ada stagnasi pada satu fase marah atau depresi. Proses
kehilangan terdiri atas lima tahapan, yaitu :

1. penyangkalan (denial),

2. marah (anger),

3. penawaran (bargaining),

4. depresi (depression),

5. penerimaan (acceptance)

F. Tanda dan Gejala Kehilangan Dan Berduka

1. Ungkapan kehilangan

a. Menangis

b. Gangguan tidur
16

c. Kehilangan nafsu makan

d. Sulit berkonsentrasi

e. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:

2. Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama

3. Sedih berkepanjangan

4. Adanya gejala fisik yang berat

5. Keinginan untuk bunuh diri

G. Tipe Kehilangan Dan Berduka :

1. Tipe Kehilangan, Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

a. Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya


amputasi kematian orang yang sangat berarti/di cintai.

b. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,


misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

2. Tipe Berduka, Menurut NANDA berduka dibagi menjadi 2 tipe, yaiu :

a. Berduka Diantisipasi

Adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam


meresponkehilangan yang estur ataupun dirasakan seseorang, hubungan
atau kedekatan, objek, atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan.Tipe ini masih dalam batas normal.
17

b. Berduka Disfungsional

Adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang


responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara akual
maupun potetnsial, hubungan, objek, dan ketidakmamtpuan fungsional.
Tipe ini kadangkala menjurus ke tipikal, abnormal,atau kesalahan /
kekacauan.

H. Jenis-jenis Kehilangan dan Berduka :

1. Jenis Kehilangan

a. Kehilangan Objek Eksternal

Kehilangan ini mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi estu,


berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.Kedalaman
berdukayang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
bergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang
dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.

Contoh : kehilangan sepeda motor, kehilangan uang, kehilangan rumah.

b. Kehilangan Lingkungan Yang Telah Dikenal

Kehilangan ini mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal


selama periode tertentu/kepindahan secara permanen.Contoh : pindah
rumah baru dan alamat baru atau yang ekstrim lagi dirawat di rumah
sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal dapat terjadi melalui situasi naturasional, estur : lansia pindah
kerumah perawatan.
18

c. Kehilangan Orang Terdekat

Kehilangan yang terjadi pada orang-orang terdekat seperti orangtua,


pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, dll.Contoh : pindah
rumah, pindah pekerjaan karena promosi atau mutasi, melarikan
diri, dan kematian.

d. Kehilangan Aspek Diri

Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi


fisiologis, atau psikologis.Kehilangan ini dapat terjadi karena penyakit,
cedera, atau perubahan perkembangan situasi.Kehilangan seperti ini
dapat menurunkan kesejahteraan individu, mengalami kehilangan
kedudukan, mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan
konsep diri.Contoh : kehilangan anggota tubuh dan harus diamputasi
karena kecelakaan lalu lintas, menderita kanker organ tubuh
yang ganas, terkena penyakit HIV/ AIDS.

e. Kehilangan Hidup

Kehilangan ini ada pada orang-orang yang akan menghadapi kematian


sampai dengan terjadinya kematian. Hal ini sering menyebabkan
kehilangan esture terhadap diri sendiri, gelisah, takut, bergantung pada
orang lain, putus asa dan malu.Contoh : pasien yang divonis menderita
kanker otak, luekimia atau penyakit langka lainnya yang tidak est
disembuhkan oleh dokter.

2. Jenis Berduka

a. Berduka Normal

Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap


kehilangan.Misal : kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan
menarik diri dari aktivitas untuk sementara.

b. Berduka Antisipatif
19

Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian


yang sesungguhnya terjadi. Misal : ketika menerima diagnosis terminal,
seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan diri
dengan berbagai urusan dunia sebelum ajalnya tiba.

c. Berduka yang Rumit

Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,


yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang
bersangkutan dengan orang lain.

d. Berduka Tertutup

Kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara


terbuka.Misal : kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami
kematian orang tua, ibu yang kehilangan anaknya di kandungan
atau ketika bersalin.

e. Berduka Disfungsional

Suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya


dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara estur maupun
potensial.Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/ kekacauan.

(Tyas, 2017)(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)

2.3 Konsep Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka( lebih ke
gerontik)
2.3.1 Pengkajian Keperawatan Pada Lansia dengan Kehilangan dan Berduka

Adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansiauntuk memperoleh data


dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan
kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan
mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan
20

spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada. Pada lansia dengan
kehilangan dan berduka pengkajian meliputi :

A. Masalah utama dan proses terjadinya masalah

B. Faktor predisposisi

1. Genetik Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau


dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan
mengalami kesulitan dalam bersikap optimis dan menghadapi
kehilangan.

2. Kesehatan fisik Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan
teratur mempunyai kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih
baik dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.

3. Kesehatan mental Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental


memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan
dan berisiko untuk kambuh kembali.

4. Pengalaman kehilangan sebelumnya Kehilangan dan perpisahan dengan


orang berarti di masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan
individu dalam menghadapi kehilangan di masa dewasa.

C. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi


individu dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit,
kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.

D. Perilaku

1. Menangis atau tidak mampu menangis.

2. Marah.
21

3. Putus asa.

4. Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain

E. Mekanisme Koping

1. Denial

2. Regresi

3. Intelektualisasi/rasionalisasi

4. Supresi

5. Proyeksi

F. Sumber koping

G. Respon Spiritual

1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan

2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan

3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna

H. Respon Fisiologis

1) Sakit kepala, insomnia

2) Gangguan nafsu makan

3) Berat badan turun

4) Tidak bertenaga

5) Palpitasi, gangguan pencernaan

6) Perubahan esturestur dan endokrin

I. Respon Emosional

1) Merasa sedih, cemas


22

2) Kebencian

3) Merasa bersalah

4)Perasaan mati rasa

5) Emosi yang berubah-ubah

6) Penderitaan dan kesepian yang berat

7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau


benda yang hilang

8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan

9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

J. Respon Kognitif

1) Gangguan asumsi dan keyakinan

2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan

3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal

4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal


adalah pembimbing.

K. Perilaku. Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :

1) Menangis tidak terkontrol

2) Sangat gelisah; perilaku mencari

3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan

4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama


orang yang telah meninggal.

5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin


membuangnya

6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau esture


23

7) Kemungkinan melakukan esture, upaya bunuh diri atau pembunuhan

8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)(Tyas, 2017)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

D.0081 Berduka.

Definisi : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien akibat kehilangan


(orang, objek, fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan).

Penyebab.

1. Kematian keluarga atau orang yang berarti.

2. Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti.

3. Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan


sosial).

4. Antisisipasi kehilanagan (objek, pekerjaan, fungsi status, bagian


tubuh, hubungan sosial).

Gejala dan Tanda Mayor.

Subjektif.

1. Merasa bersedih.

2. Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain.

3. Tidak menerima kehilangan.

4. Merasa tidak ada harapan.

Objektif.
24

1. menangis.

2. Pola tidur berubah.

3. Tidak mampu berkonsentrasi

Gejala dan Tanda Minor.

Subjektif.

1. Mimpi buruk atau pola mimpi berubah.

2. Merasa tidak berguna.

3. Fobia.

Objektif

1. Marah.

2. Tamapk panik.

3. Fungsi imunitas Terganggu

Kondisi Klinis Terkait.

1. Kematian anggota keluarga atau orang terdekat.

2. Amputasi.

3. Cedera medula spinalis.

4. Kondisi kehilangan perinatal.

5. Penyakit terminal(mis. Kanker).

6. Putus hubungan kerja.

Tautan SDKI – SIKI :

Intervensi Utama :

 Dukungan proses berduka


25

 Dukungan

Emosional. Intervensi

Pendukung :

 Dukungan kelompok

 Dukungan keluarga

 Dukungan Keyakinan

 Dukungan Memaafkan

 Dukungan Pelaksanaan Ibadah

 Dukungan Perasaan Bersalah

 Dukungan Spiritual

 Jurnal

 Konseling

 Manajemen Mood

 Manajemen Pengendalian Marah


 Pencegahan Penggunaan Zat

 Promosi Koping

 Terapi Keluarga

 Terapi Reminisens

 Terapi Sentuhan.
26

BAB III
ANALISA KASUS

Pada bab ini dijelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam


menyelenggarakan studi kasus. Pada bab ini akan disajikan : 1. Deskripsi Kasus,
2. Desain Penelitian ( metode penelitian, waktu dan lokasi penelitian,
prosedur pengambilan data, instrumen penelitian), 3. Analisis data, dan 4. Etika
penelitian.

1. Deskripsi Kasus

Ny.S 1 bulan yang lalu mengalami berduka yaitu suaminya meninggal dunia.
Sejak itu klien mengatakan susah tidur, susah makan dan sering teringat
suaminya. Klien merasa takut jika sendirian. Merasa sendiri. Masih merasa
tidak percaya kalau suaminya sudah meninggal. Merasa bersalah karena
merasa kurang maksimal dalam memberikan pelayanan kepada suaminya saat
suaminya sakit. Klien mengalami susah tidur, ada banyak pikiran, terkadang
klien murung atau menangis sendiri dan klien sering merasa was-was atau
kuatir. Klien mengatakan sedih, tidak percaya kalau suaminya sudah
meninggal, merasa bersalah karena kurang maksimal dalam memberikan
pelayanan selama suaminya sakit, merasa tidak berguna,susah makan, terasa
berdebar-debar, selalu teringat almarhum suaminya, takut jika sendirian, merasa
sendiri dan mengatakan banyak pikiran.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja sistematis yang digunakan untuk


melaksanakan penelitian. Desain penelitian memberikan gambaran tentang
prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk
menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Oleh karena itu desain penelitian
yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelitian yang efektif dan efisien
(Nurdin & Hartati, 2019). Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan
27

adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi
suatu masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan
data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian
studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa
peristiwa , aktivitas atau individu (Tri, 2015).

3. Metode Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
pada klien lansia dengan masalah berduka dengan intervensi dukungan proses
berduka pada Ny.S di dusun warurejo kec gempol kab pasuruan. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif kualitatif dalam
bentuk studi kasus adalah metode deskriptif dengan pendekatan asuhan
keperawtan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

4. Pemilihan Partisipan Penelitian

Partisipan merupakan objek yang akan diteliti dalam studi kasus yaitu lansia
dengan masalah berduka. Jumlah partisipan 1 orang lansia yang
mengalami masalah berduka.

5. Waktu dan Lokasi Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 orang lansia dengan
maslaah berduka di dusun Waurejo kec Gempol kab Pasuruan. Waktu
penelitian dimulai dari 03 maret 2022 sampai dengan 10 maret 2022.

6. Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data pada studi kasus ini adalah pendekatan menggunakan metode

pengambilan data yang digunakan adalah :

1). Pengkajian : wawancara dan hasil anamnesa

a. Identitas klien, meliputi umur, alamat dan pekerjaan.


28

b. Keluhan utama, perasaan yang dialami saat suaminya meninggal.

c. Riwayat penyakit sekarang, pusing dan jantung berdebar.

d. Riwayat penyakit dahulu, klien rutin kontrol ke poli jantung dikarenakan

mempunyai gangguan irama jantung.

e. Kondisi lingkungan tempat tinggal, jarak rumah dengan layanan kesehatan

serta jarak rumah dengan keluarga besar.

2). Observasi dan pemeriksaan fisik : data yang didaptkan dari hasil

pemeriksaan fisik dengan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi yaitu keadaan umum lemah, merasa pusing, merasa

berdebar- debar, susah tidur, nafsu makan berkurang

7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan single unit of analysis dengan single

patient.

8. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data

dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengidentifikasi data subjektif dan data objektif yang selanjutnya disesuaikan

dengan SDKI yang ada. Analisis data meliputi :

a). Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD ( wawancara, observasi, dokumen ).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

transkrip (catatan terstruktur).

b). Mereduksi data


29

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan data obyektif.

c). Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas

klien.

d). Simpulan

Penarikan simpulan dilakukan dengan metode induksi.

9. Etik Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), dalam melakukan penelitian peneliti perlu

membawa rekomendasi dan institusi untuk pihak lain dengan cara mengajukan

permohonan lain kepada institusi/ lembaga tempat penelitian yang dituju oleh

peneliti. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti dapat melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi :

1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat Ppni Mojokerto dan permintaan ijin

kepada Puskesmas Grati untuk melakukan penelitian permohonan studi

pendahuluan dan ijin penelitian. Informed consent atau surat persetujuan

riset diberikan oleh peneliti kepada responden yang berisi tentang informasi

studi penelitian tentang maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya,

sehingga responden dapat kesediaannya. Jika subyek bersedia maka harus


30

menandatangani lembar persetujuan dan apabila tidak bersedia maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak – hak subjek.

2) Anonimity (tanpa nama)

Anonimity adalah konsep perlindungan peserta riset, responden berhak

untuk menyembunyikan nama sepanjang proyek riset. Informasi yang

berhubungan dengan klien, kenyataan bahwa individu tertentu telah

berpatisipasi dalam studi diberitahukan pada orang lain di luar riset

kecuali mengyangkut masalah hukum dan persidangan

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality adalah sebuah masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, dan hanya kelompok data tertentu yang akan

di laporkan sebagai hasil penelitian.

4) Beneficence dan Non-maleficence

Etika penelitian beneficence menuntut penelitian yang dilakukan

memberikan keuntungan atau manfaat dari penelitian. Proses penelitian

yang dilakukan juga diharapkan tidak menimbulkan kerugian atau

meminimalkan kerugian yang mungkin ditimbulkan.

5) Justice (Keadilan)

Prinsip adil pada penelitian diterapkan pada semua tahap pengumpulan

data, misalnya pada pemilihan sampel dan pemberian perlakuan. Proses

pelaksanaan penelitian yang melibatkan beberapa partisipan harus

mendapatkan manfaat yang hampir sama.


31

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan hasil dan analisa data peneliti yang telah dilakukan
pada tanggal 03 Maret 2022 sampai dengan 10 Maret 2022 di dusun Warurejo kec
Gempol kab Pasuruan.

Hasil Penelitian

Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dan penelitian dilakukan di dusun Warurejo kec Gempol


kab Pasuruan pada tanggal 03 Maret 2022 sampai dengan 10 Maret 2022. Dusun
Warurejo yang berbatasan sebelah utara desa Kauman baru , sebelah timur desa
Ngasem , sebelah selatan desa Bandulan , dan sebelah barat desa Raos Baru .

1). Pengkajian

Tabel 4.1 Identitas Klien

Identitas Klien Klien Ny.S


Nama Ny.S
Umur 68 tahun
Jenis Kelamin Wanita
Suku / Bangsa Jawa
Status Perkawinan Janda
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan IRT
Alamat Jl. Raya warurejo 02/03. Kejapanan Gempol
Pasuruan.
Tgl Pengkajian 03-03-2022 sampai 10-03-2022
32

2). Riwayat Kesehatan

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Klien Ny.S


Keluhan yang dirasakan Jantung berdebar , pusing, susah tidur, nafsu
saat ini makan menurun
Keluhan yang dirasakan Jantung berdebar
3 bulan terakhir
Penyakit saat ini Jantung
Kejadian penyakit 3 Jantung dan paru-paru
bulan terakhir

3). Status Fisiologi

Tabel 4.3 Status Fisiologi

Status fisiologi Klien Ny.S


Postur tulang belakang () Tegap
(√) Membungkuk
(2) Kifosis
(3) Skoliosis
(4) Lordosis
TTV dan status gizi TD : 145/72 mmHg
Nadi : 76 x/mnt
Suhu : 36,6 °C
RR : 21 x/mnt
BB : 45 kg
TB : 155 cm

4). Pengkajian Head To Toe

Tabel 4.4 Pengkajian Head To Toe

Pemeriksaan fisik Klien Ny.S


Kepala Kebersihan : bersih
Kerontokan rambut : ya
Keluhan : tidak ada keluhan
Mata Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : putih
33

Strabismus : tidak
Penglihatan : normal
Peradangan : tidak
Riwayat katarak : tidak
Penggunaan kacamata : ya
Hidung Bentuk : simetris
Peradangan : tidak
Penciuman : normal
Mulut dan tenggorokan Kebersihan : baik
Mukosa :
kering Peradangan/stomatitis:
tidak Gigi geligi :
karies
Radang gusi : tidak
Telinga Kesulitan
Kebersihan : bersih tidak
mengunyah :
Peradangan : tidak
Pendengaran : normal
Leher Pembesaran kelenjar thyroid : tidak
JVP : tidak
Kaku kuduk : tidak
Dada Bentuk dada : normal
Retraksi : tidak
Wheezing : tidak
Ronchi : tidak
Suara jantung tambahan : tidak ada
Ictus cordis : ICS 4
Abdomen
Bentuk : normal
Nyeri tekan : tidak
Kembung : tidak
Bising usus : ada frekwensi 6-10 x/mnt
Massa : tidak ada

Genetalia Kebersihan : baik


Haemoroid : tidak
Hernia : tidak
Ekstrimitas Kekuatan otot : skala 5
Postur tubuh : normal
Rentang gerak : maksimal
Deformitas : tidak
Tremor : tidak
34

Edema kaki : ya
Penggunaan alat bantu : tidak
Kanan Kiri

Biceps + +

Triceps + +

Knee + +

achiles + +

Integument Kebersihan : baik


Warna : sawo matang
Kelembaban : lembab
Gangguan pada kulit : tidak ada

5). Pengkajian Keseimbangan Fisik Untuk Lansia (Tinneti, ME, dan Ginter, SF,
1998)

Tabel 4.5 Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia

Perubahan Posisi atau Klien Ny.S


Gerakan Keseimbangan
Bangun dari kursi Tidak bangun dari duduk dengan satu kali
gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu
Duduk ke kursi Menjatuhkan diri di kursi
Keterangan ( )* : kursi
yang keras dan tanpa
lengan
Mata Tertutup Memegang tembok atau benda disekitar
Perputaran leher Menggerakan kaki, menggenggam obyek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya
Gerakan menggapai Tidak mampu untuk menggapai sesuatu
sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak
stabil, memegang sesuatu untuk dukungan
Membungkuk Tidak mampu untuk membungkuk, untuk
mengambil obyek-obyek kecil (misal :
35

pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek


untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-
usaha multiple untuk bangun.

6). Pengkajian Psikososial

Tabel 4.6 APGAR KELUARGA


(Skrinning singkat mengkaji fungsi sosial lansia)

No Fungsi Uraian Selalu Kadang Tidak


pernah
1 Adaption Saya puas bahwa saya 1
dapat kembali pada
keluarga (teman2) saya
untuk membantu pada
waktu saya susah.
2 Partnersh Saya puas dengan 1
ip cara keluarga
(teman2) saya
membicarakan sesuatu
dengan saya dan
mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Growth Saya puas bahwa 1
keluarga (teman2)
menerima saya
untuk melakukan
aktifitas atau arah
baru.
4 Affec tion Saya puas dengan cara 2
kelaurga (teman2)
saya mengekspresik an
afek dan berespon
terhadap emosi saya
seperti marah, sedih
atau mencintai
5 Resolve Saya puas dengan 2
cara teman2 saya dan
saya menyediakan
waktu bersama2.
Skor 7
Pasien
dalam
kondisi
fungsional
36

7. Masalah emosianal
Tabel 4.7 Skala Depresi Geriatrik

Skala Depresi Geriatrik Klien Ny.S

Stabilitas Emosi (1) Labil


(√) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
1. Apakah anda pada Ya □ Tidak
dasarnya puas dengan
kehidupan anda ?
2. Apakah anda sudah Ya □ Tidak
menghentikan banyak
kegiatan dan hal-hal
yang menarik minat anda
3. Apakah anda □ Ya Tidak
merasa hidup anda
hampa ?

4. Apakah anda sering □ Ya Tidak


merasa bosan ?
5. Apakah anda Ya □ Tidak
biasanya
bersemangat /
gembira ?
6. Apakah anda takut Ya □ Tidak
sesuatu yang buruk
akan terjadi pada
anda ?
7. Apakah anda □ Ya Tidak
merasa bahagia
untuk sebagian
besar hidup anda ?
8. Apakah anda sering Ya □ Tidak
merasa tidak
berdaya ?
9. Apakah anda lebih □ Ya Tidak
senang tinggal di
rumah dari pada
keluar dan
37

mengerjakan
sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda □ Ya Tidak
merasa mempunyai
banyak masalah
dengan daya ingat
anda dibanding
kebanyakan orang
11. Apakah anda pikir Ya □ Tidak
bahwa hidup anda
sekarang ini
menyenangkan ?
12. Apakah anda □ Ya Tidak
merasa tidak
berharga seperti
perasaan anda saat
ini ?
13. Apakah anda Ya □ Tidak
merasa anda penuh
semangat ?
14. Apakah anda □ Ya Tidak
merasa bahwa
keadaan anda tidak
ada harapan ?
15. Apakah anda pikir Ya □ Tidak
bahwa orang lain
lebih baik
keadaannya dari
pada anda ?
Skor 
tidak menunjukkan depresi.

Tabel 4.8 Penilaian depresi menurut Beck dan Beck

Penilaian Ny. S

Kesediaan 0. Saya tidak merasa sedih ()


1. Saya merasa sedih
2. Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak
dapat keluar darinya
3. Saya sangat sedih/tak bahagia dimana
38

saya tidak dapat menghadapinya


Pesimisme 0. Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati
tentang masa depan ()
1. Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
2. Saya merasa tidak mempunyai apa- apa untuk
memandang kedepan

3. Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan


sesuatu tidak dapat membaik
Rasa 0. Saya tidak merasa gagal ()
1. Bila merasa telah gagal melebihi pada umumnya
kegagalan
2. Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang
dapat saya lihat hanya kegagalan
3. Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang
tua (suami atau istri)
Ketidakpuasan 0. Saya tidak merasa tidak puas()
1. Saya tidak mempunyai cara yang saya gunakan
2. Saya tidak Lagi mendapatkan kepuasan dari
apapun
3. Saya tidak puas dengan segalanya
Rasa bersalah 0. Saya tidak kecewa dengan diri sendiri
1. Saya merasa buruk/tak berharga sebagai
bagian dari waktu yang baik ()
2. Saya merasa sangat bersalah
3. Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau
tidak berharga
Tidak 0. Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
menyukai diri ()
sendiri 1. Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
2. Saya muak dengan diri saya sendiri
3. Saya benci diri saya sendiri
Membahayaka 0. Saya tidak mempunyai pikiran- pikiran
n diri sendiri mengenai membahayakan diri sendiri ()
1. Saya merasa lebih baik mati
2. Saya mempunyai rencana pasti tentang rencana
bunuh diri
3. Saya akan membunuh saya sendiri
Menarik diri 0. Saya tidak kehilangan minat pada orang
dari sosial lain()
1. Saya kurang berminat pada orang lain dari
pada
2. sebelumnya
Saya telah kehilangan semua minat saya pada
39

orang lain dan mempunyai sedikit perasaan pada


mereka
3. saya telah kehilangan semua minat saya
pada orang lain dan tidak peduli pada mereka
semuanya
Keragu-raguan 0. Saya membuat keputusan yang baik ()
1. Saya berusaha mengambil keputusan
2. Saya mempunyai banyak kesulitan dalam
membuat keputusan
3. Saya tidak dapat membuat keputusan sama
sekali
Perubahan 0. Saya
Gambaran diri tidak merasa bahwa sayatampak lebih
buruk dari pada sebelumya ()
1. Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak
menarik
2. Saya merasa bahwa ada perubahan- perubahan
yang permanen dalam penampilan saya dan ini
membuat saya tidak menarik
3. Saya merasa bahwa saya jelek dan tampak
menjijikkan
Kesulitan Kerja
0. Saya tidak bekerja kira-kira sebaik
sebelumnya
1. Saya memerlukan upaya tambahan untuk
memulai melakukan sesuatu()
2. Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan
untuk melakukan sesuatu
3. Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Keletihan 0. Saya tidak merasa lebih lelah dari sebelumnya
1. Saya merasa lelah dari yang biasanya()
2. Saya merasa lebih untuk melakukan sesuatu
3. Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
Anoreksia 0. Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama
sekali
1. Nafsu makan saya sangat memburuk
sekarang()
2. Nafsu makan saya tidak sebaik
sebelumnya
3. Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya
Skor 4
pasien depresi tidak ada atau minimal.

9) Tingkat Kerusakan Intelektual


40

Tingkat kerusakan intelektual Dengan menggunakan SPMSQ (short


portable mental status quesioner).

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

Tabel 4.9 Tingkat kerusakan intelektual Dengan menggunakan SPMSQ

Benar Salah Nomor Pertanyaan

√ 1 Tanggal berapa hari ini ?

√ 2 Hari apa sekarang ?

√ 3 Apa nama tempat ini ?

√ 4 Dimana alamat anda ?

√ 5 Berapa umur anda ?

√ 6 Kapan anda lahir ?

√ 7 Siapa presiden Indonesia ?

√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

√ 9 Siapa nama ibu anda ?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


setiap angka baru, secara menurun

jumlah 4

Fungsi intelektual kerusakan ringan


41

Tabel 4.10 Indeks Barthel

Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks :

NILAI
NO AKTIVITAS
BANTUAN MANDIRI

1. Makan 5 10 √

2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur


5 -10 15√
dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur

3. Kebersian diri, mencuci muka, menyisir,


0 5√
mencukur dan mengosok gigi

4. Aktivitas toilet 5 10√

5. Mandi 0 5√

6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu


10 15 √
berjalan lakukan dengan kursi roda )

7. Naik turun tangga 5 √ 10

8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 5 10 √

9. Mengontrol defekasi 5 10 √

10. Mengontrol berkemih 5 10√

JUMLAH 5 90
42

Ketergant
ungan
ringan

Indeks KATZ

A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,


berpakaian, dan mandi.

B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.

C. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi


tambahan.

D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu


fungsi tambahan.

E. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar


kecil dan satu fungsi tambahan.√

F. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar


kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

Penilaian : A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar


kecil, berpakaian, dan mandi.

PENGKAJIAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN


Luas bangunan : 5 x 10 m²

Bentuk bangunan : persegi


43

Jenis bangunan :Permanen

Atap rumah : genteng

Dinding : Tembok

Lantai : tegel pada rumah bagian depan, dan tanah pada rumah
bagian belakang

Kebersihan lantai : baik

Ventilasi : < 15 % luas lantai

Pencahayaan : baik Pengaturan

penataan perabot : kurang Kelengkapan alat

rumah tangga : cukup lengkap SANITASI

Penyediaan air bersih (MCK) : PDAM dan sumur

Penyediaan air minum : air rebus sendiri

Pengelolaan jamban : pribadi

Jenis jamban :cemplung terbuka

Jarak dengan sumber air : < 10 meter

Sarana pembuangan air limbah (SPAL) :Lancar

Petugas sampah : dibakar

Polusi udara : tidak

Pengelolaan binatang pengerat : dengan racun dan alat penangkap

FASILITAS

Peternakan : tidak

Perikanan : tidak
44

Sarana olah raga : tidak

Taman : tidak

Ruang pertemuan : tidak

Sarana hiburan : ada ( TV )

Sarana ibadah : ada

KEAMANAN DAN TRANSPORTASI

Keamanan : siskamling

Sistem keamanan lingkungan

Penanggulangan kebakaran : tidak ada

Penanggulangan bencana : tidak ada

Transportasi

Kondisi jalan masuk gang : tidak rata

Komunikasi : tidak ada masalah

Sarana komunikasi : hape pribadi

Jenis komunikasi yang digunakan dalam rumah : hape

PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN

Tabel 4.11 Perilaku Kesehatan

Pengkajian Klien Ny.S


Kebiasaan Tidak merokok sejak dahulu
merokok
Pola pemenuhan Frekwensi makan : Tidak teratur
kebutuhan nutrisi Jumlah makanan yang dihabiskan :< ½
porsi yang dihabiskan
Makanan tambahan :Kadang-kadang
dihabiskan
45

Pola pemenuhan Frekwensi minum :> 3 gelang sehari


cairan Jenis Minuman :Air putih

Pola Elminasi Frekwensi BAB :1 kali sehari


Konsisitensi : lembek
Gangguan BAB : sering diare
Frekwensi BAK : 4 – 6 kali sehari
Warna urine : kuning jernih
Gangguan BAK : inkontinensia
urine
Pola aktivitas Kegiatan produktif lansia yang sering
dilakukan : kegiatan dapur , pekerjaan
rumah tangga

Pola pemenuhan Mandi :1 kali sehari


kebersihan diri Memakai sabun : ya
Sikat gigi :2 kali sehari
Menggunakan pasta gigi : ya
Kebiasaan berganti pakaian bersih :1
kali sehari

Pola kebiasaan Jumlah waktu tidur : kurang dari 6 jam


tidur Gangguan tidur berupa : sulit mengawali
dan seringterbangun
Penggunaan waktu luang ketika tidak
tidur : nonton TV

ANALISA DATA
Tabel 4.12 Analisa Data

Interprestasi Masalah
NO DATA
[Etologi] [Problem ]

1 DS : -
klien mengatakan sedih kematian pasangan Berduka D.0081
- Klien mengatakan tidak hidup ( suami )
percaya kalau suaminya
sudah meninggal
- Klien mengatakan
merasa bersalah karena
kurang maksimal dalam
memberikan pelayanan
46

selama suaminya sakit


- Klien mengatakan
merasa tidak berguna
- Klien mengatakan susah
tidur
- Klien mengatakan susah
makan
- Klien mengatakan terasa
berdebar-debar
- Klien mengatakan selalu
teringat suaminya
- Klien mengatakan takut
jika sendirian di malam
hari
- Klien mengatakan
merasa sendiri
- Klien mengatakan
merasa banyak pikiran
DO : -
tampak sedih dan
menangis
- Pola tidur
berubah
- Frekuensi kunjungan
keluarga 1-2 hari sekali
- Penilaian stabilitas emosi
: sedih
- Klien menkonsumsi obat
tidur/penenang atas
anjuran dokter
- Pada pengkajian skala
depresi skor = 9
(kemungkinan depresi)
- Jumlah waktu tidur < 6
jam
- Mengalami gangguan
tidur seperti sulit
mengawali tidur dan
sering terbangun.
47

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tabel 4.13 Diagnosa Keperawatan

Data Problem Masalah Etiologi dan tanda gejala


Berduka D.0081 kematian pasangan hidup ( suami ) yang
ditandai dengan klien sedih dan menangis,
tidak percaya, merasa bersalah, merasa
tidak berguna, susah tidur, jumlah waktu
tidur < 6 jam, sering terbangun, susah
makan, dada terasa berdebar-debar, selali
teringat suaminya, merasa sendiri, merasa
tidak berguna, merasa banyak pikiran.

RENCANA ASUHAN KEPERAWTAN


Tabel 4.14 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Intervensi Rasional
(Tujuan, Kriteria
hasil)
Berduka Dukungan Proses
berhubungan Berduka1.09274
dengan kematian Observasi:
keluarga  Identifikasi kehilangan  Mengetahui penyebab
Setelah yang dihadapi berduka
melakukan  Identifikasi proses
asuhan berduka
yang alami  Mengetahui tahapan
keperawatan  Identifikasi reaksi proses berduka yang
selama 2 x 24 jam awal
terhadap kehilangan dialami
diharapkan dapat Terapeutik:  Mengetahui respon
menerima  Tunjukkan psikologi
kehilangan sikap
menerima dan empati
dengan kriteria  Motivasi untuk
48

hasil : menguatkan dukungan  Agar klien merasa


- Verbalisasi keluarga tidak sendiri
perasaan sedih Edukasi  Agar klien merasa
menurun  Jelaskan kepada pasien memiliki sistem support
- Verbalisasi dan keluarga bahwa
perasaan sikap mengingkari,  Agar klien
bersalah marah, tawar menawar, mengekspresikan perasaan
menurun depresi dan menerima secara adaptif
- Tidak menangis adalah wajar dalam
menghadapi kehilangan
 Ajarkan melewati proses
berduka secara bertahap

 Agar klien tidak


mengalami respon
maladaptif

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tabel 4.15 Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tgl/jam Implementasi
Berduka Kamis, 10 maret 2022
09.00 WIB
Observasi:
 Kehilangan pasangan hidup
(suami) yang telah menemani selama
kurang lebih 50 tahun
 Proses berduka pada fase akut ,
pada tahap denial, tipe aktual /
nyata, termasuk berduka normal.
 Reaksi awal yang dialami
adalah menangis, merasa
berdebar dan pusing. Merasa tidak
10.00 WIB percaya kalau suaminya meninggal.
Terapeutik:
 Menggali dan
mendengarkan ungkapan perasaan
sedih klien.
 Memberikan rasa kepercayaan
pada klien.
 Memberikan motivasi
kepada keluarga untuk selalu
mendampingi dan menemani klien
49

11.00 WIB sedih sehingga tidak merasa sendiri.


Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap yang dialami
pada klien merupakan respon yang
wajar terhadap kehilangan.
 Mengajarkan melewati proses
berduka secara bertahap untuk
menghindari respon maladaptif
dengan menggunakan SAP dan
leaflet (terlampir)

Jumat 11 maret 2022


09.00 WIB
Observasi:
 Kehilangan pasangan hidup
(suami) yang telah menemani selama
kurang lebih 50 tahun
 Proses berduka pada fase akut ,
pada tahap denial, tipe aktual /
nyata, termasuk berduka normal.
 Masih merasa berdebar dan
pusing.
10.00 WIB Merasa tidak percaya kalau suaminya
meninggal.
Terapeutik:
 Menggali dan
mendengarkan ungkapan perasaan
sedih klien.
 Memberikan rasa kepercayaan
pada klien.
 Memberikan motivasi
11.00 WIB kepada keluarga untuk selalu
mendampingi dan menemani klien
saat merasa sedih sehingga tidak
merasa sendiri.
Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap yang dialami
pada klien merupakan respon yang
wajar terhadap kehilangan.
 Mengajarkan melewati proses
berduka secara bertahap untuk
menghindari respon maladaptif
50

EVALUASI KEPERAWATAN
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tanggal Evaluasi
Berduka 11 Maret S :- klien mengatakan masih berusaha ikhlas kalau
suaminya meninggal
2022 - Klien mengatakan akan bersama keluarganya bila
merasa sedih atau merasa sendiri
- Klien berusaha menghindari respon maladaptif
seperti menyendiri, menyalahakan diri, merasa
rendah diri, mengasingkan diri dan merasa tidak
berminat hidup.

O : - klien tampak masih ingin mengungkapkan


perasaan sedih kepada keluarga atau anaknya
- Klien tidak tampak menyendiri atau
mengasingkan diri
-Klien tampak rendah diri
-Klien tampak berinteraksi dengan keluarganya
-Keluarga tampak memahami fase berduka
-Keluarga tampak selalu bersedia menemani dan
mendampingi klien

A : masalah masih belum teratasi


P : lanjutkan intervensi dukungan proses berduka
- Menunjukkan sikap menerima dan empati
- Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga
- Ajarkan melewati proses berduka secara
bertahap.
51

Pengkajian
Pengkajian merupakan proses awal dari penerapan asuhan keperawatan pada
partisipan untuk memperoleh tanda dan gejala sesuai dengan permasalahan oleh
klien dan keluarga. Hasil pengkajian dari study kasus ini dilakukan dengan cara
pengambilan pada 1 klien yaitu Ny.S. Ny.S berumur 68 tahun hidup dengan
suaminya kurang lebih 50 tahun. Kondisi suami Ny.S sakit-sakitan kurang lebih 2
bulan. Kondisi suami berbaring di tempat tidur. Makan di suapi oleh Ny.S. Bila ke
kamar mandi di bantu oleh Ny.S juga.Suami tidak mau dibawa ke layanan
kesehatan untuk berobat. Beli obat sendiri di apotik.. Ny.S merawat sendiri
suaminya karena kedua anaknya sudah memiliki keluarga dan rumah sendiri.
Anak-anaknya tiap hari bergantian datang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Ny.S dan suami seperti pampers, makanan dan lain-lain. Kadang berkomunikasi
lewat telpon. Ny.S mempunyai riwayat penyakit paru dan jantung. Setiap bulannya
rutin kontrol ke poli dan rutinminum obat. Pada awal bulan februari suami Ny.S
meninggal di pagi hari. Ny.S menangis dan berteriak tidak percaya kalau
suaminya sudah meninggal. Ny.S merasa menyesal karena merasabelum
melakukan yang terbaik dalam memberikan pelayanan kepada suaminya.
Ny.S merasa lemas, pusing dan berdebar-debar.
Menurut Diamond (1985), lansia yang mengalami kehilangan akan
timbul syok emosional, tidak berdaya, stres, menghindar, marah, merasa
bersalah, bingung, dan perilaku resolusi berduka. Sedangkan menurut Tomb
(2004), lansia yang mengalami dukacita akibat kehilangan akan mengalami gejala
kegelisahan, perhatian mudah teralih, disorganisasi, mati rasa, perasaan
sedih, apatis, menangis, cemas, adanya kebutuhan untuk membicarakan
kematian, dan nyeri psikis, yang dalam selama berhari-hari, berminggu-
minggu, dan berbulan-bulan
52

setelah kehilangan.Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami


kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan
sesuatu yang sulit dihindari (Stuart, 2005), seperti kehilangan harta,
kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien Ny.s adalah berduka berhubungan dengan


kematian keluarga ditandai dengan klien sedih dan menangis, tidak percaya,
merasa bersalah, merasa tidak berguna, susah tidur, jumlah waktu tidur < 6 jam,
sering terbangun, susah makan, dada terasa berdebar-debar, selali teringat
suaminya, merasa sendiri, merasa tidak berguna, merasa banyak pikiran.

Menurut peneliti gejala yang dialami Ny.S sesuai denga teori yang dijelaskan.
Syok emosional yang dialami Ny.S masih berlangsung selama 4 minggu.
Kehilangan yang dialami adalah kehilangan orang yang dicintai, bukan
kehilangan harta, kesehatan dan kesempatan.

Menurut (Tim Pokja SDKI PPNI, 2016) berduka adalah respon psikososial
yang ditunjukkan oleh klien akibat kehilangan (orang,objek,fungsi,status,bagian
tubuh atau hubungan). Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respon
emosional normal. Berduka dikarakteristikkan sebagai suatu reaksi syok dan
ketidakyakinan, menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali
kejadian kehilangan, menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering disertai dengan
menangis, keluhan sesak pada dada, tercekik, dan nafas pendek, Mengenang
orang yang telah pergi secara terus-menerus, Mudah tersinggung dan marah.

Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan intervensi yang harus dilakukan dalam


mengatasi permasalahan yang muncul. Pada tahap ini penulis membuat rencana
Tindakan keperawatan sesuai dengan teori yang meliputi tujuan dan kriteria hasil
yang dirumuskan dan telah ditetapkan sebelumnya, serta penulisan rencana
53

Tindakan yang operasional. Perencanaan secara umum dibuat berdasarkan pada


ilmu dan teori yang ada dan berdasarkan masalah yang terjadi pada pasien dengan
memperhatikan kondisi fisik, sosial ekonomi keluarga dan sarana prasarana yang
ada di puskesmas. Tindakan keperawatan itu meliputi aspek promotive, preventif,
kuratif, dan rehabilitative serta melibatkan keluarga, sehingga semua rencana
yang ada pada teori dapat dilaksanakan semua pada kasus nyata.

Rencana keperawatan dalam pengkajian sudah sesuai dengan diagnose


keperawatan yang muncul pada Ny.S yaitu rencana keperawatan dalam
pengkajian sudah sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny.S
yaitu Identifikasi kehilangan yang dihadapi, identifikasi proses berduka yang
alami, identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan, tunjukkan sikap menerima
dan empati, motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga , jelaskan kepada
pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah, tawar menawar,
depresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan, ajarkan
melewati proses berduka secara bertahap.

Menurut Intan 2020 kehilangan dan berduka pada seseorang akan


mengalami beberapa fase dan proses. Rentang respon yang terjadi dapat berupa
respon adaptif maupun maladaptif tergantung dari koping individu maupun dari
sistem support dari lingkungan.Seorang lansia terjadi perubahan terhadap fisik,
mental dan emosional apabila mengalami kehilangan dan berduka akan beresiko
terjadi rentang respon maladaptif jika tidak mendapatkan support dari keluarga
untuk melewati masa kehilangan dan berduka. Tahapan proses kehilangan yang
dialami lansia yang berduka diharapakan tidak terjadi stagnasi di tiap
prosesnya.Sehingga lansia mampu melewati masa kehilangan dan berdukadengan
rentang respon adaptif tanpa terjadi fase jangka panjang dan respon maladapatif.

Menurut peneliti support sistem yang dimiliki klien sangat mempengaruhi


klien dalam mengahadapi proses kehilangan, apakah terjadi respon adaptif atau
respon maladaptif.

Implementasi Keperawatan
54

Tahap ini merupakan tahap lanjutan setelah tahap perencanaan dari masalah

keperawatan yang muncul pada klien. Tindakan secara umum dilakukan

berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan

keperawatan serta tindakan keperawatan dilaksanakan bertujuan agar masalah

keperawatan yang dialami klien dapat teratasi. Dari jangka waktu yang

telah ditentukan selama 2 x 24 jam diharapkan klien dapat menerima

kehilangan.

Menurut Yusuf 2015 implementasi yang diberikan diharapkan klien mampu

melakukan intervensi pada tiap tahap berduka tanpa terjadi stagnasi pada salah

satu tahap sehingga tidak terjadi respon maladaptif. Dan klien bisa menerima

kehilangan.

Menurut peneliti tiap tindakan yang dilakukan bisa membantu klien

melewati proses berduka sehingga bisa menerima kehilangan. Tentunya

didukung dengan support sistem dari keluarga yang selalu mendampingi selama

tahapan berduka.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam menilai keberhasilan dan


suatu tindakan keperawatan serta menentukan sejauh mana tujuan sudah tercapai.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, Ny.S mulai mampu
menerima kehilangan dengan melewati proses berduka tanpa respon maladaptif.
Hal ini dibuktikan dengan :

- Klien mengatakan masih berusaha ikhlas kalau suaminya meninggal


- Klien mengatakan akan bersama keluarganya bila merasa sedih atau merasa
sendiri
55

- Klien berusaha menghindari respon maladaptif seperti menyendiri,


menyalahakan diri, merasa rendah diri, mengasingkan diri dan merasa tidak
berminat hidup.

- klien tampak masih ingin mengungkapkan perasaan sedih kepada keluarga


atau anaknya

- Klien tidak tampak menyendiri atau mengasingkan diri


- Klien tampak rendah diri
- Klien tampak berinteraksi dengan keluarganya
- Keluarga tampak memahami fase berduka
- Keluarga tampak selalu bersedia menemani dan mendampingi klien

Menurut Yusuf 2015 implementasi yang diberikan diharapkan klien mampu


mengenali peristiwa kehilangan yang dialami, klien mampu mengidentifikasi
cara-cara mengatasi berduka, klien mampu memanfaatkan faktor pendukung.
Selain itu diharapkan juga keluarga mampu memahami cara merawat klian yang
berduka.
Menurut peneliti respon dari klien terhadap implementasi tergantung dari
koping individu maupun support sistem keluarga yang ada. Koping klien
yang positif bisa berpengaruh terhadap psikologis klien dalam respon awal
terhadap berduka. Koping klien juga mempengaruhi terjadinya respon
adaptif atau maladapatif. Support sistem atau dukungan keluarga selama tahap
berduka juga bisa mempengaruhi respon klien dalam menghadapi berduka.
56

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya (Tarwoto,
2006). Pengalaman kehilangan melalui kematian kerabat dan teman
merupakan bagian sejarah kehidupan yang dialami lansia. Kehilangan seseorang
yang dekat dan dicintai karena kematian merupakan suatu peristiwa yang
tidak dapat dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain bagi seseorang yang
ditinggalkan. Kematian dari seseorang yang kita kenal terlebih yang sangat
kita cintai, akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita selanjutnya. Apalagi
jika orang tersebut dekat dengan kita, orang yang dikasihi, maka akan ada masa
dimana kita akan meratapi kepergianmereka dan merasa kesedihan yang
mendalam. Kita juga merasa sangat kehilangan, tidak bahagia, dan kurang dapat
menjalani kehidupan dengan baik.(Intan, 2020)

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Lansia

Bisa memberikan pengetahuan terhadap lansia tentang respon emosi adaptif


maupun maladaptif sehingga bisa melalui masa kehilangan dengan alamiah
dan bisa menghindari respon maladaptif.

5.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk mengkaji koping pada lansia


sehingga bisa menentukan intervensi yang tepat saat mengalami kehilangan
dan berduka.
57

5.2.3 Bagi Masyarakat

Bisa memahami perubahan secara fisiologis lansia yang mengalami


kehilangan dan berduka sehingga bisa menerima dan memberikan dukungan
terhadap lansia.
58

DAFTAR PUSTAKA

Intan, R. (2020). ASKEP LANSIA BERDUKA. Bab I, 1–16.


Laksmiwati, elisabeth dina. (2020). pengalaman dukacita pada janda lansia
karena kematian suami. 68(1), 1–12.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ndteint.2014.07.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ndteint.2017.12.003%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.matdes.2017.02.024
Priastana, I. K. A., Dwijayanto, I. M. R., & Aryasari, N. L. K. D. (2020).
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat: Pendidikan Kesehatan tentang Peran
Keluarga terhadap Perawatan Lansia dengan Berduka Kronis Akibat
Kehilangan. Journal of Community Engagement in Health, 3(2), 353–356.
https://jceh.org/index.php/JCEH/article/view/111
Priastana, I. K. A., Haryanto, J., & Suprajitno. (2018). Peran Dukungan Sosial
Keluarga Terhadap Berduka Kronis pada Lansia yang Mengalami
Kehilangan Pasangan dalam Budaya Pakurenan (Role of Family Social
Support in Chronic Sorrow in Elderly who Lost the Partner in Pakurenan
Culture). Indonesian Journal of Health Research, 1(1), 20–26.
Puspitasari, W. (2020). analisis pelaksaan program kesehatan lanjut usia. 4(1),
1–9. https://pesquisa.bvsalud.org/portal/resource/en/mdl-
20203177951%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41562-020-0887-9%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1038/s41562-020-0884-z%0Ahttps://doi.org/
10.1080/13669877.2020.1758193%0Ahttp://sersc.org/journals/index.php/
IJAST/article
Siti Nur Kholifah. (2016). keperawatan gerontik. In kemenkes RI (Vol. 1999, Issue
December).
Tyas, A. (2017). Askep kehilangan & berduka pd lansia.
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN
978-xxx-xxx-xx-x
Zamrodah, Y. (2016). konsep lansia. 15(2), 1–23.
59

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Responden yang saya hormati,

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Program Studi

Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto :

Nama : Retno Rozana

NIM : 202173019

Alamat : jl Warurejo 02/02 , Kejapanan-Gempol-Pasuruan

Dengan ini saya selaku mahasiswa yang akan mengadakan

penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Berduka Dengan

Intervensi Dukungan Proses Berduka Pada Ny.S Di Dusun Warurejo Kec

Gempol Kab Pasuruan”. Untuk kepentingan di atas, maka saya mohon

kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan kerjasamanya saya

sampaikan terima kasih.

Mojokerto, 09 Maret 2022

Retno Rozana
202173019
60

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden

dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI

Mojokerto :

Nama (inisial) : Ny.S

Umur : 68 tahun

Jenis kelamin :P

Alamat : jl Warurejo 02/02 , Kejapanan-Gempol-Pasuruan

Dengan sukarela menyetujui ikut serta sebagai responden dengan

catatan suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak

membatalkan persetujuan ini, saya percaya yang saya tulis ini dijamin

kerahasiaannya.

Mojokerto,

( Ny. S )
61

Lampiran 3 . Lembar Bimbingan

LEMBAR BIMBINGAN KIAN

Nama Mahasiswa: Retno Rozana


NIM: 202173019

Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Gerontik Berduka Dengan


Intervensi Dukungan Proses Berduka Pada Ny.S Di
Dusun Warurejo Kec Gempol Kab Pasuruan

Pembimbing : Arif Wicakono, S. Kep. Ns., M.K


62

Lampiran 4. SAP Kehilangan dan Berduka

SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN )


KEHILANGAN DAN BERDUKA

Topik : Kehilangan dan Berduka

Sub Topik : Cara Mengatasi Kehilanagn dan Berduka

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Waktu : 16.00 – 17.00 WIB

Tanggal : 04-03-2022

Tempat : Dusun Warurejo – Kec.Gempol- Kab.Pasuruan

A. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan diharapkan klien dengan kehilangan


dan berduka serta keluarga dapat memahamicara mengatasi kehilangan
dan berduka.

B. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan diharapkan klien dengan kehilangan


dan berduka serta keluarga mampu :

1. Menjelaskan tentang pengertian kehilangan dan berduka

2. Menyebutkan tahapan kehilangan dan berduka

3. Menyebutkan tanda dan gejala kehilangan dan berduka.

4. Menyebutkan cara mengatasi kehilangan dan berduka.

5. Menyebutkan peran keluarga dalam merawat klien dengan kehilangan dan


berduka

C. Materi Penyuluhan
63

1. Pengertian

2. Tahapan berduka

3. Tanda dan gejala

4. Cara mengatasi kehilangan dan berduka

5. Peran keluarga dalam merawat klien dengan kehilangan dan berduka

D. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik : Cara mengatasi kehilangan dan berduka

2. Sasaran : Klien dan Keluarga

3. Metode : ceramah dan diskusi

4. Media : leaflet

5. Waktu tempat : Dusun Warurejo – Kec.Gempol- Kab.Pasuruan

Materi Penyuluhan
64

KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Pengertian

Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu


yang sebelumnya ada dan dimiliki, seperti kehilangan harta, kesehatan dan orang
yang dicintai. Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional
normal dan merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang
individu harus diberikan kesempatan untuk menemukan koping yang efektif
dalam melalui proses berduka, sehingga mampu menerima kenyataan kehilangan
yang menyebabkan berduka dan merupakan bagian dari proses kehidupan.

Kehilangan meliputi fase akut dan jangka panjang, yaitu :

1. Fase akut Berlangsung selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang


terdiri atas tiga proses, yaitu syok dan tidak percaya, perkembangan
kesadaran, serta restitusi.

a. Syok dan tidak percaya Respons awal berupa penyangkalan, secara


emosional tidak dapat menerima pedihnya kehilangan. Akan tetapi,
proses ini sesungguhnya memang dibutuhkan untuk menoleransi
ketidakmampuan menghadapi kepedihan dan secara perlahan untuk
menerima kenyataan kematian.

b. Perkembangan kesadaran Gejala yang muncul adalah kemarahan


dengan menyalahkan orang lain, perasaan bersalah dengan
menyalahkan diri sendiri melalui berbagai cara, dan menangis
untuk menurunkan tekanan dalam perasaan yang dalam.

c. Restitusi Merupakan proses yang formal dan ritual bersama teman dan
keluarga membantu menurunkan sisa perasaan tidak menerima
kenyataan kehilangan.
65

2. Fase jangka panjang

a. Berlangsung selama satu sampai dua tahun atau lebih lama.

b. Reaksi berduka yang tidak terselesaikan akan menjadi penyakit


yang tersembunyi dan termanifestasi dalam berbagai gejala fisik.
Pada beberapa individu berkembang menjadi keinginan bunuh
diri, sedangkan yang lainnya mengabaikan diri dengan menolak makan
dan menggunakan alkohol.

B. Tahapan Kehilangan

Proses kehilangan terdiri atas lima tahapan, yaitu penyangkalan (denial),


marah (anger), penawaran (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan
(acceptance). Setiap individu akan melalui setiap tahapan tersebut, tetapi cepat
atau lamanya sesorang melalui bergantung pada koping individu dan sistem
dukungan sosial yang tersedia, bahkan ada stagnasi pada satu fase marah atau
depresi.

1. Tahap Penyangkalan (Denial)

Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah


tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari
kenyataan, mengisolasi diri terhadap kenyataan, serta berperilaku seperti
tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang Suatu contoh kasus,
saat seseorang mengalami kehilangan akibat kematian orang yang
dicintai. Pada tahap ini individu akan beranggapan bahwa orang yang
dicintainya masih hidup, sehingga sering berhalusinasi melihat atau
mendengar suara seperti biasanya. Secara fisik akan tampak letih, lemah,
pucat, mual, diare, sesak napas, detak jantung cepat, menangis, dan
gelisah. Tahap ini membutuhkan waktu yang panjang, beberapa menit
sampai beberapa tahun setelah kehilangan.

2. Tahap Marah (Anger)


66

Seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan. Perasaan


marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang lain
atau benda di sekitarnya. Reaksi fisik menunjukkan wajah memerah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, dan tangan mengepal. Perlu diingat bahwa
wajar bila pasien marah untuk mengutarakan perasaan yang akan
mengurangi tekanan emosi dan menurunkan stres

3. Tahap Penawaran (Bargaining)

Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki tahap


tawar-menawar. Pasien mulai dapat memecahkan masalah dengan berdoa,
menyesali perbuatannya, dan menangis mencari pendapat orang lain.

4. Tahap Depresi

Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar
akan penyakitnya yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu
menarik diri, tidak mau berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa.
Secara fisik, individu menolak makan, susah tidur, letih, dan penurunan
libido Depresi adalah tahap menuju orientasi realitas yang merupakan
tahap yang penting dan bermanfaat agar pasien dapat meninggal
dalam tahap penerimaan dan damai. Tahap penerimaan terjadi hanya pada
pasien yang dapat mengatasi kesedihan dan kegelisahannya.

5. Tahap Penerimaan (Acceptance)

Tahap akhir merupakan organisasi ulang perasaan kehilangan. Fokus


pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang. Penerimaan
terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang
hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada
objek lain yang baru. Individu akan mengungkapkan, “Saya sangat
mencintai anak saya yang telah pergi, tetapi dia lebih bahagia di alam yang
sekarang dan saya pun harus berkonsentrasi kepada pekerjaan saya.........”.

C. Tanda dan Gejala


67

Tanda dan Gejala Kehilangan Dan Berduka adalah sebagai berikut :

1. Ungkapan kehilangan

c. Menangis

d. Gangguan tidur

e. Kehilangan nafsu makan

f. Sulit berkonsentrasi

g. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:

2. Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama

3. Sedih berkepanjangan

4. Adanya gejala fisik yang berat

5. Keinginan untuk bunuh diri

D. Cara Mengatasi Kehilangan dan Berduka.

 Tindakan Keperawatan yang dilakukan pada pasien adalah :


a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien.

b. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa kehilangan serta
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).

c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami dengan cara :

1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).

2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).

3) Cara sosial (sharing melalui self help group).

4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)

d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk


saling memberikan pengalaman dengan saksama.
68

e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.

f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.

 Tujuan dilakukannya tindakan keperawatan adalah :


a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien.

c. Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan


keadaan dirinya.

d. Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.

e. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.

 Prinsip intervensinya adalah :


1. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial)

adalah memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya


dengan cara berikut.

a. Dorong pasien mengungkapkan perasaan kehilangan.

b. Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan


kehilangan pasien secara emosional.

c. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan menghukum


dan menghakimi.

d. Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada


individu yang mengalami kehilangan.

e. Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, menepuk


bahu, dan merangkul.

f. Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana, jelas,


dan singkat.

g. Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.


69

2. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger)

adalah dengan memberikan dorongan dan memberi kesempatan pasien


untuk mengungkapkan marahnya secara verbal tanpa melawan
kemarahannya. Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah adalah
ekspresi frustasi dan ketidakberdayaan.

a. Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah, menangis).

b. Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.

c. Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.

3. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar (bargaining)

Adalah membantu pasien mengidentifikasi perasaan bersalah dan perasaan


takutnya.

a. Amati perilaku pasien.

b. Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.

c. Tingkatkan harga diri pasien.

d. Cegah tindakan merusak diri.

4. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi

Adalah mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu


pasien mengurangi rasa bersalah.

a. Observasi perilaku pasien.

b. Diskusikan perasaan pasien.

c. Cegah tindakan merusak diri.

d. Hargai perasaan pasien.

e. Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.

f. Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.


70

g. Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.

5. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance)

Adalah membantu pasien menerima kehilangan yang tidak dapat dihindari


dengan cara berikut.

a. Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.

b. Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.

E. Peran keluarga dalam merawat klien dengan kehilangan dan berduka

 Tujuan peran keluarga dalam merawat klien adalah :


a. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.

b. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.

c. Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat pasien berduka


disfungsional.

d. Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

 Berikut peran keluarga dalam merawat klien yang mengalami kehilangan dan
berduka adalah sebagai berikut :
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan
dampaknya pada pasien.

b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh


pasien.

c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan berduka


disfungsional.

d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat


dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh
pasien.
71

Lampiran 5. Leaflet
72
73

Lampiran 6. Dokumentasi
74

Anda mungkin juga menyukai